Anda di halaman 1dari 41

Case Report Session

ASMA BRONKIAL

Preseptor :
dr. Taufik Hidayat, Sp. F, MSc

Maulana M Lutfi 1840312001


Zirda Chairiani 1840312005
Aisy Hibatullah 1840312009
Latar Belakang
Asma  gangguan inflamasi kronik saluran napas
yang melibatkan banyak sel dan elemennya

Menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan


napas yang menimbulkan gejala episodik berulang

Asma merupakan sepuluh besar penyebab


kesakitan dan kematian di Indonesia

Permenkes 5/2014 asma kategori 4A


Tujuan Penulisan

• Menambah pengetahuan penulis tentang


Asma.

Metode Penulisan

• Menggunakan metode tinjauan pustaka


dengan mengacu pada berbagai literatur.
BAB 2
Definisi
• Asma adalah penyakit heterogen, biasanya
ditandai dengan inflamasi kronis saluran napas
berupa riwayat gejala pernapasan, seperti
wheezing, sesak napas, rasa tertekan di dada
dan batuk, yang bervariasi dari waktu dan
intensitas, bersamaan dengan keterbatasan
aliran udara ekspirasi.
Etiologi dan faktor risiko

Riwayat atopi

Alergen (debu rumah, tungau)

Faktor lingkungan
Faktor Host Faktor
(Genetik, lingkungan
obesitas, (allergen,
Jenis bahan-bahan,
Kelamin) rokok, obat)

faktor risiko
berkembang
nya asma.
Epidemiologi
Pada awal kehidupan

½ dari seluruh kasus diawali sebelum berumur 10 th

1/3 sebelum 40 th

Lk:pr 2:1 menjadi sama pada umur 30th

Prevalensi di Indonesia 5-7%


Patofisiologi

1 Penyempitan saluran
napas

Hiperresponsif
bronkial 2
Gejala klinis
• Trias klasik : sesak napas, batuk dan mengi
• Lainnya : rasa berat di dada, produksi sputum,
penurunan toleransi kerja, nyeri tenggorokan,
pilek dan bersin
• Bervariasi menurut waktu, beratnya dan
intensitas
• Dipengaruhi faktor pencetus (allergen, udara
dingin, infeksi saluran napas, obat, aktivitas
fisik)
• Lingkungan : karakteristik rumah, tempat
sekolah atau bekerja, merokok atau tidak
Diagnosis
• Adanya obstruksi jalan napas reversible
• Anamnesis :
▫ Episodik, reversible
▫ Gejala (batuk, sesak napas, rasa berat di dada,
berdahak)
▫ Memburuk di malam hari, musim tertentu
▫ Respon dengan bronkodilator
• Pemeriksaan fisik :
Wheezing
• Penunjang
▫ Spirometri, peak expiratory flow
▫ Provokasi bronkus
▫ Pengukuran status alergi
Klasifikasi
Derajar asma Gejala Gejala malam Faal paru
I. Intermiten Bulanan ≤ 2x/bulan APE ≥ 80%
 Gejala <  VEP1 ≥ 80%
1x/minggu nilai prediksi
 Tanpa gejala  APE ≥ 80% nilai
diluar serangan terbaik
 Serangan  Variabilitas APE
singkat < 20%
II.Persisten Mingguan >2x/bulan APE ≥ 80%
Ringan  Gejala  VEP1 ≥ 80%
>1x/minggu, nilai prediksi
tapi <1x/hari  APE ≥ 80% nilai
 Serangan dapat terbaik
mengganggu  Variabilitas APE
aktivitas dan < 20%
tidur
 Membutuhkan
bronkodilator
setiap hari
III. Persisten Harian >1x/minggu APE 60-80%
sedang  Gejala setiap hari  VEP1 60-80%
 Serangan nilai prediksi
mengganggu  APE 60-80%
aktivitas dan nilai terbaik
tidur  Variabilitas
 Membutuhkan APE > 30%
bronkodilator
setiap hari

IV. Persisten Kontinyu Sering APE ≤60%


berat  Gejala terus  VEP1 ≤60%
menerus nilai prediksi
 Sering kambuh  APE ≤60% nilai
 Aktivitas fisik terbaik
terbatas Variabilitas APE >
30%
Penatalaksanaan
• EDUKASI
• PENILAIAN DERAJAT BERAT ASMA
• IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN
FAKTOR PENCETUS
• MERENCANAKAN DAN MEMBERIKAN
PENGOBATAN JANGKA PANJANG
• KONTROL SECARA TERATUR
• Glukokortikosteroid
inhalasi, sistemik
Pengontrol • Kromolin
• Metilsantin
• Agonis β 2 kerja lama

• Agonis β 2 kerja singkat


• Metilsantin
Pelega • Antikolinergik
• adrenalin

Tahap penanganan  stepdown


therapy
Berat asma Medikasi pengontrol Alternatif/ pilihan lain Alternatif
harian lain
Asma Tidak perlu - -
intermiten
Asma Glukokortikosteroid  Teofilin lepas lambat -
Persisten inhalasi (200-400µg  Kromolin
ringan BD/hari atau  Leukotriene modifiers
equivalennya)
Asma Kombinasi  Kombinasi inhalasi  Ditambah
Persisten Glukokortikosteroid glukokortikosteroid (400-800µg agonis β2
sedang inhalasi (200-400µg BD/hari atau equivalennya) kerja
BD/hari atau ditambah teofilin lepas lambat, lama oral,
equivalennya) dan agonis atau atau
β2 kerja lama  Kombinasi inhalasi  Ditambah
glukokortikosteroid (400-800µg teofilin
BD/hari atau equivalennya) lepas
ditambah agonis β2 kerja lama lambat
oral, atau
 Glukokortikosteorid inhalasi dosis
tinggi (>800µg BD atau
equivalennya), atau
 Glukokortikosteroid inhalasi
(400-800µg BD atau
equivalennya) ditambah
leukotriene modifiers
Asma Persisten Kombinasi Prednison/
berat Glukokortikos metilprednisolon
teroid inhalasi oral selang sehari
(>800µg 10mg ditambah
BD/hari atau agonis β2 kerja lama
equivalennya) oral, ditambah
dan agonis β2 teofilin lepas lambat
kerja lama,
ditambah ≥1
dibawah ini:
 Teofilin
lepas
lambat
 Leukotrien
e modifiers
 Glukokortik
osteroid
oral
Klasifikasi berat serangan
Gejala dan Berat serangan akut Keadaan
tanda Ringan Sedang berat mengancam
jiwa
Sesak napas berjalan berbicara Istirahat
Posisi Dapat tidur Duduk Duduk
telentang membungkuk
Cara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata
berbicara
Kesadaran Mungkin gelisah gelisah Mengantuk,
gelisah gelisah, kesadaran
menurun
Frekuensi <20/menit 20-30/menit >30/menit
napas
Nadi <100 100-120 >120 Bradikardia
Pulsus - ± +
paradoksus 10 mmHg 10-20 >25 mmHg Kelelahan otot
mmHg
Otot bantu Torakoabdomin
napas dan al paradoksal
retraksi
suprastern
al
mengi Akhir Akhir Inspirasi dan Silent chest
ekspirasi ekspirasi ekspirasi
paksa
APE >80% 60-80% <60%
PaO2 >80 mmHg 60-80 mmHg <60 mmHg
PaCO2 < 45 mmHg <45 mmHg >45mmHg
BAB 3
Identitias Pasien
• Nama : Ny. AS
• Umur : 30tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Kewarganegaraan : Indonesia
• Agama : Islam
• Pendidikan : SLTA
• Status : Sudah menikah
• Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Komp. Mawar Putih,
Kelurahan Korong Gadang, Kuranji
• Tanggal Pemeriksaan: 30 November 2019
Keluhan Utama

Pasien telah dikenal


dengan asma bronkhial
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke Poli PTM Puskesmas Kuranji pada tanggal 30
November 2019 untuk melakukan kontrol rutin penyakit asma
bronkhialnya. Pasien telah dikenal menderita asma bronchial sejak
kecil dan rutin melakukan kontrol ke poli PTM Puskesmas Kuranji.

• Keluhan sesak saat ini tidak ada. Keluhan terakhir kali dirasakan 4
hari yang lalu, ketika pasien bangun pagi hari dan membersihkan
sofa rumah. Sofa berdebu dan membuat pasien sesak nafas. Sesak
nafas diawali dengan batuk-batuk yang dirasakan berdahak,
berwarna putih dan sedikit lengket. Sesak nafas yang dirasakan
disertai dengan bunyi “ngik-ngik”. Pasien kemudian berhenti
melakukan kegiatannya dan menggunakan obatnya. Keluhan
dirasakan berkurang setelah penggunaan obat
Riwayat Penyakit Sekarang
• Demam tidak ada. Penurunan nafsu makan tidak ada. Keringat
pada malam hari tidak ada.

• Riwayat alergi debu (+), alergi obat (-), alergi makanan (-).

• BAB dan BAK tidak ada keluhan


Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien telah dikenal menderita asma bronchial sejak usia 15 tahun
dan rutin kontrol penyakitnya ke Puskesmas Kuranji dan diberikan
obat aminofilin 3 x 200 mg. Dalam satu minggu biasanya pasien
bisa mengalami serangan asma sebanyak lebih kurang 2 kali,
terutama jika sedang melakukan kegiatan membersihkan rumah.
Menurut pengakuan pasien, saat serangan terakhir pasien masih
bisa berjalan dari ruang tamu menuju kamar untuk mengambil
obat. Sesak nafas kadang membangunkan pasien saat sedang tidur.
Dalam satu bulan kira-kira pasien merasakan sesak ketika malam
hari lebih kurang sebanyak 3 kali. Sesak nafas berkurang jika pasien
menggunakan obatnya.

• Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung tidak


ada
Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah pasien memiliki keluhan yang sama


dengan pasien.

Saudara (adik) pasien sering mengalami


keluhan bersin-bersin di pagi hari.
Riwayat Sosial dan Personal

• Pasien tidak merokok. Namun suami pasien seorang


perokok.

• Pasien seorang ibu rumah tangga dengan aktivitas


ringan
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital Tanda Vital
• Keadaan Umum : Sakit ringan • Suhu aksila : 36,3 ºC
• Kesadaran : Compos mentis • Tinggi badan : 160 cm
• Tekanan darah : 110/60 Berat badan : 50 kg
mmHg • BMI :
• Nadi : 84kali/menit 22,02kg/m2
• Respirasi : 21 kali/menit •
Pemeriksaan Umum
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Hidung : tidak ada kelainan
• Telinga : tidak ada kelainan
• Tenggorok : tidak ada kelainan
• Leher : JVP ± 2 cmH2O, KGB tidak membesar
• Thorak :
Cor :
• Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
• Perkusi : batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi` : S1-S2 reguler, bising tidak ada
Pemeriksaan Umum
Pulmo
• Inspeksi : pergerakan dada simetris kanan dan kiri,
retraksi tidak ada, penggunaan otot bantu nafas tidak ada
• Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
• Perkusi : sonor
• Ausklutasi : SN bronkhovesikular, Rh (-/-), wh (-/-)

• Abdomen : supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba, BU


(+)

• Ekstremitas : teraba hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik


Diagnosis Diagnosis Pemeriksaan
Kerja Banding Anjuran
• Asma • Asma • Spirometri
Persisten Persisten
Ringan Sedang
Asma Persisten Ringan
Tatalaksana
• Terapi Umum
 Menjelaskan tentang penyakit pasien dan pengobatan
 Menganjurkan untuk menghindari faktor pencetus serangan
asma
 Menganjurkan untuk melakukan upaya hidup sehat termasuk
olahraga ringan
 Menganjurkan untuk menjaga kebersihan rumah dan
lingkungan

• Terapi Khusus
 Aminofilin tablet 3 x 200 mg
 Seretide inhaler 2 x 2 puff
Diskusi
• Seorang pasien perempuan usia 30 tahun datang ke Poliklinik PTM
Puskesmas Kuranji pada tanggal 30 November 2019 untuk control
penyakit asma bronchialnya.

• Pasien telah dikenal menderita asma sejak usia 15 tahun dan rutin
melakukan control ke puskesmas. Keluhan sesak nafas dirasakan
terakhir kali 4 hari yang lalu ketika pasien bangun pagi dan
membersihakan sofa di rumah. Sesak diawali dengan batuk-batuk
dan dirasakan berdahak berwarna putih dan sedikit lengket. Sesak
nafas berbunyi “ngik-ngik”. Kemudian pasien menghentikan
kegiatannya dan berjalan ke kamar untuk mengambil obatnya.
Keluhan sesak nafas berkurang dengan pemakaian obat.
• Keluhan ini dirasakan pasien terjadi lebih kurang 2 kali dalam
seminggu, terutama ketika pasien membersihkan rumah. Ketika
serangan, pasien masih bisa berjalan untuk mengambil obat
asmanya. Dalam satu bulan kira-kira pasien terbangun dari
tidurnya karena sesak sebanyak 3 kali.

• Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan.

• Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan pasien dalam keadaan


stabil dan pemeriksaan fisik paru didapatkan suara nafas
bronkhovesikuler, tidak ada rhonki dan wheezing
• Diagnosis kerja pasien adalah asma persisten ringan.

• Pada pasien diberikan terapi untuk mengontrol asma dan


meredakan serangan asmanya, dengan pemberian aminofilin tablet
3 x 200 mg dan seretide inhaler 2 x 2 puff sebagai pereda serangan.
Pasien dianjurkan untuk menghindari factor pencetus serangan,
melaksanakan pola hidup sehat dan olahraga teratur, serta menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai