Anda di halaman 1dari 4

Dokter Muda THT-KL Periode November - Desember 2022 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1. Patogenesis Bell’s Palsy wajah yang terpengaruh, nyeri di dalam atau di


belakang telinga, dan peningkatan sensitivitas
Herpesvirus (HV) merupakan virus besar terhadap suara (hiperakusis) pada sisi yang terkena
diselimuti dengan DNA linier berantai ganda. Infeksi α- jika otot stapedius terlibat.4
HV yang menargetkan neuron perifer (misalnya HSV-
1, HSV-2, dan VZV). Infeksi HSV dan VZV dapat
bertahan sepanjang umur inang. α-HV memasuki
tubuh manusia melalui mukosa dan membentuk
kehadiran laten mereka di beberapa ganglia
neuroaksis dengan transkripsi gen yang sangat
terbatas untuk seluruh hidup inang, termasuk di
ganglia otonom dan sensorik kepala, leher, dan
tengkorak. Bentuk laten di ganglia ini bersifat khas dan
didistribusikan secara luas ke seluruh penyakit dan
populasi normal apabila tidak ada replikasi virus yang
aktif. HSV dan VZV dapat diaktifkan kembali dengan
adanya antibody yang bersirkulasi atau pada pejamu
yang imunokompeten, sementara reaktivasi lebih
mungkin terjadi pada kasus defisiensi imun.1

2. Patofisiologi Bell’s Palsy

Hipotesis utama saat ini mengenai patofisiologi


kelumpuhan saraf wajah melibatkan reaktivasi infeksi
HSV-1 atau respon inflamasi autoimun yang dimediasi Gambar. Possible sign of Bell’s Palsy
sel. Pada operasi dekompresi dan dalam air liur
pasien yang terkena, HSV-1 dapat diisolasi dari 4. Diagnosis Klinis Bell’s Palsy
ganglion genikulatum dan terdeteksi pada cairan
endoneurium.2,3 A. Anamnesis

Pada hipotesis autoimun, kelumpuhan n. fasialis Sebagian besar pasien datang dengan keluhan
idiopatik dianggap sebagai varian mononeuritik dari kelemahan pada salah satu sisi wajah. Selain itu,
Guillain-Barre Syndrome (GBS) yang didukung oleh terdapat beberapa keluhan lain diantaranya:
penurunan sel T supressor, peningkatan limofsit B,
• Nyeri postauricular. Sebanyak 50% pasien menderita
dan peningkatan konsentrasi serum IL-1, IL-6, dan
nyeri di regio mastoid. Nyeri sering muncul secara
TNF-α. Pada pengamatan epidemiologi kejadian
simultan disertai dengan parese, tetapi parese muncul
kelumpuhan N. fasilaisis di Swiss setelah pengenalan
dalam 2-3 hari pada sekitar 25% pasien.
vaksinasi influenza intranasal, diduga bahwa infeksi
(atau vaksinasi, seperti di Swiss) dapat menginduksi
• Mata kering karena penurunan aliran air mata.
respon imun mononeuritik yang ditujukan terhadap
Umumnya pasien mengeluh mengenai aliran air mata
antigen mielin saraf di perifer; dalam hal ini saraf
mereka akibat penurunan fungsi orbicularis oculi
wajah.3
dalam mengalirkan air mata. Hanya sedikit air mata
yang dapat mengalir hingga saccus lacrimalis dan
Kelumpuhan dapat berkembang secara bertahap
terjadi kelebihan cairan. Produksi air mata tidak
dimulai dari peradangan hingga menyebabkan edema
dipercepat.
dan pembengkakan. Hal ini mengakibatkan kompresi
saraf di saluran tuba, hipoperfusi (strangulasi) saraf,
• Perubahan rasa: gangguan rasa kecap dan
menyebabkan kerusakan akson dan selubung mielin,
penurunan rasa kecap. Hal ini terjadi akibat hanya
dan disfungsi saraf.3
setengah bagian lidah yang terlibat yaitu 2/3 anterior.
3. Manifestasi Klinis Bell’s Palsy
• Hyperacusis: kerusakan toleransi pada tingkatan
tertentu pada telinga akibat peningkatan iritabilitas
Gambaran klinis Bell’s palsy adalah kelemahan
mekanisme neuron sensoris.
atau kelumpuhan otot wajah bagian atas dan bawah
dari sisi yang terkena, kelopak mata ipsilateral yang
B. Pemeriksaan Fisik
terkulai, ketidakmampuan untuk menutup mata
sepenuhnya, robekan mata yang berlebihan (epifora), 1. Pemeriksaan fungsi saraf motorik
terkulai dari sudut mulut, gangguan atau kehilangan
sensasi rasa pada ipsilateral, kesulitan makan akibat Pemeriksaan motorik N.VII diawali dengan
kelemahan otot ipsilateral yang menyebabkan inspeksi otot wajah pada keadaan istirahat, saat
makanan terperangkap pada sisi mulut yang terkena, pasien berbicara, dan saat mengekspresikan
air liur yang menetes, perubahan sensasi pada sisi emosinya. Hal yang perlu diperhatikan antara lain

2022
Dokter Muda THT-KL Periode November - Desember 2022 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

kesimetrisan wajah, tonus otot, atropi otot maupun 4. Schimer Test


gerakan involunter, seperti distonia, sinkinesia, tremor,
tik, mioklonik, khirea, atetosis, spasme hemifasial, dan Schimer Test atau Naso-Lacrymal Reflex,
blefarospasme. Kesimetrisan wajah dapat dinilai dianggap sebagai pemeriksaan terbaik untuk
dengan mengobservasi lipatan nasolabial, kerutan pemeriksaan fungsi serabut-serabut pada simpatis
dahi, dan lebar fisura palpebra. Selain itu, inspeksi dari saraf fasialis yang disalurkan melalui saraf
nervus facialis dapat dilakukan dengan menilai 10 petrosus superfisialis mayor setinggi ganglion
otot-otot utama wajah yang dipersarafi oleh nervus genikulatum. Kerusakan pada atau di atas saraf
fasialis perifer dan berfungsi untuk menciptakan mimik petrosus mayor dapat menyebabkan berkurangnya
dan ekspresi wajah. Adapun urutan ke-10 otot-otot produksi air mata.7 Fungsi lakrimasi dari mata dinilai
tersebut dari sisi superior adalah sebagai berikut. dengan tes schimer. Cara pemeriksaan dengan
meletakkan kertas lakmus lebar 0,5 cm panjang 5-10
a) M. Frontalis : mengangkat alis ke atas cm pada konjungtiva inferior. Panjang dari bagian strip
b) M. Sourcil ier : mengerutkan alis yang menjadi basah dibandingkan dengan sisi satunya
c) M. Piramidalis : mengangkat dan mengerutkan setelah 5 menit. Normal jika air mata membasahi
hidung ke atas kertas lakmus sepanjang 10-30mm.
d) M Orbikularis Okuli : memejamkan kedua mata
kuat-kuat. 5. Sinkinesis
e) M. Zigomatikus : tertawa lebar sambal
memperlihatkan gigi Komplikasi dari kelumpuhan nervus fasialis dinilai
f) M. Relever Komunis : memoncongkan mulut ke dengan pengujian sinkinesi. Cara mengetahui ada
depan sambal memperlihatkan gigi tidaknya sinkinesis adalah sebagai berikut:8
g) M. Businator : menggembungkan kedua pipi
a. Pasien diminta untuk memejamkan mata sekuat-
h) M. Orbikularis Oris : pasien diminta bersiul
kuatnya kemudian kita melihat pergerakan otot-otot
i) M. Triangularis : menarik kedua sudut bibir ke
pada daerah sudut bibir atas. Jika terdapat pergerakan
bawah
normal pada kedua sisi dinilai dengan angka dua (2).
j) M. Mentalis : memoncongkan mulut yang tertutup
Jika pergerakan pada sisi parese lebih kuat
ke depan
dibandingkan dengan sisi normal nilainya dikurangi
2. Pemeriksaan House-Brackmann satu (-1) atau dua (-2), tergantung dari gradasinya.

Sistem House-Brackmann bertujuan untuk b. Penderita diminta untuk tertawa lebar sambil
mengetahui gambaran dari disfungsi motorik fasial memperlihatkan gigi, kemudian pergerakan otot-otot
serta karakteristik dari kelumpuhannya. Mulai grade 1 pada sudut mata bawah diamati. Penilaian seperti
(normal) hingga grade 6 (kelumpuhan yang komplit). pada (a).

3. Pemeriksaan sensorik c. Sinkinesis juga dapat dilihat pada waktu penderita


berbicara (gerakan
Pemeriksaan dengan Gustometri, sistem
pengecapan pada 2/3 anterior lidah dipersarafi oleh emosi) dengan memperhatikan pergerakan otot-otot
cabang nervus fasialis yaitu nervus korda timpani. 5 sekitar mulut. Nilai satu (1) kalau pergerakan normal
Kerusakan pada N.VII sebelum percabangan korda simetris. Nilai nol (0) kalau pergerakan asimetris
timpani dapat menyebabkan ageusi (hilangnya
C. Pemeriksaan Penunjang
pengecapan). Lesi yang terletak distal dari foramen
stilomastoideus tidak mempengaruhi fungsi Bells palsy merupakan diagnosis klinis sehingga
pengecapan. Gangguan pengecapan lain dapat pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk
berupa hipoageusia (berkurangnya sensasi menyingkirkan etiologi sekunder dari paralisis saraf
pengecapan), dan parageusia (persepsi pengecapan kranialis. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk
yang abnormal).6 Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyingkirkan fraktur, metastasis, dan keterlibatan
penderita disuruh menjulurkan lidah, kemudian sistem saraf pusat. Pemeriksaan MRI dilakukan pada
pemeriksa menaruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau pasien dengan kecurigaan neoplasma di temporal,
garam pada lidah penderita. Hal ini dilakukan secara otak, glandula parotis, atau untuk mengevaluasi
bergiliran dan diselingi istirahat. Bila bubuk ditaruh, sklerosis multipel. Selain itu MRI dapat memvisualisasi
penderita tidak boleh menarik lidahnya ke dalam perjalanan dan penyengatan kontras saraf fasialis.
mulut, sebab bubuk akan tersebar melalui ludah ke
sisi lidah lainnya atau ke bagian belakang lidah yang 5. Tatalaksana
persarafannya diurus oleh saraf lain. Penderita diminta
menyebutkan pengecapan yang dirasakannya dengan Tujuan penatalaksanaan Bell’s palsy adalah
isyarat, misalnya 1 untuk rasa manis, 2 untuk rasa untuk mempercepat proses penyembuhan, mencegah
pahit, 3 untuk rasa asin, dan 4 untuk rasa asam.6 terjadinya kelumpuhan komplit dari kelumpuhan
parsial, meningkatkan angka penyembuhan komplit,

2022
Dokter Muda THT-KL Periode November - Desember 2022 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

menurunkan angka terjadinya sinkinesis dan aktivitasnya dan toksisitasnya yang rendah, asiklovir,
kontraktur wajah serta mencegah kelainan pada mata. analog nukleosida purin sintetik dapat digunakan
Pasien Bell’s palsy juga harus melakukan kontrol rutin untuk mencegah Herpes Simpleks tipe I dan II,
dalam jangka waktu lama.9 Varisella Zooster, dan Epstein Barr virus serta
cytomegalovirus. Disarankan pemberian asiklovir pada
Canadian Society of Otolaryngology Head and gejala defisit neurologis yang disebabkan oleh herpes
Neck Surgery dan Canadian Neurological Sciences zooster otikus dengan asiklovir intravena (10mg/kgBB
Federation melakukan review terhadap beberapa setiap 8 jam selama 7 hari) segera setelah timbulnya
modalitas terapi Bell’s palsy. Keduanya menjelaskan gejala dapat mencegah degenerasi dari saraf yang
mengenai tentang bukti penanganan Bell’s palsy dapat menyebab hilangnya pendengaran.12
dengan kortikosteroid dan antiviral, latihan fasial,
elektrostimulasi, fisioterapi dan operasi dekompresi. B. Non-Medikamentosa
Selain itu juga dibahas mengenai terapi perlindungan
mata, rujukan spesialis, dan investigasi lebih jauh a. Dekompresi Nervus Fasial
pada pasien yang memiliki kelemahan wajah yang
persisten dan progresif.10 Manajemen terapi yang Pembedahan dapat dipertimbangkan pada
merupakan rekomendasi paling kuat adalah pasien dengan Bells palsy komplit yang belum
menggunakan kortikosteroid, penggunaan antiviral jika berespon terhadap terapi medikamentosa dan telah
terdapat indikasi, penggunaan proteksi mata, merujuk terjadi degenerasi aksonal lebih dari 90%, seperti yang
ke spesialis dan perlunya assesment sebab ditunjukkan pada EMG nervus fasialis dalam waktu 3
neoplasma jika tidak terdapat perbaikan setelah terapi minggu sejak onset kelumpuhan. Sebelumnya harus
beberapa minggu. dilakukan penentuan lokasi dengan MRI. Dokter
bedah kemudian dapat memutuskan apakah
A. Medikamentosa dekompresi pada segmen rahang atas harus
didekompresi secara eksternal atau jika segmen
a. Kortikosteroid labirin dan ganglion geniculate harus didekompresi
dengan kraniotomi fossa tengah.6,12
Pedoman American Academy of Neurology tahun
2012 menyatakan bahwa steroid sangat efektif dan b. Fisioterapi
meningkatkan kemungkinan pemulihan fungsi nervus
fasialis pada Bell’s Palsy onset baru. Selain itu Dapat dilakukan kepada pasien antara lain (1)
pedoman dari American Academy of Otolaryngology– massage, (2) stimulasi elektris, (3) terapi latihan
Head and Neck Surgery Foundation (AAO-HNSF) dengan menggunakan cermin (mirror exercise), (4)
dikeluarkan pada November 2013 juga mendukung edukasi kepada pasien. Adapun untuk
pedoman AAN yang merekomendasikan penggunaan pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi
kortikosteroid dalam 72 jam sejak timbulnya gejala. 10,11 dan kebutuhan pasien. Massage adalah pijitan tangan
Oral glukokortikoid (kortikosteroid) sebaiknya di yang akan merangsang reseptor sensorik dari kulit
berikan secepatnya setelah onset, setidaknya dalam dan jaringan subcutaneous sehingga dapat
72 jam pertama. Prednison maupun prednisolon dapat memberikan efek rileksasi dan mengurangi kaku pada
diberikan 60 mg dalam 5 hari selanjutnya dapat wajah. Terapi latihan dengan menggunakan cermin
ditappering off 10 mg/hari mulai hari keenam. (mirror exercise) dapat memberikan biofeedback &
Penggunaan kortikosteroid berfungsi untuk untuk mencegah terjadinya kontraktur dan melatih
mengurangi inflamasi dan edema selama fase akut kembali gerakan volunter pada wajah pasien. Sering
sehingga dapat meminimalisir kerusakan saraf. dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat
Penelitian sistematic review menunjukkan bahwa dianjurkan pada stadium akut.
pemberian steroid mempunyai efek terapi yang
signifikan pada perbaikan fungsi motorik wajah. 6. Prognosis
Penggunaan prednison dalam penelitian lain juga
Kebanyakan pasien yang menderita Bell palsy
disebutkan bahwa mengurangi jumlah perbaikan
mengalami neurapraxia atau blok konduksi saraf lokal.
inkomplit, mengurangi komplikasi sinkinesia dan
Pasien-pasien ini cenderung memiliki pemulihan saraf
crocodile tear. Kekhawatiran penggunaan
yang cepat dan komplit. Pasien dengan axonotmesis,
kortikosteroid adalah adanya efek samping jangka
dengan gangguan akson, memiliki pemulihan yang
panjang namun demikian pemberian kortikosteroid
cukup baik, tetapi biasanya tidak komplit. Pasien dapat
pada Bell’s palsy adalah jangka pendek dan segera
sembuh tanpa pengobatan, pasien dapat sembuh total
diturunkan (tapp offering). Penggunaan kortikosteroid
atau mendekati pemulihan normal.
pada fase akut dapat meningkatkan pemulihan komplit
lebih dari 90%.12 Semakin cepat pemulihan, semakin kecil
kemungkinannya bahwa sekuele akan berkembang,
b. Agen Anti Viral, Pengobatan antivirus merupakan
seperti yang dirangkum di bawah ini:
cara terbaru dalam menangani Bell’s Palsy akut yang
disebabkan oleh virus. Berdasarkan spectrum

2022
Dokter Muda THT-KL Periode November - Desember 2022 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

• Jika terjadi pemulihan fungsi dalam 3 minggu, maka 3. Heckmann JG, Urban PP, Pitz S, GuntinasLichius
pemulihan kemungkinan besar akan komplit. O, Gágyor I. Idiopathische fazialisparese. Dtsch
Arztebl Int. 2019;116:692–702.
• Jika pemulihan terjadi antara 3 minggu hingga 2
bulan, maka hasil akhir biasanya memuaskan. 4. Thielker J, Geißler K, Granitzka T, Klingner CM,
Volk GF, Guntinas-Lichius O. Acute management of
• Jika pemulihan tidak dimulai sampai 2-4 bulan sejak Bell’s palsy. Curr Otorhinolaryngol Rep. 2018;6:161–
onset, kemungkinan gejala sisa permanen, termasuk 70.
sisa paresis dan sinkinesis akan lebih tinggi tinggi
5. Wiratman W, Safri AY, Indrawati LA, Octaviana F,
• Jika tidak ada pemulihan yang terjadi selama 4 Hakim M. Neuropati. Dalam: Anindatha T, Wiratman
bulan, maka pasien mungkin memiliki gejala sisa dari W. Buku ajar neurologi. Jakarta: Departemen
penyakit, yang meliputi sinkinesis, crocodile tears, dan Neurologi FKUI. 2017.
spasme hemifasial yang bersifat jarang.
6. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B.
Bell’s palsy memiliki tingkat kekambuhan sebesar Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer. Dalam Buku Ajar
7%. Ini bisa muncl kembali pada sisi yang sama atau Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
berlawanan dari parese awal. Kekambuhan biasnaya Leher. 7 th ed. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI, 2012.
dikaitkan dengan riwayat keluarga Bell’s palsy
rekuren. Tingkat kekambuhan yang lebih tinggi di 7. Ropper, AH., Brown, Robert H. Dalam: Adams &
antara pasien dilaporkan di masa lalu ; Namun, Victors’ Principles of Neurology, Eight Edition,
banyak dari pasien ini ditemukan memiliki etiologi McGraw-Hill. 2005.
yang mendasari untuk kekambuhan.
8. Mardjono M, Sidharta P, 2004. Nervus fasialis.
7. Kesimpulan Dalam Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.

Bell’s palsy adalah suatu kelumpuhan akut 9. Greco A, Gallo A, Fusconi M, Marinelli C, Macri GF,
nervus fasialis perifer yang tidak diketahui Vincentiis M. Bell’s Palsy and Autoimmunity. Italy :
penyebabnya, semua kelumpuhan N. Fasialis perifer Elsevier. 2015.
yang tidak diketahui penyebabnya disebut Bell’s
Palsy. Terdapat lima teori etiologi Bell’s palsy, yaitu 10. Mardjono M, Sidharta P, 2004. Nervus fasialis.
iskemik, vascular, virus, bakteri, herediter, dan Dalam Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.
imunologi. Bell’s palsy diyakini disebabkan oleh
inflamasi saraf fasialis pada ganglion genikulatum, 11. Aminoff, MJ et al. 2005. Lange medical book :
yang menyebabkan kompresi, iskemia dan Clinical Neurology, Sixth Edition, Mcgraw-Hill.
demielinasi. Secara klinis, Bell’s palsy telah
12. Danette CT. Bell Palsy. 2017. Diakses dari
didefinisikan idiopatik, dan penyebab proses inflamasi
https://emedicine.medscape. com /article/1146903-
masih tidak jelas. Patofisiologi dari Bell’s palsy adalah
overview#a7 pada tanggal 28 Juli 2022.
kerusakan/trauma/inflamasi pada serabut saraf
fasialis. Gambaran klinis berupa kelemahan sebelah
wajah yang bersifat akut diiringi adanya hiperakusis,
nyeri mastoid dan keluhan penurunan aliran air mata
serta perubahan indra perasa. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan yaitu fungsi motorik dan fungsi sensorik
pada otot-otot yang diinervasi oleh nervus fasialis.
Diagnosa banding yaitu pada kelumpuhan nervus
fasialis yang etiologinya jelas seperti Ramsay-Hunt
serta penyebab bukan di perifer seperti Stroke.
Penatalaksanaan yaitu medikamentosa berupa
kortikosteroid dan anti-viral.

DAFTAR PUSTAKA

1. ZhangW,XuL,LuoT,WuF,ZhaoB,LiX.The etiology of
bell’s palsy: a review. J Neurol. 2020;267:1896–905.

2. Aninditha T, Wiratman W. Buku ajar neurologi. 1st


ed. Jakarta: Penerbit Kedokteran Indonesia; 2017.
671–676 p.

2022

Anda mungkin juga menyukai