Anda di halaman 1dari 28

Fraktur adalah putusnya kontinuitas dari suatu tulang.

Jika fraktur terjadi karena


adanya abnormalitas tulang sebelumnya dikenal sebagai : *

Fatigue fractures Pathologic fractures Insufficiency fractures Stress fractures


Traumatic fractures

Jika fraktur terjadi karena adanya osteoporosis tulang sebelumnya dikenal


sebagai : *

umatic fractures Fatigue fractures Insufficiency fractures Pathologic fractures


ess fractures

Jika fraktur terjadi karena adanya kelelahan otot sebelumnya saat melakukan
aktivitas, dikenal sebagai : *

Pathologic fractures Traumatic fractures Fatigue fractures Stress fractures


Insufficiency fractures
Jika fraktur terjadi karena adanya gaya/force berlebihan secara tidak langsung
pada tulang, dikenal sebagai : *

Traumatic fractures

Fraktur yang berasal dari gaya bending sehingga menghasilkan wedge atau
butterfly pada fragmen tulang, dikenal sebagai : *

Avulsion fracture Transverse fracture Fraktur oblique Fraktur spiral


Impaction fracture

Fraktur yang berasal dari gaya twist sehingga menghasilkan butterfly atau
comminution fragmen, dikenal sebagai : *

Fraktur spiral Impaction fracture Fraktur transversal Fraktur oblique


Avulsion fracture
Fraktur yang berasal dari tarikan otot atau tendon yang kuat akibat kontraksi
eksplosif adalah : *

Fraktur transversal Fraktur oblique Impaction fracture Avulsion fracture


Fraktur spiral

Fraktur yang menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan lunak dan


neurovaskular, adalah : *

omminution fracture Fraktur oblique Intraarticular fracture Avulsion fracture


pen fracture

Fraktur yang menimbulkan multiple fragmen dan sering menimbulkan komplikasi


non-union, adalah : *

Intraarticular fracture Impaction fracture Avulsion fracture Open fracture


Comminution fracture
Kondisi fraktur yang menyebabkan terjadinya incongruitas sendi sehingga
memicu terjadinya traumatic arthritis, adalah : *

Intraarticular fracture Avulsion fracture Impaction fracture Open fracture


Comminution fracture

Adanya trauma yang menyebabkan incongruitas sebagian diantara permukaan


sendi, disebut dengan : *

acement fracture Intraarticular fracture Comminution fracture Fraktur-dislokasi


uksasi

Adanya trauma yang menyebabkan kerobekan serabut-serabut ligamen, disebut


dengan : *

Partial ruftur Sprain


Ruftur ligamen
Strain Ligamen injury
Trauma jaringan lunak yang menyebabkan instabilitas sendi, disebut dengan : *

Partial ruftur ligamen

Jenis fraktur yang menggunakan label nama tertentu seperti fraktur Colles’
adalah : *

Fraktur yang terjadi pada distal radius

Fraktur oblique atau spiral yang menyebabkan shortening pada tulang, adalah : *

Open fracture Fraktur-dislokasi


Intraarticular fracture
Displacement fracture Off-ended fracture
Hypovolemic shock merupakan salah satu tanda klinis yang sering terjadi pada : *

Closed fracture

Fraktur oblique dan spiral Fraktur-dislokasi


Open fracture

Dislokasi-subluksasi

Tanda klinis yang mudah terlihat setelah fraktur adalah : *

Oedema Krepitasi Spasme otot


Nyeri dan inflamasi

Deformitas

Tanda klinis yang mudah diraba setelah fraktur adalah : *

Oedema dan inflamasi Joint Hipomobile Deformitas Tenderness yang hebat


Gerakan abnormal
Komplikasi atau dampak yang sering terjadi pasca fraktur adalah : *

Deep vein thrombosis

Tulang memiliki kemampuan untuk merespon terhadap beberapa stress


mekanikal yang terjadi padanya melalui penataan kembali arsitektur internal tulang, hal ini sesuai dengan : *

Melzak and Wall’s law Kaltenborn’s law Seringthon’s law Newton’s law
Wolff’s law
Penyembuhan fraktur yang ditandai dengan proliferasi sel-sel osteoblast yang matang kedalam fragmen tul
dan tulang baru, tergolong kedalam : *

Fase remodelling Fase consolidation Fase formasi callus


Fase proliferasi periosteal/endosteal

Fase haematoma

aktur yang ditandai dengan perubahan callus menjadi tulang baru (struktur lamellar) sampai terjadi union secara sempurn

Fase proliferasi endosteal Fase remodelling


Fase proliferasi periosteal Fase consolidation
Fase formasi callus
Pembentukan tulang baru dengan massa yang tebal dan cenderung lebih luas
pada lokasi fraktur, tergolong kedalam : *

Fase formasi callus Fase remodelling Fase haematoma Fase consolidation


Fase proliferasi periosteal/endosteal

Selain pemeriksaan X-Ray, tanda klinis lainnya yang digunakan sebagai acuan
bahwa fraktur telah sembuh adalah : *

Weight bearing dengan bebas nyeri

Komplikasi vaskular yang sering terjadi pasca fraktur adalah : *

Deep vein thrombosis

Acute respiratory distress sindrome Hypovolemic shock


Emboli pulmonar

Avascular necrosis
Compartment syndrome merupakan salah satu komplikasi fraktur yang terjadi akibat kerusakan pada otot. T
syndrome adalah : *

Adanya denervated muscle Ditemukan kulit yang pucat


Adanya paresthesia dan parese pada otot Adanya partial denervated muscle
Nyeri hebat disekitar area fraktur

Pasca fraktur neck femur sering menyebabkan komplikasi sehingga diperlukan


tindakan total hip replacement. Apa komplikasi yang sering terjadi : *

Kerusakan otot dan atropi Complex regional pain syndrome


Avascular necrosis pada area fraktur Compartment syndrome
Acute respiratory distress sindrome
Penyembuhan fraktur dengan posisi fragmen tulang kurang sempurna saat
penyambungan, disebut dengan : *

Mal-union

Problem penyambungan tulang yang sering terjadi akibat suplai darah yang jelek
atau akibat infeksi pada area fraktur, adalah : *

Delayed-union

Komplikasi yang sering terjadi akibat fraktur costa adalah : *

Pneumothorax
Fraktur yang sering menyebabkan komplikasi berupa cidera pada saraf radialis
adalah : *

Fraktur distal ulna Fraktur collum humeri


Fraktur 1/3 middle humeri Fraktur distal radius
Fraktur caput humeri

Prinsip examination pada kondisi fraktur adalah : *

Look, feel, move, neurovascular assessment Look, feel, move, isometric resisted test
Observasi, palpasi, tes gerak aktif-pasif, tes kekuatan otot
Look, feel, active movement, passive movement Observasi, palpasi, tes gerak pasif, tes kekuatan otot

Dalam pemeriksaan palpasi pada kondisi fraktur, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah : *

Tenderness pada area tulang yang patah dan jaringan lunak disekitarnya serta
deformitas
Dalam tes gerak pada kondisi fraktur, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah : *

LGS aktif dan pasif serta kemampuan otot bergerak aktif Krepiitasi saat gerakan aktif dan pasif
Kemampuan sendi dan otot bergerak aktif dan pasif
Kemampuan sendi bergerak aktif – pasif dan kemampuan otot melawan tahanan Kemampuan otot bergerak aktif dan mampu

Jika kondisi fraktur melibatkan penjebakan sistem saraf perifer maka diperlukan
pemeriksaan : *

torik dan sensorik pada area disekitar fraktur Tes MMT dan fungsional pada area disekitar fraktur Tes neurologis (ULTT) pada extremitas
ksaan neurovaskular pada area disekitar fraktur

ksaan refleks fisiologis dan patologis pada area disekitar fraktur

Tindakan untuk membentuk realignment fragmen tulang yang patah kedalam


posisi normal adalah : *

Reduction
Paradigma sederhana dalam manajemen fraktur adalah : *

Reposisi – immobilisasi – stabilisasi Reduksi – internal fiksasi – immobilisasi Reduksi – hold – move
Reduksi – fiksasi – stabilisasi

Reposisi – fiksasi – move

Tindakan bedah dengan membuka jaringan dan mengembalikan posisi fragmen


tulang yang patah adalah : *

Open reduction Open reposition Open realignment Closed reposition


Closed reduction

Salah satu fraktur yang tidak memerlukan reduksi adalah : *

aktur distal tibia Fraktur distal humerus Fraktur clavicula Fraktur distal radius
aktur distal ulna
Salah satu fraktur yang tidak membutuhkan fiksasi internal maupun eksternal namun hanya membutuhkan im
adalah : *

Fraktur distal radius Fraktur olecranon Fraktur metacarpal Fraktur scaphoideum


Fraktur distal ulna

Immobilisasi yang digunakan pada beberapa kondisi fraktur dan tidak rigid
sehingga dapat memfasilitasi terjadinya gerakan pada sendi adalah : *

Functional brace Skin traction Plaster of paris Thermoplastic


Intramedullary nailing
Tindakan bedah dengan memasang plate and screw didalam tulang, disebut
dengan : *

Open reduction dan internal fiksasi

Tindakan bedah dengan memasang batang logam didalam canalis medullaris,


disebut dengan : *

Open reduction and internal fiksasi Open reduction and external fiksasi
Open reduction dan internal immobilisasi Open reduction and intramedullary nailing
Open reduction and internal nailing

External fiksasi yang digunakan untuk memperbaiki limb length pada tungkai
adalah : *

Plaster of paris Gips/splint Functional brace Skin traction


External fixator
Peran utama fisioterapi dalam masa rehabilitasi pasca fraktur adalah : *

Meminimalkan atau menghilangkan komplikasi berupa gangguan gerak dan fungsi


yang terjadi

Asesmen fisioterapi sangat penting dalam program rehabilitasi, dimana asesmen


yang digunakan adalah : *

tes gerak aktif/pasif, tes spesifik Observasi, palpasi, move test, tes neurovaskular SOAP (subyektif, obyektif, analysis, plan)
asesmen neurovaskular

n pasif serta tes isometric resisted

Tes spesifik yang berhubungan dengan pengukuran penting dalam masa


rehabilitasi adalah : *

Tes kekuatan otot, tes ROM, tes JPM, tes circumferentia

Tes panjang tungkai, tes ROM, tes circumferentia, tes fungsional Tes performa otot, tes ROM, tes circumferentia
Tes performa otot, tes VAS, tes ROM

Tes ROM, tes kekuatan otot, tes fungsional, tes neurovaskular


Dalam program rehabilitasi pasca fraktur, perlu dipertimbangkan masa
penyembuhan jaringan. Masa penyembuhan jaringan tulang extremitas inferior adalah : *

12 – 40 minggu

12 – 18 minggu

4 – 12 minggu

20 – 24 minggu

8 – 12 minggu

Dalam program rehabilitasi pasca ruftur ligamen, perlu dipertimbangkan masa


penyembuhan jaringan. Masa penyembuhan jaringan ligamen adalah : *

24 – 32 minggu

40 – 50 miinggu

6 – 24 minggu

12 – 40 minggu

20 – 24 minggu

Program rehabilitasi post fraktur terdiri atas : *

Fase maximum proteksi, fase moderate proteksi, fase minimum proteksi


Program rehabilitasi post ruftur ligamen terdiri atas : *

Fase akut, fase intermediate, fase kronik

Goals rehabilitasi post fraktur pada fase moderate proteksi adalah : *

Menurunkan nyeri dan bengkak, mempertahankan kondisi pada area yang sehat
Goals rehabilitasi post ruftur ligamen pada fase kronik (return to function) adalah
:*

Meningkatkan mobilitas sendi, mengembalikan ekstensibilitas otot, meningkatkan performa otot, memperbaiki propriocep

Melepaskan adhesion, memperbaiki performa otot dan mobilitas sendi, memperbaiki ambulasi

Memperbaiki performa otot dan ekstensibilitas otot, memperbaiki mobilitas sendi, serta memperbaiki fungsi

Kontrol nyeri dan bengkak, memperbaiki performa otot dan ekstensibilitas otot, mempertahankan kondisi pada area yang seh

Memperbaiki performa otot, kontrol nyeri dan bengkak, memperbaiki fungsi.

Terapi manual/latihan yang sesuai dengan problem mobilitas sendi pasca fraktur
dengan hasil JPM test firm end-feel adalah : *

n traksi oscillasi Passive exercise dan Hold Relax exercise Passive exercise dan Active exercise Passive stretching exercise
glide
Terapi manual/latihan yang sesuai dengan problem mobilita
ligamen dengan hasil JPM test springy end-feel adalah : *

Hold Relax dan Contract Relax exercise Passive ROM exercise dan traksi oscillasi Passive exercise dan Active exercise Pas
Mobilisasi traksi dan roll-glide

Terapi manual/latihan yang sesuai dengan problem nyeri sendi saat pembebanan
dan instabilitas pasca ruftur ligamen adalah : *

dan mechanical resistance exercise Mobilisasi sendi dan proprioceptive exercise Mobilisasi sendi dan manual resistance exercise
kinetik exercise

rcise

Komplikasi gangguan gerak dan fungsi (impairment) yang sering terjadi pada
post fraktur shaft tibia adalah : *

Nyeri dan keterbatasan gerak knee dan ankle joint Nyeri dan bengkak pada knee joint
Gangguan fungsional ambulasi dan berjalan Inflamasi dan hipomobile pada ankle dan knee joint
Atropi otot quadriceps femoris dan hamstrings
Pemeriksaan spesifik yang penting untuk mengetahui adanya problem
hipomobile knee pada kasus post fraktur shaft tibia adalah : *

Pengukuran ROM dan JPM test Tes gerak aktif dan pasif Pengukuran ROM dan Drawer test
Tes gerak pasif dan Pengukuran ROM

Tes gerak pasif dan tes stabilitas sendi

Otot yang sering mengalami problem impairment pada post fraktur shaft tibia
adalah : *

s longus dan extensor digitorum longus Otot fleksor digitorum longus dan fleksor hallucis longus Otot tibialis posterior dan gastrocnemius
an soleus

dan extensor hallucis longus


Untuk mencegah terjadinya deep vein thrombosis dan mempercepat penurunan oedema pada post fraktur
adalah : *

Cool pack dan muscle setting exercise Ice pack dan elastis bandage
Quadriceps dan hamstring setting exercise Kinesiotaping dan muscle setting exercise
Elevasi + ankle pumping exercise dan cool pack

Untuk mencegah problem hipomobile knee joint yang berat pada post fraktur
shaft tibia maka intervensi fisioterapi yang dianjurkan adalah : *

Cool pack dan muscle setting exercise Mobilisasi sendi knee


Quadriceps dan hamstring setting exercise Passive dan Active ROM Exercise
Mobilisasi patella dan traksi oscillasi knee
Otot yang sering mengalami problem impairment pada post fraktur olecranon
adalah : *

Otot extensor carpi radialis longus Otot triceps brachii


Otot biceps brachiii Otot brachioradialis
Otot brachialis

Fraktur yang terjadi pada distal radius disertai dengan dorsal displacement
disebut dengan : *

Smith’s fracture Chauffeur fracture Barton’s fracture Colles’ fracture


Die-punch fracture
Deformitas yang khas terlihat dari inspeksi sisi lateral wrist yaitu fragmen distal radius bergeser ke dorsal dan
*

Colles’ fracture Die-punch fracture Chauffeur fracture Smith’s fracture


Barton’s fracture

Komplikasi gangguan gerak dan fungsi yang utama (impairment) dari post colles’
fracture adalah : *

n gerak dorso fleksi dan radial deviasi wrist Keterbatasan gerak pronasi dan supinasi forearm Kelemahan otot fleksor wrist
n gerak fleksi dan ekstensi elbow

otot extensor wrist


Problem yang sering muncul (impairment) pada fase moderate proteksi kasus
post rekonstruksi ACL adalah : *

Kelemahan otot hamstrings dan gangguan stabilitas sendi

Keterbatasan gerak fleksi – ekstensi knee dan gangguan proprioceptor sendi Keterbatasan gerak fleksi knee dan gangguan
Kelemahan otot quadriceps dan hamstrings, serta gangguan stabilitas sendi

Kelemahan fleksor – extensor knee, gangguan stabilitas sendi dan proprioceptor sendi

Intervensi yang dianjurkan untuk problem nyeri dan oedema pada knee joint
terhadap berbagai kasus pada extremitas inferior adalah : *

Quadriceps setting exercise + cool pack

Quadriceps – hamstrings setting exercise + cool pack Heel slide exercise + SLR + cool pack
Quadriceps setting exercise + SLR + cool pack

Heel slide exercise + cool pack


Intervensi yang dianjurkan untuk problem instabilitas knee joint terhadap kasus
post rekonstruksi ACL adalah : *

Manual strengthening exercise otot quadriceps – hamstrings Open and closed chan stabilization exercise
Manual dan mechanical strengthening exercise pada otot-otot regio knee
Theraband exercise otot quadriceps – hamstrings – tensor fascia latae Mechanical resisted exercise otot quadriceps – hamstrin

Pemeriksaan spesifik yang penting pada kasus rotator cuff ruftur adalah : *

Lift off test Apprehension test dan Biceps Load test Drop Arm test dan Exorotasi Lag test Supraspinatus test dan Yergason’s test
t dan Hawkin’s Kennedy test

Intervensi yang dianjurkan untuk mencegah disuse atropi pada fase maximum
proteksi Post Op. Repair Rotator Cuff adalah : *

Isometric resistance exercise pada rotator cuff muscle Isotonic resistance exercise pada rotator cuff muscle
Isotonic eccentric resistance exercise pada rotator cuff muscle Strengthening exercise rotator cuff muscle
Muscle setting exercise pada rotator cuff muscle

Formulir ini dibuat dalam Politeknik Kesehatan


Makassar.

Anda mungkin juga menyukai