Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ORTHOPEDI

FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

JUNI 2015

MANAGEMEN CEDERA LIGAMEN COLLATERAL LATERAL DI LUTUT

OLEH :
Nur Afifah Thamrin (110 210 138)
SUPERVISOR PEMBIMBING :

DR.dr. Muh.Sakti, Sp.OT

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU ORTHOPEDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:
Nama

: Nur Afifah Thamrin

NIM

: 110 210 138

Judul Referat : MANAGEMEN CEDERA LIGAMEN COLLATERAL LATERAL


DI LUTUT
Telah menyelesaikan tugas referat kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Orthopedin Fakultas Kedokteran Muslim Indonesia.
Makassar, `Juni 2015

Mengetahui,
Supervisor

Dr.dr. Muh.Sakti, Sp.OT

Coass

Nur Afifah Thamrin

BAB I
PENDAHULUAN
I.Latar Belakang
Pada orang-orang dewasa muda, dengan usia produktif antara
20 40

tahun,

aktivitas

menjadi

sangat

tinggi.

Bisa

karena

pekerjaan atau karena aktivitas- aktivitas lain, seperti bepergian


atau acara-acara rekreasi akhir pecan dengan keluarga. Belum lagi
di usia ini banyak yang sangat aktif dalam kegiatan olah raga. Pada
usia di atas 40 tahun, walaupun sudah memasuki masa penuaan
(degenerasi), aktivitas orang tua di perkotaan masih sangat tinggi.
Dengan gaya hidup yang demikian, timbul masalah-masalah yang
berhubungan dengan sendi lutut.1
Lutut adalah suatu sendi engsel yang kompleks yang sangat
tergantung pada ligamentumnya untuk stabilisasi mediolateral,
anteroposterior, dan rotasional. Cedera ligamentum, dari regangan
yang kecil, rupture sebagian sampai robekan lengkap, sering terjadi
pada olahragawan, atlet dan penari. Apapun sifat cedera akut itu,
korban dapat mengalami ketidakstabilan kronis pada lutut yang
ditandai dengan adanya rasa seperti sedi akan terlepas atau benarbanar lepas, selama melakukan aaktivitas. Kadang kadang ini
disertai nyeri dan episode bengkak yang berulang. Mungkin
terdapat robekan meniscus, sehingga meniskustomi mungkin akan
membuat keadaan yang lebih buruk. 1
Cedera pada ligamen terjadi akibat gerakan yang melebihi
batas kemampuan ligamen untuk meregang, sehingga dapat terjadi
keseleo (strain) atau robek. Jika terjadi cedera pada ligamen, akan

berpengaruh pada kemampuan untuk melakukan gerakan sehingga


dapat mengganggu aktivitas. 1
Cedera ligamen pada lutut lebih sering terjadi pada sisi medial
dibandingkan pada sisi lateral. Ligamentum collaterale laterale
(fibulare)

lebih

kuat

mengikat

sendi

dari

pada

ligamentum

collaterale medial (tibiae). Kerusakan pada ligamentum collaterale


terjadi sebagai akibat dari pukulan pada lutut pada sisi yang
berlawanan. Pukulan yang berat pada sisi medial dari lutut, yang
mana dapat menimbulkan kerusakan pada ligamentum collaterale
fibulare, adalah jarang terjadi bila dibandingkan dengan pukulan
pada sisi lateral lutut. Meniscus medialis melekat kuat pada
ligamentum collaterale tibialis dan frekuensi kerusakan 20 kali lebih
sering terjadi dibandingkan dengan meniscus lateralis. 1
Cedera ligamen collateral lateral lutut merupakan cedera
ligament yang di akibatkan tekanan varus, lateral rotasi dari lutut
ketika kekuatan tekanan melebihi dari kekuatan regangan dari
ligament collateral lateral atau ketika ligament collateral lateral
kehilangan elastisitasnya akibat tekanan yang berulang. 1
Pemeriksaan harus mencakup uji khusus untuk ketidakstabilan
ligamentum disamping pemeriksaan radiologi dan arteoskopi. Ini
bukan hanya saja penting untuk mennetapkan diagnose atau sifat
lesi tersebut tetapi juga
fungsional

dari

untuk mengukur tingkat gangguan

masing-masing

pasien

sehingga

tepat dalam

menganjurkan terapi. 1
II.

Definisi
Ligament merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung

luar tulang dengan tulang lain yang membentuk persendian.

Ligamen tersusun atas jaringan ikat padat yang mengandung


serat kolagen nonextensile (tipe 1), sehingga

dikenal

sebagai

jaringan ikat fibrosa. Berkas serat kolagen sejajar dengan arah


kontraksi, sehingga ideal untuk ligament yang menahan gaya dari
satu tulang ke tulang lain pada sebuah sendi. Sehingga ligament
memiliki kekuatan tahanan yang luar biasa.2
Lateral Collateral Ligament adalah ligamen penunjang utama
pada sisi luar lutut. Ligamen memberikan stabilitas pada persendian
ketika lutut didorong keluar. Fungsi Lateral Collateral Ligamen
adalah mencegah permukaan luar dari sendi lutut agar tidak
terbuka (gapping).

Cedera Lateral Collateral Ligament adalah cedera ligament


yang di akibatkan tekanan varus dan lateral rotasi dari lutut yang
dimana kekuatan tekanan tersebut melebihi dari kekuatan regangan
dari Ligamen collateral lateral atau ketika ligament collateral lateral
kehilangan elastisitasnya akibat tekanan yang berulang. Cedera
ligament collateral lateral lutut meliputi peregangan atau kerobekan
ligamen. 2
Gambaran histologi ligament didominasi oleh bundle parallel
padat dengan deretan fibroblast yang tersebar merata. 2
Pada orang dewasa, perubahan fibroblast menjadi fibrosit
relative

tidak aktif,

dan

karena

substansi

intrasel

tidak

membutuhkan nutrisi, maka suplai darah menjadi sedikit. Ligamen


mempunyai ikatan yang sangat kuat ketulang pada daerah insersi
oleh terusan dari serat kolagennya, yang menembus dalam ke
substansi padat tulang kortikal dan menyebar didalamnya dan
dikenal sebagai serat Sharpey. Begitu kuatnya ikatan ini bahkan
cedera tarikan yang kuat, ligament tidak tertarik keluar dari tulang

sebaliknya ligament tersebut robek atau tempat pelekatan ligament


dan tendon tersebut mengalami avulse. 2
III.

Anatomi dan Fisiologi.3,4

Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel, yaitu


pergerakan dua condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan
yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan flexi, extensi dan
sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi
maka akan dapat menimbulkan cedera yang antara lain terjadi
robekan pada kapsul dan ligamentum di sekitar sendi. 2
Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada
tubuh manusia. Sendi ini terletak pada ekstremitas inferior yaitu
antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut

ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris


medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang terkait dan sebuah
sendi pelana, diantara patella dan facies patellaris femoris. Tulangtulang pembentuk articulatio genus adalah:

1. Os. Femur
2. Os. Tibia
3. Os. Patella
Otot otot yang mempunyai fungsi pada sendi lutut: 2
1. Flexi - flexor M. biceps femoris, m. semitendinosus, m.
semimembranosus, dibantu oleh m. gracilis, m. sartorius, dan
m.popliteus. flexi dibatasi oleh kontak bagian belakang
tungkai bawah dengan tungkai atas.
2. Extensi - extensor M. quadriceps femoris. Extensi dihambat
oleh tegangnya seluruh ligamentum-ligamentum utama sendi.
3. Rotasi Medial M. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus
4. Rotasi Lateral M. biceps femoris
Articulation Pada Lutut2
Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi
engsel, tetapi sebenarnya terdiri dari tiga bagian sendi yang
kompleks yaitu :
1. Articulatio condyloidea diantara dua condylus femoris dan
meniscus dan berhubungan dengan condylus tibiae
2. Satu articulatio jenis arthrodia parsialis diantara permukaan
dorsal dari patella dan permukaan ventral facies patellaris
femoris.
Persarafan Sendi Lutut

Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari


nervus yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi lutut. Sehingga
sendi lutut disarafi oleh:

1.
2.
3.
4.

N.
N.
N.
N.

Femoralis
Obturatorius
Peroneus communis
Tibialis

Suplai Darah2
Suplai Darah Suplai darah pada sendi lutut berasal dari
anastomose pembuluh darah disekitar sendi ini. Sendi lutut
menerima darah dari descending genicular arteri femoralis, cabangcabang genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri
circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior.
Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk
kemudian akan memasuki vena femoralis.
Pergerakan Sendi Lutut 2
Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan flexi, extensi, dan
sedikit rotasi. Gerakan flexi dilaksanakan oleh m. biceps femoris,
semimembranosus,

dan

semitendinosus,

serta

dbantu

oleh

m.gracilis, m.sartorius dan m. popliteus. Flexi sendi lutut dibatasi


oleh bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha.
Extensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mulamula oleh ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang.
Extensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan
tibia serta ligamentum collaterale mediale dan lateral serta
ligamentum

popliteum

obliquum

menjadi

tegang,

serat-serat

posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan. Sehingga


sewaktu sendi lutut mengalami extensi penuh ataupun sedikit hiperextensi, rotasi medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan
pengetatan semualigamentum utama dari sendi, dan lutut berubah
menjadi struktur yang secara mekanis kaku. 5,6 Rotasio femur

sebenarnya

mengembalikan

femur

pada

tibia,

dan

cartilago

semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus femoris


dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiperextensi
dikatakan dalam keadaan terkunci.
Ligamentum Lutut

Ligamentum Pada Sendi Lutut

4,5,6,7

a. Ligamentum Extracapsularis
1. Ligamentum Patellae Ligamentum patella (diatas) melekat pada
pinggir bawah patella dan dibawah pada tuberositas tibiae.
Sebenarnya ligamentum ini merupakan lanjutan dari bagian
utama tendo bersama m. quadriceps femoris.
2. Ligamentum Collaterale Laterale (Collaterale Fibulae). Berbentuk
seperti tali dan melekat di atas pada condylus lateralis femoris
dan dibawah pada caput fibulae tendo dan

m. popliteus,

meniscus poplitea dan ligament fibular poplitea, poplitea obliq,


arcuatan

dan

ligament

fabellofibular

dan

m.

lateral

gastrocnemius.
3. Ligamentum Collaterale Medial (Collaterale Tibiae). Ligamentum
ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat
dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian
bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum
ini menembus dinding kapsul sendi dan sebagian melekat pada
meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis,
ligamentum ini menutupi tendo m. semimembranosus dan a.
inferior medialis genus.
4. Ligamentum Popliteum Obliquum Merupakan ligamentum yang
kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya
membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari
ligamentum ini berjalan menurun pada dinding kapsul dan fascia
m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi
tendo m. semimembranosus.
5. Ligamentum

Transversum

Genus

Ligamentum

ini

terletak

membentang paling depan pada dua meniscus, terdiri dari


jaringan conective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal
dalam perkembangannya, sehingga sering tidak dijumpai pada
sebagian orang.
b. Ligamentum Intra Capsular
Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang
sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum
ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai
dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting
karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae.

10

1. Ligamentum Cruciatum Anterior. Ligamentum ini melekat pada


area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas,
kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior
permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini
akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut
diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi
untuk mencegah femur bergeser ke posterior terhadap tibiae.
Bila
2.

sendi

lutut

berada

dalam

keadaan

flexi

ligamentum

cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.


Ligamentum Cruciatum Posterior. Ligamentum cruciatum
posterior melekat pada area intercondylaris posterior tibiae dan
berjalan kearah atas, depan dan medial, untuk dilekatkan pada
bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris.
Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang extensi,
namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan flexi.
Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan
extensi.

Ligamentum

cruciatum

posterior

berfungsi

untuk

mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila 11 sendi lutut


dalam keadaan flexi, ligamentum cruciatum posterior akan
mencegah tibiae tertarik ke posterior.
IV.

Epidemiologi
Cedera Ligamen collateral lateral

dan ligament collateral

media pada umumnya sering terjadi, tetapi cedera ligament


collateral media paling sering terjadi daripada Ligamen collateral
lateral. Amerika Serikat 25 % dari pasien yang dirawat di ruang
gawat darurat dengan cedera ligament collateral media. Insiden
tertinggi dengan Cedera Ligamen collateral lateral

yaitu usia

remaja/dewasa sekitar 20-34 tahun, dan orang tua pada usia 55-65

11

tahun. Cedera Ligamen collateral lateral

dan ligament collateral

media dapat mengenai wanita dan pria dan dari berbagai ras.
Cedera ini berhasil di obati dengan metode konservatif, bahkan
ketika operasi diperlukan memiliki prognosis yang sangat baik. 8,9,10
V.

Etiologi
Cedera Ligament Collateral Lateral biasanya disebabkan oleh

desakan ke bagian dalam lutut. Hal ini paling sering terjadi ketika
berolahraga,

tetapi

dapat

juga

disebabkan

oleh

keseringan

menggunakan persendian atau karena jatuh jika orang tersebut


sudah lanjut usia.

VI.

Mekanisme Cedera Lateral Collateral Lutut


Trauma pada lutut lebih sering terjadi pada sisi medial

dibandingkan pada sisi lateral. Ligamentum collaterale laterale


(fibulare)

lebih

kuat

mengikat

sendi

dari

pada

ligamentum

collaterale medial (tibiae). Kerusakan pada ligamentum collaterale


terjadi sebagai akibat dari pukulan pada lutut pada sisi yang
berlawanan. Pukulan yang berat pada sisi medial dari lutut, yang
mana dapat menimbulkan kerusakan pada ligamentum collaterale
fibulare, adalah jarang terjadi bila dibandingkan dengan pukulan
pada sisi lateral lutut. Meniscus medialis melekat kuat pada
ligamentum collaterale tibialis dan frekuensi kerusakan 20 kali lebih
sering terjadi dibandingkan dengan meniscus lateralis.9
Sebuah benturan langsung pada sendi biasanya menghasilkan
memar tetapi, benturan yang cukup parah, dapat menghasilkan

12

fraktur

intraarticular.

ketegangan

mendadak

Cedera

tidak

langsung

pada

ligamen

yang

menghasilkan

mungkin

dapat

menyebabkan peregangan ligamen yang parah, sehingga terjadi


robekan kecil dan beberapa perdarahan (keseleo pada ligamen)
tanpa kehilangan stabilitas sendi. Sebuah cedera yang lebih parah
menghasilkan robekan ligamen besar baik sebagian atau lengkap
dengan mengakibatkan hilangnya stabilitas sendi. Jika ligamen itu
sendiri tidak robek, mungkin terjadi retakan pada tulang di tiap
ujung ligamen. Sebuah regangan ligamen, sebaliknya, mengacu
pada

pemanjangan

bertahap

ligamen

yang

dihasilkan

dari

peregangan ringan yang berulang secara terus-menerus. 9


Sebagian besar cedera ligamen terjadi di saat lutut menekuk,
sehingga merelaksasikan kapsul dan ligamen, dan memungkinkan
terjadinya rotasi. Daya perusak dapat berupa dorongan lurus
(misalnya : cedera dashboard yang mendesak tiba ke belakang)
atau, lebih sering, kombinasi cedera rotasi dan tumbukan pada lutut
penahan beban yang sedang tertekuk seperti pada cedera pesepak
bola. Berbagai jenis cedera kompleks dapat timbul. 8

VII.

Gejela Klinis

Rasa tidak nyaman di bagian luar lutut ketika ditegangkan.

Terasa nyeri dan membengkak pada bagian luar lutut.

Rasa ngilu apabila menyentuh bagian di atas ligamen yang


terpengaruh.

Lutut lemas
13

Ligamen collateral lateral tidak berhubungan dengan meniscus


lateral, jadi secara otomatis tidak selalu menyebabkan robekan
pada meniscus. Meskipun demikian cedera ligamen collateral lateral
dapat terjadi bersamaan dengan cedera ligament lain dan dislokasi
sendi lutut.11,12
Pasien memiliki riwayat cedera pemuntiran dan mungkin
bahkan menyatakan telah terdengar suatu letupan di saat
jaringan robek. Lutut terasa nyeri dan (biasanya) bengkak dan,
berbeda dengan riwayat cedera meniskus, pembengkakan muncul
hampir dengan segera. Nyeri tekan yang hebat pada ligamentum
yang robek, dan menekan salah satu sisi sendi dapat menimbulkan
nyeri

yang

sangat

hebat.

untuk memungkinkan

Lutut

dilakukannya

mungkin

terlalu

nyeri

palpasi

dalam

atau

banyak gerakan. 11,12


Meski semua tampak konsisten, penemuan dapat sedikit
mengacauka

misalnya,

pada

robekan

lengkap,

pasien

dapat

mengalami sedikit atau tanpa nyeri, dan biasanya dapat berjalan


atau bahkan berlari; pada robekan sebagian, lutut terasa nyeri dan
pasien berjalan pincang. Pembengkakan juga lebih buruk pada
robekan sebagian, karena pendarahan tetap terbatas didalam
sendi;

pada

robekan

lengkap

kapsul

yang

mengalami

ruptur memungkinkan darah keluar dari sendi dan berdifusi. Pada


robekan

sebagian

usaha

untuk

melakukan

gerakan

selalu

menimbulkan nyeri; gerakan abnormal pada robekan lengkap sering


tidak nyeri atau terhalang oleh spasme. 11,12
Abrasi menunjukan tempat benturan, tetapi memar lebih
penting

dan

menunjukkan

letak

kerusakan.

Rasa

seperti

14

adonan pada

suatu hemartrosis

dapat membedakan cedera

ligamen dari cedera meniskus yang disertai fluktuasi akibat efusi


sinovial. Nyeri tekan menunjukkan tempat lesi, tetapi tempat nyeri
yang sangat jelas pada robekan sebagian (biasanya di bagian
medial dan 2,5 cm di atas garis ujung) berbeda sekali dengan nyeri
tekan yang difusi pada robekan lengkap. Seluruh tungkai harus
diperiksa untuk mencari ada tidaknya cedera lain dan untuk
mencari kerusakan pembuluh darah atau saraf. 11,12
Bagian pemeriksaan yang paling penting adalah menguji
stabilitas ligamentum. Robekan sebagian tidak memungkinkan
gerakan abnormal, tetapi apabila dicoba akan menimbulkan nyeri.
Robekan lengkap memungkinkan gerakan abnormal yang kadangkadang tidak terasa nyeri. Keduanya sangat perlu dibedakan karena
terapinya berbeda; jadi kalau terdapat keraguan pemeriksaan di
bawah anastesia harus dilakukan.

11,12

Kemiringannya ke samping diperiksa; pertama lutut berfleksi


30 derajat dan kemudian dengan posisi lutut lurus. Gerakan
dibandingkan

dengan

sisi

yang

normal.

Kalau

lutut

hanya

berangulasi dalam sedikit fleksi, mungkin terdapat robekan pada


ligamen kolateral; kalau lutut berangulasi dalam ekstensi penuh,
hampir pasti terdapat robekan pada ligamentum krusiatum di
samping pada ligamen kolateral. Stabilitas anteroposterior dinilai
pertama-tama dengan mnempatkan lutut 90 derajat dengan kaki
beristirahat di dipan dan dari sisi dicari ada tidaknya kelonggaran
posterior pada tiba proksimal; bila ditemukan, ini merupakan tanda
ketidakstabilan

krusiatum

posterior

yang

dapat

dipercaya.

Berikutnya uji laci (drawer Test ) dilakukan dengan cara biasa; tanda

15

laci positi merupakan diagnostic adanya robekan, tetapi uji yang


negatif tidak menyingkirkan adanya robekan. Uji Lachman lebih
dapat dipercaya pergeseran anteroposterior diuji dengan posisi
lutut fleksi 15-20 derajat. Stabilisasi rotasional biasanya hanya
dapat diuji di bawah anestesi. 11,12

VIII.

Tingkatan Cedera Ligamen Collateral Lateral


Robekan pada ligamen kolateral lateral, Robekan ligamen

lateral lebih jarang ditemukan dan terjadi akibat adduksi tibia


terhadap femur (strain arus).12,13
Terdapat 3 tingkatan Cedera Lateral Collateral Ligament: 7,6
a. Cedera Tingkat Pertama

(Peregangan ringan ligamen tanpa

kelenturan)
- Nyeri ringan dan nyeri minor atas agunan lateral ligamentum
- Biasanya tidak ada pembengkakan
- The varustest di 30 menyakitkan tetapi tidak menunjukkan
kelemahan apapun ( < 5 mm kelemahan )
b. Cedera Tingkat Kedua (Ligamen robek sebagian)
- Nyeri yang signifikan dan rasa sakit pada lateral ligamen
-

kolateral dan di sisi medial lutut


Pembengkakan di daerah ligamen
Varustest adalah menyakitkan dan ada kelemahan pada sendi

dengan titik akhir yang jelas . ( 5 10mm kelemahan )


c. Cedera Tingkat Ketiga (Ligamen robek seluruhnya

dan

persendian tidak stabil).


- Rasa sakit dapat bervariasi dan bisa kurang dari kelas II
- Kelembutan dan nyeri pada sisi medial lutut dan pada cedera
- Varus test tersebut menunjukkan kelemahan sendi yang
-

signifikan ( > 10mm kelemahan )


Perasaan memiliki lutut yang sangat tidak stabil

16

Pembengkakan

BAB II
PEMBAHASAN
IX.
Diagnosis
1. Anamnesis
Sebagian dari kelainan orthopedi dapat terdiagnosa melalui
anamnesis yang baik dan teratur, sehingga seorang dokter harus
meluangkan waktu yang cukup dalam melakukan anamnesis.
Diagnosa cedera pada ligament collateral lateral pada lutut
ditegakkan melalui proses yang seperti biasa yaitu diawali dengan
anamnesis untuk mengetahuai adanya riwayat trauma, riwayat
penyakit yang sedang diderita tentunya melalui keluhan utama dan
keluhan penyerta yang disampaikan oleh penderita. Selain itu perlu
ditanyakan mengenai riwayat penyakit lain, riwayat sebelum sakit,
riwayat keluarga dan latar bellakan sosial dan pekerjaan.7
2. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan

fisik

mempunyai

arti

yang

penting

dalam

menguatkan data-data yang kita temukan dalam ananmnesis


sekaligus memberikan kepada kita pilihan terhadap pemerksaanpemeriksaan khusus/tambahan lainnyayang perlu kita lakukan. 7

17

Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada


dasarnya dibagi atas dua jenis, yaitu : 7
1. Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan fisik ortopedi :
a. Pemeriksaan fisik ortopedi umum
- Status generalisata
- Satut lokalis
Meliputi inspeksin (look), Palpasi (feel), Kekuatan Otot
(power), Pergerakan (move), Neurovaskuler (NVD)
b. Pemeriksaan fisik ortopedi regional.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Gerakan Sendi Lutut7
Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena setiap
kelainan pada lutut akan memberikan gangguan pergerakan lutut.
Pada pemeriksaan perlu diketahui apakah gerakan disertai nyeri
atau krepitasi. Secara normal gerakan fleksi pada sendi lutut
sebesar 120-145 derajat dan gerakan ekstensi 0 derajat dan
mungkin ditemukan hiperekstensi sebesar 10 derajat.
Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan :
Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral
Robekan

pada

ligamentum

kolateral

medial

dapat

diperiksa

melaluiuji abduction stress dan pada ligamentum kolateral lateral


melalui uji adduction stress. Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam
keadaan ekstensi penuh, satu tangan pemeriksa

memegang

pergelangan kakidan satunya pada lutut. Dengan kedua tangan


dilakukan abduksi untuk menguji ligamentum medial, dan adduksi
untuk menguji lgamentum lateral. Apabila terdapat robekan pada

18

ligamentum

kolateral

maka

dapat

dirasakan

sendi

bergerak

melebihi batas normal.


b. Pemeriksaan Radiologi7
Foto

polos

dapat

memperlihatkan

bahwa

ligamen

telah

mengavulsikan sepotong tulang kecil. Ligamen medial biasanya dari


femur, ligamen lateral dari fibula, ligamen krusiatum anterior dari
spina tibia dan krusiatum posterior dari bagian belakang tibia atas.
Film tekanan (kalau perlu dibawah anestesi) dapat menunjukkan
apakah engsel sendi terbuka ke satu sisi.
c. Pemeriksaan Artroskopi

Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul,


artroskopi tidak boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan
menghambat diagnosis dan menyulitkan prosedur selanjutnya.
Indikasi utama untuk melakukan artroskopi adalah pada robekan
ligamentum krusiatum terisolasi yang dicurigai, dan pada sprain
yang lebih ringan untuk menyingkirkan cedera internal lain
misalnya robekan meniscus yang (kalau ada) dapat ditangani
seketika itu juga
X.

Managemen
Penanganan untuk Ligamen

Collateral

Lateral

yang

robek

tergantung pada keperluan pasien. Contohnya atlet yang muda


akan terlibat dalam aktifitas olahraga dan perlu dioperasi supaya
fungsi dapat kembali. Bagi individu yang lebih tua, dengan aktivitas
yang lebih sederhana biasanya tidak perlu dioperasi dan kembali ke
kehidupan yang sederhana. 7,12,13
Namun sering, setelah cedera 1-2 hari, pasien dapat jalan
seperti biasa. Keadaan ini bukan berarti Ligamen Collateral Lateral
sudah sembuh. Pada perkembangannya pasien akan merasakan

19

bahwa lututnya tidak stabil, gampang goyang dan sering timbul


nyeri. Dengan cedera Ligamen Collateral Lateral pasien akan sulit
sekali untuk dapat melakukan aktifitas high impact sports, seperti
main bola, "futsal, basket atau badminton. Sebagian besar cedera
Ligamen Collateral Lateral memerlukan tindakkan operasi. 7,12,13
a. Robekan Sebagian
Serat yang utuh membebat serat yang robek dan akan terjadi
penyembuhan

spontan.

Perlekatan akan membahayakan, maka latihan aktif akan dilakukan


sejak awal, dibantu dengan aspirasi efusi yang tegang, aplikasi
kompres es pada lutut dan kadang-kadang, injeksi anestesi lokal ke
daerah

yang

nyeri.

Pembebanan

diperbolehkan

tetapi

lutut

dilindungi dari rotasi atas strain angulasi dengan pembalutan


berbantalan atau bebat posterior. Gips yang

lengkap

tidak

diperlukan dan merugikan; ini menghambat gerakan dan mencegah


penilaian ulang setiap minggu,

merupakan suatu peringatan

penting kalau kesalahan ingin dihindari. Dengan program latihan


itu, pasien biasanya dapat kembali berlatih olahraga setelah 6-8
minggu. 7,12,13
b. Robekan Lengkap
Dalam teori, penyembuhan dapat terjadi asalkan ujung yang
robek disposisi dengan teliti dan dipertahankan tanpa gerakan
dalam gips. Tetapi hasilnya tak menentu. Lebih bijaksana bila
dilakukan operasi dan merupakan kesempatan terbaik untuk
menghindari

ketidakstabilan

di

masa

mendatang.

Prinsip

pedomannya adalah : 7,12,13


1. Melakukan operasi dini (lebih awal lebih baik dan harus dalam
14 hari).

20

2. Menggunakan insisi yang cukup lebar (kalau struktur posterior


juga

robek

dan

akses tidak adekuat, insisi posterior yang kedua

akan

membantu).
3. Memperbaiki setiap struktur yang robek dengan kuat dan,
kalau mungkin, dengan penempelan ulang pada tulang
(staples, atau penjahitan lewat lubang bor, diperlukan).
4. Mempertimbangkan penguatan perbaikan dengan autograf
atau implan.
5. Melindungi perbaikan selama 6 minggu dalam gips di atas
lutut.
Pasca

operasi

dengan posisi

tungkai

lutut fleksi

diimobilisasi
40 derajat

dalam

gips

(kaki harus

panjang

berotasi ke

medial terutama kalau struktur medial terlibat, berotasi ke lateral


bila terjadi kerusakan lateral). Gips ini biasanya dapat diganti
dengan

gips

penyangga

berengsel

setelah

3-4

minggu.

Pembebanan bebas tidak diperbolehkan hingga 8 minggu setelah


perbaikan

ligamen.

Latihan

penguatan

otot

secara

aktif

diperlukandan harus dilanjutkan sekurang-kurangnya 6 bulan.


Terapi Non-Operasi
Kalau pasien bukan atlet atau tidak lagi muda (atau jika
diagnose meragukan), terapi non-operasi mungkin lebih baik. Tentu
saja, robekan ligamentum kolateral lateral (yakni, bila lutut stabil
dalam ekstensi penuh) dapat diterapi secara efektif tanpa operasi.
Tungkai demobilisasi dalam gips selama 6-8 minggu; selama waktu
itu pasien diperbolehkan menahan beban dengan keruk penopang.
Hasilnya, meskipun hasilnya tidak sebaik hasil setelah operasi
dengan keahlian dan teknik yang modern, namun dapat diterima.

21

Ketidakstabilan yang tersisa dapat ditangani kemudian,kalau perlu


dengan pembedahan rekonstruksi. 7,12,13
XI.

Prognosis
Dengan manajemen yang tepat , sebagian besar pasien tingkat

cedera sedang robekan LCL (kelas 1 dan 2 ) dapat kembali ke


olahraga atau kegiatan normal dalam waktu 2-8 minggu . Pasien
dengan robekan lengkap LCL akan membutuhkan waktu yang lebih
lama dari rehabilitasi untuk mendapatkan fungsi yang optimal .
Pasien yang juga memiliki kerusakan struktur lain dari lutut seperti
meniskus

atau

cruciatum

ligamen

cenderung

memiliki

masa

rehabilitasi yang panjang. 14


XII.

Komplikasi
Perlekatan

terjadi

apabila

lutut

dengan

robekan

ligamen

sebagian

tidak digunakan secara aktif, serat yang putus menempel pada serat yang utuh dan
tulang. Lutut dapat lepas dengan disertai rasa nyeri; terdapat
nyeri tekan lokal, dan rasa nyeri pada rotasi medial atau lateral. Kekacauan dengan
meniskus yang robek dapat diatasi dengan uji penggerusan, atau dengan manipulasi
dan injeksi di bawah anestesi, yang biasanya kuratif. Kalau masih terdapat keraguan
mengenai kemungkinan robeknya meniskus, artroskopi diindikasikan. Kadangkadang cedera abduksi diikuti dengan perkapuran dekat perlekatan bagian atas pada
ligament medial (penyakit Pallegrini-Stieda). Perkapuran pada sendi lutut biasanya
akan timbul pada usia lebih dari 60 tahun, tetapi gejala perkapuran sudah sangat nyata
pada kasus-kasus cedera lutut yang tidak ditangani dengan baik, sering kali pada usia
40 tahun.7

22

DAFTAR PUSTAKA
1. M.Majewski, H. Susanne, S. Klaus. Epidemiology of athletic
knee injuries: a 10-year study.The knee Volume 13, Issue 3,
2006, pages 1842. J. A. K. Davies, P. Gayle, A. Brochert. LCL injury- Lateral
Collateral

Ligament

Injury.http://www.medicineonline.com/articles/l/2/lclinjury/lateral-collateral-ligament-injury.html (accessed 5 May


2011)
3. Thompson, John C. Leg and Knee in: Netter's Concise
Orthopaedic Anatomy. 2th Edition..Philadelphia: Saunders
Elsevier. 2010.p. 294, 316-9.
4. Thompson, John C. Leg and Knee in: Netter's Concise
Orthopaedic Anatomy. 2th Edition..Philadelphia: Saunders
Elsevier. 2010.p. 294, 316-9.
5. Agur AMR, Dalley AF. Grants Atlas of Anatomy 12th edition.
New York: Lippincott William Wilkins. 2009.p. 422-5.

23

6. Salter RB (1970) The GeneralPrinciple and Specific Methods of


Treatment. Tex Book of Disorder and Injuri of Muskulokeletel
System, Asian ed, Igaku Shoin Ltd., Tokyo, pp. 55-77
7. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th
Edition. Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.
8. PhysioAdvisor.

LCL

Tear

(Lateral

Collateral

Ligament)http://www.physioadvisor.com.au/10196250/lcl-tearlateral-collateral-ligament-lcl-injur.htm (accessed 6 May 2011)


9. Medscape

reference.

Drug,

Conditions

&

Procedures.http://emedicine.medscape.com/article/307959overview#showall (accessed 2 May 2011)


10.

Knee

Pain

Info.

Collateral

ligament

injuries.http://www.kneepaininfo.com/kneecollateral.html (acc
essed 9 May 2011)
11.

Medscape

reference.

Drugs,

Conditions

&amp;

Procedures. http://emedicine.medscape.com/article/307959clinical (accessed 12 May 2011)


12.

Cedars

Sinai.

Health

conditions. http://www.cedars-

sinai.edu/Patients/Health-Conditions/Lateral-CollateralLigament-LCL-Tears.aspx (accessed 2 May 2011)


13.

Medscape

reference.

Drugs,

Conditions

&amp;

Procedures. http://emedicine.medscape.com/article/307959clinical (accessed

12

May

2011)

tingkt
14.

Cedars

Sinai.

Health

conditions. http://www.cedars-

sinai.edu/Patients/Health-Conditions/Lateral-Collateral-

24

Ligament-LCL-Tears.aspx (accessed

May

2011)

tingkt

25

Anda mungkin juga menyukai