Anda di halaman 1dari 39

SPINA BIFIDA

FISIOTERAPI PEDIATRI
DEFINISI

■ Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada


tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau
beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk.
■ Suatu cacat kelahiran yang menyebabkan tulang belakang dan syaraf
mengalami kerusakan dalam kaitan dengan tidak sempurna mencakup
tulang belakang, dan lesi pada serabut saraf. Kegagalan arcus
vertebralis untuk berdifusi di bagian posterior sehingga meningen dan
spinal cord tidak terlindungi. Hal tersebut terjadi sejak bayi baru lahir.
ETIOLOGI

■ Kekurangan asam folat pada saat kehamilan, satu gugus yang


berperan dalam pembentukan DNA pada proses erithropoesis. Yaitu,
dalam pembentukan sel-sel darah merah atau eritrosit (butir-butir
darah merah) dan perkembangan sistem syaraf.
■ Rendahnya kadar vitamin maternal, Rendahnya vitamin maternal
yang di konsumsi akan mengurangi vitamin yang dibutuhkan dalam
pembentukan embrio, apa lagi pada awal masa kehamilan, sehingga
nutrisi yang dibutuhkan dalam membutuk tulang pada bayi, menjadi
lambat dan kurang sempurna.
■ Penonjolan dari korda spinalis dan meningens
menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan
akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau
gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi
oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya.
■ Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari
spina bifida. Kebanyakan terjadi di punggung bagian
bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena
penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling akhir
GEJALA

■ Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya


kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang
terkena.
■ Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa
gejala; sedangkan yang lainnya mengalami
kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh
korda spinalis maupun akar saraf yang terkena
JENIS SPINA BIFIDA
1. OCCULTA
■ merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa
vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis
dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
■ Gejalanya :
– Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian
belakang)
– Lekukan pada daerah sakrum
JENIS SPINA BIFIDA
Spina Bifida Oculta
■ Sering terjadi pada L5-S1
■ Kebanyakan anak tidak
menunjukkan gejala
■ Bila ada gejala, kelemahan
otot yang disarafi L5-S1 dan
incontinentia
2. SPINA BIFIDA CYSTICA

Kelainan pada arcus vertebra dengan herniasi jaringan


a. Meningocele
b. Myelomeningocele

■ Gejala :
– Kelemahan otot sesuai lesi
– Gangguan BAK dan BAB
Meningocele
■ Adalah ketika kantung berisi cairan cerebro-tulang belakang
(cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang)
dan meninges (jaringan yang meliputi sumsum tulang
belakang), tidak ada keterlibatan saraf. meningens menonjol
melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu
benjolan dari cairan dibawah kulit.
■ Gejala :
– menonjolnya meninges
– sumsum tulang belakang
– cairan serebrospinal
Mylomeningiocele
■ Jenis spina bifida yang paling berat,
dimana korda spinalis menonjol dan kulit
diatasnya tampak kasar da merah. ini
adalah ketika kantung berisi cairan
cerebro-spinal, meninges, saraf dan
bagian dari sumsum tulang belakang.
Sumsum tulang belakang mungkin tidak
benar dikembangkan atau mungkin rusak.
Tingkat kecacatan tergantung pada
jumlah kerusakan saraf dan di mana spina
bifida berada. Karena kerusakan kabel
tulang belakang akan ada beberapa
kelumpuhan dan hilangnya sensasi di
bawah lesi.
■ Symtomatic (berdasarakan somatosensorik)
– Penonjolan seperti kantung di punggung
tengah sampai bawah pada bayi baru lahir
– Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus
cahaya
– Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul,
tungkai atau kaki
– Penurunan sensasi
– Inkontinensia urin (beser) maupun
inkontinensia tinja
– Korda spinalis yang terkena rentan terhadap
infeksi (meningitis)
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
■ Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang
disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina
bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya.
■ 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki
kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif
palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang
biasanya dapat menemukan adanya spina bifida.
■ Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
■ Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
■ USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda
spinalis maupun vertebra
■ CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk
menentukan lokasi dan luasnya kelainan
PENGOBATAN

Tujuan dari pengobatan awal adalah:


■ mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida
■ meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi)
■ membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini
■ Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati
hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering
menyertai spina bifida.
■ Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi
otot.
■ Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya,
diberikan antibiotik.
■ Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan lembut
diatas kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan
kateter.
■ Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki
fungsi saluran pencernaan.
■ Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur
tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati
sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi.
■ Kadang pembedahan shunting untuk memperbaiki hidrosefalus akan menyebabkan
berkurangnya mielomeningokel secara spontan .
PROBLEMATIKA FISIOTERAPI
SOMATOSENSORIK
■ Muscle tone: hypotone untuk tungkai
■ Gerak: Kesulitan berjalan, saat bayi anak tidak bisa merangkak, kalau
merangkak seperti merayap, bila duduk posisi kaki seperti huruf ”w,
■ sensasi: penurunan sensasi
■ keseimbangan: anak tampak aneh dalam perjalanan, sering jatuh,
tersandung dan menabrak, kesulitan mengikat sepatu, kesulitan
memasang dan melepaskan kancing, melempar dan menangkap bola,
anak tampak lamban dalam bergerak halus dan kasar, benda yang
dipegang sering jatuh.
■ postur: Skoliosis, club foot
Kognitif
■ Tidak pandai menggambar, tulisannya sangat jelek
■ Sulit mengerjakan permainan jigsaw, menggunakan permainan
yang konstruksional
■ Sering dijumpai kesulitan bersekolah
■ Pada beberapa kasus bersamaan dengan gangguan
perkembangan emosional dan perilaku
PENCEGAHAN

■ Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan


mengkonsumsi asam folat.
■ Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi
sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi
sangat dini.
■ Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan
untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari.
Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari
PROSES FISIOTERAPI PADA
SPINA BIFIDA

I. Anamnesa
- Riwayat Penyakit
- Keluhan

II. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum ; Tensi,
Nadi/RR, Suhu, Kesan Gizi
2. Pemeriksaan Khusus :
– Tonus postural
– Kemampuan Motorik/aktifitas
– Paralyse : - Level
- Berat/ringan
– The Motor Handicap :
■ Movement
■ Fracture
■ Deformitas
■ Circulation
- Sensory :
➢ Sensasi
➢ Proprioception
➢ Bladder & Bowel
➢ Hydrocephalus
➢ Kecacatan Penyerta ; CDH, CTEV
III. Urutan Masalah Fisioterapi dan Diagnosa Fisioterapi

IV. Perencanaan Program


- Jangka Pendek
- Jangka Panjang
V. Rencana Fisioterapi

■ Meningkatkan kemampuan lengan sbg kompensasi


■ Menjaga ROM & mencegah kecacatan
■ Latihan pernafasan (Pada level tinggi)
■ Aktifitas & Exc untuk mengatasi gangguan sirkulasi
■ Meningkatkan balance sitting
■ Meningkatkan social skill
■ Memikirkan alat bantu
■ Memberikan pengertian tentang kekurangannya
■ Mengajarkan ke orang tua
VI. Intervensi Fisioterapi

1. Breathing Exc & Menjaga ROM, mencegah kecacatan lain


2. Memelihara nilai otot dan strengthening otot-otot lengan
3. Streatching (bila perlu)
4. Keseimbangan duduk
5. Transferring dari kursi roda ke kursi
6. Transferingdari kursi roda ke bed
7. Berjalan
DAERAH KELUMPUHAN PADA SPINA BIFIDA

Tingkat Lesi Luasnya daerah Paralyse

Cervical - Biasanya sebagian lengan & jari-jari lemah


- Kadang2 spastis pd anggota

Th & L > L4 - Paralyse berupa Fleksid,


biasanya pada kedua tungkai
L (L4-L5) - Flexor, Adduktor Hip & Ekstensor Knee
- Pada semua lesi yang berat, paralyse pd
semua otot tungkai termasuk Ekstensor
Hip & Flexor Knee
Deformitas Flexor Hip
S (S1-S3) - Flexor, Adduktor Hip, kstensor Knee.
Dorsi fleksi Ankle baik
- Ekstensor & Flexor Knee lemah
- Plantar flexor mungkin lumpuh

S, < S3 - Tidak ada kelumpuhan


- Kemungkinan Incontinentia
Mobilisasi dari
tidur ke duduk
1 2

3 4

Transver dari kursi roda ke kursi


1 2

3
4
1
2

3 4
1 2

Transver dari kursi ke bed

3
4
1

4
Lengthening Hip Flexor

Lengthening Calf Muscle


Stretching Hamstring Stretching tractus Ilio Tibialis

Anda mungkin juga menyukai