Disusun oleh:
Na’ila Amira Salsabila
22010118220054
Pembimbing:
dr. Ilham Fauzi
A. ANESTESI REGIONAL
Anestesi adalah istilah yang diturunkan dari dua kata Yunani yaitu “an”
dan “esthesia”, dan bersama-sama berarti “hilangnya rasa sakit atau hilangnya
sensasi”. Para ahli saraf memberikan makna pada istilah tersebut sebagai
kehilangan rasa secara patologis pada bagian tubuh tertentu. Istilah anestesi
dikemukakan pertama kali Oliver Wendell Holmes (1809-1894) untuk proses
eterisasi Morton (1846), untuk menggambarkan keadaan pengurangan nyeri
sewaktu pembedahan.2
Anestesi lokal/ regional semakin berkembang dan meluas pemakaiannya,
mengingat berbagai keuntungan yang ditawarkan, diantaranya relatif murah,
pengaruh sistemik minimal, menghasilkan analgesi adekuat dan kemampuan
mencegah respon stress secara lebih sempurna.2
a. Mekanisme Kerja
Infiltrasi anestesi di sekitar saraf, menyebabkan keluarnya Ca2+ dari
reseptor dan anestesi lokal akan menempati reseptor tersebut sehingga terjad
blokade gerbang Na+. Selanjutnya terjadi hambatan konduksi Na+ dan depresi
kecepatan induksi, sehingga tidak dapat mencapai nilai potensial dan tidak
terjadi potensial aksi.2
b. Jenis
i. Anestesi Spinal
Anestesi spinal (intratekal) didapatkan dengan menyuntikkan obat anestesi
lokal secara langsung ke adalam cairan serebrospinalis di dalam ruang
subarakhnoid. Jarum spinal hanya dapat diinsersikan di bawah lumbal 2
dan di atas vertebra sakralis 1. Batas atas ini dikarenakan adanya ujung
medula spinalis dan batas bawah dikarenakan penyatuan vertebra sakralis
yang tidak memungkinkan dilakukan insersi. Anestesi lokal biasanya
diberikan dalam bolus tunggal.2
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. AR
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Ruang : Obstetri
No. CM : C727224
Tgl Operasi : 01 Agustus 2019
Tgl MRS : 31 Juli 2019
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama:
Sesak Nafas
B. Riwayat Penyakit Sekarang
± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sesak nafas. Sesak
napas dirasakan semakin lama semakin memberat. Sesak napas memberat
dengan aktivitas. Sesak napas berkurang saat pasien istirahat dengan
berbaring. Pasien mual (+) muntah (+) muntahan berupa makanan yang
dikomsumsi pasien., demam (-), keluar air dari jalan lahir (-).Karena sesak
napas semakin dirasakan, pasien ke IGD RSUP Dr. Kariadi.
± 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sesak nafas.
Sesak napas dirasakan semakin lama semakin memberat. Sesak napas
memberat dengan aktivitas. Pasien selanjutnya di bawa ke IGD RSDK dan
dirawat selama 2 hari. Pasien dipulangkan setelah diberi obat oematangan
paru. Pasien datang dengan demam (-) mual (-) muntah (-) muntah, keluar
air dari jalan lahir (-)
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit jantung (+)
Riwayat operasi (-)
Riwayat darah tinggi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat asma (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat kencing manis (-), darah tinggi (-), kelainan darah (-).
E. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang ibu rumah tangga, sudah menikah. Pembiayan dengan
BPJS NON PBI. Kesan sosial ekonomi kurang.
F. Anamnesis yang berkaitan dengan anestesi:
Batuk (-), pilek (-), demam (-), sesak napas (-), gangguan / kelainan darah
(-)
Riwayat peyakit jantung : ada
Riwayat alergi obat dan makanan : tidak ada
Riwayat kejang : tidak ada
Riwayat asma : tidak ada
Riwayat kencing manis : tidak ada
Riwayat darah tinggi : tidak ada
Riwayat operasi sebelumnya : tidak ada
G. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sesak
Kesadaran : kompos mentis
TV : TD : 110/70 mmHg T : 36,70C
N : 88 x/menit RR : 22x/menit
BB : 84 kg
TB :163 cm
ASA : II
Kepala : mesosefal
Mata : konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : discharge (-/-)
Hidung : discharge (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut : sianosis (-), perdarahan gusi (-), Mallampati II
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran nnll (-), deviasi trachea (-)
THORAX
Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis di SIC V, 2 cm medial LMCS
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : simetris, statis, dinamis
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Cembung gravid, BU (+) N
Ekstremitas : Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Punggung : Tegak, Lurus, Skoliosis (-), tidak terdapat luka/jejas pada
tempat yang akan di insersi anestesia
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan Ket
Hematologi
Hemoglobin 8 g/dL 12,00-15,00
Hematokrit 25,7 % 35-47
Eritrosit 3.09 106/µL 4,4-5,9
MCH 25.9 Pg 27,00-32,00
MCV 83.2 fL 76-96
MCHC 31.1 g/dL 29,00-36,00
Leukosit 9,8 103/µL 3,6-11
Trombosit 298 103/µL 150-400
RDW 15,6 % 11,60-14,80
MPV 10 fL 4,00-11,00
Glukosa Sewaktu 81 mg/dL 80-160
Aalbumin 3.3 g/dL 3,4-5.0
SGOT 33 U/L 15-34
SGPT 27 U/L 15-60
Ureum 12 mg/dL 15-39
Kreatinin 0,48 mg/dL 0.60-1.30
Elektrolit
Natrium 134 mmol/L 136-145
Kalium 4.1 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 104 mmol/L 98-107
Calcium 2.10 mmol/L 2.12-2.52
Magnesium 0.70 mmol/L 0.74-0.99
Plasma Prothrombin
Time (PPT)
Waktu Prothtombin 25.9 detik 9.4-11.3
PPT Kontrol 83.2 detik
Partial
Thromboplastin Time
(PTTK)
Waktu 9,8 detik 27.7-40.2
Thromboplastin
APTT Kontrol 298 Detik
J. DIAGNOSIS
a. Diagnosis preoperasi:
Kardiomiopati Peripartum
b. Pemeriksaan yang berkaitan dengan anestesi:
Adanya kelainan jantung Kardiomiopati Peripartum
K. TINDAKAN OPERASI
Sectio Cecarea Transperitoneal Profunda
L. TINDAKAN ANESTESI
Jenis anestesi : Regional Anestesi
Risiko anestesi: Ringan
ASA : II
i. Premedikasi:
O2 3 lpm
Lidocaine 2% 1 ampul
Fentanyl 1 ampul
ii. Anestesi:
Dilakukan regional anestesi: regional anestesi
Posisi puncture: duduk fleksi
Level: setinggi lumbal 2-3
Obat : Bupivacain HCl 0,5%
Volume : 4 cc
Maintenance : O2 3 lpm
Mulai anestesi : 08.00 WIB
Selesai anestesi : 09.15 WIB
Lama anestesi : 75 menit
iii. Terapi cairan
BB : 84 kg
EBV: 65cc/kgBB x 84= 5460 cc
Jumlah perdarahan : 250 cc
% perdarahan : 250/5460x100% = 4,5%
Kebutuhan cairan :
Maintenance = 2 x 84 = 168 cc
Stress operasi = 6 x 84 = 504 cc
Defisit puasa = 6 x 168 = 1.008 cc
Total kebutuhan cairan durante operasi :
Jam I : M + SO + ½ DP = 168 + 504 + 504 = 1176 cc
Jam II : M + SO + ¼ DP = 168 + 504 + 252 = 924cc
Cairan yang diberikan :
- NaCl 2000 cc
Waktu Keterangan HR Tensi SpO2
(x/menit) (mmHg)
08.00 Pre-oksigenasi 120 110/80 100
08.15 Anestesi mulai 120 110/80 100
08.30 Operasi mulai 120 110/80 100
08.45 Operasi 120 110/80 100
08.45 Operasi selesai 120 110/80 100
08.45 Anestesi selesai 120 110/80 100
1. Pemakaian obat/bahan/alat :
I. Obat suntik:
Bupivacain HCl 0,5% I amp
Lidocaine 2% I amp
Fentanyl I amp
Tramadol I amp
II. Obat inhalasi : O2 3 L/menit 250 L
III. Cairan : Ringer Laktat 2 botol
IV. Alat/lain-lain : Spuit 3 cc III
Spuit 5 cc III
Spuit 10 cc II
Jarum spinal I
Lead EKG III
Nasal canule I
2. Pemantauan di Recovery Room
a. Beri oksigen 3 lpm nasal kanul
b. Bila Bromage Score ≤ 2, pasien boleh pindah ruangan.
c. Bila mual (-), muntah (-), pasien boleh makan perlahan
3. Perintah di ruangan :
a. Bila terjadi kegawatan menghubungi anestesi (8050)
b. Pengawasan tanda vital setiap setengah jam selama 24 jam
c. Program cairan RL 20 tetes/menit selama 24 jam
d. Program injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam i.v selama 2 hari
e. Jika terjadi mual diberi injeksi antiemetik
f. Jika menggigil diberi cairan dan selimut hangat, cairan hangat
g. Jika tensi kurang dari 90/60 mmHg beri injeksi efedrin 10 mg/cc
h. Pasien risiko jatuh
i. Post operasi rawat RR beri oksigen 3 lpm nasal kanul
j. Bila sadar penuh, mual (-), muntah (-), pasien boleh makan perlahan
k. Bila bromage score ≤ 2 boleh pindah ruang