Anda di halaman 1dari 33

ASMA

Disusun oleh : Chynthia Pradiftha Sari


Definisi Asma
Arti kata Asma:
 Berasal dari bahasa
Yunani
 “asthma” berarti
“terengah–engah”
Definisi Asma
 Penyakit inflamasi / peradangan kronik yang banyak
dipengaruhi oleh unsur selular dan ditandai dengan
episode serangan berulang berupa sesak nafas,
batuk, mengi akibat hiper-responsiveness bronkus
dan cabang-cabangnya (Dipiro, 2008).

 kelainan yg ditandai karakteristik klinis, psikologis dan


patologis dg riwayat klinis yg dominan nafas pendek
pd malam hari disertai batuk (GINA, 2010).
Epidemologi
 Asma merupakan masalah kesehatan dunia, di mana diperkirakan
300 juta orang diduga mengidap asma (GINA, 2008)
 Di Amerika, 14 sampai 15 juta orang mengidap asma, dan
kuranglebih 4,5 juta di antaranya adalah anak-anak.
 Kematian akibat asma di dunia dipekirakan mencapai 250 000 orang
pertahun
 Di Indonesia : prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun
diperkirakan 2 – 5 % penduduk Indonesia menderita asma,
 merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan pasien
memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun di rumah.
 Sebagian dari semua kasus asma berkembang sejak masa kanak-
kanak, sedangkan sepertiganya pada masa dewasa sebelum umur
40 tahun.
 Asma dapat dimulai pada segala usia, mempengaruhi pria dan
wanita tanpa kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala
etnis.
Etiologi
 ISPA (rhinovirus, influenza,
pneumonia, dll)
 Alergen (debu, serbuk sari
bunga, tengu, kecoa, jamur,
dll)
 Lingkungan (udara dingin,
gas SO2, NO2, asap rokok,
dll)
 Emosi : cemas, stress
 Olahraga: terutama pada
suhu dingin dan kering
 Obat/pengawet : Aspirin,
NSAID, sulfit, benzalkonium
klorida, betabloker
 Stimulus pekerjaan
Istilah asma terkait etiologi
 infectious asthma = disebabkan oleh infeksi virus
 allergic asthma = extrinsic asthma
 exercise-induced asthma = disebabkan karena olah raga,
dimungkinkan karena hilangnya/berkurangnya air dan
panas dari epithelium of the airways.
 occupational asthma : asma yang terkait dengan
pekerjaan, umumnya diperantarai oleh IgE related allergy
contoh: animal handlers, worker exposed to wood and
vegetable dusts, metal salts, pharmaceutical agents, and
industrial chemicals.
 drug-induced asthma : aspirin, other NSAIDs
Patofisiologi Asma

 Inflamasi
 Bronkokonstriksi
 Hipersekresi mukus
 Hiperresponsivitas
Gejala Asma
Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel, dengan
/tanpa pengobatan.
Gejala awal berupa :
 batuk terutama pada malam hari atau dini hari
 sesak nafas
 nafas berbunyi (mengik) yang terdengar jika pasien
menghembuskan nafasya
 rasa berat di dada
 dahak sulit keluar
Lanjutan . . .
gejala yang berat adalah keadaan gawat yang mengancam jiwa
yang termasuk gejala yang berat:
 serangan batuk yang hebat
 sesak nafas yang berat dan tersengal-segal
 sianosis(kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
 sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adlah dalam keadaan
duduk
 kesadaran menurun
Klasifikasi Asma berdasarkan penampakan klinis ( NAEPP, 2007)
Tujuan Terapi
 Tujuan : memungkinkan pasien menjalani hidup yang normal
dengan hanya sedikit gangguan atau tanpa gejala
 Tujuan khusus :
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal
mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. menghindari efek samping
6. mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow
limitation) ireversibel
7. mencegah kematian karena asma
Strategi Terapi
 Non-farmakologi : pencegahan
 Terapi farmakologi:
1. Terapi jangka panjang
2. Terapi serangan akut
Terapi Asma Akut
 short-acting ß2-agonists (salbutamol, terbutalin)
 Anticholinergics (ipratropium bromide)
 corticosteroids (short-term use for exacerbations)
Terapi Asma jangka panjang
 Corticosteroids inhalasi (beclomethasone dipropionate ,
budesonide, fluticasone propionate)
 cromolyn sodium
 Nedocromil
 long-acting ß2-agonists (salmeterol, formoterol)
 Methylxanthines (aminofilin, teofilin)
 leukotriene modifiers (montelukast, zafirlukast, zileuton)
 Imunomodulator (Omalizumab (anti-IgE))
Algoritma Terapi
Algoritma Terapi
Algoritma Terapi
1. β2 Agonist merupakan
bronkhodilator kerja cepat
yang paling efektif.
2. Stimulasi reseptor β2
Adrenergik mengaktivasi
adenilsiklase , yang
menghasilkan peningkatan
AMP siklik intraselular.
Hal ini menyebabkan relaksasi
otot polos, stabilisasi membran
sel mast, dan stimulasi otot
skelet.
Berdasarkan tabel di atas, Isoproterenol dan Metaproterenol
merupakan nonselective β2 Agonist, sedangkan jenis obat yang lain
lebih selektif terhadap reseptor β2.
Albuterol (Salbutamol) dan inhalasi β2 Agonist yang lain
(Bitolterol, Pirbuterol, dan terbutalin) diindikasikan
untuk penanganan episode bronkospasmus iregular dan
merupakan pilihan pertama dalam penanganan asma
akut.
Dalam asma parah akut, β2 Agonist kerja pendek (seperti
albuterol) harus diberikan dalam dosis tinggi menggunakan
nebulizer dengan interval pemberian sering atau melalui
inhalasi dosis terukur (Metered Dose Inhaler/MDI)
dosis β2 Agonist penanganan di Rumah Sakit
Dosis Keterangan
> 6 tahun < 6 tahun
β2 Agonist inhaler
Albuterol Larutan nebulizer 2,5 – 5 mg setiap 20 menit 0,15mg/kg (dosis minimum 2,5mg) Hanya β2 Agonist selektif yang
(5mg/ml) sebanyak 3 dosis, kemudian 2,5- setiap 20 menit sebanyak 3 dosis, direkomendasikan
10 mg setiap 4 jam sesuai kemudian 0,15-0,3 mg/kg sampai
keperluan, atau 10-15 mg/jam 10mg setiap 1-4 jam sesuai
secara kontinyu keperluan. Atau 0,5mg/kg/jam
dengan nebulisasi kontinyu
Albuterol MDI 4-8 hirup setiap 30 menit sampai 4-8 hirup setiap 20 menit sebanyak Pada pasien dengan derita
(90mcg/hirup) 4 jam, lalu setiap 1-4 jam sesuai 3 dosis, kemudian setiap 1-4 jam parah, nebulisasi lebih disukai
keperluan sesuai keperluan
Levalbuterol larutan Diberikan pada satu setengah Diberikan pada satu setengah Isomer tunggal albuterol punya
nebulizer dosis albuterol diatas dosis albuterol diatas kecenderungan mempunyai
potensi dua kali lipat
Bitolterol larutan nebulizer Lihat dosis albuterol Lihat dosis albuterol, diperkirakan Belum ada studi pada asma
sama kuat, atau 1,5 kali lebih kuat parah akut, jangan dicampur
dari albuterol pada basis dengan obat lain
mikrogram
Pirbuterol MDI Lihat dosis albuterol Lihat dosis albuterol diperkirakan Belum ada studi pada asma
(200mcg/hirup) 1,5 kali lebih kuat dari albuterol parah akut
pada basis mikrogram
β2 Agonist sistemik
0,3-0,5 mg setiap 20 menit 0,01 mg/kg sampai 0,5 mg setiap
sebanyak 3 dosis subkutan 20 menit sebanyak 3 dosis
subkutan
0,25mg setiap 20 menit 0,01mg/kg setiap 20 menit
sebanyak 3 dosis subkutan sebanyak 3 dosis, kemudian setiap
2-6 jam sesuai keperluan subkutan
Kortikosteroid
Kortikosterid meningkatkan jumlah reseptor β2
Adrenergik dan meningkatkan respon reseptor terhadap
stimulasi β2 Adrenergik yang mengakibatkan penurunan
produksi mukus dan hipersekresi, mengurangi
hiperresponsivitas bronkus, serta mengembalikan
perbaikan jalur nafas.

Kortikosteroid digunakan untuk pencegahan jangka


panjang dan pengontrolan gejala asma.
Kortikosteroid

tabel perbandingan farmakodinamik dari obat-obat kortikosteroid


Methylxantin
Metilxantin seperti Teofilin menghasilkan bronkhodilatasi
dengan menginhibisi fosfodiesterase, yang juga dapat
menghasilkan anti inflamasi dan aktifitas
nonbronkodilatasi lain melalui penurunan pelepasan
mediator sel mast, penurunan pelepasan protein dasar
eosinofil, penurunan proliferasi limfosit T, penurunan
pelepasan sitokin sel T, dan penurunan eksudasi plasma

Metilxantin tidak efektif dalam bentuk aerosol


(lokal) dan harus diberikan dalam bentuk sistemik
(oral/iv)
Antikolinergik
Contoh obat golongan ini adalah Ipratropium Bromida dan
Tiotropium Bromida. Obat ini merupakan inhibitor
kompetitif reseptor muskarinik, menghasilkan bronkodilatasi
hanya pada bronkokonstriksi yang dimediasi kolinergik.
Antikolinergik merupakan bronkodilator efektif tetapi tidak
sekuat β2 Agonist
Terapi Nonfarmakologi penyaki ashma antara lain :

Menghindari Faktor Pencetus Ashma, yaitu :


•Faktor Lingkungan, seperti Udara Dingin, Debu, dan polutan
•Faktor Allergen, seperti bulu hewan peliharaan (kucing, anjing), spora jamur
•Faktor Emosi, seperti stress, dan Anxietas,
•Faktor pencetus lain yang mungkin terjadi
Mengontrol Pola Hidup, antara lain
•Selalu berada dalam ruangan dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang baik
•Kontrol debu dengan membersihkan rumah setiap hari untuk meminimalisir
debu yang ada
•Edukasi Pasien untuk mengetahui dan mencegah faktor pencetus penyakit
Ashma
Terapi Pada Kondisi Khusus
Wanita Hamil
 Pencegahan asma pada wanita hamil sama dengan pada pasien
lainnya : misalnya dgn beklomethason atau budesonide inhalasi
aman digunakan dalam kehamilan
 Sodium kromoglikat juga digunakan sebagai profilaksis asma
dgn inhalasi, cukup aman pada kehamilan
 Treatment: salbutamol, terbutalin  jika digunakan scr inhalasi,
tidak mempengaruhi uterus
 Kortikosteroid oral jangka pendek, spt prednisolon 20-50 mg
sehari utk 4-7 hari cukup aman
 Jika perlu, sebelum proses melahirkan: injeksi hidrokortison i.m.
atau i.v 100 mg setiap 8 jam selama 24 jam cukup menjamin
tersedianya kortikosteroid eksogen
 teofilin sebaiknya tidak digunakan pada masa akhir kehamilan
 efek stimulant : irritability, jitteriness, dan takikardi pada neonatus
Anak- anak
 Penggunaan inhalasi menggunakan nebuliser atau
MDI denganspacer merupakan cara penggunaan
obat yang paling tepat
 Inhalasi kortikosteroid cukup aman untuk anak-anak

Geriatri
 tidak ada hal yang khusus, sama dengan pada
dewasa
 Lebih diperhatikan pada kemungkinan terjadi efek
samping, terutama pada penggunaan
aminofilin/teofilin
Peran Farmasi
Mengedukasi pasien mengenai fakta dasar tentang asma :
 Bedanya saluran nafas yang normal dengan pasien asma
 Apa yang terjadi ketika serangan asma
Mengedukasi pasien tentang pengobatan asma
 Bagaimana obat bekerja
 Pengobatan jangka panjang dan pengobatan serangan akut
 Tekankan pada kepatuhan penggunaan obat terutama yang mendapat terapi
jangka panjang
Mengedukasi tentang teknik penggunaan inhaler yang benar
 Demonstrasikan cara memakai inhaler, dan bentuk device yang lain
 Memantau penggunaan obat pada saatrefill dapat membantu
 mengidentifikasi pasien yang kontrol asmanya kurang baik komunikasikan
dengan dokternya
Mengedukasi pasien untuk memantau kondisinya :
 bagaimana memantau gejala dan mengenal kapan kondisi memburuk,
 kapan dan bagaimana melakukan tindakan darurat (rescue actions)
Mengedukasi pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari faktor pemicu
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai