Anda di halaman 1dari 32

REFRAT

POST TOTAL KNEE REPLACEMENT ET CAUSA OSTEOARTHRITIS


Diajukan Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter Stase Ilmu Penyakit Dalam

Disusun oleh :
Pahlevi Yudha P, S. Ked J510185006

Corina Fiqilyin, S. Ked J510185040

Pembimbing :
dr. Hari Haryana, Sp. KFR

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
REFERAT
“RUPTUR ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT (ACL)”

LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter Stase Ilmu Penyakit Dalam

Pembimbing :

dr. Hari Haryana, Sp. KFR

Disusun oleh :

Diana Sulistian R, S. Ked J510181019

Muhtri Mahmudi, S. Ked J510181019

Ria Maulidasari, S. Ked J510181019

Telah dipresentasikan, disetujui dan di sahkan oleh bagian Program Pendidikan


Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mengetahui :

Disetujui : Februari 2019

(dr. Hari Haryana, Sp. KFR) (……………………….)

Dipresentasikan di depan :

(dr. Hari Haryana, Sp. KFR) (……………………….)

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anterior cruciate ligament (ACL) adalah ligament yang menjaga kestabilan


sendi lutut. Cedera ACL sering terjadi pada olahraga high-impact, seperti sepak
bola, futsal, tenis, badminton, bola basket dan olah raga bela diri.1,2
ACL adalah ligament yang paling sering mengalami cedera pada lutut. Penyebab
utamanya terjadinya ACL adalah aktifitas olah raga berat. Olah raga yang sering
menyebabkan cedera adalah olah raga dengan fisis foot terfiksir dan badan berubah
arah dengan cepat, misalnya pada pemain sepak bola atau basket.2

Mayoritas cedera ACL terjadi pada orang berusia 15-45. Ini menunjukan
dari gaya hidup yang lebih aktif dan partisipasi yang lebih tinggi dalam aktivitas
atletik selama rentang usia tersebut. Jumlah total cedera lebih besar pada pria tetapi
perempuan memiliki risiko 2-8 kali lebih tinggi cedera. Faktor mengapa cedera
lebih banyak terjadi wanita termasuk sudut Q yang lebih besar pada sendi lutut yang
mengarah ke penyelarasan genu valgus, panggul yang lebih luas, peningkatan
kelemahan sendi, dan perubahan hormon yang terjadi sepanjang
menstruasi. Klasifikasi cedera ACL dibagi menjadi tiga, cedera grade 1 melibatkan
kerusakan mikroskopis dengan ligamen yang sebagian besar masih utuh. Grade 2
merobek sebagian ligamen dan memisahkan sirip dengan edema sekitarnya dibagi
lagi menjadi kelas parsial rendah dan derajat robekan parsial tinggi, tergantung pada
tingkat keparahan. Cedera grade 3 adalah dimana seluruh ligamen robek dan sendi
lutut tidak stabil.4

Setiap tahun di amerika serikat terjadi 250.000 cedera ACL, atau sekitar 1
dari 3000 populasi. Sekitar sepertiga dari pasien yang mengalami cedera ACL
memerlukan pembedahan, dengan biaya 17.000 dollar amerika serikat per
rekonstruksi sehingga diperkirakan biaya per tahun sekitar 1,5 Milyar dollar
Amerika serikat. Dengan demikian biaya yang di keluarkan sangat besar sekali.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi
Secara anatomis knee joint dibentuk oleh tibia bagian proximal, femur
bagian distal dan patella. Knee joint terdiri dari tiga bagian persendian; medial
dan lateral antara condylefemur dan tibia serta persendian intermediate antara
patela dan femur. Femur distal terdiri dari medial condilus dan lateral condilus,
femoral trochlear groove dan intercondylar notcth. Ligamen tersebut melewati
anterior, medial dan distal sendi dari femur ke tibia. Ligament berputar atas diri
membentuk spiral sedikit luar (lateral), melewati bawah ligamentum transverse
meniscal di ujung tibialisnya. beberapa fasikula mungkin menyatu dengan
perlekatan anterior dengan meniskus lateral. Ikatan tibialis lebih lebar dan lebih
kuat dari perlekatan femoralis.1

2
Gambar 1. Anatomi lutut tampak anterior

Ligamentum Intra Capsular.

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat


kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua
bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae.

3
Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan
tibiae.1

1. Anterior Cruciate Ligament (ACL).


Istilah cruciate berasal dari kata crux yang artinya (menyilang) dan crucial
(sangat penting).Cruciate ligament saling bersilangan satu sama yang lain.
Menyerupai huruf X. ACL adalah penyetabil untuk knee joint pada aktivitas
pivot. ACL mulai berkembang pada minggu ke 14 usia gestasi, berukuran
sebesar jari kita dan panjangnya rata-rata 38mm dan lebar rata-rata 10 mm, dan
dapat menahan tekanan seberat 500 pon sekitar 226kg. Ligamentum ini melekat
pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang
dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus
lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan
menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ini tidak hanya mencegah anterior
translasi dari tibia pada femur tetapi juga memungkinkan untuk helicoid biasa
tindakan lutut, sehingga mencegah kemungkinan untuk patologi meniskal. Ini
terdiri dari dua bundel, sebuah bundle anteromedial, yang ketat di fleksi, dan
bundel posterolateral, yang lebih cembung dan ketat dalam ekstensi. Suplai
vaskuler ACL berasal dari arteri geniculate media, serta dari difusi melalui
sheath sinovialnya . persarafan dari ACL terdiri dari mekanoreseptor berasal
dari saraf tibialis dan memberikan kontribusi untuk proprioseptifnya, serabut
rasa nyeri dalam ACL yang hampir tidak ada, ini menjelaskan mengapa ada
rasa sakit yang minimal setelah ruptur ACL akut sebelum pengembangan
hemarthrosis yang menyakitkan.
2. Posterior Cruciate Ligament (PCL)
Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior
dan berjalan kearah atas, depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian
anterior permukaan lateral condyles medialis femoris. Serat-serat anterior akan
mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi
lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam
keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah

4
femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi,
ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.

Ligamentum Extracapsular:1
1. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat
pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan
lanjutan dari bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan
dari membrane synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan
dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis
memisahkan ligamentum ini dari kulit.
2. Ligamentum Collaterale Fibulare
Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus
lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini
dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus.
Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.
3. Ligamentum Collaterale Tibiae
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat
dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat
pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul
sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada
margo infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon m. semimembranosus
dan a. inferior medialis genu.
4. Ligamentum Popliteum Obliquum
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi
lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari
ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus
dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus.
5. Ligamentum Transversum Genu

5
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus ,
terdiri dari jaringan connective, kadang-kadang ligamentum ini tertinggal
dalam perkembangannya, sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.

Cartilago Semilunaris (Meniscus)1


Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang pada
potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung,
melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas.
Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus
femoris. Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus
tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung.
1. Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar
daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris
anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui
beberapa serat yang disebut ligamentum transversum. Cornu posterior melekat
pada area intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada
simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilage
semilunaris relatif tetap.
2. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior
melekat pada area intercondylaris anterior,tepat di depan eminentia
intercondylaris. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior,
tepat di belakang eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya
keluar dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke
condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum
collaterale laterale oleh tendon m. popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat
pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris
lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila di bandingkan dengan cartilage
semilunaris medialis.

6
Capsula Articularis1
Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m.
quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior
dari femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose
membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari ligamentum
patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju bagian atas tepi
dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum
anterior. Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun
cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior
ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies
articularis membentuk dua tonjolan, lipatan synovial, plica alares yang
terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial
villi.
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang
mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian
paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan
lipatan sagital yang lebar pada synovial membran.
Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian, berhubungan dengan
dua pasang condyles femoris dan tibiae. Lipatan capsul sendi pada bagian
samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap
bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan cartilago, dan bagian
permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago. Pada tibia
capsulsendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian
bawah dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari
masing-masing meniscus.

7
Gambar 2. Ligamentum cruciatum dan Collateral

Bursa Anterior
1. Bursa supra patellaris terletak di bawah m. quadriceps femoris dan
berhubungan erat dengan rongga sendi.

8
2. Bursa Prepatellaris terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan
bagian depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patellae.

3. Bursa infrapatellaris superficialis terletak pada jaringan subcutan diantara


kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum patellae

9
4. Bursa Infapatellaris Profunda terletak di antara permukaan posterior dari
ligamentum patellae dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari
cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini
jarang terjadi.

Bursa Posterior
1. Recessus Subpopliteus ditemukan sehubungan dengan tendon m.
popliteus dan berhubungan dengan rongga sendi.

2. Bursa M. Semimembranosus ditemukan sehubungan dengan insertio m.


semimembranosus dan sering berhubungan dengan rongga sendi.

10
3. Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan:

a) tendon insertio m. biceps femoris.

b) tendon m. sartorius , m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu


berjalan ke insertionya pada tibia.
c) di bawah caput lateral origo m. Gastrocnemius.

11
d) di bawah caput medial origo m. Gastrocnemius.

12
Gambar 3. Lutut tampak posterior dan sagital

Persarafan Sendi Lutut3


Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang - cabang dari nervus yang
mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan
pada sendi lutut. Sehingga sendi lutut disarafi oleh :
1. N. Femoralis
2. N. Obturatorius

13
3. N. Peroneus communis
4. N. Tibialis
Suplai Darah3
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah
disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending
genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan cabang
descending arteri circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis
anterior. Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk
kemudian akan memasuki vena femoralis.
Sistem Limfe3
System limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia
subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node
subinguinal superficialis. Sebagian lagi aliran limfe ini akan memasuki lymph
node popliteal, dimana aliran limfe berjalan sepanjang vena femoralis menuju
deep inguinal lymph node.
2. Fisiologi2,3
Dari ligamen lutut, cruciates adalah yang paling penting dalam
menyediakan pengekangan pasif untuk anterior/posterior gerakan lutut. Jika
salah satu atau kedua cruciates terganggu, biomekanik selama kegiatan jalan
mungkin terganggu. Fungsi utama dari ACL adalah untuk mencegah translasi
anterior dari tibia, dalam ekstensi penuh, ACL menyerap 75% muatan anterior
dan 85% antara 30 dan 90° fleksi. Selain itu, fungsi lain ACL termasuk
melawan rotasi internal tibia dan varus/valgus angulasi dari tibia dengan adanya
cedera ligamen kolateral, hilangnya ACL menyebabkan penurunan magnitude
pada coupled rotasi selama fleksi, dan lutut yang tidak stabil. Kekuatan tarik
ACL sekitar 2200 N tetapi berubah dengan usia dan beban berulang.

14
2. Cidera ACL

A. Definisi

Cedera ACL (anterior ruptur membaran) adalah robekan pada salah


satu ligamen lutut yg menghubungkan antara os. Femur dan os.
Tibia terletak di tengah patella. ACL berfungsi untuk mengatur dan
membatasi pergerakan kedepan dari tulang tibia pada femur,dan
menjaga kestabilan lutut.5

5,6
B. Manifestasi

Robekan ACL lebih dari 50 % atau robekan total dapat


menyebabkan ketidakstabilan sendi lutut. Pada cedera ligamen
lutut anterior yang terjadi secara tiba-tiba (akut) dan cukup parah,
gejala-gejala yang mungkin terasa adalah sebagai berikut:

 Terdengar atau terasa suara seperti “pop” pada saat


terjadinya cedera.
 Merasa bahwa lutut tidak stabil, seperti terasa goyang atau
terlepas. Perasaan bahwa lutut tidak stabil dapat muncul
setelah melompat, mengubah arah gerakan, atau terjadi
benturan pada lutut.
 Nyeri yang terasa di bagian luar dan belakang lutut.
 Terjadi pembengkakan pada lutut. Umumnya
pembengkakan muncul beberapa saat setelah terjadinya
cedera yang menandakan adanya perdarahan pada sendi.
Jika pembengkakan terjadi segera setelah cedera, dapat
mengindikasikan bahwa cedera ligamen cukup parah.
 Gerakan lutut terasa terbatas.

C. Klasifikasi6

15
Derajat keparahan cedera ligamen lutut anterior dibagi berdasarkan
kerusakan ligamen anterior yang terjadi, yaitu:

 Derajat 1.

Cedera ligamen lutut anterior tingkat 1 terjadi jika:

 Serat ligamen tidak robek, namun tertarik secara paksa.


 Pembengkakan yang terjadi hanya sedikit.
 Lutut tidak terasa labil atau bergeser pada saat beraktivitas.

 Derajat 2.

Cedera ligamen lutut anterior tingkat 2 terjadi jika:

 Serat ligamen mengalami robek sebagian.


 Terjadi pembengkakan sedang pada lutut.
 Lutut akan terasa tidak stabil atau bergeser pada saat
beraktivitas.

 Derajat 3.

Cedera ligamen lutut anterior tingkat 3 terjadi jika:

 Serat ligamen robek seluruhnya dan terbagi menjadi dua


bagian.
 Terjadi pengerasan dan pembengkakan pada lutut.
Pembengkakan yang terjadi dapat berukuran kecil atau
besar.
 Ligamen akan sulit mengontrol gerakan lutut, sehingga
muncul perasaan lutut seperti bergeser pada saat
beraktivitas.

16
D. DIAGNOSIS 7,8
Ketika seorang pasien datang dengan cedera ACL dilakukan :
1. Anamnesis
Pada anamnesis juga ditanyakan tentang kejadian sebelum cidera.
Dua pertiga dari cedera adalah hasil dari cedera non kontak
(deselerasi atau berputar) dan sering dikaitkan dengan bunyi "pop"
dan bengkak, yang biasanya terlihat dalam waktu cedera 4-12 jam.
(Cedera lutut lain yang terkait dengan hemarthrosis yang meliputi
robekan cruciatum posterior, robekan meniskus perifer, fraktur
6,7
osteochondral, cedera kapsuler, dan dislokasi patella. Cedera
kontak langsung sering menimbulkan stres hiperekstensi atau valgus
pada lutut yang mengarah ke cedera cruciatum. Pertanyaan lainnya
termasuk kemampuan untuk menanggung berat badan. Apakah
pasien terus melanjutkan aktifitas setelah cidera apakah ada gejala
ketidakstabilan pada persendian lutut? faktor lain yang perlu
dipertimbangkan termasuk sebelum cedera yaitu tingkat aktivitas,
kegiatan kerja, dan rencana masa depan, karena informasi ini akan
membantu dalam pengambilan keputusan. pasien harus ditanya jika
ada riwayat trauma di tempat yang sama sebelumya.

2. Pemeriksaan fisik8

Harus segera dilakukan setelah cedera. Hasilnya biasanya lebih


akurat daripada setelah timbulnya pembengkakan, rasa sakit, dan
selanjutnya. Dari observasi, ketidakselarasan biasa dianggap
suatu fraktu Pembengkakan biasanya muncul dalam 4 jam.7 Tes
khusus yang sering dilakukan adalah :

 Tes lachman untuk melihat apakah ACL masih utuh. Pada


tes lachman, pasien pada posisi supine, lutut difleksikan 30

17
derajat. Femur distabilasikan dengan satu tangan dan satu
tangan mengerakkan tibia ke anterior. Positif jika end point
dari translasi anterior tibia tidak jelas dan infrapatellar slope
menghilang, yaitu jika ACL robek, pemeriksa akan
merasakan gerakan ke depan dari tibia meningkat (ke atas
atau anterior) dengan hubungannya dengan tulang paha (jika
dibandingkan dengan kaki normal) dan gerakan lembut
pada end point, (karena ACL robek) saat ini gerakan berakhir.

 Tes lain untuk cedera ACL adalah pivot shift test. Pada
pivot shift test pasien pada posisi supine, lutut difleksi 5 derajat
dan valgus stres diberikan sambil memberi gaya internal rotasi
pada tibia, lutut kemudian difleksi 30 - 40 derajat, tes positif
jika lutut tereduksi ke posterior. Jika acl robek, tibia akan
mulai maju ketika lutut sepenuhnya lurus dan kemudian akan
bergeser kembali ke posisi yang benar dalam hubungannya
dengan tulang paha ketika lutut dibengkokkan lebih 30
derajat. 9,10

 Tes drawer, dimana pasien dalam posisi supine, lutut fleksi


90 derajat, kaki distabilasikan oleh pemeriksa dan tibia ditarik
kearah anterior.tes positif apabila terdapat translasi lebih dari
6mm. Ataupun apabila tibia didorong ke posterior akan terjadi
translasi jauh ke posterior berarti positif.

3. Artroskopi.

Artroskopi dilakukan untuk melihat kondisi bagian dalam lutut,


dengan memasukkan alat teropong kecil dengan kamera di
ujungnya, melalui sayatan (insisi) kecil yang dibuat pada daerah
lutut. Selain untuk keperluan diagnosis, artroskopi juga dapat
digunakan sebagai metode pembedahan pada lutut untuk kasus

18
cedera ligamen anterior tertentu. Jika pada saat pengamatan
menggunakan artroskopi ditemukan robekan ligamen anterior lutut,
dapat langsung dilakukan perbaikan pada cedera yang terjadi.

4. Pemindaian. 8,9

Pemindaian dilakukan untuk mendapatkan gambaran visual


tentang kondisi bagian dalam lutut. Berikut ini adalah beberapa
pilihan pemindaian yang mungkin direkomendasikan oleh dokter:

 Foto Rontgen.

Meskipun cedera ligamen lutut anterior tidak bisa


didiagnosis secara langsung melalui foto Rontgen, dokter
dapat melihat adanya patahan atau fragmen tulang lutut.
Selain itu, robekan ligamen, potongan tulang pada cedera
avulsi, serta adanya darah pada sendi lutut (efusi) juga dapat
terdeteksi pada foto Rontgen.

 CT scan.

CT scan dapat digunakan untuk mengetahui adanya patahan


pada tulang atau robekan kecil pada sendi lutut.

 MRI.

MRI dapat digunakan untuk mengetahui adanya robekan pada


ligamen lutut anterior serta permasalahan lain pada jaringan
lunak, seperti robekan meniskus atau cedera pada ligamen
lainnya. serta meniskus tulang rawan, atau tulang
rawan artikular.

19
 USG.

Metode pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara


ini dapat dilakukan untuk melihat adanya kerusakan pada
ligamen atau bagian lain dari lutut.

E. TATALAKSANA 9,10

Penatalaksanaan cidera ACL ada :

1. Nonopratif

Dengan cara dilakukan rehabilitasi pada pasien dengan cidera


ACL, Manajemen non-operatif cidera ACLini ditoleransi dengan
buruk oleh orang dewasa muda yang aktif dan. Hal ini sering
mengarah pada ketidakstabilan berulang dan perkembangan cedera
chondral dan meniscal. Namun berbanding berbalik pada individu
yang lebih tua, dengan aktivitas yang lebih sederhana biasanya
tidak perlu dioperasi dan kembali ke kehidupan yang sederhana.11

2. Operatif

Pembedahan pada cedera ligamen lutut anterior dilakukan dengan


cara mengganti ligamen lutut anterior dengan pencangkokan.
Ligamen yang baru dapat diambil dari tendon otot lain di bagian
tubuh tertentu menggunakan sistem autograft. Pada proses
pembedahan cedera ligamen anterior, bukaan kulit yang dibuat
biasanya merupakan insisi kecil untuk keperluan memasukan alat
bedah artroskopik. Pada kasus tertentu, insisi besar dapat juga dibuat
apabila diperlukan. Sementara pada cedera avulsi atau cedera
fraktura, pembedahan yang dilakukan merupakan pembedahan

20
reparasi, bukan pencangkokan. Pada kasus ini, pecahan tulang yang
terlepas kembali ditempel dan diikat pada lokasi tulang sebelumnya.

Kebanyakan pasien cedera ligamen lutut anterior yang menjalani


pembedahan mendapatkan hasil yang memuaskan. Hasilnya
ditandai dengan nyeri yang berkurang, fungsi lutut yang kembali
membaik, lutut menjadi lebih stabil, serta dapat kembali menjalani
aktivitas secara normal. Kebanyakan atlit yang mengalami cedera
ligamen lutut anterior dapat kembali berolahraga setelah 2 bulan.
Namun, ada juga beberapa penderita yang tetap merasakan nyeri dan
ketidakstabilan lutut setelah menjalani pembedahan.

21
22
BAB III

REHABILITASI MEDIK PADA ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT

Rehabilitasi medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang mempelajari


masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan dampak keadaan sakit atau nyeri atau cacat dan atau sosial dan atau
halangan serta meningkatkan kemampuan pasien mencapai integrasi sosial.
Rehabilitasi medik pada ruptur anterior cruciate ligament yaitu latihan untuk
meningkatkan ambulasi, mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi-
sendi.10

Masalah rehabilitasi pada rupture anterior cruciate ligament diantaranya :


a) Nyeri
Pasien post operasi merasakan nyeri akibat dari luka robek yang terjadi
pada sekitar muskuloskeletal
b) Edema
Terjadi karena adanya proses inflamasi
c) Keterbatasan gerak
1. Rencana Pelaksanaan Terapi
Terapi yang digunakan pada kasus anterior cruciate ligament dapat berupa
terapi latihan maupun terapi dengan modalitas.
Penanganan rehabilitasi dapat berupa:
a. Metode Pemberian Fisioterapi
Modalitas TENS dan US

TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)

TENS adalah sebuah modalitas yang bertenaga listrik rendah yang


dialirikan ke kulit melewati elektrodra yang di letakkan di atas area yang
mengalami nyeri. Arus listrik yang dapat diberikan TENS dapat merangsang
sel neuron sensory yang berdiameter besar untuk masuk lebih dahulu ke
gate disubstansia gelatinosa dan menghambat sel nosiceptor yang

23
berdiameter kecil untuk memberikan informasi ke otak, sehingga rangsang
nyeri tidak sampai ke otak dan membuat nyeri berkurang.

Indikasi TENS:

Trauma muskuloskeletal baik akut maupun kronis, Nyeri pasca operasi,


Nyeri myofacial, Nyeri visceral, Nyeri panthom

Kontraindikasi TENS:

Penggunaan pacmaker, Adanya kecendrungan pendarahan (pada area yang


diterapi), Epilepsi, Wanita hamil (bila diberikan pada daerah abdomen atau
panggul), Area arteri karotis, Jaringan parut dekat sisi fraktur yang baru,
Luka terbuka yang sangat lebar.

Ultrasound Therapy

Terapi US merupakan jenis thermotherapy (terapi panas) yang dapat


mengurangi nyeri akut maupun kronis. Terapi US biasanya dilakukan pada
rentang frekuensi 0,8 sampai dengan 3 MHz. Frekuensi yang lebih rendah
dapat menimbulkan penetrasi yang lebih dalam (sampai dengan 5 cm).
Penyebaran efek ultra sonik dalam jaringan Efek penyebaran ultra sonik
dalam jaringan bergantung pada kedalaman penetrasi yang tergantung pada
absorpsi dan penyebaran pancaran ultra sonik selama dalam jaringan.
Merupakan penerima panas yang dikonversikan dari energi akustik.

Penetrasi terdalam pada setiap media:


a. Bila tulang: penetrasi 7mm pada frekuensi
1MHz, pada 3MHz tidak diperoleh penetrasi.
b. Bila media kulit: penetrasi 36 mm pada frekuensi
1 MHz, pada 3 MHz 12 mm
c. Bila media tendon: penetrasi 21 mm pada
frekuensi 1MHz, pada 3 MHz 7 mm
d. Bila media otot: penetrasi 30 mm pada frekuensi
1MHz, pada 3 MHz 7 mm

24
e. Bila media lemak: penetrasi 165 mm pada
frekuensi 1 MHz, pada 3 MHz 55 mm (3 MHz
penetrasi 1/3 dari frekuensi 1 MHz.
1) Dosis
a) Frekuensi
Ultrasound dapat diberikan setiap 2-3 hari
b) Intensitas
Merupakan rata-rata energi yang
dipancarkan tiap unit area, dan dinyatakan dalam

watt per sentimeter persegi (W/cm2). Umumnya


intensitas untuk terapi ultra sonik ini berkisar

antara 0 s.d 5 W/cm2. Pemberian ultrasound


dengan intensitas tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya unstable cavitation ataupun
mikrotrauma jaringan.
c) Durasi
Waktu pemberian ultrasound di dasarkan
pada luas area yang diterapi dengan rumus luas
daerah yang diterapi dibagi luas tranducer dikali
1-2 menit. Waktu maksimal pemberian
ultrasound yaitu 15 menit.
2. Aplikasi Tranducer
Penggunaan tranduser diaplikasikan
tegak lurus secara stroking sirkuler ataupun
transversal terhadap area yang akan diterapi.
3. Coupling Media
Untuk dapat meneruskan gelombang ultrasound ke dalam
jaringan tubuh maka dibutuhkan suatu medium yang berada
antar tranduser dan permukaan tubuh yang akan di ultrasound.
Adapun ciri-ciri coupling media yang
baik pada penggunaan ultrasound secara umum

25
adalah:
a) Bersih dan steril
b) Tidak terlalu cair kecuali metode under water
c) Tidak terlalu cepat diserap oleh kulit
d) Tranparansi
e) Mudah dibersihkan
4. Efek yang ditimbulkan oleh ultrasound:
a) Efek Biologis

Efek lain dari micromassage adalah efek biologis


yang merupakan refleks fisiologis dari pengaruh mekanik
dan pengaruh panas. Efef biologis yang ditimbulkan oleh
ultrasound antara lain: Meningkatkan sirkulasi darah,
Rileksasi otot serta mengurangi nyeri.
5. Indikasi :
Spasme (neuromuskuler/muskuloskeletal) pada cedera
atlet, kompresi akar saraf dan beberapa jenis neuritis, tendinitis
(peradangan tendon), bursitis, sprain, cedera rotator cuff, frozen
shoulder, arthritis, CTS.
6. Kontraindikasi :
Epifise tulang yang sedang tumbuh, uterus wanita hamil,
tonjolan tulang, mata, jaringan testis, pace maker, hati-hati pada
gangguan sensorism di dalam air hati-hati tangan terkena
paparan yang lama, proses osteogenik pada penyembuhan
fraktur, keganasan, inflamasi akut.
b. Latihan penguatan otot isometrik
Latihan penguatan merupakan latihan yang ditujukan untuk
meningkatkan kekuatan otot. Sedangkan latihan penguatan isometrik
adalah salah satu bentuk latihan statik yang terjadi pada saat otot
berkontraksi tanpa adanya perubahan dari panjang otot atau tanpa gerakan
sendi yang terlihat.11

26
Latihan penguatan otot isometrik diindikasikan pada keadaan
inflamasi akut atau sendi tidak stabil. Latihan isometrik diberikan untuk
meningkatkan kekuatan otot pada:

1. Keadaan dimana sendi mengalami imobilisasi eksternal (splint, traksi,


cast)
2. Keadaan dimana keadaan sendi tidak diberpolehkan untuk membantu
mengatur kecepatan gerakan dari bagian tubuh tersebut Nyeri sendi

Prosedur latihan:

1. Lakukan pemanasan dengan meregangkan kelompok otot ekstensor dan


fleksor sendi pada otot yang akan dilatih selama 3 kali selama 6 detik
untuk setiap kelompok otot.
2. Latihan isometrik otot dilakukan selama 4 minggu, dilakukan 2 set
perhari sebanyak 5 hari per minggu. Tiap set terdari dari 4 gerakan
dengan 10 repitisi. Tiap gerakan lakukan kontraksi isometrik sekuat-
kuatnya atau mendekati maksimal selama 6 detik dan diulangi setelah
istirahat 6 detik.
3. Latihan dievaluasi setiap 1 minggu.
4. Gerakan:
a. Posisi pasien terlentang dengan lutut ekstensi, lalu otot quadricep
dikontraksikan sekuat-kuatnya, sehingga patela menggelincir ke
arah proksimal dan lutut ditekan ke bawah. Dibantu dengan
kontraksi otot dorsifleksor pergelangan kaki.
b. Straight leg rasing. Pasien terlentang, lutut ekstensi. Otot
quadricep dikontraksikan sekuat-kuatnya atau mendekati
maksimal, lalu angkat tungkai bawah sampai sendi panggul fleksi
30°.
c. Pasien duduk dengan fleksi sendi lutut pada tepi kursi dengan
sudut 90°. Kontraksikan otot quadricep dengan cara yang sama.
d. Pasien duduk dengan sendi lutut 45°. Kontraksikan otot quadricep
dengan cara yang sama.

27
c. Latihan Mobilitas Sendi/ ROM
Latihan mobilitas sendi adalah latihan yang bertujuan untuk
mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi serta mengurangi
kekakuan sendi. Teknik latihan ROM dibagi menjadi 3:11
a. Passive exercise ROM
b. Active exercise ROM
c. Active assistive ROM
Indikasi dilakukannya Passive exercise ROM:

a. Kondisi akut dan peradangan pada jaringan. Peradangan setelah


cedera atau operasi biasanya berlangsung 2-6 hari.
b. Pasien tidak mampu atau tidak dapat bergerak secara aktif untuk
memindahkan sebagian atau beberapa bagian tubuh karena koma,
paresis, atau pada kondisi yang membutuhkan istirahat total.
Indikasi dilakukannya Active exercise ROM:

a. Pasien yang sudah mampu mengkontraksikan otot secara aktif dan


memindahkan bagian tubuhnya dengan atau tanpa bantuan.
b. Pasien dengan kelemahan otot yang tidak mampu menggerakkan sendi
untuk melawan gravitasi dan mencapai rentang yang normal.
c. Pasien dengan kebugaran fisik yang tidak optimal.

Kontraindikasi:

a. Gerakan mengganggu proses penyembuhan. Tapi gerakan yang


terkontrol dalam lingkup gerakan bebas nyeri selama fase awal
penyembuhan justru dapat bermanfaat dan mempercepat proses
penyembuhan.
b. Pasien berada pada kondisi yang mengancam hidup

28
Daftar Pustaka

1. Netter, Frank H. 2014. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta:


EGC
2. Snell, Richard S., 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Edisi 6. EGC.
Jakarta.

3. Kennedy, JC. Alexander, IJ. Hayes, KC. 1982. Nerve supply of the human knee
and its functional importance. Am J Sports Med; 10:329–335.

4. Perry, Dwan; O'Connell, Michael, 2015. Evaluation and Management of


Anterior Cruciate Ligament Injuries: A Focused Review. Osteopathic Family
Physician, 7(2), pp 8-12

5. Aichroth, P., Patel, D.V., dan Zorilla, P. (2002). The Natural History and
Treatment of Rupture of The Anterior Cruciate Ligament in Children and
Adolescents. A Porspective Review. J Bone Joint Surg Br, 84:38-41

6. Kocher, M.S., Saxon, H.S.,Hovis, W.D., dan Hawkins, R.J. (2002).


Management and Complicatons of Anterior Cruciate Ligament Injuries in
Skeletally Immature Patients: Survey of the Herodicus Society and the ACL
Study Group. J Pediatr Orthop, 22(4):452-7.

7. Lawrance, J.A., Ostlere, S.J., dan Dodd, C.A. (2016). MRI Diagnosis of Partial
Tears of the Anterior Cruciate Ligament. Injury, 27(3):153-5.

8. Noyes, F.R., Bassett, R.W.,Grood, ES., dan Butler, D.L. (2018). Arthroscopy
in Acute Traumatic Hemarthrosis of the Knee. Incidence of Anterior Cruciate
Tears and Other Injuries. J Bone Joint Surg Am,62(5):687-95.757.

9. Rainess, Benyamin. (2017). Management of Anterior Cruciate Ligament


Injury: What's In and What's Out?. Indian Journal of Orthopedhis. 51(5): 563–
575

10. Iman, S., Ikke, D., Mita, N., & Riza, P. (2018). Penatalaksanaan
Fisioterapi pada Post Op Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament Sinistra
Grade III Akibat Ruptur Di RSPAD Gatot Soebroto

29
11. PERDOSRI. (2013). Layanan Kdokteran Fisik dan Rehabilitasi . Jakarta :
PT Adhitama Multi Kreasindo.

30

Anda mungkin juga menyukai