Degenerative tear
• Pada degenerative tear terjadi akibat proses degenerasi yang melibat terjadinya
kelemahan otot atau tendon seiring dengan waktu. Paling sering terjadi pada
daerah lengan yang paling sering digunakan dan terkadang terjadi secara bilateral
walaupun tanpa gejala atau asimptomatis. Lokasi terjadinya degenerative rotator
cuff tear paling sering terjadi pada lokasi posterior, dekat pada sambungan
musculus supraspinatus dan musculus infraspinatus. Pola robekan pada
degenerative rotator cuff tear berkisar antara 13 – 17 mm dan terkadang
menimbulkan multiple tear pada bagian posterior tendon biceps.
Pemeriksaan fisik
Tes pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pasien yang
dicurigai mengalami rotator cuff tear adalah sebagai berikut :
• Jobe Test : Untuk melihat kekuatan musculus supraspinatus
dengan cara melakukan elevasi lengan hingga 90 derajat
dari scapula. Lengan berada dalam posisi rotasi penuh ke
dalam hingga ibu jari mengarah ke bawah.
• Hawkin Test : Untuk melihat kelemahan rotasi eksternal
dengan cara melakukan fleksi siku searah 90 derajat dan
dirotasi ke luar searah 20 derajat. Bila ada rasa sakit yang
dirasakan maka kemungkinan positif mengarah ke rotator
cuff tear.
• Lift-off Test : Untuk melihat apakah ada subscapularis tear
dengan menempatkan lengan ke arah belakang dengan
posisi telapak tangan mengarah ke luar dan diberi tahanan.
Bila tidak dapat dilakukan atau didapatkan rasa nyeri maka
tes ini disebut positif.
Tatalaksana
Penatalaksanaan secara non-surgical yang dapat dianjurkan adalah
sebagai berikut :
• Tirah baring.
– Memberikan batasan pada pergerakan lengan tersebut dengan dibalut
untuk melindungi bahu dan mempertahankan posisi lengan untuk
mencegah dislokasi.
• Modifikasi aktivitas.
– Menghindari aktivitas berlebihan yang melibatkan kekuatan bahu dan
rotator cuff.
• Fisioterapi dan rehabilitasi medik.
– Dilakukan secara teratur dan berkala guna untuk mengembalikan
fungsi rotator cuff secara semula.
• Pemberian NSAID.
– Dapat diberikan ibuprofen dan naproxen untuk mengurangi rasa nyeri
dan meredakan inflamasi yang terjadi.
• Injeksi steroid.
– Diberikan bila sakit tidak dapat diredakan dengan tirah baring,
modifikasi aktivitas, dan terapi fisioterapi. Dapat dianjurkan
pemberian Cortisone yang diberikan secara lokal yang bekerja sebagai
lokal anestesi dan sebagai anti inflamais yang efektif
Surgical
• Tanda – tanda disarankan untuk melakukan
pembedahan apabila meliputi:
• Gejala telah berlangsung selama sejak 6
sampai 12 bulan
• Besar ukuran tear lebih dari 3 cm
• Tidak dapat menggunakan kekuatan lengan
dan kehilangan fungsi dari rotator cuff tear
• Rotator cuff tear yang disebabkan oleh trauma
akut
Surgical treatment
Prognosis
• Faktor – faktor yang mempengaruhi prognosis rotator cuff tear
yaitu pada pasien dengan insidensi rotator cuff yang memiliki usia
di atas 60 tahun, terdapat full-thickness rotator cuff tear, dan
terdapat infiltrasi lemak di sekitar musculus dapat memperburuk
prognosis rotator cuff tear. Prognosis dievaluasi dengan
dilakukannya MRI ulang dikarenakan MRI dapat memudahkan
mengawasi manajemen perbaikan pada pasien.
• Oblique coronal.
– Untuk mendapatkan gambaran paralel dari scapula dan supraspinatus
melalui tendon subscapularis anterior dan tendon infraspinatus
posterior. Pada potongan ini akan di dapatkan scout image
• Oblique sagittal.
– Untuk melihat leher scapula melalui garis lateral antara tuberositas
mayor (prependicular pada potongan coronal) maka dapat terlihat
gambaran coil sign
• MRI dapat memberikan informasi tentang
seberapa besar (ukuran diameter/panjang)
kerusakan yang ditimbulkan, seberapa dalam,
apakah terjadi retraksi pada tendondan
bentuk tear berguna sebagai pertimbangan
akan tatalaksana yang akan dipilih dan untuk
menetukan prognosa insidensi pasien dengan
rotator cuff ini ke depannya.
• Keuntungan relatif dari MR arthrography langsung terhadap MRI
konvensional adalah pada pemeriksaan ini dilperlukan distensi
sendi dengan menggunakan kontras yang dimasukan sehingga
memaksa terjadinya distensi guna mendapatkan gambaran yang
lebih baik.