Disusun oleh:
Corina Fiqilyin, S.Ked
J510185040
Pembimbing :
dr. Sutiyono, Sp.OG (K)
CASE REPORT
Diajukan Oleh :
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing :
dr. Sutiyono, Sp.OG (K) (.........................................)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Sutiyonoo, Sp.OG (K) (.........................................)
BAB I
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. P
Usia : 31 tahun
Alamat : Nglungge, RT 04, RW 11, Brujul, Jaten, Kab.
Karanganyar
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku : Jawa
No RM : 458XXX
Tanggal Pemeriksaan : 23 Agustus 2019
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di ruang bersalin RSUD
Karanganyar pada tanggal 23 Agustus 2019 pukul 10.00 WIB.
Keluhan Utama
Keluar darah (flek-flek) dari jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Pelayanan Obstetrik Neonatus Esensial
Komprehensif (PONEK) RSUD Karanganyar rujukan dari Poli Kandungan
karena keluar darah (flek-flek) dari jalan lahir sejak 2 hari yang lalu setelah
buang air kecil. Flek-flek dirasakan hilang timbul, kadang keluar kadang
tidak. Pasien mengatakan diharuskan mondok karena setelah di lakukan
pemeriksaan USG di Poli, mendapatkan hasil letak ari-ari berada dibawah.
Pasien masih merasakan gerakan janin. Pasien rutin ANC di bidan desa dan
Imunisasi TT 3 kali.
Riwayat Menstruasi
Haid pertama umur : 14 tahun
Siklus : teratur, ± 28 hari, lamanya 7 hari
HPMT (Hari Pertama Menstruasi Terakhir) : 15 Desember 2018
HPL (Hari Perkiraan Lahir) : 22 September 2019
Usia kehamilan : 35+1 minggu
Riwayat Obstetrik
G3P1A1
Hamil I : 2008, 12 minggu, keguguran, curetase
Hamil II : 2010, sectio caesarea, RS Jakarta, lilitan tali pusat,
3000gram, laki-laki, aterm, dibantu oleh dokter spesialis, sehat.
Hamil III : Sekarang
Riwayat KB
Pasien menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sekali setelah kelahiran
anak kedua, dilakukan di tempat bidan desa dan sudah menggunakan KB
selama 7 tahun.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Status Perkawinan
Jumlah Perkawinan : 1 kali
Lama Perkawinan : 10 tahun
Riwayat Operasi
Pasien pernah dilakukan tindakan operasi sectio caesarea pada
kelahiran anak kedua.
Riwayat Ante Natal Care
Pasien mengatakan periksa di bidan desa.
Kebiasaan sehari-hari :
Konsumsi suplemen / vitamin : (+)
Minum jamu : (-)
Merokok : (-)
Minum alkohol : (-)
Anamnesis Sistem :
- Sistem Cerebrospinal : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Cardiovaskular : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Respirasi : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Gastrointestinal : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Urogenital : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Reproduksi : Keluar darah dari jalan lahir
- Sistem Integumen : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Muskuloskeletal : Tidak Ada Keluhan
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Presens
Keadaan Umum : Baik, TB 160 cm, BB 70 kg, berat badan sebelum
hamil 56 kg
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 100 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,60 C
b. Status Generalis
Kepala : Normocephal
Leher : Dalam Batas Normal
Kulit : Dalam Batas Normal
Mata : sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung : Dalam Batas Normal
Telinga : Dalam Batas Normal
Mulut : Dalam Batas Normal
Thorax
Inspeksi : Hemithorax kanan dan kiri simetris
Palpasi : Fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
Cor : BJ I/II murni, regular
Pulmo : SDV (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membesar, bekas operasi (-), striae
gravidarum (+)
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Supel (+)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Dalam Batas Normal
E. DAFTAR MASALAH
- Hamil 35 minggu + 1 hari dengan plasenta akreta
- Memiliki riwayat abortus dan section caesarea
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 10.4 12.30-15.30
Hematokrit 31.9 35.00-47.00
Lekosit 13.76 4.4-11.3
Trombosit 302 170-394
Eritrosit 3.58 4.1-5.1
MPV 7.7 6.5-12.00
USG :
Hasil:
Didapatkan janin letak memanjang dengan plasenta previa totalis.
G. DIAGNOSA KERJA
Antepartum hemorrhage ad causa plasenta acreta, hamil aterm sudah
dalam persalinan.
H. TERAPI
- Infus RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxim /12j
- Inj. Dexametaxon /12j
- Inj. Asam tranexamat /8j
- Histolan 3x1
- Asam mefenamat 3x1
- Nifedipin 3x1
- DC
- Observasi rujuk di RS Moewardi dengan diagnosis plasenta previa totalis
dd akreta.
Setelah diobservasi selama 26 hari pada penderita, dilakukan
tindakan SC dan histerektomi di RS Moewardi
- Saat dilakukan tindakan hingga pasca operasi (tgl: 19-22
september 2019) dibutuhkan 30 kolf PRC
- Pasien dirawat di ICU selama 4 hari
- Pasien dirawat di HCU selama 2 hari
- Pasien dirawat dibangsal selama 2 hari
Dari spesimen patologis setelah dilakukannya histerektomi
didapatkan hasil plasenta yang terdiri dari villi korealis dan
pembuluh darah yang melekat di anatara miometrium dengan tidak
adanya lapisan desidua Plasenta Akreta.
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad sanam : Dubia ad malam
Quo ad fungsionam : Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm
dan tebal 2-3 cm. Beratnya 500-600 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap
pada kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion
tertekan kearah korion. Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di
belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis
karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat
untuk berimplantasi. Plasenta terdiri atas tiga bagian, antara lain:
1. Bagian janin (fetal portion). Terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili
dari plasenta yang lengkap terdiri atas:
- Vili korialis
- Ruang-ruang interviler. Darah ibu yang berada dalam ruang
interviler berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua
basalis. Pada sistol, darah dipompa dengan tekanan 70-80mmHg
ke dalam ruang interviler, sampai pada lempeng korionik
(chorionic plate) pangkal dari kotiledon-kotiledon. Darah
tersebut membanjiri vili koriales dan kembali perlahan-lahan ke
pembuluh balik (vena) di desidua dengan tekanan 8mmHg.
- Pada bagian permukaan janin, plasenta diliputi oleh amnion
yang kelihatan licin. Di bawah lapisan, amnion ini berjalan
cabang-cabang pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan
berinsersi pada plasenta bagian permukaan janin.
2. Bagian maternal (maternal portion). Terdiri atas desidua kompakta
yang terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah). Desidua
basalis pada plasenta matang disebut lempeng korionik (basal), dimana
sirkulasi utero-plasental berjalan ke ruang-ruang intervili melalui tali
pusat. Jadi, sebenarnya peredaran darah ibu dan janin adalah terpisah.
Pertukaran terjadi melalui sinsitial membran yang berlangsung secara
osmosis dan alterasi fisiko-kimia.
3. Tali pusat, merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan
janin. Panjangnya rata-rata 50-55cm, sebesar jari (diameter 1-2,5cm).
Pernah dijumpai tali pusat terpendek ½ cm dan terpanjang 200 cm.
Struktur terdiri atas 2 aa.umbilikalis dan 1 v.umbilikalis serta jelly
Wharton.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml
tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40
minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan
berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah
akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan
sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,
mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan
lebih mendekati lapisan tropoblast.
B. DEFINISI
Plasenta akreta adalah plasenta yang melekat secara abnormal pada uterus,
dimana villi korionik berhubungan langsung dengan miometrium tanpa desidua
diantaranya. Desidua endometrium merupakan barier atau sawar untuk mencegah
invasi villi plasental ke miometrium uterus. Pada plasenta akreta, tidak terdapat
desidua basalis atau perkembangan tidak sempurna dari lapisan fibrinoid. 1
Setelah terjadinya fertilisasi ovum oleh sperma maka sel yang dihasilkan
disebut zygote. Kemudian terjadi pembelahan pada zygote sehingga menghasilkan
apa yang disebut sebagai blastomers, kemudian morula dan blastokist. Pada tahap-
tahap perkermbangan ini, zona pelucida masih mengelilingi. Sebelum terjadinya
implantasi, zona pellucida menghilang sehingga blastosit menempel pada
permukaan endometrium. Dengan menempelnya blastokist pada permukaan
endometrium maka blastosit menyatu dengan epitel endometrium. Setelah terjadi
erosi pada sel epitel endometrium, trofoblas masuk lebih dalam ke dalam
emndometrium dan segera blastokist terkurun di dalam endometrium.`Implantasi
ini terjadi pada daerah endometrium atas terutama pada dinding posterior dari
uterus.
N(%) N(%)
≥6 3 2(67%) 4(4,7%)
Keterangan:
E. GEJALA KLINIK
Pada kala III persalinan plasenta belum lahir setelah 30 menit dan
perdarahan banyak, atau jika dibutuhkan manual plasenta dan terkadang sulit untuk
dilakukan.Plasenta akreta dapat menimbulkan terjadinya perdarahan obsterik yang
masif, sehingga dapat menimbulkan komplikasi seperti dissaminated intravascular
coagulopathy, memerlukan tindakan histerektomi, cedera operasi pada ureter,
kandung kemih, dan organ visera lainnya, adult respiratory distress syndrome,
gagal ginjal, hingga kematian. Jumlah darah yang hilang saat persalinan pada
wanita dengan plasenta akreta rata-rata 3000 – 5000 ml. Dibeberapa senter, plasenta
akreta menjadi penyebab utama dilakukannya histerektomi cesarian.1,2
F. DIAGNOSIS
Diagnosis pasti dari plasenta akreta, inkreta dan perkreta hanya didapatkan
dari hasil pemeriksaan histopatologi, dengan demikian dapat terlihat sedalam apa
invasi dari jonjot korion. 1
Umumnya pada kasus ini, plasenta dibiarkan in situ dan tidak diambil pada
saat dilepas. Prosedur tambahan meliputi embolisasi pembuluh darah iliaka interna.
Terapi dengan methotreksat, reseksi segmen uterus yang terlibat, penggunaan
jahitan kompresi uterus, dan penjahitan plasental bed.
Wanita yang akan memilih penanganan konservatif harus diberi penjelasan
secara intensif bahwa hasil akhirnya tidak dapat diprediksi dan memiliki resiko
komplikasi yang cukup tinggi termasuk kematian. Hal ini memungkinkan dimasa
mendatang pananganan konservatif memegang peranan penting didalam
penanganan plasenta akreta. Akan tetapi, pada saat ini pilihan ini tidak
direkomendasikan sebagai terapi utama. 1
Terapi Methotreksat
Telah dilaporkan suatu kasus wanita 31 tahun G3P1A1 hamil 35+1 minggu
dengan antepartum hemorrhage ad causa plasenta acreta, hamil preterm belum
dalam persalinan, di mana keadaan plasenta terletak dibawah, letak janin
memanjang dengan plasenta previa totalis. Sesuai dengan teori yang ada bahwa
diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik dan
penunjang yang telah dilakukan.
Untuk definisi dari plasenta akreta adalah plasenta yang melekat secara
abnormal pada uterus, dimana villi korionik berhubungan langsung dengan
miometrium tanpa desidua diantaranya. Desidua endometrium merupakan barier
atau sawar untuk mencegah invasi villi plasental ke miometrium uterus. Pada
plasenta akreta, tidak terdapat desidua basalis atau perkembangan tidak sempurna
dari lapisan fibrinoid.
Dari anamnesis didapatkan pasien datang ke Pelayanan Obstetrik Neonatus
Esensial Komprehensif (PONEK) RSUD Karanganyar rujukan dari Poli
Kandungan karena keluar darah (flek-flek) dari jalan lahir sejak 2 hari yang lalu
setelah buang air kecil. Flek-flek dirasakan hilang timbul, kadang keluar kadang
tidak. Pasien mengatakan diharuskan mondok karena setelah di lakukan
pemeriksaan USG di Poli, mendapatkan hasil letak ari-ari berada dibawah.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan evaluasi awal pada penderita ini
didapatkan hal-hal sebagai berikut:
SIMPULAN
Penegakan diagnosis pasien ini sudah tepat yaitu plasenta akreta. Faktor
risiko terjadinya plasenta akreta adalah mempunyai kerusakan miometrium yang
disebabkan oleh riwayat kuretase, riwayat operasi sesar dan multiparitas.
Penegakan diagnosis yang tepat yaitu dengan menggunakan hasil pemeriksaan
histopatologi. Penatalaksanaan pada kasus ini dilakukan tindakan terminasi setelah
usia kehamilan mendekati aterm dengan operasi sesar dan histerektomi atas indikasi
plasenta previa totalis.
DAFTAR PUSTAKA