Jika fraktur terjadi karena adanya kelelahan otot sebelumnya saat melakukan
aktivitas, dikenal sebagai : *
Traumatic fractures
Fraktur yang berasal dari gaya bending sehingga menghasilkan wedge atau
butterfly pada fragmen tulang, dikenal sebagai : *
Fraktur yang berasal dari gaya twist sehingga menghasilkan butterfly atau
comminution fragmen, dikenal sebagai : *
Jenis fraktur yang menggunakan label nama tertentu seperti fraktur Colles’
adalah : *
Fraktur oblique atau spiral yang menyebabkan shortening pada tulang, adalah : *
Closed fracture
Dislokasi-subluksasi
Deformitas
Melzak and Wall’s law Kaltenborn’s law Seringthon’s law Newton’s law
Wolff’s law
Penyembuhan fraktur yang ditandai dengan proliferasi sel-sel osteoblast yang matang kedalam fragmen tul
dan tulang baru, tergolong kedalam : *
Fase haematoma
aktur yang ditandai dengan perubahan callus menjadi tulang baru (struktur lamellar) sampai terjadi union secara sempurn
Selain pemeriksaan X-Ray, tanda klinis lainnya yang digunakan sebagai acuan
bahwa fraktur telah sembuh adalah : *
Avascular necrosis
Compartment syndrome merupakan salah satu komplikasi fraktur yang terjadi akibat kerusakan pada otot. T
syndrome adalah : *
Mal-union
Problem penyambungan tulang yang sering terjadi akibat suplai darah yang jelek
atau akibat infeksi pada area fraktur, adalah : *
Delayed-union
Pneumothorax
Fraktur yang sering menyebabkan komplikasi berupa cidera pada saraf radialis
adalah : *
Look, feel, move, neurovascular assessment Look, feel, move, isometric resisted test
Observasi, palpasi, tes gerak aktif-pasif, tes kekuatan otot
Look, feel, active movement, passive movement Observasi, palpasi, tes gerak pasif, tes kekuatan otot
Dalam pemeriksaan palpasi pada kondisi fraktur, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah : *
Tenderness pada area tulang yang patah dan jaringan lunak disekitarnya serta
deformitas
Dalam tes gerak pada kondisi fraktur, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah : *
LGS aktif dan pasif serta kemampuan otot bergerak aktif Krepiitasi saat gerakan aktif dan pasif
Kemampuan sendi dan otot bergerak aktif dan pasif
Kemampuan sendi bergerak aktif – pasif dan kemampuan otot melawan tahanan Kemampuan otot bergerak aktif dan mampu
Jika kondisi fraktur melibatkan penjebakan sistem saraf perifer maka diperlukan
pemeriksaan : *
torik dan sensorik pada area disekitar fraktur Tes MMT dan fungsional pada area disekitar fraktur Tes neurologis (ULTT) pada extremitas
ksaan neurovaskular pada area disekitar fraktur
Reduction
Paradigma sederhana dalam manajemen fraktur adalah : *
Reposisi – immobilisasi – stabilisasi Reduksi – internal fiksasi – immobilisasi Reduksi – hold – move
Reduksi – fiksasi – stabilisasi
aktur distal tibia Fraktur distal humerus Fraktur clavicula Fraktur distal radius
aktur distal ulna
Salah satu fraktur yang tidak membutuhkan fiksasi internal maupun eksternal namun hanya membutuhkan im
adalah : *
Immobilisasi yang digunakan pada beberapa kondisi fraktur dan tidak rigid
sehingga dapat memfasilitasi terjadinya gerakan pada sendi adalah : *
Open reduction and internal fiksasi Open reduction and external fiksasi
Open reduction dan internal immobilisasi Open reduction and intramedullary nailing
Open reduction and internal nailing
External fiksasi yang digunakan untuk memperbaiki limb length pada tungkai
adalah : *
tes gerak aktif/pasif, tes spesifik Observasi, palpasi, move test, tes neurovaskular SOAP (subyektif, obyektif, analysis, plan)
asesmen neurovaskular
Tes panjang tungkai, tes ROM, tes circumferentia, tes fungsional Tes performa otot, tes ROM, tes circumferentia
Tes performa otot, tes VAS, tes ROM
12 – 40 minggu
12 – 18 minggu
4 – 12 minggu
20 – 24 minggu
8 – 12 minggu
24 – 32 minggu
40 – 50 miinggu
6 – 24 minggu
12 – 40 minggu
20 – 24 minggu
Menurunkan nyeri dan bengkak, mempertahankan kondisi pada area yang sehat
Goals rehabilitasi post ruftur ligamen pada fase kronik (return to function) adalah
:*
Meningkatkan mobilitas sendi, mengembalikan ekstensibilitas otot, meningkatkan performa otot, memperbaiki propriocep
Melepaskan adhesion, memperbaiki performa otot dan mobilitas sendi, memperbaiki ambulasi
Memperbaiki performa otot dan ekstensibilitas otot, memperbaiki mobilitas sendi, serta memperbaiki fungsi
Kontrol nyeri dan bengkak, memperbaiki performa otot dan ekstensibilitas otot, mempertahankan kondisi pada area yang seh
Terapi manual/latihan yang sesuai dengan problem mobilitas sendi pasca fraktur
dengan hasil JPM test firm end-feel adalah : *
n traksi oscillasi Passive exercise dan Hold Relax exercise Passive exercise dan Active exercise Passive stretching exercise
glide
Terapi manual/latihan yang sesuai dengan problem mobilita
ligamen dengan hasil JPM test springy end-feel adalah : *
Hold Relax dan Contract Relax exercise Passive ROM exercise dan traksi oscillasi Passive exercise dan Active exercise Pas
Mobilisasi traksi dan roll-glide
Terapi manual/latihan yang sesuai dengan problem nyeri sendi saat pembebanan
dan instabilitas pasca ruftur ligamen adalah : *
dan mechanical resistance exercise Mobilisasi sendi dan proprioceptive exercise Mobilisasi sendi dan manual resistance exercise
kinetik exercise
rcise
Komplikasi gangguan gerak dan fungsi (impairment) yang sering terjadi pada
post fraktur shaft tibia adalah : *
Nyeri dan keterbatasan gerak knee dan ankle joint Nyeri dan bengkak pada knee joint
Gangguan fungsional ambulasi dan berjalan Inflamasi dan hipomobile pada ankle dan knee joint
Atropi otot quadriceps femoris dan hamstrings
Pemeriksaan spesifik yang penting untuk mengetahui adanya problem
hipomobile knee pada kasus post fraktur shaft tibia adalah : *
Pengukuran ROM dan JPM test Tes gerak aktif dan pasif Pengukuran ROM dan Drawer test
Tes gerak pasif dan Pengukuran ROM
Otot yang sering mengalami problem impairment pada post fraktur shaft tibia
adalah : *
s longus dan extensor digitorum longus Otot fleksor digitorum longus dan fleksor hallucis longus Otot tibialis posterior dan gastrocnemius
an soleus
Cool pack dan muscle setting exercise Ice pack dan elastis bandage
Quadriceps dan hamstring setting exercise Kinesiotaping dan muscle setting exercise
Elevasi + ankle pumping exercise dan cool pack
Untuk mencegah problem hipomobile knee joint yang berat pada post fraktur
shaft tibia maka intervensi fisioterapi yang dianjurkan adalah : *
Fraktur yang terjadi pada distal radius disertai dengan dorsal displacement
disebut dengan : *
Komplikasi gangguan gerak dan fungsi yang utama (impairment) dari post colles’
fracture adalah : *
n gerak dorso fleksi dan radial deviasi wrist Keterbatasan gerak pronasi dan supinasi forearm Kelemahan otot fleksor wrist
n gerak fleksi dan ekstensi elbow
Keterbatasan gerak fleksi – ekstensi knee dan gangguan proprioceptor sendi Keterbatasan gerak fleksi knee dan gangguan
Kelemahan otot quadriceps dan hamstrings, serta gangguan stabilitas sendi
Kelemahan fleksor – extensor knee, gangguan stabilitas sendi dan proprioceptor sendi
Intervensi yang dianjurkan untuk problem nyeri dan oedema pada knee joint
terhadap berbagai kasus pada extremitas inferior adalah : *
Quadriceps – hamstrings setting exercise + cool pack Heel slide exercise + SLR + cool pack
Quadriceps setting exercise + SLR + cool pack
Manual strengthening exercise otot quadriceps – hamstrings Open and closed chan stabilization exercise
Manual dan mechanical strengthening exercise pada otot-otot regio knee
Theraband exercise otot quadriceps – hamstrings – tensor fascia latae Mechanical resisted exercise otot quadriceps – hamstrin
Pemeriksaan spesifik yang penting pada kasus rotator cuff ruftur adalah : *
Lift off test Apprehension test dan Biceps Load test Drop Arm test dan Exorotasi Lag test Supraspinatus test dan Yergason’s test
t dan Hawkin’s Kennedy test
Intervensi yang dianjurkan untuk mencegah disuse atropi pada fase maximum
proteksi Post Op. Repair Rotator Cuff adalah : *
Isometric resistance exercise pada rotator cuff muscle Isotonic resistance exercise pada rotator cuff muscle
Isotonic eccentric resistance exercise pada rotator cuff muscle Strengthening exercise rotator cuff muscle
Muscle setting exercise pada rotator cuff muscle