Anda di halaman 1dari 48

Manajemen Fisioterapi pada

Fraktur Shaft Femur dan


Neck Femur
Kelompok 2
Alfian Khaeruddin C13116010
Nur Asirah C13116012
Camelia Nur A C13116014
Dies Izah Qonita C13116310
Andhira Prabawati C13116502
ANATOMI Place your screenshot here

FISIOLOGI
• Femur mempunyai kaput berbentuk bulat, yang masuk dengan pas
kedalam asetabulum.
• Femur pada ujung bagian proksimal memiliki caput, collum, trochanter
major dan trochanter minor. Bagian leher femur menghubungkan kepala
pada batang femur yang membentuk sudut sekitar 125 derajat (pada
wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu batang of femur.
• Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di
bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Di atas
condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum
adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus medialis.
Bagian Otot-Otot Penggerak
Group Otot
» Anterior :
» Medial :
» Posterior
» Lateral
Ligamen :
BIOMEKANIK Place your screenshot here
» Gerakannya :
⋄ Fleksi hip (0º-120º)
⋄ Ekstensi hip (5º-20º)
⋄ Abduksi hip (0º-40º)
⋄ Adduksi hip (0º-25º)
⋄ Eksorotasi hip keadaan ekstensi (0º-45º)
⋄ Endorotasi hip keadaan ekstensi (0º-35º)
⋄ Eksorotasi dgn 90º fleksi knee (0º- 45º)
⋄ Endorotasi dgn 90º fleksi knee (0º- 45º)
FRAKTUR FEMUR
Definisi :
Rusaknya kontinuitas tulang paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung
, kelelahan otot, kondisi –kondisi tertentu seperi degenerasi tulang atau
osteoprosis.
FRAKTUR
NECK Place your screenshot here

FEMUR
Definisi
» Fraktur neck femur adalah terputusnya kontinuitas leher femur
baik secara parsial maupun total yang diakibatkan oleh trauma
dan patologik.

» Mekanisme trauma : Jatuh pada daerah trokanter baik karena


kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu
tinggi seperti terpeleset di kamar mandi dimana panggul daalm
keadaan fleksi dan rotasi.
Klasifikasi
» Lokasi
» Menurut lokasi fraktur dapat berupa
fraktur subkapital, transervikal dan
basal, yang kesemuanya terletak di
dalam simpai sendi panggul atau
intrakapsular; fraktur intertrokanter
dan subtrokanter terletak
ekstrakapsuler.
Klasifikasi
» Berdasarkan klasifikasi
Pauwel:
(1) Tipe 1: sudut inklinasi
garis fraktur <30°;
(2) Tipe 2: sudut inklinasi
garis fraktur 30-50°;
(3) Tipe 3 : sudut inklinasi
garis fraktur > 70°
» Berdasarkan klasifikasi Garden:
(1) Garden 1: Fraktur inkomplet atau
tipe abduksi/valgus atau impaksi;
(2) Garden 2: fraktur lengkap, tidak ada
pergeseran;
(3) Garden 3: fraktur lengkap, disertai
pergeseran tapi masih ada
perlekatan atau inkomplet disertai
pergeseran tipe varus;
(4) Garden 4: Fraktur lengkap disertai
pergeseran penuh
Epidemiologi
» Menurut referat Fractures of the Femoral Neck: A Review and
Personal Statement (2006), sekitar setengah dari fraktur proximal
femur berlokasi di leher femur.
» Frekuensi ini akan sangat meningkat di dunia, di mana angka
orang tua meningkat dengan cepat. Timbulnya fraktur hip
diperkirakan 1.6 juta pada tahun 1990. Perkiraan ini akan
meningkat hingga 4 juta pada tahun 2025 dan 6.3 juta pada tahun
2050 setiap tahunnya.
Etiologi
» Fraktur neck femur terjadi akibat jatuh pada daerah trokhanter baik
karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu
tinggi, seperti terpeleset di kamar mandi di mana panggul dalam
keadaan fleksi dan rotasi.
» Pada kondisi osteoporosis insiden fraktur pada posisi ini tinggi.
Manifestasi Klinis

» Nyeri tekan » Hambatan


(tenderness) mobilitas fisik
pada panggul. seperti hambatan
» Deformitas pada dalam
panggul. menggerakkan
Perubahan gaya femur secara
berjalan dengan abduksi, rotasi
sedikit pincang. dan hambatan
dalam
beraktivitas, jalan
atau berdiri.
Komplikasi
» Komplikasi yang » Nonunion
bersifat umum ;
» Osteoartritis
trombosis vena,
emboli paru, » Anggota gerak memendek
pneumonia, dekubitus » Malunion
» Nekrosis avaskuler » Malrotasi berupa rotasi eksterna
kaput femur
Manajemen
» Terapi Konservatif
Dilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut:
1. Gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal
2. Kesulitan mengamati fragmen proksimal
3. Kurangnya penanganan hematom fraktur karena adanya cairan synovial.
Penanganan konservatif dapat dilakukan dengan skin traction dan buck
extension.
Manajemen
» Terapi Operatif
Pada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, Operatif:
» Intra modullary nailing
 fraktur simple ransverse/short oblique di 1/3 tengah
 Fraktur 1/3 proximal + rotasi di distal
yang kurang ideal  interlocking nail
» Place
 fraktur 1/3 proximal, 1/3 distal dan fraktur yang fragmental, long oblique
atau spinal.
» External fixasi
 open frakture grade III atau untuk fixasi emergency pada multi trauma
 Fraktur disertai dengan infeksi
Manajemen
Adapun prinsip penanganan fraktur femur menurut Smeltzer & Bare (2001) meliputi :

1. Reduksi Fraktur Femur

2. Imobilisasi Fraktur

3. Fisioterapi dan Mobilisasi


FRAKTUR
SHAFT
FEMUR
Definisi
» Fraktur shaft femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur
baik parsial ataupun total yang disebabkan oleh trauma ataupun
patologik.

» Mekanisme trauma pada fraktur femoral shaft: terjadi apabila pasien


jatuh dalam posisi kaki melekat pada dasar disertai putaran yang
diteruskan ke femur.
Klasifikasi
Klasifikasi OTA :
» Tipe A : Simple fraktur,
antara lain fraktur spiral,
oblik, transversal
» Tipe B : wedge/butterfly
comminution fraktur
» Tipe C : segmental
communition
Klasifikasi Winguist-Hansen
» Tipe 0 : no communtion
» Tipe 1 : 25 % butterfly
» Tipe 2 : 25-50 % buterfly
» Tipe 3 : >50 % communition
» Tipe 4 : segmental
» Tipe 5 : segmental dengan
bone loss
Epidemiologi

» Distribusi spesifikasi gender pada fraktur batang femur juga


mempunyai variasi yang signifikan menurut tipe kecelakaan: 82% pria
mengalami fraktur batang femur dalam kecelakaan jalan raya, 13%
pada saat bekerja, dan hanya 5% pada saat di rumah. Sedangkan
wanita, tidak ada yang terkena pada saat bekerja, 53% dalam
kecelakaan jalan raya, dan 47% pada saat di rumah.
Etiologi
Etiologi
» Trauma » Patologik ( fraktur yang diakibatkan oleh
1. Trauma langsung : benturan pada tulang. trauma minimal atau tanpa trauma yang
Biasanya penderita terjatuh dengan posisi disebabkan oleh suatu proses tertentu, yaitu
miring dimana daerah trochantor mayor 1. Osteoporosis imperfekta
langsung terbentur dengan benda keras di 2. Osteoporosis
jalan.
3. Penyakit metabolik
2. Trauma tidak langsung : titik tumpuan
benturan dan fraktur berjauhan misalnya
jatuh terpleset di kamar mandi pada
orangtua.
Manifestasi Klinis

» Nyeri hebat » Rotasi luar dari


dibagian femur kaki lebih pendek » Biasa disertai
yang mengalami dengan
» Adanya deformitas gangguan
fraktur (pemendekan atau pembuluh darah
» Ketidakmampun pembengkokan dan saraf
menggerakkan » Bengkak
anggotan tubuh
bagian » Bisa terdengar
ekstremitas suara krepitis (
inferior gesekan antar
tulang)
Komplikasi
Early: Late:
» Shock » Refraktur
» Metal fatique
» Emboli lemak (fat embolisme)
» Delayed union
» Trauma vaskuler: yang sering » Non union.
adalah spasme atau laserasi a.
» Malunion
poplitea/a. femoralis
» Joint Siffnes
» Trombo emboli » Infeksi
» Infeksi » Atrofi otot.
» Lesi nerves  n. peroneous  traksi yang lama
dengan posisi yang salah (ekternal rotasi), terkena
pin skeletal traksi (iatrogenic).
Manajemen Ft
» Data Diri pasien
C : chief of
Nama : Tuan Budi
complain
Umur : 21 Tahun
“ kesulitan
menggunakan Jenis kelamin: Laki – Laki
kaki kanan untuk Status: Nikah
bergerak” Agama : Islam
Alamat : jln. Sahabat raya
Hobby: Main Basket
Pekerjaan: Supir taksi
H : History Taking
 Riwayat penyakit sekarang
» kapan terjadi fraktur : 6 bulan yang lalu
» mekanisme terjadinya frketika saya mengendarai motor saya menabrak
pengemudi motor dari arah yang berlawanan. Saya terjatuh dan merasakan
sakit yang sangat hebat di paha kanan dan tidakmampu menggerakannyaaktur :
» penanganan pertama setelah trauma : pada saat kecelakaan saya langsung
dibawah ke rumah sakit terdekat dan mendapat perawatan berupa obat anti
nyeri
» dimana letak keluhan : disekitar area yang telah dioperasi
» faktor yang memperberat : ketika saya coba menggerakkan kaki kanan saya
» memperingan keluhan : pada saya tidak menggerakkan kaki kanan saya
» Riwayat pengobatan

» Riwayat penyakit dahulu

» Riwayat keluarga

» Riwayat pribadi
A : Asymetric
 Inspeksi
Statis
» Membandingkan organ tubuh yang sehat
» Dari sisi anterior , kemerahan pada kulit paha kanan dan bengkak sudah tidak
kelihatan, mimic wajah pasien kelihatan menahan sakit, ketidaksimetrisan SIAS
dan Patella, bahu kanan lebih tinggi
» Dari sisi Lateral : tidak nampak adanya kifosis atau lordosis
» Dari sisi posterior : ketidaksimetrisan SIPS , garis pantat, dan fossa poplitea
Dinamis
» Pasien pada saat datang berjalan pincang dan tidak bisa melakukan kegiatan
yang menggunakan kaki kanan
» Palpasi
palpasi suhu pada bagian yang cedera , kontur kulit, tidak terdapt oedem, ada
tonus otot, spasme dan titik nyeri (ada nyeri tekan terutama dibagian tengah
paha kanan )
» Tes orientasi / Quick Test
Pasien diminta melakukan kegiatan seperti : Berjalan, Bangun dari kursi,Berdiri
seimbang
» Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Pemeriksaan Fungsi Gerak Aktif
Pemeriksaan Fungsi Gerak Pasif
Tes Isometrik Melawan Tahanan
R : Restrictives
» Limitasi Lingkup Gerak Sendi : terdapat limitasi lingkup gerak pada sendi panggul dan
sendi lutut dan sedikit keterbatasan di ankle

» Limitasi ADL : pasien mengalami ketrbatasan pada aktivitas kamar mandi , memilhara
diri , berpakaian untuk ekstremitas bawah dan tidak terganggu untuk ekstremitas atas

» Limitasi Rekreasi : pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan hobinya yaitu


main basket karena kesulitan dalam berjalan (ambulasi)

» Limitasi Pekerjaan : pekerjaan pasien terganggu sebagai seorang supir taksi


terganggu karena pasien tidak bisa menggunakan kaki kanannya
T : Tissue Impairment and Psychogenic Predictions

» Komponen musculotendinogen (muscle weakness, atrophy, kontraktur )

» Komponen osteoarthrogen : intraarticular joint stiffness

» Komponen psikosomatis : stress, sensitif


S : Spesifik Test
» Pemeriksaan nyeri dengan menggunakan Visual analog scale (VAS).

» Pemeriksaan tanda-tanda vital (Tekanan darah, Denyut nadi, Pernapasan, Temperatur,)

» Pemeriksaan antropometri (Panjang Tungkai, Lingkar Otot Tungkai / circumferencia)


dengan menggunakan pita ukur

» Pemeriksaan lingkup gerak sendi dengan menggunakan goniometer,

» Pemeriksaan kekuatan otot dengan menggunakan Manual Muscle Testing (MMT),

» Pemeriksaan aktivitas fungsional

» Tes ADL
Intervensi Fisioterapi
» Diagnostik Fisioterapi
Gangguan Fungsi berjalan akibat Fraktur 1/3 distal shaft femur post operative 1 tahun yang
lalu
» Problem Fisioterapi
Problem Primer : nyeri tekan dan nyeri gerak pada tungkai kanan
Problem Sekunder : depresi dan stress , Atrofi dan Kelemahan Otot hamstring, Quadriceps
Femoris dan Gluteus Maximus, Kontraktur Otot, dan Keterbatasan ROM
Problem kompleks : ganguan berjalan (berjalan pincang)
» Tujuan
Jangka pendek : Mengatasi nyeri, Mengatasi elastisitas otot yang
spasme, Menguatkan otot yang mengalami kelemahan, Mengatasi
kecemasan, Mengembalikan luas gerak sendi.,
Jangka panjang : mengembalikan fungsi ADL
Program Fisioterapi
NO Problem FT Modalitas Terpilih Dosis

1. Rasa Komunikasi terapeutik F : Setiap hari


kepercayaan diri I : Pasien fokus
dan kecemasan T : Wawancara
T : 5 menit
2. Nyeri Interferensi F : Setiap hari
I : 20-30mA
T : segmental, CEM
T : 10 menit
3. Kelemahan otot Strengthening F : Setiap hari
I : 8x10 rep
T : Isometrik
T : 5 menit
NO Problem FT Modalitas Terpilih Dosis
4. Spasme Stretching F : Setiap hari
I : 20 x repetisi
T : Pasif stretching
T : 10 menit
5. Keterbatasan ROM Exercise F : Setiap hari
ROM I : 8x10 repetisi
T :Aktif, pasif dan resisted
T : 6 menit
6 Keterbatasan Exercise F: setiap hari
ADL I : 8 x 3 rep
T: PNF
T: 3 menit
Evaluasi
Rencana evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efek
samping yang mungkin timbul dari program terapi yang diberikan. Rencana evaluasi pada kasus
pasca operasi fraktur femur 1/3 distal yaitu pada tempat bekas operasi adalah :

(1) oedema dengan antropometri yaitu menggunakan pita ukur,

(2) nyeri dengan menggunakan Verbal Descriptive Scale (VDS),

(3) lingkup gerak sendi dengan menggunakan goniometer,

(4) nilai kekuatan otot dengan manual muscle testing (MMT),

(5) kemampuan aktifitas fungsional dengan mengamati kemampuan transfer ambulasi pasien
yaitu kemampuan berjalan serta melihat perkembangan jarak tempuh yang dapat dicapai pasien
saat berjalan.
THANKS!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai