Preseptor
dr. Eldi Sauma, Sp. KJ
01
Pendahuluan
Demensia Alzheimer
Demensia Vaskular
Lainnya
YTT
Delirium
• Dari 42 kohort dalam 40 studi, 10-31% dari pasien baru yang masuk rumah
sakit memenuhi kriteria untuk delirium dan kejadian delirium yang
berkembang selama rawatan berkisar antara 3-29%. Pada pasien yang dirawat
di ICU, angka kejadian delirium mencapai 80%.
• Delirium merupakan salah satu dari gangguan mental organik. Delirium atau
yang dikenal juga sebagai keadaan kebingungan akut, merupakan sindrom
klinis yang berkembang pada orang lanjut usia.
• Hal ini ditandai dengan perubahan kesadaran dan kognisi dengan
berkurangnya kemampuan untuk fokus, mempertahankan, atau mengalihkan
perhatian.
Batasan Masalah Tujuan Penulisan Metode Penulisan
• Ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada pasien yang berusia
lanjut dan memiliki status mental yang sebelumnya terganggu.
c. Gangguan psikomotor
● Hipo dan hiperaktivitas dan pengalihan aktivitas yang tak terduga dari satu ke
yang lain
● Waktu bereaksi yang lebih panjang
● Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
● Reaksi terperanjat meningkat
e. Gangguan emosional
● Misalnya depresi, anxietas, atau takut, lekas marah, euforia, apatis, atau rasa
kehilangan akal
f. Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang timbul sepanjang hari dan
keadaan itu berlangsung kurang dari 6 bulan.
Diagnosis Menurut DSM 5
DSM-5 mendefinisikan delirium sebagai adanya seluruh kriteria berikut: 7
1. Gangguan perhatian dan kesadaran yang berkembang secara akut dan cenderung berfluktuasi tingkat keparahannya.
2. Setidaknya satu gangguan tambahan dalam kognisi
3. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh demensia yang sudah ada sebelumnya.
4. Gangguan yang tidak terjadi dalam konteks penurunan tingkat gairah atau koma.
5. Bukti penyebab atau penyebab organik yang mendasari.
Diagnosis Banding
a. Demensia
Tahap
Penelitian
melatonin dan analognya
Prognosis
• Sebagian besar pasien dengan delirium selama masuk rumah sakit terus menunjukkan
gejala delirium saat keluar, 6 bulan, dan 12 bulan follow-up. 2 Kesalahan diagnosis
dapat menyebabkan kematian yang bervariasi dari 10% hingga 36%, dan ada
peningkatan risiko kematian sebesar 70% selama enam bulan pertama setelah
kunjungan.
• Pasien, yang mengalami delirium dalam perawatan intensif sampai (ICU), memiliki
dua hingga empat kali lipat peningkatan risiko kematian di luar rumah sakit, dan
mereka yang berada di bangsal medis umum atau geriatri memiliki satu setengah kali
peningkatan risiko kematian di rumah sakit dalam beberapa tahun setelah rawat inap.
Penting untuk diperhatikan bahwa pada akhir kehidupan, pengaturan ini mendekati
85% dalam perawatan paliatif
03
Laporan
Kasus
I. Identitas Pasien
Nama (inisial) : Ny.A Panggilan : A
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat & tanggal lahir/ Umur : Padang, 6 Juni 1951
Status perkawinan : Janda
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak tamat SD
Pekerjaan : Wiraswasta ( Berjualan Kue)
Alamat & Telepon : Pasir Muaro GAnting, Parupuk Tabing /
0821xxxxxxxx
Nama, Alamat, No. KTP keluarga terdekat di
Padang (untuk pasien luar kota padang) :-
I. Identitas Pasien
KETERANGAN DIRI ALLO/INFORMAN
Nama (Inisial) : Tn. AP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat & Telepon : Parupuk Tabing/0823xxxx xxxx
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
Keakraban dengan pasien : Akrab
Sudah berapa lama mengenal pasien : 32 tahun
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
II. Riwayat Psikiatri
2. Sebab Utama
Pasien datang ke IGD RSUP DR. M. Djamil Padang diantarkan
keluarga karena mengeluhkan sesak nafas yang memberat sejak
4 jam sebelum masuk rumah sakit
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/Pr (saudara pasien telah meninggal dunia)
2. Lk/Pr (70 tahun)
3. Lk/Pr (pasien tidak mengingat umur saudaranya)
4. Lk/Pr (pasien tidak mengingat umur saudaranya)
II. Riwayat Psikiatri
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien terhadap
masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan yang dinyatakan pada
gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
i) Dan lain-lain
II. Riwayat Psikiatri
7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan perkembangan
kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang meliputi :
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan. (tidak ada informasi)
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau kondisi- kondisi mental yang diderita
si ibu)
Kesehatan Fisik : -
Kesehatan Mental : -
- Keadaan melahirkan :
Aterm ( ), partus spontan ( ), partus tindakan ( )
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
Aktifitas - - -
Sekolah*
Sikap - - -
Terhadap
Teman *
Sikap - - -
Terhadap
Guru
Kemampua - - -
n Khusus
(Bakat)
Tingkah Baik Baik Baik
Laku
II. Riwayat Psikiatri
h) Masa remaja: Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-), kenakalan remaja (-),
perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-), peminum minuman keras (-), problem berat badan (-),
anoreksia nervosa (-), bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur
(-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain. (Tidak ada informasi)
i) Riwayat Pekerjaan
Usia mulai bekerja 50 tahun, kepuasan kerja ( ), pindah-pindah kerja ( ), pekerjaan yang pernah
dilakukan ……..
Konflik dalam pekerjaan : ( ), konflik dengan atasan ( ), konflik dengan bawahan ( ), konflik dengan
kelompok ( ).
Keadaan ekonomi* : baik, sedang, kurang (menurut anak kandung pasien)
II. Riwayat Psikiatri
j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
• Haid pertama* (sudah/belum), (tidak ada informasi)
• Awal pengetahuan tentang seks tidak diketahui, sikap orang tua baik
• Hubungan seks sebelum menikah (tidak ada informasi)
• Riwayat pelecehan seksual tidak ada (tidak ada informasi)
• Orientasi seksual normal
• Keterangan pribadi suami :
Nama :W
Umur : Meninggal usia 75 tahun ( 4 tahun yang lalu)
Suku : Minang
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : tidak sekolah
Pekerjaan : Nelayan
Status sosial/ekonomi : tinggi, menengah, rendah*
II. Riwayat Psikiatri
• Perkawinan didahului dengan pacaran (), kawin terpaksa (-), kawin paksa (-), perkawinan kurang
disetujui orang tua (-), kawin lari (-), sekarang ini perkawinan yang pertama. Kepuasan dalam
hubungan suami istri : sering, sesekali, tidak pernah (ai)*, kelainan hubungan seksual (-) ai (bila
ada jelaskan di halaman kiri). (tidak ada informasi)
• Kehidupan rumah tangga : rukun (-), masalah rumah tangga (-)
• Keuangan : kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran dan pendapatan seimbang (+),
dapat menabung (+).
• Mendidik anak : suami-istri bersama-sama (+), istri saja (-), suami saja (-), selain orang tua
sebutkan (-).
II. Riwayat Psikiatri
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (+), rumah kontrak (-), rumah susun (-), apartemen (-), rumah
orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di asrama ( -) dan lain-lain
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan berlebihan (-),sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-),
tidak mau menerima kritik (-),meragukan kesetiaan orang lain (-),s ecara intensi fmencari-cari kesalahan dan
bukti tentang prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi (-), cemburu
patologik (-), hipersensifitas (-), keterbatasan kehidupan afektif (-).
Skizotipal Pikiran gaib (-), ideas of reference (-), isolasi sosial (-), ilusi berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila
bertatap muka dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh (-).
Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual yang berlebihan tanpa menghirau kan akibat
yang merugikan (-), melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan tanpa
menghiraukan kemungkinan yang merugikan dirinya (-), melucu berlebihan(-), kurangnya kebutuhan tidur(-),
pesimis (-), putus asa (-), insomnia (-), hipersomnia (-), kurang bersemangat (-), rasa rendahdiri(-), penurunan
aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-), dan lain-lain.
II. Riwayat Psikiatri
Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (-), mendambakan
ransangan aktivitas yang menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele
(-), egosentris (-), suka menuntut (-), dependen (-), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-), preokupasi dengan fantasi
tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan
perhatian dan pujian yang terus menerus (-), hubungan interpersonal yang eksploitatif
(-), merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila di kritik (-),dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikapyang amat tidak bertanggung
jawabdan berlangsung terus menerus (-), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan
menarik manfaat dari pengalaman (-), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial(-), tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung
lama(-), iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-), sering berbohong (-),sangat cendrung
menyalah kan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk
perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat(-)
II. Riwayat Psikiatri
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (- ), kurangnya pengendaian terhadap
kemarahan (-), gangguanidentitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan untuk berada sendirian (-),
tindakan mencederai diri sendiri(-), rasa bosan kronik (-), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah
dari orang lain (-), kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin disukai (-), preokupasi
yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari aktivitas sosial atau
pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-), preokupasi pada hal-hal yang rinci (details),
peraturan, daftar, urutan, organisasi danjadwal (-), perfeksionisme (-),ketelitian yang berlebihan (-), kaku
dan keras kepala (-), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal(-), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain
mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu(-), keterpakuan yang berlebihan pada kebiasaan sosial (-),
dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-),
membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya (-), perasaan
tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang
ketidakmampuan mengurus diri sendiri (+), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)
II. Riwayat Psikiatri
8. Stresor psikososial (axis IV)
Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari ( -), kawin terpaksa (-), kawin gantung (-),
kematian pasangan (-), problem punya anak (-), anak sakit (-), persoalan dengan anak (-), persoalan dengan orang tua (-),
persoalan dengan mertua (-), masalah dengan teman dekat (-),masalah dengan atasan/ bawahan (-),mulai pertama kali
bekerja (-),masuk sekolah (-),pindah kerja (-),persiapan masuk pension (-),pensiun (-),berhenti bekerja (-),masalah di
sekolah (-),masalah jabatan/ kenaikan pangkat (-), pindah rumah (-),pindah ke kota lain (-),transmigrasi (-),pencurian
(-),perampokan (-),ancaman (-), keadaan ekonomi yang kurang (-),memiliki hutang (-),usaha bangkrut (-),masalah
warisan (-),mengalami tuntutan hukum (-),masuk penjara (-),memasuki masa pubertas(-),memasuki usia dewasa
(-),menopause (-), mencapai usia 50 tahun (-), menderita penyakit fisik yang parah (-), kecelakaan (-),pembedahan
(-),abortus (-), hubungan yang buruk antar orang tua (-),terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga (-),cara
pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (-), sikap orang tua yang acuh tak acuh pada
anak (-),sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak (-),campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua
terhadap anak (-),orang tua yang jarang berada di rumah (-), terdapat istri lain (-), sikap atau kontrol yang tidak konsisten
(-),kontrol yang tidak cukup (-),kurang stimulasi kognitif dan sosial (-), bencana alam (-),amukan masa (-),diskriminasi
sosial (-),perkosaan (-),tugas militer (-),kehamilan (-), melahirkan di luar perkawinan (-),dan lain-lain.
II. Riwayat Psikiatri
9. Risiko suicide (-)
2. Penampilan
• Sikap tubuh: biasa(+), diam(-), aneh(-), sikap tegang(-), kaku (-), gelisah (-), kelihatan seperti tua(-), kelihatan seperti
muda (-), berpakaian sesuai gender (+).
• Cara berpakaian : rapi (+), biasa (-), tak menentu (-), sesuai dengan situasi (+), kotor(-), kesan ( dapat/ tidak dapat
mengurus diri)*
• Kesehatan fisik : sehat (-), pucat (-), lemas (-), apatis (+), telapak tangan basah (-) dahi berkeringat (-), mata
terbelalak (-)
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan (-) tidak dapat dilakukan (+) wajar (-), kurang wajar (-)sebentar (-), lama (+).
4. Sikap
Kooperatif (-), penuh perhatian (-), berterus terang (-), menggoda (-), bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha
supaya disayangi (-), selalu menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (-), dan lain-lain.
V. Status Mental
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
• Cara berjalan : biasa (-), sempoyongan (-), kaku (-), tidak dapat dinilai
• Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-), rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-),
cerea flexibilitas (-), negativisme (-), katapleksi (-),stereotipik (-), mannerisme (-), otomatisme (-), otomatisme
perintah (-), mutisme (-), agitasi(-) psikomotor (-), hiperaktivitas/ hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-), akathisia
(-), kompulsi (-), ataksia, hipoaktivitas (-), mimikri (-), agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-),
chorea (-), distonia (-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-),convulsi (-),seizure (-), piromania
(-),vagabondage (-).
2. Mood
mood eutimik (-), mood disforik (+), mood yang meluap-luap (expansive mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang
labil (swing mood) (-), mood meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), euforia (-), ectasy (-), mood depresi (hipotim) (-),
anhedonia (+), duka cita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-), mania (-), melankolia(-), La belle indifference (-),
tidak ada harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension (ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi
(-), abreaksional (-), rasa malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).
Gejala Ada/Tidak
5 gejala terpenuhi dengan perjalanan penyakit yang hilang timbul setiap hari dan onset berlangsung cepat (kurang dari 6
bulan). Pada pasien tidak ada gejala/riwayat demensia sebelumnya.
X. Diagnosis Multiaksial
1. Axis I : F05.0 Delirium, tak
bertumpang tindih dengan demensia
2. Axis II : Penyakit kardiovaskular dan XII. Penatalaksanaan
serebrovaskular + Pneumonia
A. Farmakoterapi
3. Axis III : tidak ada (none)
1. Aripiprazole 10 mg 1x1/2 tab PO
4. Axis IV : tidak ada (none)
2. Lasix 2x10 mg
5. Axis V : GAF 20-11
3. Ramipril 2x5 mg
4. Spironolakton 1x25 mg
5. Aspilet 1x 80 mg
6. Clopidogrel 1x75 mg
XI.Diagnosis Banding Axis I 7. Atorvastatin 1 x 40 mg
F05.1 Delirium bertumpang tindih dengan demensia B. Psikoterapi
8. Psikoterapi suportif
XIII. Prognosis
Quo et vitam : dubia ad bonam
Quo et fungsionam : dubia ad bonam
Quo et sanctionam : dubia ad bonam
04
Diskusi
Diskusi
Telah diperiksa pasien Ny. A berusia 70 tahun seorang perempuan dengan pekerjaan pedagang kue, beragama
islam, suku bangsa minang kabau, pendidikan tidak tamat SD, dan menjanda.Pasien sebelumnya datang ke IGD RSUP
Dr. M. Djamil Padang diantar keluarga pada 7 Januari 2022 dengan keluhan sesak yang semakin berat. Pasien akhirnya
dirawat di CVCU RSUP Dr. M. Djamil padang dengan diagnosis sindroma koroner akut Setelah seminggu dirawat (14
Januari 2022) , pasien mulai sering gelisah. Pasien kadang tidak menyambung saat diajak berbicara dan sering meracau.
Pasien tertidur pada siang hari dan sulit untuk dibangunkan, namun kesulitan tidur pada malam hari. Semakin malam
pasien semakin gelisah. Pasien pernah ingin mencabut infusnya sehingga dilakukan fiksasi pada pasien.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap pasien dan alloanamnesis kepada keluarga pasien, pasien memenuhi kritertia
untuk sindroma delirium. Pada pasien terjadi gangguan kesadaran dan perhatian dimana kesadaran pasien berkabut,
gangguan kognitif, gangguan psikomotor dimana terjadi hiperaktivitas pada pasien. Pada pasien juga terjadi gangguan
siklus tidur- bangun, dimana pasien sulit tertidur pada malam hari, tetapi tertidur pada siang hari dan sulit untuk
dibangunkan. Pasien juga mengalami gangguan mood dimana pasien lekas marah dan memiliki mood yang labil. Pasien
tidak ada riwayat mengonsumsi alkohol dan zat psikoaktif lainnya. Berdasarkan gejala tersebut, maka pasien memenuhi
kriteria delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoktif lainnya sesuai PPDGJ III. Pada pasien dapat diduga terjadinya
delirium dicetuskan oleh penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular pada pasien. Riwayat tindakan PCI sebelumnya
pada pasien juga meningkatkan resiko terjadinya delirium.
Diskusi
Berdasarkan alloanamnesa kepada anak kandung pasien, pasien tidak ada menunjukkan gejala demensia sebelum
dirawat, sehingga pasien dapat didiagnosis dengan F 05.0 delirium tak bertumpang tindih dengan demensia.
Saat ini pasien mendapatkan obat aripiprazole 1 x 5 mg untuk gejala demensianya.Aripiprazole merupakan
golongan antipsikotik atipikal yang juga memiliki efek sedasi sehingga dapat meredakan gejala pada pasien. Pemberian
antipsikotik ini dapat dipertimbangkan pada pasien dengan gejala delirium tipe hiperaktif, akan tetapi tidak
dipertimbangkan untuk delirium tipe hipoaktif. Dosis antipsikotik harus dioptimalkan dan disesuaikan setiap hari sampai
tidak diperlukan lagi. Akan tetapi perlu diingat tidak ada terapi khusus untuk delirium yang disarankan oleh FDA,
sehingga terapi dari delirium ini lebih diarahkan kepada psikoterapi. Sehingga pada pasien ini dilakukan psikoterapi
suportif.
Pada pasien dengan delirium, manajemen utamanya diarahkan untuk mengobat penyakit yang mendasarinya.
Kesimpulan
Delirium merupakan suatu sindrom, bukan merupakan suatu penyakit yang dapat disebabkan
oleh banyak penyakit, yang menyebabkan pola gejala yang sama terkait dengan kesadaran dan fungsi
kognitif pasien
Delirium ditandai oleh kebingungan jangka pendek serta gangguan kognisi. Terdapat empat
subkategori berdasarkan sejumlah penyebab: (1) kondisi medis umum, seperti infeksi; (2) terinduksi
obat, seperti kokain, opioid, fensiklidin; (3) etiologi multipel, sepefti trauma kepala dan penyakit
ginjal; dan (4) delirium yang tak tergolongkan di tempat Iain, seperti kurang tidur.
Tujuan utama dalam penatalaksanaan delirium adalah pencegahan dan deteksi dini. Kesalahan
diagnosis pada delirium sangat menentukan prognosis pada pasien. Oleh karena itu, dibutuhkan
ketepatan pada diagnosis dan tatalaksana dari delirium.
THANK YOU !
Any question for us?