Anda di halaman 1dari 20

ASMA BRONKIAL

Asma Bronkial
 Asma : peradangan kronis yang terjadi pada bronkus
dengan gejala bervariasidan berulang.
 Penyumbatan saluran nafas yang bersifat reversibel.

 Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif


saluran nafas, menimbulkan gejala episodik :
 Mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama
malam / dini hari.
Faktor resiko

 Atopi adalah faktor terbesar yang mempengaruhi


perkembangan asma.
 Asma alergi berhubungan dengan riwayat alergi seperti
rinitis, urtikaria, dan eksema.
 Lingkungan alergen berupa debu rumah (tungau) adalah
pencetus tersering dari eksaserbasi asma.
 Rokok dan perokok pasif. Sekitar 25%-30% penderita
asma adalah perokok.
 Terpapar asap rokok yang lama pada pasien asma akan
berkontribusi terhadap kerusakan fungsi paru. Dan bagi
pasien asma yang merokok akan mempercepat emfisema.
Patofisiologi

1) Penyempitan saluran napas


 Faktor yang menyebabkan timbulnya penyempitan saluran
napas yaitu kontraksi otot polos saluran napas. Edema
pada saluran napas, penebalan dinding saluran napas dan
hipersekresi mukus.
 Inflamasi kronik akan menimbulkan kerusakan dan
kemudian proses penyembuhan (healing process) - repair
dan pergantian sel-sel rusak dengan sel-sel baru.
 proses penyembuhan – perbaikan jaringan rusak dengan
jenis sel parenkim yang sama dan jaringan penyambung --
jaringan parut
2) Hiperreaktivitas saluran napas

- Mekanisme hiperreaktivitas ini belum diketahui dengan


pasti, tetapi mungkin berhubungan dengan perubahan otot
polos saluran napas (hiperplasi dan hipertrofi)
menyebabkan perubahan kontraktilitas.
- Inflamasi dinding saluran napas terutama daerah
peribronkial dapat memperberat penyempitan saluran
respiratorik selama kontraksi otot polos.
Faktor resiko asma

 Adanya interaksi faktor host dan faktor lingkungan :


a. Faktor host
• Genetik
• Obesitas
• Jenis kelamin

b. Faktor lingkungan
• Rangsangan alergen
• Rangsangan di lingkungan
• Infeksi
• Merokok
• Obat
GEJAL •Sesak, mengi, rasa berat di dada
A •Batuk berulang
•Infeksi virus (rinitis), olahraga, zat alergen, cuaca, tertawa, zat iritan
lingkungan
•Memberat di malam hari, episodik (hilang timbul), reversibel (mereda tanpa
obat)
TANDA Saat eksaserbasi terlihat peningkatan nadi dan frekuensi napas
VITAL

HIDUN Tanda rinitis alegi dan polip nasal


G

PARU Auskultasi: mengi ekspiratorik, mungkin terdengar saat ekspirasi paksa

KULIT Dapat disertai dermatitis atopik.


Diagnosis
 Ditegakkan bila ada bukti obstruksi jalan napas reversibel.

 Anamnesis ditemukan riwayat penyakit/gejala :


 Bersifat episodik, revesibel dengan/tanpa obat
 Batuk, sesak napas, rasa berat di dada, dan berdahak
 Terdapat suara mengi
 Gejala timbul/memburuk di malam hari
 Keluhan timbul/memburuk saat musim tertentu
 Respons terhadap pemberian bronkodilator.
 Riwayat keluarga, alergi, penyakit lain yang memberatkan.
 Apabila pemeriksaan dada normal, tidak dapat
mengeksklusi diagnosis sama, apabila ada :

1. Riwayat :
 Batuk yang memburuk di malam hari
 Mengi berulang
 Kesulitan bernafas
 Sesak nafas berulang
2. Keluhan terjadi/memburuk di malam hari
3. Keluhan terjadi/memburuk saat musim tertentu
4. Riwayat eksema, hay fever, riwayat keluarga asma .
5. Keluhan memburuk jika terpapar:
 Bulu binatang
 Aerosol bahan kimia
 Perubahan suhu
 Debu tungau
 Obat-obatan (aspirin, beta bloker)
 Beraktivitas
 Serbuk tepung sari
 Infeksi saluran pernapasan
 Rokok
 Ekspresi emosi yang kuat
6. Keluhan merespon dengan terapi anti asma
Pemeriksaan penunjang

1. Spirometri
 Terjadi obstruksi jika rasio FEV1/FVC < 0,75 – 0,8.
 Reversibel jika setelah inhalasi bronkodilator salbutamol
200-400 ug, ada peningkatan FEV1 12%
2. Arus puncak ekspirasi (APE)
 Reversibilitas: APE minimal 60mL/menit atau 20%
 Variabilitas: pasien mengukur APE pagi dan malam
selama (2 minggu). Variasi diurnal >10% mendukung
diagnosis.
3. Foto toraks
4. Uji alergi, uji provokasi bronkus, IgE spesifik.
DERAJAT ASMA GEJALA GEJALA MALAM FAAL PARU

1. INTERMITEN Bulanan  ≤ 2x/bulan APE ≥ 80%


•Gejala <1x/minggu •VEP1 ≥ 80%
•Tanpa gejala diluar (prediksi)
serangan •APE ≥ 80% (terbaik)
•Serangan singkat •Variabilitas APE
<20%
2. PERSISTEN Mingguan 3-4x/bulan APE≥ 80%
RINGAN • gejala >2x/minggu •VEP1≥ 80%
•Serangan mengganggu (prediksi)
aktivitas dan tidur •APE ≥ 80% (terbaik)
•Butuh bronkodilator •Variabilitas APE 20-
setiap hari 30%
3. PERSISTEN Harian >1x/minggu APE 60-80%
SEDANG • gejala setiap hari •VEP1 60-80%
•Mengganggu aktivitas (prediksii)
dan tidur •APE 60-80%(terbaik)
•Butuh bronkodilator •Variabilitas APE
setiap hari >30%
4. PERSISTEN Terus-menerus Sering APE≤ 60%
BERAT •Gejala terus menerus •VEP1 ≤ 60%
•Sering kambuh (prediksi)
•Aktivitas fisik terbatas •APE≤ 60% (terbaik)
•Variabilitas APE
b) Glukokortikosteroid sistemik
 Melalui oral / parenteral , pada asma persisten berat tetapi
penggunaan terbatas pada jangka waktu tertentu karena
resiko efek sistemik.
 Efek samping – osteoporosis, hipertensi, diabetes, supresi
aksis adrenal pituitari hipotalamus, katarak, glaukoma,
obesitas, penipisan kulit, striae, dan kelemahan otot.

c) Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)


 Anti inflamasi non-steroid, pemberian secara inhalasi
sebagai pengontrol pada asma persisten ringan.
 Efek samping – batuk atau rasa tidak nyaman saat inhalasi.
Tatalaksana Asma
A. Pengontrol = diberikan setiap hari untuk mengontrol asma
untuk mencapai keadaan asma terkontrol pada asma
persisten. Yaitu :
a) Glukorkortikosteroid inhalasi
- menekan proses inflamasi dan komponen yang
berperan dalam remodeling pada bronkus.
- penggunaan steroid inhalasi – perbaikan faal paru,
menurunkan hiperesponsif saluran napas, mengurangi
gejala, mengurangi frekuensi serangan dan
memperbaiki kualitas hidup.
- efek samping lokal – kandidiasis orofaring, disfonia
dan batuk karena iritasi saluran napas atas.
d) Metilsantin
 Teofilin, bronkodilator dengan efek antiinflamasi.
 Sebagai pelega, teofilin/aminofilin oral + agonis β2 kerja
singkat
 Efek samping pada dosis tinggi (≥10mg/kg/BB/hari) – nausea,
muntah, takikardia, aritmia.
 Intoksikasi teofilin menyebabkan kejang bahkan kematian.

e) Agonis β2 kerja lama


 Salmoterol dan formoterol – waktu kerja lama >12 jam.
 Dengan kombinasi glukokortikosteroid inhalasi, akan
memperbaiki gejala, menurunkan asma malam, memperbaiki
faal paru, menurunkan frekuensi serangan.
 Efek samping – tremor otot rangka, hipokalemia.
f) Leukotriene
 Obat antiasma yang relatif baru dan diberi secara oral
 Menghasilkan efek bronkodilator, anti inflamasi dan
menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen, sulfurdioksida
dan olahraga

g) Agonis β2 kerja singkat


 Formoterol – onset cepat dan durasi lama, dapat diberikan
secara oral/inhalasi.
 Relaksasi otot polos saluran napas, meningkatkan
pembersihan mukosilier
 Efek samping – rangsanan kardiovaskular, tremor otot
rangka dan hipokalemia.
 Pemberian inhalasi – minimal efek samping dan onset lebih
cepat.
h) Antikolinergik
 Secara inhalasi, bronkodilatasi dan menghambat refleks
bronkokonstriksi.
 Efek samping – rasa kering dan pahit di mulut
i) Adrenalin
 Bila tidak tersedia agonis β2 atau tidak ada respon dengan
agonis β2 kerja singkat
OBAT DOSIS HARIAN ug Sediaan yang ada

Rendah Sedang Tinggi

Budesonid DPI 200-400 > 400-800 >800 Turbuhaler 200ug/dose


Tersedia kombinasi tubuhaler
formoterol 4,5ug/budenosonid
80 atau 160ug/dose

Flutikason DPI 100-250 > 250-500 >500 Inhaler MDI 50, 125ug/dose
Diskus 100, 250, 500ug/dose
Kombinasi salmeterol 25 / 50ug
Mometason 110-220 > 220-440 >400

Beclometasone 200-500 > 500-1.000 >1000 Inhaler HFA, 100ug +


formoterol 6ug/dose
Tahapan pengobatan asma dewasa

TAHAP TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4 TAHAP 5


REGIMEN
Edukasi asma dan kontrol lingkungan
Controller ICS-formoterol ICS dosis ICS-LABA ICS-LABA ICS-LABA
dosis rendah rendah setiap dosis rendah dosis sedang dosis tinggi, +
hari/ ICS setiap hari tiotropium,
formoterol anti IgE, anti
IL5
Alternatif ICS dosis Leukotriene ICS dosis ICS dosis Tambahkan
controller rendah-SABA receptor agonis sedang, ICS tinggi, + kortikosteroid
short acting beta LTRA setiap dosis rendah LTRA / oral dosis
agonis hari / ICS dosis + LTRA titropium rendah.
rendah setiap
pemakaian
SABA
Reliever ICS-formoterol dosis rendah jika SABA / ICS-formoterol ( controller dan
dibutuhkan, alternatif SABA reliever)
Diagnosis banding
Rinitisalergi
Sinusitis
Stenosis trakea
Benjolan di saluran napas
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Gagal jantung kongestif

Anda mungkin juga menyukai