Trigger 2
TUTORIAL 5 :
Fasilitator : dr. Irwan Triansyah, Sp.THT-KL
Ketua : Siti Hardiyanti (1510070100039)
Sekretaris : Ridho Devid Tri Sabirin(1510070100034)
Anggota : Indah Hendyni(1510070100036)
Nurul Septi Arbi Astuti(1510070100033)
Intania Kartini(1510070100040)
Fadholi Hibatullah(1510070100038)
Doni Wahyudi(1310070100193)
Rizqa Ashfiya Salma(1510070100035)
Nina Tri Suryani(1510070100037)
TRIGGER :
STEP 1 CLARIFY UNFAMILIAR TERMS
Diagnosis Banding
Diagnosis Kerja
Penatalaksanaan
STEP 5 : DEFINE LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :
1. Anamnesa pada trigger
2. Patofisiologi
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan status mental
5. Pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis banding
7. Diagnosis kerja
8. Penatalaksanaan
STEP 6 : SHARE THE RESULT OF INFORMATION AND
PRIVATE STUDY
STEP 7 : SHARE THE RESULT OF INFORMATION
GATHERING AND PRIVATE STUDY
1. ANAMNESIS/ALLOANAMNESIS
Nama : Tn. Anwar
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
RPS : Didiagnosis dehidrasi berat
Keluhan Utama : Diare sejak 3 hari yang lalu
Keluhan Lain :
Tampak gelisah pada malam hari
Berbicara meracau dan mengatakan bahwa dia melihat ada ibunya yang
sudah meninggal dikamar rawat
Keadaan membaik pada pagi hari
RPD : -
RPK : -
RPO : -
GEJALA KLINIS DELIRIUM
Perubahan kesadaran kesadaran berkabut
Perubahan atensi
Perubahan kognitif
Onset cepat
Durasi singkat
Gangguan tidur
Perubahan mood
2. PATOGENESIS
Kekurangan cairan dapat menyebabkan gangguan jiwa karena kekurangan
cairan dan ketidakseimbangan elektrolit (contoh hiponatremi) dapat
mengakibatkan disfungsi sistem saraf pusat akut yang hanya dapat diperbaiki
bila homeostatisnya telah normal kembali
3. PEMERIKSAAN FISIK DELIRIUM
Pemeriksaan fisik
Berguna untuk mengetahui adanya penyebab atau adanya tanda neurologis
fokal. Confussion Association Method (CAM)menyediakan alat untuk
menilai pasien delirium.
Versi singkatnya meliputi algoritme diagnostik,berdasarkan ciri kardinal
delirium yaitu onset akut, perjalanan fluktuatif, penurunan perhatian,
perubahan tingkat kesadaran
CAM memiliki sensitifitas 77-100%
Dapat digunakan dengan mudah pada kondisi klinis rutin
4
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan untuk delirium, adalah:
a. Mini-mental State Examination (MMSE).
b. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mencari Diagnosis penyakit
utama, yaitu:
Hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, gula darah, elektrolit
(terutama natrium), SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, urinalisis, analisis
gas darah, foto toraks, elektrokardiografi, dan CT Scan kepala, jika
diperlukan
6. DIAGNOSIS BANDING
Gambaran Delirium Demensia
Riwayat Akut Kronik
Awal Cepat Lambat laun
sebab Terdapat penyakit Penyakit otak kronik
lain(infeksi,dehidrasi,putus obat) (alzheimer,demensia vaskular)
Daya ingat Jangka pendek terganggunya nyata Jangka pendek dan panjang
Gambaran Delirium Demensia
Persepsi Halusinasi(visual) Halusinasi jarang
Psikomotor Retardasi Normal
Tidur Terganggu siklusnya Sedikit terganggu
Atensi dan kesadaran Amat terganggu Sedikit terganggu
• Gangguan Psikotik Singkat
• Skizofrenia
• Skizofreniform
• Gangguan Psikotik Lainnya
• Mood dengan Gambaran Psikotik
• Gangguan Stres Akut
7. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis 1 : Delirium et causa gangguan elektrolit
Aksis 2 : tidak ada
Aksis 3 : dehidrasi berat karena diare
Aksis 4 : tidak ada
Aksis 5 : Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
8. DIAGNOSIS KERJA
Penatalaksanaan
a. Kondisi pasien harus dijaga agar terhindar dari risiko kecelakaan selama
perawatan.
b. Apabila pasien telah memperoleh pengobatan, sebaiknya tidak
menambahkan obat pada terapi yang sedang dijalanin oleh pasien.
c. Bila belum mendapatkan pengobatan, pasien dapat diberikan obat anti
psikotik. Obat ini diberikan apabila ditemukan gejala psikosis dan atau
agitasi, yaitu: Haloperidol injeksi 2-5 mg IntraMuskular (IM)/ IntraVena
(IV). Injeksi dapat diulang setiap 30 menit, dengan dosis maksimal 20
mg/hari.