Secara klinis penegakkan diagnosis delirium dapat menggunakan DSM IV- TR. Di bawah ini
adalah criteria diagnostik delirium berdasarkan DSM IV –TR: Kriteria diagnostik delirium
yang berhubungan dengan kondisi medik umum:
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat
dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk
menemukan delirium ini (1) atau (2):
(1) Gejala pada kriteria A dan B berkembang selama intoksikasi zat.
(2) Penggunaan intoksikasi disini untuk mengatasi penyebab yang ada hubungan
dengan gangguannya.
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek
namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham
sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi
untuk menemukan penyakit delirium ini dalam kriteria A dan B. Keadaan ini
berkembang selama atau dalam waktu singkat sesudah sindroma putus zat.
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek
namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham
sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat
dan orang).
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat
dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk
menemukan etiologi delirium ini yang disebabkan oleh lebih dari satu penyebab kondisi
medik umum, disertai intoksikasi zat atau efek samping medikasi.
DIAGNOSA BANDING
Banyak gejala yang menyerupai delirium. Demensia dan depresi sering menunjukkan gejala
yang mirip delirium; bahkan kedua penyakit/ kondisi tersebut acap kali terdapat bersamaan
dengan sindrom delirium. Pada keadaan tersebut informasi dari keluarga dan pelaku rawat
3
menjadi sangat berarti pada anamnesis.
a. Delirium versus demensia
Yang paling nyata perbedaannya adalah mengenai awitannya, yaitu delirium awitannya tiba-
tiba, sedangkan pada demensia berjalan perlahan. Meskipun kedua kondisi tersebut
mengalami gangguan kognitif, tetapi pada demensia lebih stabil, sedangkan pada delirium
berfluktuasi.
Tabel 2. Perbandingan Delirium dan Demensia4
Sindrom delirium dengan gejala yang hiperaktif sering keliru dianggap sebagai pasien yang
cemas (anxietas), sedangkan hipoaktif keliru dianggap sebagai depresi. Keduanya dapat
dibedakan dengan pengamatan yang cermat. Pada depresi terdapat perubahan yang bertahap
dalam beberapa hari atau minggu sedangkan pada delirium biasanya gejala berkembang
3
dalam beberapa jam.
Beberapa pasien dengan skizofrenia atau episode manik mungkin pada satu keadaan
menunjukkan perilaku yang sangat kacau yang sulit dibedakan dengan delirium. Secara
umum, halusinasi dan waham pada pasien skizofrenia lebih konstan dan lebih terorganisasi
dibandingkan dengan kondisi pasien delirium.4
DELIRIUM MNEMONICS (suatu rangkaian kata yang dapat dipakai untuk membedakan
diagnosis delirium):
“I WATCH DEATH”
Acute metabolic :asidosis, alkalosis, gangguan elektrolit, gagal hepar, gagal ginjal
Trauma :luka kepala tertutup, heat stroke, postoperative, subdural hematoma,abses et causa
terbakar
CNS patologis :infeksi, stroke, tumor, metastasis, vaskulitis, encephalitis, meningitis, sifilis
Hipoksia :anemia, keracunan gas CO, hipotensi, gagal pulmoner atau gagal jantung.
Acute vaskuler :hipertensif encephalopati, stroke, arrhythmia, shock :obat yang diresepkan,
pestisida, pelarut berbahaya
4
Heavy metals : mangaan, air raksa, timah hitam
2.10. FAKTOR RESIKO DELIRIUM
5)
Faktor resiko delirium dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
- Anak kecil
- Gangguan tidur
- Demensia
- Luka bakar
- Malnutrisi
- Penyakit Parkinson
- Infeksi HIV
6
- Status post stroke
TATALAKSANA
Pengobatan terutama pada pasien delirium adalah untuk mengkoreksi kondisi medis
yang menyebabkan gangguan-gangguan utama. Langkah pertama pada tata laksana
pasien dengan delirium adalah melakukan pemeriksaan yang hati hati terhadap
riwayat penderita,pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Informasi dari pasien
tentang riwayat pasien terdahulu maupun status penderita sekarang sangat membantu
para praktisi medis untuk melakukan tata laksana yang baik untuk mengobati
delirium.
Anamnesa terbaik dari pasien delirium dapat menyingkirkan differensial diagnose lain
terutama hasil laboratorium juga dapat memperjelas etiologi dari delirium.
4. Test hati dan ginjal ; untuk mendiagnosa gagal ginjal atau hati
5. Analisis urine ; untuk mendiagnosa URTI
6. Test penggunaan pada urin dan darah
7. HIV test
8. Thiamine dan vit B12 level
Test neuroimaging:
1. CT Scan kepala
2. MRI berfungsi untuk mendiagnosa dari stroke,perdarahan, dan lesi structural
Pemeriksaan elektrofisiologi:
difuse.
1. Pungsi lumbal, dilakukan apabila curiga terdapat infeksi susunan saraf pusat
2. Pulse oximetry, dilakukan untuk mendiagnosa hipoksia sebagai penyebab
delirium
Terapi Medikamentosa
Dua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan pengobatan
1. Neuroleptik (haloperidol,risperidone,olanzapine)
a. Haloperidol (haldol)
Suatu antipsikosis dengan potensi tinggi. Salah satu antipsikosis efektif untuk delirium.
DOSIS :
Dewasa : gejala ringan ; 0,5-2 mg per oral Gejala berat ; 3-5 mg per oral Geriatric ; 0,5- 2 mg
per oral
b. Risperidone (risperdal)
Digunakan untuk delirium yang diakibatkan oleh gejala putus obat atau alcohol. Tidak
digunakan benzodiazepine karena dapat mendepresi nafas, terutama pada pasien
dengan usia tua,pasien dengan masalah paru. DOSIS :
berguna untuk membina hubungan yang erat terhadap pasien dengan lingkungan sekitar
untuk dapat berinteraksi serta dapat mempermudah pasien untuk melakukan ADL (activity of
7
daily living) sendirinya tanpa tergantung orang lain.
Awitan delirium yang akut, gejala prodromalnya seperti gelisah dan perasaan takut mungkin
muncul pada awal awitan. Bila penyebabnya telah diketahui dan dapat dihilangkan maka
gejala-gejalanya akan hilang dalamwaktu 3-7 hari dan akan hilang seluruhnya dalam waktu
dua minggu
DAFTAR PUSTAKA
4. Sadock BJ, Kaplan. Kaplan dan Sadock buku ajar psikiatri klinis. 2nd ed. Jakarta :
EGC;2010.
5. American Psychiatric Association.Diagnostic and Statistical Manual of Mental
th
Disorders (DSM-IV-TR). 4 ed. Washington, DC: American Psychiatric Association;
2000.
6. Alagiakrishnan K. Delirium. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/288890-overview . Accessed on October 22,
2013.
7. American Psychiatric Association. Practice guideline for the treatment of patients
with delirium. Am J Psychiatry. May 1999;156(5 Suppl):1-20.