Anda di halaman 1dari 27

Anestesi local dan Anestesi

regional
Karina Dinda Lestari
YC065212007
Tipe Anestesi
• anestesi total : hilangnya kesadaran secara total
• anestesi lokal : hilangnya rasa pada daerah tertentu yang
diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh)
• anestesi regional : hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas
dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau
saraf yang berhubungan dengannya.
Blok sentral (blok
neuroaksial), meliputi blok
spinal, epidural dan kaudal
Anestesi
regional Blok perifer (blok saraf)
misalnya anestesi topikal,
infiltrasi lokal, blok
lapangan, blok saraf, dan
regional intravena
Obat analgetik lokal/regional
Secara kimia, digolongkan sebagai berikut :

1. Senyawa ester

• Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan
inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester
umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida.
Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai prototip.

2. Senyawa amida

• Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain


Klasifikasi

hidrofobik hidrofilik
Persiapan Anesthesia Regional

•sama dengan persiapan GA karena untuk mengantisipasi terjadinya toksik


sistemik reaction yg bisa berakibat fatal, perlu persiapan resusitasi. Misalnya: obat
anestesi spinal/epidural masuk ke pembuluh darah → kolaps kardiovaskular
sampai cardiac arrest. Juga untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan, sehingga
operasi bisa dilanjutkan dg anestesi umum.
Kelebihan Anestesi regional Keterbatasan Anestesi regional

1.Alat minim dan teknik relatif 1.Tidak semua penderita mau


sederhana ->biaya relatif lebih dilakukan anestesi secara regional.
murah. 2.Membutuhkan kerjasama pasien
2.Relatif aman untung pasien yg yang kooperatif.
tidak puasa (op emergency, 3.Sulit diterapkan pada anak-anak.
lambung penuh) karena pasien 4.Terdapat kemungkinan kegagalan
sadar. pada teknik anestesi regional.
3.Tidak ada komplikasi jalan nafas
dan respirasi.
4.Tidak ada polusi kamar operasi
oleh gas anestesi.
5.Perawatan post op lebih ringan.
I. BLOK SENTRAL - Spinal dan Epidural Anestesi
Terdapat perbedaan fisiologis dan farmakologis bermakna antara keduanya.
Indikasi Anestesi Spinal

1.Bedah ekstremitas bawah.


2.Bedah panggul
3.Tindakan sekitar rektum-perineum
4.Bedah obstetri ginekologi
5.Bedah urologi
6.Bedah abdomen bawah
Kontraindikasi Absolut Kontraindikasi Relatif

• Pasien menolak untuk dilakukan • Menderita infeksi sistemik ( sepsis,


anestesi spinal bakteremi )
• Terdapat infeksi pada tempat suntikan • Terdapat infeksi disekitar tempat
• Hipovolemia berat sampai syok suntikan
• Menderita koagulopati dan sedang • Kelainan neurologis
mendapat terapi • Kelainan psikis
antikoagulan • Bedah lama
• Tekanan intrakranial yang meningkat • Menderita penyakit jantung
• Fasilitas untuk melakukan resusitasi • Hipovolemia
minim • Nyeri punggung kronis.
• Kurang berpengalaman atau tanpa
konsultan anestesi
Persiapan anestesi spinal

•Peralatan monitor Jarum pinsil (whitecare)

•Peralatan resusitasi /anestesia


umum
Jarum tajam (Quincke-

•Jarum spinal Babcock)


Teknik analgesia spinal
1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien dalam posisi dekubitus lateral atau duduk dan buat pasien membungkuk maksimal agar
procesus spinosus mudah teraba.

2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5, tentukan
tempat tusukan misalnya L2-L3, L3-L4 atau L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau atasnya berisiko trauma terhadap medulla
spinalis.

3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine dan alcohol

4. Beri anestetik lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1% 2-3ml.

5. Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, atau 25G dapat langsung digunakan.
Sedangkan untuk jarum kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa
semprit 10cc. Jarum akan menembus kutis, subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum
flavum, ruang epidural, duramater dan ruang subarachnoid. Setelah mandrin jarum spinal dicabutcairan serebrospinal akan
menetes keluar. Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut.
Kelebihan spinal :

 Obat anestesi lokal lebih sedikit

 Onset lebih singkat

 Level anestesi lebih pasti

 Teknik lebih mudah


Anestesi Epidural

• Blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural.


Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan duramater.
Kedalaman ruang rata-rata 5mm dan dibagian posterior
kedalaman maksimal pada daerah lumbal.

• Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung pada


akar saraf spinal yang terletak dilateral. Awal kerja anestesi
epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal, sedangkan
kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih lemah.
Kelebihan epidural dibandingkan spinal : Keterbatasan epidural :

 Bisa segmental  Teknik lebih sulit

 Tidak terjadi headache post op  Jumlah obat anestesi lokal lebih besar

 Hypotensi lambat terjadi  Reaksi sistemis 

 Efek motoris lebih kurang  Total spinal anestesi

 Dapat 1–2 hari dengan kateter  post op  Obat 5–10x lebih banyak untuk level analgesi

pain yang sama


Anestesi Caudal

Indikasi : operasi perineal


Cara :
A.Cari cornu sacralis kanan-
kiri
B.Diantaranya adalah
membran sacro coccygeal 
hiatus sacralis
Efek Fisiologis Neuroaxial Block
1. Efek Kardiovaskuler

- Akibat dari blok simpatis , akan terjadi penurunan tekanan darah. Efek simpatektomi tergantung dari tinggi blok. Pada spinal , 2-6 dermatom diatas
level blok sensoris, sedangkan pada epidural, terjadi block pada level yang sama.

- Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok pada cardioaccelerator fiber di T1-T4), dapat menyebabkan bardikardi sampai cardiac arrest.

2. Efek Respirasi

- Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok lebih dari dermatom T5) mengakibatkan hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak dan
menyebabkan terjadinya respiratory arrest.

- Bisa juga terjadi blok pada nervus phrenicus sehingga menmyebabkan gangguan gerakan diafragma dan otot perut yg dibutuhkan untuk inspirasi dan
ekspirasi.

3. Efek Gastrointestinal

- Mual muntah akibat blok neuroaksial sebesar 20%, sehingga menyebabkan hiperperistaltik gastrointestinal akibat aktivitas parasimpatis dikarenakan
oleh simpatis yg terblok. Hal ini menguntungkan pada operasi abdomen karena kontraksi usus dapat menyebabkan kondisi operasi maksimal.
II.BLOK PERIFER

• A. Anestesi Lokal
- menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang
cukup.

- menghasilkan blockade koduksi atau blockade lorong natrium pada dinding saraf secara
sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau
perifer.

- sering kali digunakan secara parenteral (injeksi) pada pembedahan kecil dimana anestesi umum
tidak perlu atau tidak diinginkan.
Mekanisme kerja
•Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium channel), mencegah peningkatan
permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan
hasilnya, tidak terjadi konduksi saraf.

•Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein
(protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.
Awal bekerja bergantung beberapa factor, yaitu: Konsentrasi minimal anestetika
lokal dipengaruhi oleh:
1. pKa mendekati pH fisiologis sehingga
konsentrasi bagian tak terionisasi 1. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf

meningkat dan dapat menembus membrane 2. pH (asidosis menghambat blockade saraf)


3. Frekuensi stimulasi saraf
sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja
cepat
Lama kerja dipengaruhi oleh:
2. Alkalinisasi anestetika lokal membuat awal
1. Ikatan dengan protein plasma karena reseptor
kerja cepat
anestetika lokal adalah protein
3. Konsentrasi obat anestetika lokal 2. Dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi
3. Dipengaruhi oleh banyaknya pembuluh darah
perifer di daerah pemberian
Farmakokinetik
A.Absorpsi :

1. Tempat suntikan
- Kecepatan absorpsi sistemik sebanding dengan banyaknya vaskularisasi tempat suntikan : absorpsi
intravena > trakeal > interkostal > kaudal > paraservikal > epidural > plexus brakial > skiatik >
subkutan

2. Penambahan vasokonstriktor
- Adrenalin 5 µg/ml atau 1:200 000 membuat vasokonstriksi pembuluh darah pada tempat suntikan
sehingga dapat memperlambat absorpsi sampai 50%

3. Karakteristik obat anestesi lokal


- Obat anestesi lokal terikat kuat pada jaringan sehingga dapat diabsorpsi secara lambat
B. Distribusi dipengaruhi oleh ambilan organ C. Metabolisme dan ekskresi
(organ uptake) dan ditentukan oleh factor- 1.Golongan ester
faktor: - Metabolisme oleh enzim pseudo-

1. Perfusi jaringan kolinesterase (kolinesterase plasma).


Hidrolisa ester sangat cepat dan kemudian
2. Koefisen partisi jaringan/darah
metabolit diekskresi melalui urin
- Ikatan kuat dengan protein plasma  obat
2.Golongan amida
lebih lama di darah
- Metabolisme terutama oelh enzim
- Kelarutan dalam lemak tinggi 
mikrosomal di hati. Kecepatan metabolisme
meningkatkan ambilan jaringan
tergantung kepada spesifikasi obat anestesi
3. Massa jaringan lokal. Metabolisme nya lebih lamabat dari
- Otot merupakan tempat reservoir bagi hidrolisa ester. Metabolit lewat urindan
anestetika lokal. sebagian diekskresi dalam bentuk utuh
Efek samping terhadap sistem tubuh • Sistem saraf pusat
- Parestesia lidah
• Sistem kardiovaskular - Pusing
- Depresi automatisasi miokard - Tinnitus
- Pandangan kabur
- Depresi kontraktilitas miokard
- Agitasi
- Dilatasi arteriolar
- Depresi pernafasan
- Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/kolaps - Tidak sadar
sirkulasi - Konvulsi
- Koma
• Sistem pernafasan
 
- Relaksasi otot polos bronkus • Imunologi
- Henti nafas akibat paralisis saraf frenikus - Reaksi alergi
 
- Paralisis interkostal
• Sistem musculoskeletal
- Depresi langsung pusat pengaturan nafas
- Miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain)
B. INFILTRASI LOKAL

•Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan sekitar tempat lesi

C. BLOK LAPANGAN (FIELD BLOCK)

•Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi tumor kecil)

D. ANALGESIA PERMUKAAN (TOPIKAL)

•Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput mukosa

E. ANALGESIA REGIONAL INTRAVENA

• Penyuntikan larutan analgetik lokal intravena. Ekstremitas dieksanguinasi dan diisolasi


bagian proksimalnya dengan torniket pneumatik dari sirkulasi sistemik.
Beberapa anastetik lokal yag sering digunakan

• 1. Kokain  dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan nafas atas. Lama kerja 2-30
menit.

• 2. Prokain  untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%, blok saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB dan lama
kerja 30-60 menit.

• 3. Lidokain  konsentrasi efektf minimal 0,25%, infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot
cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.

• 4. Bupivakain  konsentrasi efektif minimal 0,125%, mula kerja lebih lambat dibanding lidokain,
tetapi lama kerja sampai 8 jam.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai