BELL’S PALSY
Oleh :
Preseptor :
Bell’s Palsy merupakan kelainan saraf fasialis tipe perifer idiopatik dan
penyebab terbanyaknya adalah lesi nervus unilateral yang dapat mengenai semua
bell’s palsy karena pada autopsi dapat diisolasi HSV-1 tersebut dari ganglion
Manifestasi yang muncul dapat berupa terkulai, ekspresi kaku, terasa berat
secara ringan ataupun berat. Sebagian besar pasien mengalami perbaikan tanpa
dilakukan intervensi 2-3 minggu dan akan membaik keseluruhan setelah 3 sampai
4 minggu setelahnya.2
pasti untuk bell’s palsy, namun banyak dari klinisi yang memberikan steroid
1
1.2 Batasan Masalah
1.3 Tujuan
Laporan kasus ini bertujuan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf dan menambah pengetahuan tentang Bell’s
palsy.
Penulisan laporan kasus ini berdasaran literatur seperti textbook, jurnal, dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bell’s palsy merupakan paralisis nervus fasialis ipsilateral idiopatik yang
nervus fasialis. Biasanya timbul secara akut tanpa ada kelainan neurologik lainnya
2.2 Anatomi
inti nervus absdusen (VI) dan keluar dari lateral pons. Nervus fasialis bersama
kedalam kanalis fasialis dan kemudian masuk kedalam os mastoid dan keluar dari
wajah.3
telinga tengah.
3
3. Serabut visero sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di 2/3
depan lidah.
eksterna dan bagian luar gendang telinga yang bertumpang tindih dengan
Gambar 1 : serabut saraf nervus VII (fasialis). Garis biru tebal merupakan serabut
motorik, garis biru putus-putus merupakan serabut parasimpatik dan garis
putus- putus titik merupakan serabut aferen viseral. A, B, dan C merupakan
lesi pada nervus fasialis pada foramen stilomastoideus, ganglion genikulus
distal dan ganglion genikulus proksimal.4
Otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi sehingga apabila
terjadi kelumpuhan nervus fasialis sentral maka sekitar mata dan dahi tidak
lumpuh yang lumpuh adalah bagian bawah wajah. Apabila gangguan terjadi pada
4
nervus fasialis perifer maka semua otot seisi wajah akan lumpuh dan mungkin
juga termasuk cabang saraf yang mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang
2.3 Epidemiologi
Perempuan usia 10-19 tahun lebih sering terkena daripada laki-laki dengan
rentang usia yang sama. Puncak kejadian bell’s palsy adalah usia 20 tahun sampai
40 tahun.5,6
2.4 Etiologi
bell’s palsy. Infeksi HSV-1 merupakan agen etiologi dalam bell’s palsy
menyebabkan infeksi primer pada bibir (yaitu, luka dingin), virus berjalan naik ke
akson saraf sensorik dan berada di ganglion genikulatum. Pada saat stres, virus
5
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi yang tepat dari bell’s palsy masih menjadi perdebatan.
kompresi saraf wajah dalam kanal tulang temporal. Penyebab edema dan iskemia
belum ditentukan. Bagian pertama dari saluran wajah, segmen labirin, adalah yang
paling sempit; foramen meatal di segmen ini memiliki diameter hanya sekitar 0,66
mm. Ini adalah lokasi yang dianggap tempat paling umum dari kompresi nervus
fasialis pada bell’s palsy. Mengingat terbatasnya saluran wajah, tampaknya logis
Cidera pada saraf wajah di Bell palsy bersifat perifer terhadap nukleus
saraf. Cidera ini diduga terjadi di dekat atau di ganglion genikulatum. Jika lesi
gustatoris dan otonom. Lesi antara ganglion genikulatum dan korda timpani
menghasilkan efek yang sama, sementara jika lesi berada di foramen stilomastoid,
fasialis. Nervus fasialis memiliki bagian serabut saraf sensorik dan motorik, maka
penurunan indara pengecap ipsilateral pada 2/3 anterior lidah. Pada beberapa
kasus dapat disertai hipertesia pada satu atau lebih cabang nervus trigeminal.1
6
Tabel 1 : skala House-Brackman untuk menentukan derajat kelumpuhan nervus
fasialis1
Derajat Karakteristik
I (normal) Tidak ada kelainan
II (disfungsi ringan) Inspeksi :
- tampak kelemahan otot wajah ringan dengan inspeksi
seksama
- dapat ditemukan sinekia
- tampak simetris dan tonus tampak normal saat istirahat
Gerakan otot wajah :
- m. frontalis : fungsi sedang-baik
- m. orbikularis okuli : kelopak mata menutup baik
dengan usaha minimal
- m. orbikularis oris : asimetris ringan
III (disfungsi sedang) Inspeksi :
- tampak tonus normal saat istirahat
- tampak sinkinesis, kontraktur, atau hemifasial spasme
yang jelas namun tidak berat.
- tampak asimetris namun tidak memberikan kesan jelak
terhadap penampilan
Gerakan otot wajah :
- m. frontalis : gerakan berkurang
- m. orbikularis okuli : kelopak mata menutup baik
dengan usaha maksimal
- m. orbikularis oris : asimetris ringan dengan usaha
maksimal
IV (disfungsi sedang-berat) Inspeksi :
- tampak asimetris dan memberikan kesan buruk terhadap
penampilan
- tampak tonus normal saat istirahat
Gerakan otot wajah :
- m. frontalis : tidak ada gerakan
- m. orbikularis okuli : kelopak mata menutup tidak
sempurna
- m. orbikularis oris : asimetris dengan usaha maksimal
V (disfungsi berat) Inspeksi :
- tampak asimetris saat istirahat
Gerakan otot wajah :
- m. frontalis : tidak ada gerakan
- m. orbikularis okuli : kelopak mata menutup tidak
sempurna
VI (paralisis total) tidak ada gerakan sama sekali
atau bilateral dan memperkirakan apakah lesinya berada di sentral atau perifer.8
terdapat simetri otot wajah secara keseluruhan. Plika nasolabialis dilihat apakah
sama kiri dengan kanan, kemudian gerakan mulut selama berbicara, tersenyum,
dan tertawa. Untuk melihat fungsi nervus fasialis perifer dapat dilihat dari
fungsi rasa kecap lidah pada dua pertiga bagian depan. Pada area tersebut dapat
terjadi pada tumor, infeksi herpes zoster pada ganglion genikulatum (Ramsay
Pemberian prednison dengan dosis 40-60 mg/ hari per oral atau 1 mg/
8
dimana pemberiannya dimulai pada hari kelima setelah onset penyakit, gunanya
hari dapat digunakan dalam penatalaksanaan Bell’s palsy. Acyclovir akan berguna
jika diberikan pada 3 hari pertama dari onset penyakit untuk mencegah replikasi
mencegah keratitis paparan akbat lagoftalmus dapat diberikan air mata buatan,
2.10 Prognosis
memabaik dalam 2 minggu dan sembuh dalam waktu 2 sampai 6 bulan. Penderita
yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai peluang 40% sembuh total dan
beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa. Penderita yang berusia 30 tahun atau
kurang, hanya memiliki perbedaan peluang 10-15 persen antara sembuh total
dengan meninggalkan gejala sisa. Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka
9
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
ILUSTRASI KASUS
10
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Nn. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 18 tahun
MR : 00.96.98.67
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku : Minang
Alamat : Padang panjang
Tgl masuk : 30 April 2018
ANAMNESIS
Alloanamnesis :
Keluhan Utama :
April 2018 dengan keluhan bibir mencong sebelah kanan sejak 3 jam sebelum
datang ke rumah sakit. Pasien mengaku sehari sebelum serangan bibir pasien
berkedut dan pada malam hari pasien sedang berkumpul bersama teman-
temannya di tempat terbuka hingga tengah malam. Ketika bangun tidur pasien
digerakkan. Pasien mengatakan pada saat minum air, air selalu keluar dari
mulut. Kelopak mata kiri terasa sulit untuk menutup dan mata kiri terasa lebih
Demam ada tidak tinggi dan tidak menggigil sejak 2 hari sebelum datang ke
11
Pusing berputar (-), nyeri kepala (-),
12
Perkusi : batas jantung kiri : 1 jari medial LMCS RIC V, kanan : LSD,
N. II (Optikus)
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Doll’s eye movement -/-
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
13
Ekso/endotalmus (-) (-)
Pupil
· Bentuk Bulat, 3 mm Bulat, 3 mm
· Refleks cahaya (+) (+)
· Refleks akomodasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
· Refleks konvergensi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Normal Normal
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Normal Normal
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
· Membuka mulut
· Menggerakkan rahang Normal
· Menggigit
Normal
Normal
· Mengunyah
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Sensorik
· Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
· Divisi maksila
- Refleks masetter (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
· Divisi mandibular
- Sensibilitas (+) (+)
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
14
Raut wajah Plika nasolabialis kanan lebih datar
Sekresi air mata (+) (+)
Fissura palpebral Sulit menutup Normal
Menggerakkan dahi Datar Normal
Menutup mata Sulit Normal
Mencibir/ bersiul Mencong ke kanan Normal
Memperlihatkan gigi Mencong ke kanan Normal
Sensasi lidah 2/3 depan Berkurang Normal
Hiperakusis Tidak ada Tidak ada
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berisik Normal Normal
Detik Arloji Normal Normal
Refleks okuloauditorik Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Rinne tes Normal Normal
Weber tes Normal
Schwabach tes
- Memanjang
Sama dengen pemeriksa
- Memendek
Nistagmus (-) (-)
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Normal
Refleks muntah (Gag Rx) (+)
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
Uvula Normal Normal
Menelan Normal Normal
Artikulasi Normal Normal
Suara Normal Normal
Nadi Reguler
N. XI (Asesorius)
15
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal Normal
Menoleh ke kiri Normal Normal
Mengangkat bahu kanan Normal Normal
Mengangkat bahu kiri Normal Normal
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Tidak ada deviasi
Kedudukan lidah dijulurkan Tidak ada deviasi
Tremor - -
Fasikulasi - -
Atrofi - -
Keseimbangan Koordinasi
Romberg test Tidak dilakukan Jari-jari Tidak dilakukan
Romberg test Tidak dilakukan Hidung-jari Tidak dilakukan
dipertajam
Stepping gait Tidak dilakukan Pronasi-supinasi Tidak dilakukan
Tandem gait Tidak dilakukan Tes tumit lutut Tidak dilakukan
Rebound phenomen Tidak dilakukan
v Pemeriksaan sensibilitas
16
Sensiblitas termis Normal
Sensiblitas sendi dan posisi Normal
Sensibilitas getar Normal
Sensibilitas kortikal Normal
Stereognosis Normal
Pengenalan 2 titik Normal
Pengenalan rabaan Normal
v Sistem refleks
v Fungsi otonom
- Miksi : neurogenic bladder (-)
- Defekasi : inkotinensia alvi (-)
- Sekresi keringat: dalam batas normal
v Fungsi luhur
17
Hemoglobin 13,0 g/dl
Leukosit 7.200/mm3
Trombosit 133.000/mm3
Hematokrit 32 %
GDS 98 mg/dl
Ur/Cr 54 / 1,2 mg/dl
Total Kolesterol 152 mg/dl
HDL/ LDL 31 / 129 mg/dl
Trigliserida 146 mg/dl
Asam Urat 5 mg/dl
Kesan : dislipidemia
3.2 Pemeriksaan Tambahan
- MRI
- Blink reflex (+)
Diagnosis :
18
BAB IV
DISKUSI
Padang pada tanggal 30 April 2018 dengan keluhan bibir mencong sebelah kanan
sejak 3 jam sebelum datang ke rumah sakit. Pasien mengaku sehari sebelum serangan
bibir pasien berkedut dan pada malam hari pasien sedang berkumpul bersama teman-
temannya di tempat terbuka hingga tengah malam. Ketika bangun tidur pasien tiba-
tiba merasakan bibir sebelah mencong ke sebelah kanan dan sulit digerakkan. Pasien
mengatakan pada saat minum air, air selalu keluar dari mulut. Kelopak mata kiri
terasa sulit untuk menutup dan mata kiri terasa lebih berair dibandingkan mata kanan.
Keluhan lumpuh pada pasien dari dahi, mata dan bibir merupakan
kelumpuhan nervus fasialis perifer. Salah satu faktor yang berhubungan dengan bell’s
palsy adalah infeksi HSV-1, pada pasien terdapat riwaya deman 2 hari sebelum
keluhan muncul. Hal tersebut dapat terjadi karena infeksi virus HSV-1.
Tatalaksana yang diberikan kepada pasien adalah steroid dan antivirus dan
ditambah obat tetes mata mencegah keratitis karena lagoftalmus. Steroid diberikan
sebagai antiinflamsi dan asiclovir diberikan karena pada pasien terjadi kemungkinan
infeksi virus.
BAB III
KESIMPULAN
19
Bell’s palsy merupakan paresis atau kelumpuhan yang akut dan
idiopatik akibat disfungsi nervus facialis perifer. Penyebab Bell’s palsy adalah
didiagnosa dengan inspeksi. Otot muka pada sisi yang sakit tak dapat
sisi yang sakit akan mencong tertarik ke arah sisi yang sehat. Gejala
meskipun pada beberapa pasien, gejala sisa dan rekurensi dapat terjadi.
20