Anda di halaman 1dari 48

KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN

KESEHATAN
1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan proses kompleks yg melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dg orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yg terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan.
Komunikasi interpersonal yg sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
2. Prinsip-prinsip Komunikasi (Carl Rogers)

a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri


b. Komunikasi harus ditandai dg sikap saling menerima, percaya,
menghargai
c. Perawat harus memahami, menghayati nilai yg dianut oleh pasien
d. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik
maupun mental
e. Perawat harus dapat menciptakan suasana yg nyaman dan aman bagi
pasien
f. Kejujuran dan terbuka
g. Mampu sbg role model
h. Altruisme
i. Bertanggung jawab
3. Komponen-komponen dalam Komunikasi

a. Sender (pemberi pesan):


b. Receiver (penerima pesan):
c. Pesan : informasi yg diterima, bisa berupa kata, ide atau
perasaan.
d. Media: metode yg digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dg
cara ditulis, diucapkan, diraba, dicium.
e. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan
kembali kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yg
efektif.
Komunikasi menjadi penting
karena :
1. Sarana terbina hubungan yg baik antara pasien &nakes
2. Melihat perubahan perilaku yg terjadi pada individu atau
pasien
3. Kunci keberhasilan tindakan kes yg telah dilakukan
4. Tolok ukur kepuasan pasien
5. Tolak ukur komplain tindakan dan rehabilitasi
Prinsip komunikasi yg penting

1. Komunikasi bukanlah benda, ia sebuah proses


2. Komunikasi bersifat kompleks
3. Komunikasi tidak dapat digantikan
4. Komunikasi melibatkan keterlibatan yg total dari kepribadian kita
Faktor yg Mempengaruhi Komunikasi

a.Situasi/suasana
Situasi/suasana yg hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan
mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh
komunikan, suara bising yg diterima komunikan saat proses
komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur,
bahkan sulit diterima.
Proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan
sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.
Komunikasi yg berlangsung dan dilakukan pada waktu yg
kurang tepat mungkin diterima dg kurang tepat pula.
b.Kejelasan pesan

Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi.


Pesan yg kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga
antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi ttg pesan yg
disampaikan.
Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yg
dijalankan. komunikator harus memahami pesan sebelum
menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti dan menggunakan
artikulasi dan kalimat yg jelas.
Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

Manusia makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam


menjalankan dan mengembangkan kehidupannya.
Hubungan dg orang lain akan terjalin bila setiap individu melakukan
komunikasi diantara sesamanya.
Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yg dicapai oleh individu dalam
berhubungan sosial dg orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi.
Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan
integritas diri setiap manusia sbg bagian dari sistem sosial.
Komunikasi yg terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yg
sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok.
Komunikasi yg terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan
antar individu atau kelompok.
Tatanan klinik seperti RS dinyatakan sbg salah satu sistem dari kelompok
sosial mempunyai kepentingan yg tinggi pada unsur komunikasi.
Konsumen Internal
Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar
individu yg bekerja di RS, baik hubungan secara horisontal
ataupun hubungan secara vertikal.
Hubungan yg terjalin antar tim multidisplin termasuk
keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sbg
provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal.
Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi
menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual,
kelompok, keluarga maupun masyarakat yg ada di RS sakit.
Seringkali hubungan buruk yg terjadi pada suatu RS,
diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi
antar individu yg terlibat dalam sistem tersebut.
Penyebab Komunikasi yg
buruk
Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi
sumber stres, pada umumnya yg ditunjuk sebagai penyebabnya
adalah komunikasi yg buruk.
Hal ini terjadi beberapa sebab diantaranya adalah:
1) Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara
terapeutik saat melakukan intraksi dg klien.
2) Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan
komunikasi dua arah secara terapeutik.
3) Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja)
individual yg berdampak thd lemahnya pengembangan
kemampuan diri sendiri.
KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yg terjatara dua individu atau


lebih dan pesan berisi verbal maupun non verbal.
Komunikasi ini sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari dan penting
untuk kehidupan sosial, dg tujuan:
a. Dapat untuk bertukar pikiran
b. Dapat membantu menyelesaikan masalah
c. Dapat membantu membuat keputusan
d. Dapat melakukan tindakan yg sesuai dg kehidupannya
Komunikasi interpersonal dipengaruhi
faktor thd isi pesan dan sikap
penyampaian pesan antara lain:
1. Perkembangan : Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yg perlu
diperhatikan adalah siapa yg diajak berkomunikasi.
2. Persepsi : Persepsi adalah pandangan personal thd suatu kejadian.
Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman..
3. Nilai : Nilai adalah standar yg mempengaruhi perilaku sehingga sangat
penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai
seseorang.
4. Latar belakang budaya :Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh
faktor budaya. Budaya inilah yg akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi.
Lanjutan
5. Emosi : Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa.
6. Pengetahuan : Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yg kitan ajak
berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yg berbeda.
7. Peran : Gaya komunikasi harus di sesuaikan dg peran yg sedang kita lakukan.
8. Tatanan interaksi : Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan
dalam lingkungan yang menunjang.
Hambatan psikologis dalam proses komunikasi:

a. Adanya perbedaan persepsi


b. Terlalu cepat menyimpulkan
c. Adanya pandangan stereotipe
d. Kurangnya pengetahuan
e. Kurangnya minat
f. Sulit mengekspresikan diri
g. Adanya emosi
h. Adanya tipe kepribadian tertentu
KOMUNIKASI NON VERBAL

Bila diamati dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang kita menggunakan


bahasa tubuh dalam melakukan komunikasi.
Mungkin penggunaan bahasa tubuh dalam berkomunikasi bisa dg disengaja
ataupun tidak disengaja.
Hal ini akan berpengaruh pada pesan yg disampaikan sehingga pesan dg
menggunakan bahasa tubuh tersebut dapat diterima kadangkala juga tidak.
Tetapi pada dasarnya komunikasi menggunakan bahasa tubuh lebih mudah
diterima dan dicerna oleh penerima pesan dibandingkan dg komunikasi
verbal.

Hal ini didukung dari hasil penelitian yg menunjukkan


55% menggunakan bahasa tubuh atau dari ekspresi tubuh
38% dari nada suara
7% dari kata-kata yg diungkapkan
Lanjutan
Jika melihat pada hasil penelitian maka komunikasi dengan menggunakan
bahasa tubuh atau yg dikenal dg komunikasi non verbal sangat berperan
penting dalam penerimaan pesan yg disampaikan.
Komunikasi non verbal juga secara tidak sengaja dapat menimbulkan
motivasi dan indikasinya lebih akurat dari kata yg disampaikan seseorang
dengan hal yg diucapkan.
Yg dimaksud komunikasi non verbal adalah isyarat, tekanan suara,
pergerakan tubuh, ekspresi wajah, dan penampilan fisik.
Bahasa non verbal dikatagorikan,
diamati menjadi 4 (empat)

1. Penampilan fisik, lebih pada ke arah pandangan seseorang thd orang


lain. penampilan seseorang meliputi karakteristik fisik dan cara
berpakaian. Pakaian dan perhiasan atau dandanan merupakan
sumber informasi ttg seseorang.
2. Jarak, prinsipnya setiap orang punya jarak untuk berkomunikasi
tergantung pada kenyamanan dan kedekatan hubungannya. Jarak
merupakan isyarat yg umum digunakan saat melakukan hubungan
antara dua orang
3. Gerakan tubuh, adalah gerakan tangan, gerakan kaki, gerakan
kepala, ekspresi wajah (misalnya tersenyum), kontak mata dan postur
tubuh.
4. Sentuhan merupakan kecepatan dari individu dan tindakan.
Kemungkinan pesan yg disampaikan dalam bentuk nonverbal (Smith et
al, 1997).
Pemahaman Kolaborasi

Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat


menjadi kurang berdasar jika hanya dipandang
dari hasilnya saja.
Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu
terjadi justru menjadi point penting yg harus
disikapi.
Bagaimana masing-masing profesi memandang
arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah
pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yg sama.
Seorang dokter saat menghadapi pasien pada
umumnya berfikir, “ Apa diagnosa pasien ini dan
perawatan apa yg dibutuhkannya “ pola pemikiran
Trend dan Issu Komunikasi dalam Pelayanan
Kesehatan

Hubungan perawat dg adalah satu bentuk hubungan interaksi


yg telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan
kepada pasien.
Perspektif yg berbeda dalam memendang pasien, dalam
prakteknya menyebabkan munculnya hambatan teknik
dalam melakukan proses kolaborasi.
Kendala psikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta
budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan
kebutuhan akan upaya kolaborsi yg dapat menjadikan
keduanya lebih solid dg semangat kepentingan pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif
yg dapat timbul jika hubungan kolaborasi dokter dg perawat
berlangsung baik.
  Anggota Tim Interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yg


mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian.
Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
Anggota tim kesehatan meliputi: pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli
gizi, manager, dan apoteker.
Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif,
bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
Perawat sebagai anggota membawa perspektif yg unik dalam interdisiplin tim.
Perawat menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain.
Perawat berperan sbg penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team
multidisipliner dapat digunakan untuk
mencapai tujuan kolaborasi team:
1.  Memberikan pelayanan kesehatan yg berkualitas dg
menggabungkan keahlian unik professional
2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber
daya
3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan
loyalitas
4. Meningkatnya kohensifitas antar professional
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan
memahami orang lain.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK

A. Pengertian
Komunikasi yg dilakukan seorang perawat saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses
penyembuhan pasien.
Perawat harus meningkatkan pengetahuan, kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan, kepuasan pasien dapat
dipenuhi.
Northouse (1998) sbg kemampuan/keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi thd stres, mengatasi gangguan psikologis,
belajar bagaimana berhubungan dg orang lain.
Stuart G.W (1998) merupakan hubungan interpersonal antara perawat,
klien, dalam hubungan ini perawat, klien memperoleh pengalaman
belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional
klien.
S.Sundeen (1990) hubungan kerjasama yg ditandai tukar menukar
perilaku, perasaan, pikiran, pengalaman dalam membina hubungan
intim yg terapeutik.
Beberapa pengertian diatas komunikasi
terapeutik adalah
komunikasi yg memiliki makna terapeutik bagi klien dan
dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu klien
mencapai kembali kondisi yg adaptif dan positif.
C. Tujuan
a. Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yg tidak superfisial,
saling bergantung dg orang lain.
c. Peningkatan fungsi, kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yg realistis.
d. Rasa identitas personal yg jelas dan peningkatan integritas diri.
D. Unsur-unsur Komunikasi Terapeutik

a. Penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan baik


secara verbal maupun non verbal,
b. Menggunakan media atau tidak.
c. Pesan yg diterima oleh komunikan kemudian akan diproses oleh
komunikan, proses ini disebut dg decoding.
d. Proses encoding (transformasi informasi menjadi sebuah bentuk
pesan yg dapat disampaikan kepada orang lain) dalam dirinya
e. Menyampaikan umpan balik (feedback) thd pesan yg diterimanya.
E. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

a. Meningkatkan pemahaman, membantu terbentuknya hubungan yg


konstruktif diantara perawat-klien.
b. Mempunyai tujuan membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan
keperawatan.
c. Hubungan perawat-klien hubungan terapeutik yg saling menguntungkan,
didasarkan prinsip ‘humanity of nurses and clients’. Hubungan ini tidak
hanya sekedar hubungan seorang penolong (helper/perawat) dg kliennya,
tetapi hubungan antara manusia yg bermartabat (Dult-Battey,2004).
d. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan
karakter, memahami perasaan, perilaku klien, melihat perbedaan latar
belakang keluarga, budaya, keunikan setiap individu.
e. Dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima
pesan, perawat harus mampu menjaga harga dirinya,harga diri klien.
f. Menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan, memberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart,1998).
Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship

Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu


ketika seseorang melakukan komunikasi thd orang lain
maka akan tercipta suatu hubungan diantara keduanya,
selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan
berkelanjutan.
Hal inilah yg pada akhirnya membentuk suatu hubungan
‘helping relationship’. hubungan yg terjadi diantara dua
(atau lebih) individu maupun kelompok yg saling
memberikan, menerima bantuan / dukungan untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan.
Pada konteks keperawatan hubungan yg dimaksud
hubungan antara perawat- klien.
Ketika hubungan antara perawat, klien terjadi, perawat
sbg penolong (helper) membantu klien sbg orang yg
membutuhkan pertolongan, untuk mencapai tujuan yaitu
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), karakteristik seorang helper
(perawat) yg dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yg terapeutik, :

1. Kejujuran
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
3. Bersikap positif
4. Empati bukan simpati
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
6. Menerima klien apa adanya
7. Sensitif terhadap perasaan klien
8. Tidak mudah terpengaruh masa lalu klien ataupun diri perawat
sendiri
G. Tahapan Komunikasi Terapeutik Stuart G.W, 1998

1. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
•Menggali perasaan, menilik dirinya dg cara mengidentifikasi kelebihan,
kekurangannya.
•Mencari informasi ttg klien sbg lawan bicaranya.
•Merancang strategi untuk pertemuan pertama dg klien.
•Tahapan ini dilakukan dg tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yg
mungkin dirasakan perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dg klien.
•Kecemasan yg dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dg
orang lain
•Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yg
diucapkan oleh lawan bicara.
•Perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yg dikatakan
klien dg baik sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan
dg aktif dan penuh perhatian).
2. Tahap Perkenalan/Orientasi

•Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dg klien dilakukan.


•Tujuan tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yg telah dibuat
sesuai dg keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yg telah lalu.
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan,komunikasi
terbuka.
b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan)
bersama-sama dg klien, menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak
yg telah disepakati bersama.
c. Menggali pikiran, perasaan, mengidentifikasi masalah klien yg umumnya
dilakukan dg menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
d. Merumuskan tujuan interaksi dg klien.
e. Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dg baik
karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara
perawat dan klien.
3. Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik


Tahap yg terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat
dituntut membantu, mendukung klien menyampaikan perasaan, pikirannya,
menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yg
disampaikan oleh klien.
Perawat mendengarkan secara aktif, dg penuh perhatian sehingga mampu
membantu klien untuk mendefinisikan masalah yg sedang dihadapi oleh klien,
mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dg
klien.
Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan, menegaskan hal-
hal penting dalam percakapan, membantu perawat, klien memiliki pikiran, ide yg
sama
Penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan keseluruhan
pesan atau perasaan yg telah disampaikannya diterima dg baik, benar-benar
dipahami perawat.
4. Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir pertemuan perawat dan klien. dibagi dua yaitu
terminasi sementara, terminasi akhir
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah
hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yg
berbeda sesuai dg kontrak waktu yg telah disepakati bersama.
Terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses
keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yg telah dilaksanakan
(evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (1996) menyatakan meminta
klien untuk menyimpulkan ttg apa yg telah didiskusikan merupakan
sesuatu yg sangat berguna pada tahap ini.
b. Melakukan evaluasi subjektif dg cara menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dg perawat.
c. Menyepakati tindak lanjut interaksi yg telah dilakukan.
d. Tindak lanjut yg disepakati harus relevan dg interaksi yg baru saja
dilakukan atau dg interaksi yg akan dilakukan selanjutnya.
e. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.
H. Sikap Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik

Berikut tindakan/sikap yg dilakukan ketika menunjukkan kehadiran


secara fisik :
1. Berhadapan dg lawan bicara : Dg posisi ini perawat menyatakan
kesiapannya (“saya siap untuk anda”).
2. Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan)
Sikap tubuh yg terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia
untuk mendukung terciptanya komunikasi.
3. Menunduk/memposisikan tubuh kearah/lebih dekat dg lawan
bicara, Hal ini menunjukkan perawat bersiap untuk merespon
dalam komunikasi (berbicara-mendengar).
4. Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural, Dg posisi mata
sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk
mempertahankan komunikasi.
5. Bersikap tenang, Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat
berbicara dan menggunakan gerakan/bahasa tubuh yg natural.
Macam-macam Teknik Komunikasi Stuart dan Sundeen tahun
1995,

1. Mendengar aktif;  Konsentrasi aktif, persepsi terhadap


pesan orang lain yg menggunakan semua indra,
2. Mendengar pasif; Mendengar pasif adalah kegiatan
mendengar dg kegiatan non verbal untuk klien. Misalnya
dg kontak mata, menganggukkan kepala, juga
keikutsertaan secara verbal
3. Penerimaan: mendukung, menerima informasi dg tingkah
laku yg menunjukkan ketertarikan, tidak menilai.
Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan
penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa
menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Lanjutan

4. Klarifikasi; Klarifikasi sama dg validasi yaitu menanyakan


kepada klien apa yg tidak dimengerti perawat thd situasi yg ada.
Klarifikasi dilakukan apabila pesan yg disampaikan oleh klien belum
jelas bagi perawat, perawat mencoba memahami situasi yg
digambarkan oleh klien.
5. Fokusing; adalah kegiatan komunikasi yg dilakukan untuk
membatasi area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik
dan dimengerti
6. Observasi;
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain.
Observasi dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan
non verbal klien dan saat tingkah laku verbal dan non verbal
nyata dan tidak biasa ada pada klien, Observasi dilakukan
sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau
marah.
7. Menawarkan informasi; Menyediakan tambahan informasi
dg tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa
keuntungan dari menawarkan informasi akan memfasilitasi
komunikasi, mendorong pendidikan kes., memfasilitasi klien
untuk mengambil keputusan, Penahanan informasi pada saat
klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya.
Hal yg tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada saat
memberikan informasi.
7. Menawarkan informasi;

Menyediakan tambahan informasi dg tujuan


untuk mendapatkan respon lebih lanjut.
Beberapa keuntungan dari menawarkan
informasi akan memfasilitasi komunikasi,
mendorong pendidikan kes., memfasilitasi klien
untuk mengambil keputusan, Penahanan
informasi pada saat klien membutuhkan akan
mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yg
tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien
pada saat memberikan informasi.
Lanjutan
8. Diam (memelihara ketenangan); Dilakukan
dg tujuan mengorganisir pemikiran, memproses
informasi, menunjukkan bahwa perawat
bersedia untuk menunggu respon. Kediaman ini
akan bermanfaat pada saat klien mengalami
kesulitan untuk membagi persepsinya dg
perawat.
Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yg
lama karena akan mengakibatkan klien
menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan
sbg mengerti, atau marah.
Diam disini juga menunjukkan kesediaan
Lanjutan
9. Assertive: Assertive adalah kemampuan dg secara
meyakinkan, nyaman mengekspresikan pikiran, perasaan diri
dg tetap menghargai hak orang lain,
10. Menyimpulkan; Membawa poin-poin penting dari diskusi
untuk meningkatkan pemahaman. Memberi kesempatan
mengklarifikasi komunikasi agar sama dg ide dalam pikiran,
11. Giving recognition (memberikan pengakuan/ penghargaan);
Memberi penghargan merupakan tehnik untuk memberikan
pengakkuan dan menandakan kesadaran,
Lanjutan
12. Offering Sel (menawarakan diri); Menawarkan diri adalah
menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat atau respon yg
diharapkan,
13. Offering general leads (memberikan petunjuk umum);
Mendukung klien untuk meneruskan,
14. Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka):
Mendorong klien untuk menyeleksi topik yg akan dibicarakan.
Kegiatan ini bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan
penerimaan, nilai dari inisiatif klien , menjadi non terapeutik apabila
perawatan mendominasi interaksi, menolak respon klien,
Lanjutan
15. Placing the time in time/sequence (penempatan
urutan/waktu); Melakukan klarifikasi antara waktu dan
kejadian atau antara satu kejadian dg kejadian lain.
Teknik bernilai terapeutik apabila perawat dapat
mengeksplorasi klien dan memahami masalah yg
penting. Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat
memberikannasehat, meyakinkan atau tidak mengakui
klien.
16. Encourage deskripition of perception (mendukung
deskripsi dari persepsi); Meminta kepada klien
mengungkapkan secara verbal apa yg dirasakan atau
diterima,
17. Encourage Comparison (mendukung perbandingan);
Menanyakan kepada klien mengenai persamaan atau
perbedaan
Lanjutan
18. Restating (mengulang) adalah pengulangan pikiran utama
yg diekspresiakn klien,
19. Reflekting (Refleksi): Digunakan pada saat klien
menanyakan pada perawat penilaian atau kesetujuannya.
Tehnik ini akan membantu perawat tetap memelihara
pendekatan yg tidak menilai,
20. Eksploring (Eksporasi); Mempelajari suatu topik lebih
mendalam
21. Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan);
Menyediakan informasi dg perilaku yg tidak menilai
22. Voucing doubt (menunjukkan keraguan); Menyelipkan
persepsi perawat mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dg
sangat berhati-hati dan hanya pada saat perawat merasa yakin
ttg suatu yg detil. Ini digunakan pada saat perawat ingin
memberi petunjuk pada klien mengenai penjelasan lain
Lanjutan
23. Seeking consensual validation; Pencarian pengertian
mengenai komunikasi baik oleh perawat maupun klien.
Membantu klien lebih jelas thd apa yg mereka pikirkan.
24. Verbalizing the implied: Memverbalisasikan kata-
kata yg klien tunjukkan atau anjuran.
25. Encouraging evaluation (mendukung evaluasi):
Perawat membantu klien mempertimbangkan orang dan
kejadian kedalam nilai dirinya
26. Attempting to translate into feeling (usaha
menerjemahkan perasaan); Membantu klien untuk
mengidentifikasi perasaan berhubungan dg kejadian atau
pernyataan .
Lanjutan
27. Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi):
Penekanan kegiatan kerja dg klien tidak menekan melakukan
sesuatu untuk klien. Mendukung pandangan bahwa terdapat
kemungkinan perubahan melalui kolaborasi.
28. Encouragingformulation of plan of action (mendukng
terbentuknya rencana tindakan): Memberikan kesempatan
pada klien untuk mengantisipasi alternative dari tindakan
untuk masa yg akan datang.
29. Estabilising guidelines (menyediakan petunjuk);
Statemen yg menunjukkan peran, tujuan dan batasan untuk
interaksi. Hal ini akan menolong klien untuk mengetahui apa
yg dia harapkan dari dirinya.
Lanjutan
30. Open- ended comments (komentar terbuka-tertutup):
Komentar secara umum untuk menentukan arah dari
interaksi yg seharusnya dilakukan. Hal ini akan mengijinkan
klien untuk memutuskan apa topik/materi yg paling relevan,
mendukung klien untuk meneruskan interaksi.
31. Reducing distant (penurunan jarak); Menurunkan jarak
fisik antara perawat dank lien. Hal ini menunjukkan
komunikasi non verbal dimana perawat ingin terlibat dg klien.
32. Humor; sbg hal yg penting dalam komunikasi verbal
dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa sakit
akibat stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan
keperawatan .
PENUTUP

Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat.


Komunikasi terapeutik bukanlah hanya salah satu upaya yg dilakukan oleh perawat
untuk mendukung proses keperawatan yg diberikan kepada klien.
Untuk dapat melakukannya dg baik dan efektif diperlukan latihan dan pengasahan
keterampilan berkomunikasi sehingga efek terapeutik yg menjadi tujuan dalam
komunikasi terapeutik dapat tercapai.
Ketika seorang perawat berusaha untuk mengaplikasikan pengetahuan yg ia miliki untuk
melakukan komunikasi terapeutik, ia pada akhirnya akan menyadari bahwa komunikasi
terapeutik yg ia lakukan tidak hanya memberikan khasiat terapeutik bagi pasiennya
tetapi juga bagi dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Fortinas, K.M. and Worret, P.A.H. (2004). Psychiatic


mental health nursing. Third edition. St. Louis:
Mosby.
Potter and Perry’s. (2001). Fundamental of nursing.
Australia: St. Louis, Missouri.
Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (2001). Principles and
practice of psychiatric nursing. Seventh edition. St.
Louis: Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai