Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN OBSETRI & GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2022

UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL

Disusun Oleh:

Firda Ervinawati

C014202010

RESIDEN PEMBIMBING

dr. Dwicky Limbersia Aries


SUPERVISOR PEMBIMBING

dr. Nuraeni Abidin, Sp.OG(K), Subsp. Obginsos

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2022

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Firda Ervinawati

NIM : C014202010

Judul Kasus : Perdarahan Uterus Abnormal

Telah menyelesaikan laporan kasus dengan judul Perdarahan Uterus Abnormal


yang telah disetujui dan di bacakan dihadapan pembimbing dan supervisor dalam
rangka menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Periode 26 September –
04 Desember 2022.

Makassar, 04 Oktober 2022

2
Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Nuraeni Abidin, SpOG(K), Subsp. Obginsos dr. Dwicky Limbersia Aries

Mengetahui,

Koordinator Program Mahasiswa

Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

Dr. dr. Monika Fitria Farid, M.Kes, SpOG

3
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN LAPORAN KASUS

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Firda Ervinawati

NIM : C014202010

Benar telah membacakan laporan kasus dengan judul “Perdarahan Uterus


Abnormal” pada :

Hari/Tanggal : Selasa, 04 Oktober 2022

Pukul : 19.30-21.00

Minggu dibacakan : Minggu II

Nilai :

Dengan ini dibuat untuk digunakan sebaik-baiknya dan digunakan sebagai


mana mestinya.

Makassar, 04 Oktober 2022

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Nuraeni Abidin, SpOG(K), Subsp. Obginsos dr. Dwicky Limbersia Aries

4
Mengetahui,

Koordinator Program Mahasiswa

Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

Dr. dr. Monika Fitria Farid, M.Kes, SpOG

5
DAFTAR HADIR PEMBACAAN LAPORAN KASUS

Nama : Firda Ervinawati


NIM : C014202010
Hari/Tanggal : Selasa, 04 Oktober 2022

Judul Laporan Kasus : Perdarahan Uterus Abnormal

Pukul : 19.30-21.00

No Nama NIM Minggu Tanda Tangan


1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Makassar, 04 Oktober 2022

6
Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Nuraeni Abidin, Sp.OG(K), Subsp. Obginsos dr. Dwicky Limbersia Aries

7
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Umur : 34 tahun (16- 08 -1988)

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bonto Cinde No.4

No RM : 235100

Tanggal Masuk : 29 September 2022

1.2. Anamnesis

a. Keluhan Utama

Perdarahan pada jalan lahir

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RS Ibnu Sina dengan keluhan perdarahan pada jalan lahir
Keluhan disertai dengan nyeri perut. Darah yang keluar berupa darah menggumpal
berwarna merah hingga kecoklatan dengan frekuensi ganti pembalut 5-6 kali dalam
sehari. Tidak dijumpai lendir pada darah. Nyeri saat koitus tidak ada. Riwayat
keputihan tidak ada. Pasien mengeluhkan rasa mudah lelah saat melakukan aktivitas.
Penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan tidak ada. BAB dan BAK kesan
normal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat trauma dan infeksi tidak ada. Hipertensi tidak ada, diabetes mellitus tidak
ada, asma dan alergi tidak ada.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi tidak ada, DM tidak ada, Asma tidak ada, Alergi tidak ada.

e. Riwayat Haid

Menarche : 16 Tahun

Lamanya : 14 Hari

Siklus : 20, Teratur

Banyaknya : 3-4 x ganti pembalut

Dismenorhoe : Ada

f. Riwayat Pernikahan

Menikah : 1 kali, saat usia 27 tahun

Lama menikah : 7 tahun

g. Riwayat Persalinan

Tahun Jenis Anak


No Aterm Ditolong
Lahir Persalinan JK bb Kondisi

- - - - - - - -
h. Riwayat KB

Kontrasepsi dipakai/lalu : Tidak pernah

Keluhan :-

Lamanya Pemakaian :-

1.3. Pemeriksaan Fisik

a. Status Generalis

Keadaan umum : Lemas, Sakit Sedang

Kesadaran : Compos mentis

b. Tanda Vital

Tekanan Darah : 140/100 mmHg

Nadi : 77 kali/menit

Pernapasan : 20 kali/menit

Suhu : 36,7oC

c. Status Gizi

Tinggi badan : 153 cm

Berat badan : 71 kg

IMT : 30.3 kg/m2 (Obese 2)

d. Pemeriksaan Fisik Umum

Kepala : Normocephal

Rambut : Tidak mudah dicabut, hitam.


Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-)

Telinga : Otorea tidak ada

Mulut : Kering (+), pucat (-)

Hidung : Rinore tidak ada

Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-), Pembesaran KGB (-)

Jantung : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Paru : Bunyi nafas vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Abdomen : Peristaltik ada kesan normal. Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : Akral dingin, edema (-), CRT > 2 detik

e. Status Ginekologi

Pemeriksaan Luar

● Inspeksi

Bentuk : Datar

Striae : Tidak ada

Bekas Luka Operasi : Tidak ada

● Palpasi

TFU : Teraba, setinggi pusat

MT : `Tidak ada

Nyeri Tekan : Tidak ada

Fluksus : Darah (+)

Pemeriksaan Dalam

● Vulva / vagina : Tidak ada kelainan / tidak ada kelainan

● Porsio : Licin
● OUE/OUI : Tertutup/ tertutup

● Uterus : Kesan membesar, mobile (+)

● Adnexa : Tidak ada kelainan

● Cavum douglass : Tidak ada kelainan

● Pelepasan pervaginam : Darah (+)

1.4. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (01/09/2022)

Jenis Nilai
Hasil Satuan
Pemeriksaan Rujukan

Darah Rutin

WBC 10,6 4,00 - 9,00 10^3/uL.

HGB 9,3 L 12,0 – 16,0 g/dL.

HCT 30,4 L 33,5 - 52,0 %

PLT 420 150 – 350 10^3/uL.

CT Scan (13/9/2022)

- Uterus : besar dengan massa tumor di dinding dorsal. Mixed density, loblated,
ukuran 9,1 x 8,3 x 5,1 cm.

- Daerah adnexa : Tidak tampak kelainan

- Ascites tidak ada

- Hepar : bentuk, densitas parenkim dan tepi baik. Tidak tampak SOL

- GB normal, tidak ada batu atau penebalan pada dindingnya

- Pancreas, bentuk caput, corpus dan cauda normal, ductus pancreatic normal
- Bentuk dan densitas cortex ginjal kanan dan kiri normal, tidak ada batu atau
kista didalamnya

- Pelvisrenis dan ureter kanan-kiri normal

- Buli-buli normal, permukaan dinding baik, tidak ada ireguleriti

- Tidak ada pembesaran KGB pada aorta abdominalis

- Tulang-tulang intak

Kesan : Tumor Uterus

1.5. Diagnosis Kerja

- Perdarahan Uterus Abnormal et causa hyperplasia endometrium.

1.6. Penatalaksanaan

➢ Drips coctail/8jam/IV
➢ Injeksi Ranitidine 50 gr/8 jam/IV
➢ Injeksi Ketorolac 30 gr/8 jam/IV
➢ Rencana Operasi Histerektomi total tanggal 01-10-2022
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Perdarahan uterus abnormal (PUA) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya 1.
PUA merupakan perdarahan yang ditandai dengana adanya perubahan pada
siklus menstruasi normal baik dari interval dan panjang siklus, durasi maupun
jumlah perdarahan yang biasa terjadi pada saat tidak haid dan sementara haid
sehingga membuat penderita merasa tidak nyaman dan dapat berpotensi
mengganggu aktivitas sehari-hari2,3. Menurut Federation of Gynecology and
Obstetrics (FIGO), PUA merupakan variasi apapun dari siklus haid normal
termasuk perubahan dari regularitas dan frekuensi haid, lamanya haid atau
banyaknya kehilangan darah4.

Menstruasi dianggap normal bila terjadi dalam 22-35 hari (dari pertama
menstruasi sampai adanya onset periode menstruasi selanjutnya) dan durasi
perdarahan kurang dari 7 hari jika perdarahan kurang dari 80mL 2,5. Pola PUA
meliputi menorrhagia, polimenorrhea dan oligomenorrhea 2. Menorrhagia atau
perdarahan uterus berat bila perdarahan menstruasinya lebih dari 80mL 2.
Metrorrhagia adalah perdarahan diantara periode menstruasi 2. Polimenorrhea
adalah perdarahan yang lebih sering terjadi dalam 22 hari dan oligomenorrhea
adalah perdarahan yang kurang sering terjadi dalam 35 hari2.

B. Epidemiologi

PUA merupakan salah satu alasan rujukan utama perempuan kebagian


ginekologi dan sekitar 25% dari pembedahan di bagian ginekologi 4. Di Indonesia
PUA merupakan kelainan yang paling sering ditemukan dalam praktik sehari-
hari2. Gangguan ini terjadi pada 5-10% wanita dimana lebih dari 50% pasien
terjadi pada masa perimenopause, sekitar 20% pada masa remaja, dan kira-kira
30% pada wanitausia reproduktif5. Dilaporkan dua pertiga dari wanita-wanita
yang dirawat di rumah sakit untuk PUA berusia di atas 40 tahun dan 3% di bawah
20 tahun2.
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Perdarahan

Gambar 1. Klasifikasi PUA Berdasarkan


Jenis Perdarahan
• PUA Akut
Perdarahan haid yang banyak sehinggaperlu untuk dilakukan
penanganan yang cepat untuk mencegah kehilangan darah. PUA akut dapat
terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya 1,5.

• PUA Kronik
Merupakan terminologi untuk PUA yang telah terjadi lebih dari 3
bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang cepat
dibandingkan PUA akut1,5.

• Peradarahan Tengah (Intermenstrual Bleeding)


Perdarahan yang terjadi di antara 2 siklus haid yang teratur.
Perdarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang
sama setiap siklus1,5.

2. Klasifikasi FIGO BerdasarkanPenyebab PUA1

Berdasarkan FIGO, terdapat 9 kategori utama penyebab perdarahan pada


PUA yang disusun berdasarkan akronim “PALM-COEIN” yakni polip,
adenomiosis, leiomioma, malignansi dan hiperplasia, koagulopati, disfungsi
ovulatorik, endometrial, iatrogenik, dan belum terklasifikasi 7.
Gambar 2. KlasifikasiBerdasarkanPenyebab PUA

● Polip (PUA-P)

Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal


mungkin tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa milimeter sampai
sentimeter. Polip endometrium terdiri dari kelenjar, stroma, dan pembuluh
darah endometrium 1.

● Adenomiosis (PUA-A)

Merupakan invasi endometrium ke dalam lapisam miometrium,


menyebabkan uterus membesar, difus, dan secara mikroskopik tampak
sebagai endometrium ektopik, non neoplastik, kelenjar endomtetrium, dan
stroma yang dikelilingi oleh jaringan miometrium yang mengalami hipertrofi
dan hiperplasia 1.

● Leiomioma Uteri (PUA-L)

Leiomioma adalah tumor jinak fibromuscular pada permukaan


myometrium. Berdasarkan likasinya, leiomioma dibagi menjadi submukosum,
intramural, dan subserosum.

● Malignancy and hyperplasia (PUA-M)


Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan abnormal berlebihan dari
kelenjar endometrium. Gambaran dari hiperplasia endometrium dapat
dikategorikan sebagai hiperplasia endometrium simpleks non atipik dan
atipik, dan hiperplasia endometrium kompleks non atipik dan atipik 1.

● Coagulopathy (PUA-C)

Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan hemostasis


sistemik yang mengakibatkan PUA1.

● Ovulatory dysfunction (PUA-O)

Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan ketidakseimbangan


hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan uterus abnormal 1.

● Endometrial (PUA-E)

Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus


haid teratur akibat gangguan hemostasis lokal endometrium1.

● Iatrogenik (PUA-I)

Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan obat-


obatan hormonal (estrogen, progestin) ataupun non hormonal (obat-obat
abtikoagulan) atau AKDR 1 .

● Not yet classified (PUA-N)

Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan
dalam klasifikasi (misalnya adalah endometritis kronik atau malformasi arteri-
vena).

D. Etiologi dan Faktor Resiko


PUA dapat terjadi pada semua umur antara menarche 3,4. PUA pada peri-
menopause atau pasca-menopause biasanya terjadi karena kelainan struktur
seperti polip, adenomiosis, leimioma, malignansi seperti kanker serviks, kanker
endometrial atau hiperplasia endometrium 3. Perdarahan tanpa ovulasi sering
terjadi terutama pada wanita perimenopause dan overweight4. Ras bukan faktor
penting, tetapi insiden leiomyoma pada wanita ras Afrika lebih tinggi dan mereka
memiliki kadar estrogen yang lebih banyak, karena itu mereka cenderung untuk
lebih sering mengalami episode perdarahan abnormal pervaginam 5. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Michelle (2006), menunjukkan bahwa obesitas merupakan
salah satu faktor risiko pada wanita yang menderita PUA yang disebabkan oleh
hiperplasia endometrium6.

E. Patofisiologi
Lapisan endometrium menerima signal dari estrogen dengan kadar yang
berfluktuasi1. Estrogen akan memicu proliferasi endometrium sehingga mencapai
ketebalan yang tidak normal dan sangat rapuh1. Pertumbuhan endometrium yang
tidak normal ini mencakup epitel, stroma dan mikrovaskuler 1. Pertumbuhan
lapisan endometrium yang hanya dipicu oleh hormon estrogen saja tanpa adanya
efek progesteron, akan memicu pertumbuhan endometrium dengan kehilangan
struktur yang berfungsi untuk menunjang stroma untuk mempertahankan
stabilitas lapisan endometrium 1. Kapiler vena pada kondisi proliferasi
endometrium yang persisten dan hiperplasia endometrium, akan meningkat,
berdilatasi dan seringkali terbentuk saluran ireguler yang tidak normal dan rapuh
sehingga mudah menyebabkan terjadinya pendarahan1.

Gambar 3. PatofisiologiPerdarahan Sela Estrogen


F. Diagnosis
1) Manifestasi Klinis
Secara umum anamnesis dilakukan untuk menilai kemungkinan
adanya kelainan uterus, faktor risiko kelainan tiroid, penambahan dan
penurunan berat badan yang drastis, serta riwayat kelainan hemostasis pada
pasien dan keluarganya. Perlu ditanyakan siklus haid sebelumnya serta waktu
mulai terjadinya perdarahan uterus abnormal8.

Anamnesis dilakukan untuk menilai ovulasi, kelainan sistemik, dan


penggunaan yang memengaruhi kejadian PUA8. Keinginan pasien untuk
memiliki keturunan dapat menentukan penanganan selanjutnya 8.

Pemeriksaan fisis pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas


keadaan hemodinamik1. Jika dari anamnesis yang terstruktur ditemukan
bahwa pasien mengalami satu atau lebih kondisi perdarahan lama dan tidak
dapat diramalkan dalam 3 bulan terakhir maka pasien masuk dalam kategori
PUA kronik. Pemeriksaan fisis umum, evaluasi rahim dan darah perifer
lengkap wajib dilakukan8. Pemeriksaan IMT, tanda hiperandrogen,
pembesaran kelenjar tiroid atau manifestasi hipotiroid/hipertiroid, galaktorea
(hiperprolaktinemia), gangguan lapang pandang (adenoma hipofisis), purpura
dan ekimosis wajib diperiksa1. Dalam pemeriksaan fisis perlu diperhatikan
juga untuk menyingkirkan adanya kehamilan pada pasien1.

Gambar 4. Panduan InvestigasiPerdarahan Uterus Abnormal Kronik


2) PemeriksaanTambahan
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan etiologi
gangguan perdarahan dimana yang diperiksa adalah darah lengkap dan
pemeriksaan koagulasi wajib dipertimbangkan pada perempuan dengan
gangguan Heavy Menstrual Bleeding1. Pemeriksaan serum ferritin tidak wajib
dilakukan namun dapat dilakukan dalam beberapa kasus tertentu 1.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG), sonohysteroscopy dan histeroskopi


merupakan pemeriksaan untuk menilai adanya gangguan struktural pada
PUA. USG panggul, baik abdomen (suprapubik) dan transvaginal,
direkomendasikan sebagai prosedur lini pertama diagnosis etiologi AUB 1.
Histeroskopi dan histerosonografi dapat digunakan sebagai prosedur lini
kedua apabila pemeriksaan USG menunjukkan adanya kelainan intrauterin
atau jika perawatan medis gagal setelah 3-6 bulan1. Pada pasien dengan risiko
kanker endometrium harus dikombinasikan dengan biopsi terarah 1.

Pada pasien PUA dengan risiko keganasan endometrium, yaitu umur


lebih dari 45 tahun; terdapat faktor risiko genetik; USG Transvaginal
menggambarkan penebalan endometrium kompleks; memiliki faktor risiko
diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, nulipara; dilakukan pengambilan
sampel endometrium8. Salah satu teknik pengambilan sampel endometrium
yang paling mudah dan sederhana adalah dengan dilatasi dan kuretase
diagnostik untuk dilakukan pemeriksaan patologik8,9.

G. Tatalaksana
Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan pada PUA adalah memperbaiki
keadaan umum, menghentikan perdarahan, dan mengembalikan fungsi hormon
reproduksi5. Pada KUA kronis keadaan anemia ringan seringkali dapat diatasi
dengan diberikan sediaan besi, sedangkan anemia berat membutuhkan transfusi
darah5. Penghentian perdarahan dapat dilakukan dengan pemakaian hormon
steroid seks, penghambat sintesis prostaglandin, antifibrinolitik, pengobatan
dilatasi dan kuretase, dan pengobatan operatif 5. Pengembalian keseimbangan
fungsi hormon reproduksi yang meliputi siklus haid abnormal menjadi normal,
pengubahan siklus anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana
sehingga terpenuhi persyaratan untuk pemicuan ovulasi5.

H. Prognosis
Sekitar 0,5% dari polip endometrium mengandung sel sel adenokarsinoma,
dimana sel-sel ini akan berkembang menjadi sel-sel kanker. Polip dapat
meningkatkan resiko keguguran pada wanita yang sedang menjalani perawatan
fertilisasi in vitro. Jika pertumbuhan polip dekat dengan saluran telur, maka akan
menjadi penyulit untuk hamil.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Konsensus Tatalaksanan


Perdarahan Uterus Abnormal Karena Efek Samping Kontrasepsi. (2012).

2. WARDANI, R. A. Karakteristik Wanita Dengan Perdarahan Uterus Abnormal


di Poli Kandungan Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Ramelan Surabaya Tahun
2016. Hang Tuah Med. J.15, 22–31 (2017).

3. Tendean, G. G. E., Mewengkang, M. & Wantania, J. J. E. Kejadian perdarahan


uterus abnormal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2015. e-
CliniC4, 2–5 (2016).

4. Dewi, A. K., Sugiharto, S., Paulo, A. & Felicia, A. GAMBARAN KLINIS


DAN HISTOPATOLOGI KASUS-KASUS ABNORMAL UTERINE
BLEEDING DI RUMAH

SAKIT SUMBER WARAS. J. Bakti Masy. Indones.3, 44–49 (2020).


5. Rifki, M., Loho, M. & Wagey, F. M. . Profil perdarahan uterus abnormal di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2013 – 31 Desember
2014. J. e-CliniC4, (2016).

6. Wise, M. R., Gill, P., Lensen, S., Thompson, J. M. D. & Farquhar, C. M. BMI
Trumps Age in Decision for Endometrial Biopsy : Cohort Study
of Symptomatic Premenopausal Women. 595–597 (2016)
doi:10.1016/j.ajog.2016.06.006.

7. Munro, M. G. et al. The two FIGO systems for normal and abnormal uterine
bleeding symptoms and classification of causes of abnormal uterine bleeding
in the reproductive years: 2018 revisions. Int. J. Gynecol. Obstet.143, 393–408
(2018).

8. Baziad, A., Hestiantoro, A. & Wiweko, B. PANDUAN TATALAKSANA


PERDARAHAN

UTERUS ABNORMAL. (HIMPUNAN ENDOKRINOLOGI REPRODUKSI


DAN FERTILITAS INDONESIA PERKUMPULAN OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI INDONESIA, 2011).
9. Med, Z. J., Sedeq, M. G., Muhammad, P. R., Mohammed, S. S. S. &
Alalaf, S.
K. A prospective comparison of transvaginal, transabdominal
ultrasound and diagnostic curettage in the evaluation of endometrial
pathology in Erbil. Acad. Sci. Journals20, (2016).

Anda mungkin juga menyukai