Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

P1A0 (AH 1 AT 12 Tahun) Abnormal Uterine Bleeding e.c. Leiomyoma;


Riwayat kuret 2x (RS Aprillia Cilacap 2022 & 2023)

Pembimbing:
dr. Sutrisno, Sp.OG (K) Onk

Disusun Oleh :
Franzeska Desca Ayudya G4A022046

SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
P1A0 (AH 1 AT 12 Tahun) Abnormal Uterine Bleeding e.c. Leiomyoma;
Riwayat kuret 2x (RS Aprillia Cilacap 2022 & 2023)

Disusun Oleh :
Franzeska Desca Ayudya G4A022046

Disusun dan diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik di SMF Kebidanan & Kandungan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Telah diterima dan disahkan pada,


Purwokerto, Agustus 2023
Pembimbing

dr. Sutrisno, Sp.OG (K) Onk


I. PENDAHULUAN

Abnormal Uterine Bleeding (AUB) atau dalam Bahasa Indonesia disebut


dengan Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) sering menjadi penyebab kunjungan
remaja ke penyedia layanan kesehatan. AUB ialah kondisi yang menggambarkan
penyimpangan volume, regulasi, durasi, dan/atau frekuensi menstruasi pada
wanita tidak hamil. AUB mempengaruhi 3 – 20% wanita usia reproduksi dengan
insiden lebih tinggi pada remaja. Perdarahan menstruasi yang berat merupakan
gambaran klinis yang paling sering terjadi. Studi berbasis populasi melaporkan
bahwa terdapat 12,1% remaja yang mengalami perdarahan menstruasi berat di
Nigeria, 17,9% di Hongkong, dan 37% dari 1000 remaja sehat di Swedia.
Anamnesa dan pemeriksaan yang cermat dapat membantu menentukan langkah
untuk pemeriksaan lanjutan maupun penatalaksanaan. Tujuan utama dari
tatalaksana AUB adalah mencegah ketidakstabilan dari hemodinamik. Pilihan
pengobatan dari AUB diantaranya yaitu, hormonal, non-hormonal, dan
pembedaan (Theresia et al., 2021).
Abnormal Uterine Bleeding (AUB) merupakan sebuah keluhan yang
sering ditemukan pada fasilitas kesehatan layanan primer. AUB dapat terjadi pada
semua umur antara menarche dan menopause. Pada wanita usia subur, prevalensi
AUB diperkirakan berkisar antara 10 – 30%. Perdarahan tanpa ovulasi sering
terjadi terutama pada wanita perimenopause dan overweight. (Schrager, 2018).
AUB didefinisikan oleh the International Federation for Gynecology and
Obstetrics sebagai variasi apapun dari siklus haid normal termasuk perubahan dari
regularitas dan frekuensi haid, lamanya haid atau banyaknya kehilangan darah
(Munro et al., 2011). AUB dapat diklasifikasikan sebagai akut (dibawah 6 bulan)
dan kronik (diatas 6 bulan), dimana pembagian ini akan menentukan apakah
diperlukan intervensi segera (SOGC, 2018).
II. LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : Ny. K
2. Nomor RM : 02248577
3. Usia : 31 Tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Ujungmanik RT 06/03 Kawunganten
6. Pekerjaan : Juru masak
7. Pendidikan : SMK
8. Agama : Islam
9. Tanggal Masuk : 17 Juli 2023

B. ANAMNESIS
1. Teknik Anamnesis : Autoanamnesis
2. Keluhan Utama : Keluar darah kehitaman menggumpal dari jalan
lahir
3. Keluhan Tambahan : Nyeri perut bagian bawah, nyeri pinggang
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli kebidanan dan kandungan pada 17/07/2023
untuk kontrol yang ke-2 dengan diagnosis AUB. Pasien masih
mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir berupa darah kehitaman
menggumpal yang membasahi 4 pampers sejak 1 hari sebelum datang ke
poli. Pasien mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir diluar siklus
menstruasi dengan durasi lama dan banyak sejak Oktober 2021. Saat itu
pasien mengeluhkan perdarahan keluar dari jalan lahir selama 2 minggu
berupa darah kehitaman dan bisa membasahi 7 pampers. Keluhan
perdarahan juga disertai nyeri perut dibagian bawah dan nyeri pinggang.
Keluhan keluarnya darah sempat berhenti selama 10 hari, namun setelah
itu keluhan tersebut kembali muncul. Pasien tidak berobat ke fasilitas
kesehatan maupun membeli obat secara mandiri untuk meredakan
keluhannya. Keluhan keluar darah dari jalan lahir dengan intensitas yang
banyak diluar siklus menstruasi terus dirasakan oleh pasien hingga pasien
memutuskan untuk berobat pertama kali pada bulan Mei 2022 ke RS
Aprilia Cilacap dan dilakukan tindakan kuretase pertama kali. Pasien
kemudian mendapatkan obat untuk menghentikan perdarahan, pereda
nyeri, dan pil KB. Namun, seiring berjalannya waktu pasien merasa obat
yang diminum tidak memberikan efek signifikan hingga perdarahan
masih terus keluar. Pasien kemudian menjalani kuretase yang kedua kali
pada Mei 2023. Setelah tindakan kuretase yang kedua, keluhan
perdarahan masih tetap dirasakan oleh pasien hingga akhirnya pasien
dirujuk ke RSUD Margono Soekarjo. Pasien akan dilakukan tindakan
kuretase yang ketiga dan direncanakan untuk dilakukan tindakan
histerektomi pada September 2023.
5. Riwayat Menstruasi
Menstruasi rutin tiap bulan, teratur dengan durasi 7-9 hari, ganti pembalut
3-4 kali/hari.
6. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1x pada tahun 2010 saat itu pasien berusia 18 tahun dan
suami berusia 23 tahun.
7. Riwayat Obstetri
P1A0 (AH 1 AT 12 tahun)
8. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan kontrasepsi
9. Riwayat Ginekologi
Pasien mengakui keluhan pertama dirasakan pada tahun 2021, riwayat
kuretase 2x pada 2022 dan 2023 di RSU Aprilia Cilacap.
10. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Keluhan Serupa : Diakui, sejak Oktober 2021
b. Riwayat Hipertensi : Disangkal
c. Riwayat Diabetes : Disangkal
d. Riwayat Alergi : Disangkal
e. Riwayat Trauma : Disangkal
f. Riwayat Operasi : Disangkal
g. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
h. Riwayat konsumsi obat : Disangkal
i. Riwayat keputihan : Disangkal
11. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat Keluhan Serupa : Disangkal
b. Riwayat Hipertensi : Disangkal
c. Riwayat Diabetes : Disangkal
d. Riwayat Alergi : Disangkal
e. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
12. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang juru masak di salah satu rumah makan di Bali.
Pasien merupakan lulusan SMK. Pasien jarang berolahraga. Pasien makan
3x sehari dengan nasi, lauk dan sayur/buah. Pasien tidak merokok dan
tidak meminum minuman keras. Pasien berobat menggunakan BPJS PBI.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : E4V5M6 (Compos mentis)
3. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 123/72 mmHg
b. Nadi : 118 x/menit, regular
c. Suhu : 36.4 C
d. Respiratory Rate : 20 x/menit, reguler
e. Saturasi : 99 % room air
4. Antropometri
a. BB : 70 kg
b. Tinggi Badan : 157 cm
c. IMT : 28.3kg/m2 (Overweight)
5. Kepala : Mesosepal
6. Mata : CA(-/-), SI (-/-), pupil bulat isokor 3mm/3mm.
7. Hidung : NCH (-/-), discharge (-/-)
8. Telinga : Discharge (-/-)
9. Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid dbn
10. Thorax
a. Paru
1) Inspeksi : simetris, retraksi (-), jejas (-)
2) Palpasi : focal fremitus ka=ki, krepitasi (-)
3) Perkusi : sonor seluruh lapang paru
4) Auskultasi : SDV (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

b. Jantung
1) Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
2) Palpasi : Iktus kordis di SIC V linea midclavicular
sinistra.
3) Auskultasi : S1>S2, regular, suara tambahan (-)
11. Abdomen
a. Inspeksi : datar, jejas trauma (-)
b. Auskultasi : BU menurun
c. Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen, pekak alih (-),
pekak sisi (-)
d. Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), pekak
samping (-), pekak pindah (-)
12. Ekstremitas
a. Superior : Edema (-/-), Akral dingin, CRT <2 detik
b. Inferior : Edema (-/-), akral dingin, CRT <2 detik
13. Genitalia
a. Genitalia Eksterna
1) Mons Pubis : Distribusi rambut merata, lesi (-)
2) Labia Mayor : massa (-), lesi (-), hiperemis (-)
3) Labia Minor : massa (-), lesi (-), hiperemis (-)
4) Introitus Vagina : fluor albus (-), massa (-)
b. Genitalia Interna (VT)
1) Vulva/vagina tidak ada kelainan
2) Portio bentuk dan ukuran normal
3) Parametrium lemas
4) Corpus uteri teraba massa ukuran 10x6x4 cm, permukaan rata,
mobile
5) Adneksa tidak teraba massa

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Lab Darah Lengkap (17/07/23)
Komponen Hasil Normal
Hemoglobin 9.0 g/dL L 10.9-14.9 g/dL
Leukosit 12410 /mm3 H 4790-11340 /mm3
Hematokrit 28.7 % L 34-45 %
Eritrosit 4.12 103/μL N 4.11-5.55 x 106/uL
Trombosit 773000 /mm3 H 216000-451000 /uL
MCV 69.5 fL L 71.8-92.0 fL
MCH 21.7 pg L 26-31.0 pg
MCHC 31.3 g/dL N 30.8-35.2 g/dL
MPV 6.8 fL L 9.4-12.2 fL
Hitung jenis
Basofil 0.0 % N 0-1 %
Eosinofil 1.3 % N 0.7-5.4 %
Batang 0.1% L 3-5 %
Segmen 66.6% N 0-70 %
Limfosit 25.5 % N 20.4-4.6 %
Monosit 6.5 % N 3.6-9.9 %
Neutrofil 66.7 % N 42.5-71.0 %
PT 13.3 detik N 9.9-15.1 detik
APTT 27.6 detik N 25.0-31.3 detik

2. USG Ginekologi RSMS (12/07/2023)


Interpretasi:
Uterus Densitas Homogen uk. 10.86 x 6.47 cm, EL (+)
Tampak massa dengan gambaran kumparan submukosa ukuran 4.57 x
3.73 cm, Doppler score +3
3. Histopatologi (RSU Aprilia Cilacap 25/05/2023)
Kesimpulan:
Endometrium: desidual change
DD: Proses kehamilan
Tak tampak tanda ganas

E. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Kerja
P1A0 (AH 1 AT 12 Tahun) Abnormal Uterine Bleeding e.c. Leiomyoma;
Riwayat kuret 2x (RS Aprillia Cilacap 2022 & 2023)
2. Diagnosis Banding
- Polip
- Adenomyosis
- Endometriosis

F. PLANNING
1. Medikamentosa
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Asam traneksamat 3x1 gr

- GnRh
- PKK
2. Non Medikamentosa
- Pro kuretase
- Pro Histerektomi

G. EDUKASI
1. Edukasi kepada pasien mengenai keluhan, faktor risiko, pencegahan ,
tatalaksana dan prognosis dari penyakit yang diderita.
2. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai rencana tindakan
selanjutnya yakni kuretase.
3. Edukasi kepada pasien mengenai komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit yang diderita pasien.

H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
Quo ad fungtionam : dubia
III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Haid Normal


Berdasarkan konsensus (HIFERI, 2013) telah disepakati bahwa definisi
haid normal adalah suatu proses fisiologis dimana terjadi pengeluaran darah,
mukus (lendir) dan seluler debris dari uterus secara periodik dengan interval
waktu tertentu yang terjadi sejak menars sampai menopause dengan
pengecualian pada masa kehamilan dan menyusui, yang merupakan hasil
regulasi harmonik dari organ-organ hormonal. Batasan parameter menstruasi
normal pada usia reproduksi dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 3.1. Batasan Parameter Menstruasi Normal pada Usia Reproduksi

Onset pubertas dan menarke (menarche) umumnya terjadi di usia yang


lebih lanjut pada remaja di negara yang kurang berkembang. Dua studi besar
telah membuktikan bahwa peningkatan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih
besar pada masa kanak-kanak berhubungan dengan onset pubertas yang lebih
awal. Walaupun terdapat variasi di seluruh dunia, usia rata- rata menarke
umumnya relatif stabil yaitu antara 11 dan 14 tahun dengan usia median 12,43
tahun. Interval siklus rata-rata ialah 32,3 hari pada tahun reproduksi pertama
dan selanjutnya interval siklus mentruasi umumnya berkisar 21 – 45 hari.
Lama menstruasi ialah 7 hari atau kurang dengan penggunaan tampon atau
pembalut umumnya tiga sampai enam buah perhari (Wantania, 2016).

B. Definisi Perdarahan Uterus Abnormal


Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun
lamanya. Manifestasi klinisnya dapat berupa perdarahan dalam jumlah yang
banyak atau sedikit, serta haid yang memanjang atau tidak beraturan (Munro
et al., 2011). Perdarahan uterus abnormal (PUA) didefinisikan sebagai
perubahan signifikan pada pola atau volume darah menstruasi. Perdarahan
uterus abnormal merupakan hal yang paling banyak dikeluhkan oleh wanita.
Pada awal usia remaja, 75% remaja mengalami keluhan PUA. Perdarahan haid
berat (heavy menstrual bleeding; HMB) serta perdarahan haid berat dan
memanjang (heavy and prolonged menstrual bleeding; HPMB) ialah istilah
yang lebih dipilih untuk perdarahan haid berlebihan; istilah ini lebih dapat
dipahami oleh pasien. Umumnya PUA pada remaja berhubungan dengan
imaturitas aksis hipotalamus-pituitari-ovarium dan perdarahan anovulatorik
yang terjadi tidak disertai oleh kelainan anatomik atau hormonal (Holland,
2012).

C. Klasifikasi AUB
1. Klasifikasi AUB berdasarkan jenis perdarahan (POGI, 2013):
a. Perdarahan uterus abnormal akut: didefinisikan sebagai perdarahan
haid yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan segera untuk
mencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat
terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.
b. Perdarahan uterus abnormal kronik: merupakan terminologi untuk
perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan.
Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang segera
seperti PUA akut.
c. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan
haid yang terjadi diantara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat
terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap
siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan terminologi
metroragia.
2. Klasifikasi AUB berdasarkan penyebab perdarahan menurut FIGO (Munro
et al., 2011):
Terdapat 9 kategori utama yang disusun berdasarkan akronim “PALM-
COEIN”
a. Kelompok “PALM” merupakan kelompok kelainan struktur penyebab
AUB yang dapat dinilai dengan berbagai teknik pencitraan dan atau
pemeriksaan histopatologi.
b. Kelompok “COEIN” merupakan kelompok kelainan non struktur
penyebab AUB yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau
histopatologi.
AUB terkait dengan penggunaan hormon steroid seks eksogen, AKDR,
atau agen sistemik atau lokal lainnya diklasifikasikan sebagai “iatrogenik”.
Gambar 3.1 PALM-COEIN
a. Polip (PUA-P)
Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal
mungkin tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa milimeter
sampai sentimeter. Polip endometrium terdiri dari kelenjar, stroma,
dan pembuluh darah endometrium.
b. Adenomiosis (PUA-A)
Merupakan invasi endometrium ke dalam lapisan miometrium,
menyebabkan uterus membesar, difus, dan secara mikroskopik tampak
sebagai endometrium ektopik, non neoplastik, kelenjar endometrium,
dan stroma yang dikelilingi oleh jaringan miometrium yang mengalami
hipertrofi dan hiperplasia.
c. Leiomioma uteri (PUA-L)
Leiomioma adalah tumor jinak fibromuscular pada permukaan
myometrium. Berdasarkan lokasinya, leiomioma dibagi menjadi:
submukosum, intramural, subserosum.
d. Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan abnormal berlebihan
dari kelenjar endometrium. Gambaran dari hiperplasi endometrium
dapat dikategorikan sebagai: hiperplasi endometrium simpleks non
atipik dan atipik, dan hiperplasia endometrium kompleks non atipik
dan atipik.

e. Coagulopathy (PUA-C)
Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan
hemostasis sistemik yang mengakibatkan PUA.
f. Ovulatory dysfunction (PUA-O)
Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan ketidakseimbangan
hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan uterus
abnormal.
g. Endometrial (PUA-E)
Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan
siklus haid teratur akibat gangguan hemostasis lokal endometrium.
h. Iatrogenik (PUA-I)
Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan
obat-obatan hormonal (estrogen, progestin) ataupun non hormonal
(obat-obat antikoagulan) atau AKDR.
i. Not yet classified (PUA-N)
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit
dimasukkan dalam klasifikasi (misalnya adalah endometritis kronik
atau malformasi arteri-vena).

D. Penegakkan Diagnosis AUB


Berikut langkah penegakkan diagnosis dari AUB meliputi, anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sebagai berikut (Wantania,
2016):
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu diketahui usia menarke, frekuensi, durasi, dan sifat
perdarahan. Kuantifikasi perdarahan yang terjadi dapat menjadi masalah
karena remaja memiliki pengalaman terbatas dalam menilai perdarahan.
Sebaiknya ditanyakan berapa jumlah produk tampon maupun pembalut
yang digunakan. Pada remaja yang mengeluhkan haid yang banyak perlu
ditanyakan riwayat mudah memar, perdarahan yang sulit berhenti pada
luka minor, epistaksis yang sering atau sulit dikontrol, atau perdarahan
hebat setelah operasi. Riwayat perdarahan pada keluarga termasuk riwayat
perdarahan postpartum penting diketahui untuk mencari kelainan
perdarahan pada keturunan. Anamnesis mengenai riwayat penggunaan
obat-obat dan kontrasepsi hormonal juga perlu ditanyakan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan walaupun sebagian besar kasus
normal. Takikardi dan hipotensi dapat memberikan petunjuk
ketidakstabilan hemodinamik akut yang memerlukan intervensi cepat.
Adanya takikardia, penampilan pucat, atau bunyi bising pada auskultasi
jantung mengarah pada anemia. Petekia atau memar yang berlebihan dapat
mengarah pada defek platelet atau kelainan perdarahan lainnya.
Pemeriksaan inspeksi pada genitalia cukup untuk menegakkan diagnosis
pada kebanyakan pasien. Pemeriksaan bimanual dan spekulum disarankan
pada pasien yang aktif secara seksual atau pada pasien yang tidak
mengalami respon terhadap terapi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi laboratorium direkomendasikan pada pasien dengan AUB.
Seluruh pasien dengan kelainan pada pemeriksaan darah awal atau hasil
positif pada kelainan pembekuan darah sebaiknya dilakukan pemeriksaan
penyakit von Willebrand dan kelainan koagulopati lainnya termasuk faktor
VIII, antigen faktor von Willebrand, dan aktivitas kofaktor ristocetin von
Willebrand. Pemeriksaan kelainan tiroid, kelainan hati, sepsis atau
leukemia diindikasikan bila ditemukan gejala klinis. Pada pasien dengan
keluhan perdarahan yang dinilai dalam batas normal, pemeriksaan
hemoglobin telah cukup untuk mendeteksi anemia. Pemeriksaan darah
lengkap dengan hitung diferensiasi sel darah putih dan hitung platelet
sebaiknya dilakukan pada pasien yang anamnesis dan pemeriksaan
fisiknya mengarah pada HMB (heavy and prolonged menstrual bleeding)
serta anemia. Pemeriksaan cadangan besi seperti, penilaian kadar feritin
dapat membantu menilai terapi pengganti besi. Jika kelainan perdarahan
dicurigai sebaiknya dilakukan pemeriksaan waktu protrombin dan waktu
tromboplastin parsial teraktivasi (PT dan APTT). Pemeriksaan ini tidak
selalu memberikan nilai abnormal pada pasien dengan kelainan perdarahan
sedang sehingga pemeriksaan tambahan dapat dilakukan untuk menapis
penyakit von Willebrand termasuk faktor VIII, antigen faktor von
Willebrand (VWF: Ag) dan aktivitas kofaktor ristocetin (VWF: RCo).
Nilai VWF:Ag dan VWF:RCo dibawah 30 IU/dL memberikan diagnosis
pasti untuk penyakit von Willebrand.

Tabel 3.2. Penegakkan Diagnosis AUB (FK UNPAD, 2021)


Anamnesis a. Siklus haid setiap bulan
b. Peningkatan berat badan yang drastis
c. Penggunaan kontrasepsi hormonal
d. Penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi
koagulasi
e. Gangguan hemostasis
f. Riwayat keluarga dengan keluhan perdarahan
Pemeriksaa a. Pemeriksaan umum
n Fisik  Tanda vital
 BMI
 Purpura
 Ekimosis
 Pembesaran kelenjar tiroid
b. Pemeriksaan ginekologis lengkap
Diagnosis PALM
Banding  Polip
 Adenomiosis
 Leiomioma
 Malignansi
COEIN
 Coagulopathy
 Ovulatory disfunction
 Endometrial
 Iatrogenik
 Not yet classified
Pemeriksaa a. USG transvaginal/transrectal
n Penunjang b. Penapisan kelainan hemostasis sistemik
c. Pengambilan sampel endometrium dilakukan pada:
 Perempuan umur >45 tahun
 Memiliki faktor risiko secara genetik
 USG transvaginal menggambarkan penebalan
endometrium kompleks
 Terdapat faktor risiko diabetes mellitus,
hipertensi, obesitas, nullipara
 Riwayat keluarga nonpolyposis colorectal cancer
 AUB yang menetap (tidak respon terhadap
pengobatan)
d. Saline Infusion Sonohisterography (SIS) atau
histeroskopi

E. Penatalaksanaan AUB
Pemilihan terapi pada AUB akut tergantung pada kondisi umum,
etiologi yang diduga, pertimbangan fertilitas pada masa mendatang, dan
riwayat medis pasien. Dua tujuan utama dalam penanganan AUB akut
ialah, mengontrol episode perdarahan berat dan mengurangi kehilangan
darah haid pada siklus berikutnya. Terapi medis dipertimbangkan pada
terapi awal tetapi beberapa situasi dapat memerlukan penanganan operatif.
Penelitian mengenai penanganan AUB akut terbatas dan hanya satu terapi
yaitu estrogen equine kojugasi (EEK) intravena yang disetujui oleh FDA
Amerika Serikat untuk terapi AUB akut. Berikut penatalaksanaan dari
AUB (Wantania, 2016):
1. Penanganan medis
Penanganan hormonal dipertimbangkan sebagai lini pertama terapi
medis pada pasien dengan AUB akut tanpa kelainan perdarahan yang
sudah diketahui atau dicurigai. Pilihan penanganan termasuk EEK
intravena, pil kontrasepsi kombinasi (PKK), dan progestin oral.
Kombinasi PKK dan progestin oral dalam regimen dosis multipel
sering digunakan pada AUB akut.
Obat antifibrinolitik seperti asam traneksamat merupakan terapi
efektif pada pasien dengan AUB kronis. Direkomendasikan untuk
menggunakan asam traneksamat oral maupun intravena pada terapi
AUB akut. Ketika episode akut perdarahan sudah terkontrol, pilihan
terapi jangka panjang dapat dipertimbangkan untuk mencegah AUB
kronis. Terapi jangka panjang efektif termasuk pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dengan levonogestrel, asam
traneksamat, dan obat NSAID. Pasien dengan kelainan perdarahan
umumnya memberikan respon terhadap terapi hormonal maupun non-
hormonal. Konsultasi dengan seorang hematologis direkomendasikan
pada pasien-pasien tersebut terutama bila perdarahan sulit dikontrol
atau ginekologis tidak memahami pilihan terapi pada pasien dengan
kelainan perdarahan. Desmopressin dapat membantu mengangani
AUB akut pada pasien dengan penyakit von Willebrand jika pasien
tersebut sebelumnya memberikan respon terhadap agen tersebut.
Faktor VIII rekombinan dan faktor von Willebrand juga tersedia serta
dapat diperlukan untuk mengontrol perdarahan hebat. Faktor defisiensi
spesifik lainnya juga dapat diperlukan. Pasien dengan kelainan
perdarahan atau kelainan fungsi platelet sebaiknya menghindari
pemakaian obat Non Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAID)
karena efek agregasi platelet dan interaksi dengan obat-obat yang
memengaruhi fungsi hati dan produksi faktor pembekuan.
2. Penanganan operatif
Penanganan operatif didasarkan pada stabilitas pasien, tingkat
perdarahan, kontraindikasi penanganan medis, dan kondisi medis yang
ada. Penanganan operatif termasuk dilatasi dan kuretase, ablasi
endometrial, embolisasi arteri uterina, dan histerektomi.
Gambar 3.2. Tata Laksana AUB
DAFTAR PUSTAKA

FK UNPAD. 2021. Panduan Praktik Klinis Obstetri & Ginekologi. KSM/Dep


Obstetri & Ginekologi FK UNPAD, Bandung.

Himpunan Endokrinologi-Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI). 2013.


Konsensus HIFERI, Bogor 24 – 25 Agustus.

Holland, H. C. 2012. Heavy menstrual bleeding in adolescent: normal variant or a


bleeding disorder. Contemp Pediatr. Vol.29(11): 24 – 40.

Khan, R., Sherwani, R. K., Rana, S., Hakim, S., & Jairajpuri, Z. S. 2016. Clinco-
Pathological Patterns in Women with Dysfunctional Uterine Bleeding. Iran
J Pathol. Vol.11(1): 1 – 32.

Munro, M. G., Critchley, H. O., Broder, M. S., Fraser, I. S., & FIGO Working
Group on Menstrual Disorders. 2011. FIGO classification system (PALM-
COEIN) for causes of abnormal uterine bleeding in nongravid women of
reproductive age. IJOG. 113 (1): 1 – 20.

POGI. 2013. Konsensus Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal karena Efek


Samping Kontrasepsi. HIFERI, Jakarta.
Schrager, S. 2018. Abnormal Uterine Bleeding In Conn's Current Therapy.
Elsevier, Amsterdam.

SOGC. 2018. Abnormal Uterine Bleeding in Pre-Menopausal Women. J Obstet


Gynaecol Can. Vol: 40(5): 292.

Theresia, E., Cristoper, A., Edelweishia M. 2021. Abnormal Uterine Bleeding in


Adolescent. Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science.
2615(496): 15 – 22.

Wantania, J. J. E. 2016. Perdarahan Uterus Abnormal-Menoragia Pada Masa


Remaja. Jurnal Biomedik. Vol. 8(3): 135 – 142.

Anda mungkin juga menyukai