Anda di halaman 1dari 19

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT
WANITA USIA 37 TAHUN G3P2A0 UK 19-20 MINGGU DENGAN ABORTUS
INKOMPLIT

Oleh :
Izzah Tsaqoofah Jati, S.Ked
J510215310

Pembimbing :
dr. Purnamawati, Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


RSUD DR. SAYIDIMAN MAGETAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Wanita Usia 37 Tahun G3P2A0 UK 19-20 Minggu Dengan Abortus


Inkomplit

Penyusun : Izzah Tsaqoofah Jati (J510215310)

Pembimbing : dr. Purnamawati, Sp.OG

Magetan, Mei 2023

Menyetujui,

Pembimbing

dr. Purnamawati, Sp.OG

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Sulistyani, Sp.S


LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. DS
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sendangagung 05/01
Tanggal Masuk RS : 12 April 2023
Tanggal pemeriksaan : 12 April 2023

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir.
2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke PONEK RSUD Magetan pada tanggal 12/4/23 dengan


dengan keluhan keluar darah yang banyak bergumpal berwarna merah
kehitaman dari kemaluan sejak 2 hari SMRS. Keluhan trersebut disertai nyeri
perut atas. Nyeri dirasakan hilang timbul tanpa faktor pemicu. Keluar jaringan
seperti gelembung mata ikan disangkal, Keputihan, lendir bercampur darah
dan keluar air-air dari kemaluan disangkal. Batuk (-), flu (-), demam (-). BAB
dan BAK dalam batas normal. Riwayat berhubungan suami istri sebelum
terjadinya perdarahan (-). Riwayat ANC 1x ke bidan, Riwayat trauma tidak
ada. Pasien merupakan rujukan dari praktek dr. Edy Susanto, Sp.OG.

3. Riwayat Obstetri
- Anak pertama : laki-laki/aterm (hidup)/spontan/ bidan/3000gr/17th
- Anak kedua : laki-laki/aterm (hidup)/spontan/ bidan/2600gr/6th
- Anak ketiga : hamil saat ini
4. Status Perkawinan
- Jumlah Perkawinan : 1 kali
- Lama perkawinan terakhir : +18tahun

5. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Jantung : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
6. Riwayat Sehari-hari
- Konsumsi Suplemen/Vitamin : diakui
- Minum Jamu : disangkal
- Merokok : disangkal
- Minum Alkohol : disangkal
- Minum Kopi : disangkal
7. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Jantung : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Nilai GCS : E4/V5/M6
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 122/76 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36,2 0C
SpO2 : 99 %
RR : 20 x/mnt
BB : 70 kg
TB : 157 cm
IMT : 28,6 (Obesitas I)

3. Pemeriksaan Status Generalis


a. Kepala : Normocephal, bibir sianosis (-)
b. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
c. Leher : Leher simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-/-),
peningkatan jugular vein pressure (-)
d. Thoraks:
1) Pulmo
- Inspeksi : bentuk dada normal (+) normal, retraksi (-) normal
- Palpasi : ketinggalan gerak (-/-) normal, fremitus (+/+) normal
- Perkusi : sonor diseluruh lapang paru kanan kiri (+) normal
- Auskultasi : suara dasar vesikuler (+) normal, rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
2) Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak (+) normal
- Palpasi : ictus cordis teraba (+) normal, kuat angkat (+) normal
- Perkusi : redup pada jantung (+) normal
- Auskultasi : Suara Jantung I-II reguler (+), murmur (-), bising jantung
(-)
e. Ekstremitas superior dan inferior : akral hangat (+/+) normal, edema (-/-)
normal, CRT < 2 detik (+)
4. Pemeriksaan Obstetri:
a. TFU : 21 cm
b. DJJ : tidak ada
c. His : tidak ada
d. Pemeriksaan Leopold : tidak dapat dilakukan
e. Pemeriksaan dalam (Vaginal Toucher)
• VT  V/V taa (inspeksi), PPV (+), nyeri tekan portio (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Ultrasonografi

Kesimpulan :
• Abortus Inkomplit

2. Pemeriksaan Darah Lengkap

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN


12/4/2023
HEMATOLOGI
LENGKAP

Hemoglobin 13,2 11.7 – 15.5 gr/dL

Hematokrit 37.6% 35 – 47 %

Lekosit 3.8 3.6 – 11.0 x 103 /μL

Trombosit 196 150 – 440 x 103 /μL

MCV 87.2 80 – 100 fL

MCH 30.6 26 – 34 pg

MCHC 35.1 32 – 36 g/dL

Eritrosit 4,31 3,8-5,2 %

Neutrofil segmen 58.9 50-70%

Eosinofil 1.6 2-4%

Limfosit 33 25-40%

Kesan: Hasil lab dalam batas normal


F. DIAGNOSIS
 G3P2A0 wanita 37 tahun UK 19-20 minggu
 Abortus inkomplit
 Usia tua >35 tahun
 Obesitas I

G. TATALAKSANA
Medikamentosa :
 IVFD RL 20 tpm
 Misoprostol 400 mgc pervaginam (sebelum tindakan kuretase)

Rencana lanjutan :
 Pro/Kuretase
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus Inkomplit


2.1.1 Definisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus.
2.1.2 Epidemiologi
Kejadian abortus berdasarkan data yang dikumpulkan di rumah sakit pada
umumnya berkisar antara 15-20%. Namun angka kejadian abortus sebenarnya
diperkirakan dapat lebih tinggi lagi di masyarakat. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya kewajiban untuk melaporkan kejadian abortus pada pihak yang berwenang.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004 diperkirakan 4,2 juta
abortus terjadi setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan
di Vietnam dan Singapura, antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia, antara
155.000 sampai 750.000 di Filipina, antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand.
Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus aborsidi Indonesia.
Ini artinya terdapat 23 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup. Laporanepidemiologis
menyatakan bahwa di Amerika Serikat angka kejadian abortus spontan berkisar
antara 10-20% dari kehamilan.
2.1.3 Etiologi
Pada masa awal kehamilan, ekspulsi spontan dari ovum yang sudah dibuahi
umumnya terjadi akibat terhentinya proses biologis pada embrio atau janin.
Penyebab terhentinya proses biologis tersebut merupakan penyebab abortus pada
kehamilan muda. Hal yang sebaliknya terjadi pada kehamilan lanjut, di mana
pengeluaran bayi lebih banyak diakibatkan oleh faktor lingkungan atau eksternal
sehingga saat dikeluarkan bayi-bayi tersebut masih dalam keadaan hidup.
Penyebab abortus dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu penyebabfetal,
penyebab maternal dan penyebab paternal. Faktor patologis dari pihak semua
(paternal) ini walaupun berhubungan tetapi pengaruhnya sangat kecil terhadap
kejadian abortus spontan.
1. Faktor fetal
Faktor fetal yang menyebabkan abortus meliputi perkembangan zigot
abnormal dan kelainan kromosom. Delapan puluh persen kasus abortus spontan
terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu, setengah di antaranya disebabkan
oleh kelainan kromosom. Sembilan puluh lima persen kelainan kromosom
padaabortus spontan disebabkan oleh kegagalan gametogenesis. Abnormalitas
dapat dimulai dari pembelahan meiosis dari gamet, pesan ganda pada saat
fertilisasi atau saat pembelahan dini mitosis. Dari 1000 abortus spontan yang
diteliti, ditemukansetengahnya menunjukkan tidak adanya embrio atau disebut
blighted ovum.
2. Faktor Maternal
Selain cacat kromosom dari pihak ibu, abortus juga dapat terjadi akibat
adanya gangguan kesehatan atau penyakit sistemik pada ibu.
a. Usia ibu
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun, 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada
usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembalisesudah usia 30
sampai 35 tahun.
b. Paritas
Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas ibu, hal ini
berkaitan dengan faktor dari jaringan parut pada uterus akibat kehamilan
berulang. Jaringan parut ini mengakibatkan tidak adekuatnya persedian darah ke
plasenta yang dapat pula berpengaruh pada janin.
c. Infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC
(Toksoplasma,Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering
dihubungkan dengan abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang
sering diduga sebagai penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma,
Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma
gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan berulang masih belum
dapat dibuktikan. Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat dilakukan
pemeriksaan kultur yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan
endometrial.
d. Anemia
Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin
karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pulakadar oksigen
dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan janin
antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan
meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi.
e. Imunitas
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang ari- ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya
aliran darah dari ari-ari tersebut. Faktor imunologis yang telah terbukti
signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain:
antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipin. Adanya
penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang. Inkompatibilitas golongandarah A, B, O, dengan reaksi
antigen antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan
histamin mengakibatkan vasodilatasi danpeningkatan fragilitas kapiler.
f. Faktor endokrin
o Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20%
kasus.
o Insufisiensi fase luteal (fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak
cukupnya produksi progesteron).
o Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistikovarium
merupakan faktor kontribusi pada keguguran. Kenaikan insiden abortus bisa
disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi
progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan dengan kenaikan
insiden abortus. Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikkan
insiden abortus.
o Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden
abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi
hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi
dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
g. Kelainan anatomi uterus
Leiomioma uterus, bahkan yang besar dan multipel, biasanya tidak
menyebabkan abortus. Apabila menyebabkan abortus, lokasi leiomioma
tampaknya lebih penting daripada ukurannya. Sinekie uterus disebabkan oleh
destruksi endometrium luas akibat kuretase. Hal ini akhirnya menyebabkan
amenore dan abortus rekuren yang dipercaya disebabkan oleh kurang
memadainya endometrium untuk menunjang implantasi. Serviks inkompeten
ditandai oleh pembukaan serviks tanpa nyeri pada trimester kedua disertai
prolaps dan menggembungnya selaput ketuban pada vagina, diikuti oleh
pecahnya selaput ketuban dan ekspulsi janin imatur.
h. Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali
dilupakan. Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan
abortus. Namun, sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktusetelah
kematian mudigah atau janin.
i. Faktor nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang
menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan
merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
j. Penggunaan obat-obatan
Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan. Peranan penggunaan obat-
obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik harus dicari
darianamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada
mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.
3. Faktor Paternal
Faktor paternal Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah)
dalam terjadinya abortus spontan. Yang jelas, translokasi kromosom pada
sperma dapat menyebabkan abortus. Adenovirus atau virus herpes simpleks
ditemukan pada hamper 40% sampel semen yang diperoleh dari pria steril. Virus
terdeteksi dalam bentuk laten pada 60% sel, dan virus yang sama dijumpai pada
abortus.
2.1.4 Patofisiologi
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses
terjadinya berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan
nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi
terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing
terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembusdesidua
lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya
yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian
oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.
2.1.5 Klasifikasi
Hingga saat ini terdapat berbagai klasifikasi abortus, berikut ini akan
disampaikan dua jenis klasifikasi abortus berdasarkan atas terjadinya/legalitas dan
klinis. 9
Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya, tanpa
provokasi dan intervensi.
2. Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi
karena diprovokasi, yang dibedakan atas:
a. Abortus provokatus terapeutikus, yaitu abortus yang dilakukan atas
indikasi medis dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan ibu dan
atau janin.
b. Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa
indikasi medis.
Menurut klinis:
1. Abortus Iminens
Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan
tanpa adanya dilatasi servik.

Gambar 1: Abortus iminens.


2. Abortus insipiens.
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi sering dan
kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan
dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum.

Gambar 2: Abortus insipiens.


3. Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba
dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum.
Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banya sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan.

Gambar 3: Abortus Inkomplit.


4. Abortus komplit
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikerjakan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus
sudah banyak mengecil.

Gambar 4: Abortus komplit.


5. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.
6. Abortus infeksiosus
Abortus yang disertai infeksi pada genitalia. Diagnosis ditegakkan dengan
adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek,
serta nyeri tekan, dan leukositosis.
7. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Gambar 5: Missed abortion.

2.1.6 Gambaran Klinis


Gejala klinis pada abortus dapat dilihat pada table berikut :
Diagnosis Perdarahan Seriviks Besar Uterus Gejala Lain
AbortusIminens Sedikit hingga Tertutup Sesuai dengan Kram, Uterus
sedang usia lunak
Kehamilan
Abortus Sedang hingga Terbuka Sesuai atau lebih Kram, Uterus
Insipiens banyak kecil lunak
Abortus Sedikit hingga Terbuka Lebih kecil dariKram, Keluar
Inkomlit banyak (Lunak) usia kehamilan jaringan
uterus lunak
AbortusKomplit Sedikit atauLunak (terbuka Lebih kecil dariSedikit dak ada
tidak ada atau tertutup) usia kehamilan kram,
keluar massa
kehamilan,
uterus kenyal
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui
anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan
diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen,
inspekulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit
dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan penunjang
berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan.
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada
kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum
akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk
menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan
evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase
uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai.
2.1.8 Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa
apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan
dapat dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase maupun
aspirasi vakum. Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat
antara lain : oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan
salin 20% atau urea 30%, prostaglandin E2, F2a dan analog prostaglandin yang
dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi vagina, injeksi
parenteral maupun per oral, antiprogesteron–RU 486 (mefepriston), atau berbagai
kombinasi tindakan tersebut diatas.
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan
kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang
tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari
ostium eksterna yang sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep
cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus,
induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut
diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut. Perdarahan pada abortus
inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat fatal. Evakuasi
jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan perdarahan dilakukan dengan
cara:
1. Evakuasi dapat dilakukan secar digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri
ergometrin 0,2 mg intramuskular atau misoprostol 400 mcg/oral.
2. Evakuasi hasil konsepsi dengan:
· Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan
kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
· Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400
mcg/oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi terkait abortus adalah sebagai berikut: 15
1. Perdarahan.
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisahasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahanyang
berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus,
laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga koagulopati.
2. Perforasi.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalamposisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus
provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya
datang dengan syok hemoragik.
3. Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan
segera.
4. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili, streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksiterbatas padsa desidua. Pada
abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium,
tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap
infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus,
Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan
Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria
gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes
potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
2.1.10 Prognosis
Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi
memberikan prognosis yang baik terhadap ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Dalam: Wiknjosastro GH,
Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Hmu Kebidanan. Edisi 5. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002 : hal.302 – 312
Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC, Wenstrom KD,
editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The McGraw-Hills Companies, Inc ; 2005 : p. 231-
247.
Anonim. 2015. Kajian Teori Abortus Inkomplit. Badung: Universitas Udayana.
Cobb HK, Knutzen D, Tiu AY. Successive Spontaneous Abortions Caused By A Whole-arm
Translocation Between Chromosome 10 Homologs. Int J Case Rep Images. 2017;8(2):112-
115
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, et al. Williams
Obstetrics, 25th Edition. New York: McGraw-Hill Education; 2018. 1344 p.
Cunningham, et al. 2014. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC.
Ekechi CI, Stalder CM. Spontaneous Miscarriage. In: Dewhurst’s Textbook of Obstetrics &
Gynaecology. 9th Editio. New Jersey: John Wiley & Sons Ltd; 2018. p. 559–67.
Gaufberg F, Abortion Treatened, Available at
http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview.
Henderson JT, Puri M, Blum M, Harper CC, Rana A, Gurung G. Effectsof Abortion Legalization
in Nepal, 2001-2010.
Manuaba, dkk. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: ECG
Mun’im AM. Abortus dan Abortus Provokatus dalam Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi
Pertama. 1997. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 243- 54.
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran Yang Komprehensif. Jakarta:
Kemenkes RI
Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah Denpasar. 2003
Paul DC, Johnson SM. Gynecology and Obstetrics. Current Clinical Strategies. 2006; 99.
Saliimah, Maryam Balqis. 2019. Laporan Kasus Abortus Inkomplit. Riau: Bagian Obstetri Dan
Ginekologi RSUD Dr. R.M Pratomo Bagan siapiapi

Anda mungkin juga menyukai