Inflamasi
Bronkokonstriksi
Hipersekresi mukus
Hiperresponsivitas
Gejala Asma
Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel, dengan
/tanpa pengobatan.
Gejala awal berupa :
batuk terutama pada malam hari atau dini hari
sesak nafas
nafas berbunyi (mengik) yang terdengar jika pasien
menghembuskan nafasya
rasa berat di dada
dahak sulit keluar
Lanjutan . . .
gejala yang berat adalah keadaan gawat yang mengancam jiwa
yang termasuk gejala yang berat:
serangan batuk yang hebat
sesak nafas yang berat dan tersengal-segal
sianosis(kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adlah dalam keadaan
duduk
kesadaran menurun
Klasifikasi Asma berdasarkan penampakan klinis ( NAEPP, 2007)
Tujuan Terapi
Tujuan : memungkinkan pasien menjalani hidup yang normal
dengan hanya sedikit gangguan atau tanpa gejala
Tujuan khusus :
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal
mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. menghindari efek samping
6. mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow
limitation) ireversibel
7. mencegah kematian karena asma
Strategi Terapi
Non-farmakologi : pencegahan
Terapi farmakologi:
1. Terapi jangka panjang
2. Terapi serangan akut
Terapi Asma Akut
short-acting ß2-agonists (salbutamol, terbutalin)
Anticholinergics (ipratropium bromide)
corticosteroids (short-term use for exacerbations)
Terapi Asma jangka panjang
Corticosteroids inhalasi (beclomethasone dipropionate ,
budesonide, fluticasone propionate)
cromolyn sodium
Nedocromil
long-acting ß2-agonists (salmeterol, formoterol)
Methylxanthines (aminofilin, teofilin)
leukotriene modifiers (montelukast, zafirlukast, zileuton)
Imunomodulator (Omalizumab (anti-IgE))
Algoritma Terapi
Algoritma Terapi
Algoritma Terapi
1. β2 Agonist merupakan
bronkhodilator kerja cepat
yang paling efektif.
2. Stimulasi reseptor β2
Adrenergik mengaktivasi
adenilsiklase , yang
menghasilkan peningkatan
AMP siklik intraselular.
Hal ini menyebabkan relaksasi
otot polos, stabilisasi membran
sel mast, dan stimulasi otot
skelet.
Berdasarkan tabel di atas, Isoproterenol dan Metaproterenol
merupakan nonselective β2 Agonist, sedangkan jenis obat yang lain
lebih selektif terhadap reseptor β2.
Albuterol (Salbutamol) dan inhalasi β2 Agonist yang lain
(Bitolterol, Pirbuterol, dan terbutalin) diindikasikan
untuk penanganan episode bronkospasmus iregular dan
merupakan pilihan pertama dalam penanganan asma
akut.
Dalam asma parah akut, β2 Agonist kerja pendek (seperti
albuterol) harus diberikan dalam dosis tinggi menggunakan
nebulizer dengan interval pemberian sering atau melalui
inhalasi dosis terukur (Metered Dose Inhaler/MDI)
dosis β2 Agonist penanganan di Rumah Sakit
Dosis Keterangan
> 6 tahun < 6 tahun
β2 Agonist inhaler
Albuterol Larutan nebulizer 2,5 – 5 mg setiap 20 menit 0,15mg/kg (dosis minimum 2,5mg) Hanya β2 Agonist selektif yang
(5mg/ml) sebanyak 3 dosis, kemudian 2,5- setiap 20 menit sebanyak 3 dosis, direkomendasikan
10 mg setiap 4 jam sesuai kemudian 0,15-0,3 mg/kg sampai
keperluan, atau 10-15 mg/jam 10mg setiap 1-4 jam sesuai
secara kontinyu keperluan. Atau 0,5mg/kg/jam
dengan nebulisasi kontinyu
Albuterol MDI 4-8 hirup setiap 30 menit sampai 4-8 hirup setiap 20 menit sebanyak Pada pasien dengan derita
(90mcg/hirup) 4 jam, lalu setiap 1-4 jam sesuai 3 dosis, kemudian setiap 1-4 jam parah, nebulisasi lebih disukai
keperluan sesuai keperluan
Levalbuterol larutan Diberikan pada satu setengah Diberikan pada satu setengah Isomer tunggal albuterol punya
nebulizer dosis albuterol diatas dosis albuterol diatas kecenderungan mempunyai
potensi dua kali lipat
Bitolterol larutan nebulizer Lihat dosis albuterol Lihat dosis albuterol, diperkirakan Belum ada studi pada asma
sama kuat, atau 1,5 kali lebih kuat parah akut, jangan dicampur
dari albuterol pada basis dengan obat lain
mikrogram
Pirbuterol MDI Lihat dosis albuterol Lihat dosis albuterol diperkirakan Belum ada studi pada asma
(200mcg/hirup) 1,5 kali lebih kuat dari albuterol parah akut
pada basis mikrogram
β2 Agonist sistemik
0,3-0,5 mg setiap 20 menit 0,01 mg/kg sampai 0,5 mg setiap
sebanyak 3 dosis subkutan 20 menit sebanyak 3 dosis
subkutan
0,25mg setiap 20 menit 0,01mg/kg setiap 20 menit
sebanyak 3 dosis subkutan sebanyak 3 dosis, kemudian setiap
2-6 jam sesuai keperluan subkutan
Kortikosteroid
Kortikosterid meningkatkan jumlah reseptor β2
Adrenergik dan meningkatkan respon reseptor terhadap
stimulasi β2 Adrenergik yang mengakibatkan penurunan
produksi mukus dan hipersekresi, mengurangi
hiperresponsivitas bronkus, serta mengembalikan
perbaikan jalur nafas.
Geriatri
tidak ada hal yang khusus, sama dengan pada
dewasa
Lebih diperhatikan pada kemungkinan terjadi efek
samping, terutama pada penggunaan
aminofilin/teofilin
Peran Farmasi
Mengedukasi pasien mengenai fakta dasar tentang asma :
Bedanya saluran nafas yang normal dengan pasien asma
Apa yang terjadi ketika serangan asma
Mengedukasi pasien tentang pengobatan asma
Bagaimana obat bekerja
Pengobatan jangka panjang dan pengobatan serangan akut
Tekankan pada kepatuhan penggunaan obat terutama yang mendapat terapi
jangka panjang
Mengedukasi tentang teknik penggunaan inhaler yang benar
Demonstrasikan cara memakai inhaler, dan bentuk device yang lain
Memantau penggunaan obat pada saatrefill dapat membantu
mengidentifikasi pasien yang kontrol asmanya kurang baik komunikasikan
dengan dokternya
Mengedukasi pasien untuk memantau kondisinya :
bagaimana memantau gejala dan mengenal kapan kondisi memburuk,
kapan dan bagaimana melakukan tindakan darurat (rescue actions)
Mengedukasi pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari faktor pemicu
TERIMA KASIH