Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STASE MUSCULOSKLELETAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


KASUS TEMPOROMANDIBULAR JOINT (TMJ)

Disusun oleh :
Yusuf Zulfikar Permana
2010306034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah pada
stase Musculoskeletal tentang “Penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus Temporomandibular
Joint” dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Peran fisioterapi pada kasus Temporomandibular Joint.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Penyusun

ii
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH STASE MUSCULOSKELETAL


KASUS TEMPOROMANDIBULAR JOINT (TMJ)

Disusun Oleh :

Yusuf Zulfikar Permana


2010306034

Program Studi Pendidikan Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Menyetujui
Clinical Educator

Ftr. Setyawan, AIFO

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................ii


LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………....iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB I ........................................................................................................................... 1
A. Definisi Kasus ................................................................................................... 1
B. Etiologi .............................................................................................................. 2
C. Klasifikasi ......................................................................................................... 3
D. Tanda dan Gejala............................................................................................... 5
BAB II .......................................................................................................................... 7
A. Pemeriksaan Fisioterapi .................................................................................... 7
B. Teknologi Intervensi Fisioterapi ....................................................................... 9
BAB III ...................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kasus

TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan

temporal dan mandibula yang terdiri dari:

1. Tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat)

2. Diskus yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan

soketnya pada tulang temporal

3. Sistem neurovaskuler

Persendian ini di lapisi oleh lapisan tipis dari kartilago dan

dipisahkan oleh diskus. Persendian ini secara konstan terpakai saat

makan, berbicara dan menelan

Gambar 1.1 Sendi Temporomandibular (Google image, 2020)

Gangguan temporomandibular adalah istilah yang dipakai gangguan

yang mengganggu sendi temporomandibular, otot pengunyah, dan struktur

terkait yang mengakibatkan gejala umum berupa nyeri dan keterbatasan

1
2

membuka mulut. Biasanya pada praktek umum (general practitioner) pasien

dengan gangguan ini mengeluhkan gejala yang eprsisten atau nyeri wajah

yang kronik. Biasanya nyeri pada gangguan temporomandibular disertai

suara click pada sendi rahang dan keterbatasan membuka mulut (Okeson,

2013).

Sekitar 60-70% populasi umum mempunyai setidaknya satu gejala

gangguan temporomadibualr. Tetapi, hanya seperempatnya yang menyadari

adanya gangguan tersebut. Lebih jauh lagi, hanya 5% dari kelompok orang

dengan satu atau dua gejala gangguan temporomandibular yang ini paling

banyak dialami perempuan (1:4), dan sering terjadi pada awal masa

dewasa.

B. Etiologi

Menurut Sampaio et al (2010) nyeri yang dirasakan pada persendian ini

dapat dikarenakan oleh beberapa faktor seperti, penggunaan yang berlebihan

pada daerah yang bersangkutan, contohnya adalah pada individu yang

mempunyai kebiasaan buruk mengerat gigi (bruxism), sering menguap,

mengunyah cenderung pada satu sisi. Hal ini menyebabkan pemberian beban

yang terus menerus pada daerah persendian. Faktor lain yang terlibat adalah

faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi geraham belakang yang

tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta adanya

kelainan anatomi rahang dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.

Penggunaan berlebih pada diskus dan ligament-ligamen yang

berhubungan dengan TMJ dapat menyebabkan fleksibilitas pada discus dan

ligament tersebut menurun, dan bila tidak ditanggulangi dan terus berlanjut

akan menyebabkan inflamasi yang berakhir pada rupture discus dan ligament
3

yang akan menimbulkan sensasi nyeri pada individu. Selain terjadinya

inflamasi pada discus, dapat pula terjadi inflamasi dari otot akibat hiperfungsi

dari system musculoskeletal yang akan menimbulkan nyeri juga.

Sensasi nyeri juga dapat timbul oleh karena adanya iskemi lokal yang

disebabkan karena hiperfungsi dari kontraksi otot yang mengakibatkan

mikrosirkulasi tidak adekuat. Hal ini akan menyebabkan nutrisi pada jaringan

akan berkurang sehingga menyebabkan iskemik pada jaringan tersebut yang

akan menimbulkan sensasi nyeri.

Persendian pada temperomandibular ini sama seperti persendian di daerah

tubuh lainnya, dimana dapat juga terjadi hal-hal seperti osteoarthritis,

rheumatoid arthritis dan jenis-jenis inflamasi lainnya didaerah persendian ini

yang akan menimbulkan sensasi nyeri juga. Osteoartritis adalah kondisi

dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi yang diakibatkan gesekan ujung-

ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi

degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Sedangkan

rheumatoid arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun dengan

karakteristik sinovitis erosif simetris sebagian besar pasien menunjukkan

gejala penyakit kronik hilang timbul dan apabila tidak diobati dapat

menyebabkan kerusakan persendian dan deformitas sendi progresif yang

berakhir pada disabilitas.

C. Klasifikasi

Klasifikasi menurut American Academy of Orofacial Pain tentang

gangguan temporomandibula dibagi menjadi dua yaitu gangguan otot

mastikasi dan gangguan articular. Gangguan otot mastikasi meliputi nyeri

miofacial, miositis, miospasme atau trismus, mialgia, kontraksi otot, dan


4

neoplasma otot, sedangkan pada gangguan artikular diantaranya meliputi

gangguan konganital atau gangguan perkembangan, gangguan disc

derangement, dislokasi, gangguan inflamasi, osteoartritis (gangguan bukan

inflamasi), ankilosis dan fraktur.

Nyeri miofacial ditandai dengan nyeri orofacial, bunyi sendi, nyeri raba

dengan otot bersangkutan, dan keterbatasan pergerakan mandibula. Nyeri

yang bersumber dari intrakapsular didefinisikan sebagai artralgia, sementara

nyeri ekstrakapsular terutama yang bersumber dari otot disebut mialgia.

Miositis dalah keradangan pada otot pengunyahan menyebabkan timbulnya

nyeri dan gangguan pengunyahan yang hampir menyerupai kejang otot.

Perbedaannya adalah adannya peradangan dan pembengkaan lokal.

Miospasme atau trismus adalah kontraksi tak sadar dari satu atau sekelompok

otot yang terjadi secara tiba-tiba biasanya nyeri dan seringkali dapat

menimbulkan gangguan fungsi. Deviasi mandibula saat membuka mulut dan

berbagai gangguan atau keterbatasan pergerakan merupakan tanda objektif

dari miospasme (Pedersen, 2012).

Gangguan artikulas diantaranya meliputi gangguan konganital atau

gangguan perkembangan, gangguan disc derangement, dislokasi, gangguan

inflamasi, osteoartritis (gangguan bukan inflamasi), ankilosis dan fraktur.

Gangguan kongenital atau perkembangan sendi temporomandibula dapat

mengalami abnormalitas perkembangan maupun kongenital, yang nantinya

akan menyebabkan deformitas mandibula yang nyata. Agregasi processus

condislaris dan hipoplasia memiliki kaitan dengan deformitas mandibula

yang terdiri dari ketiadaan atau pemendekan ramus dan kurang

berkembangnya corpus mandibulae pada sisi yang terlibat. Dislokasi adalah


5

pergeseran abnormal dari suatu tulang atau sendi. Dislokasi terjadi bila

kapsul dan ligamen temporomandibula mengalami gangguan sehingga

memungkinkan prossesus condylaris untuk bergerak lebih kedepan dari

eminentia artikularis dan kesuperior pada saat membuka mulut. Ankilosis

merupakan fiksasi sendi akibat keadaan patologis yang bersifat intrakapsular

dan ekstrakapsular (Pedersen, 2012). Gangguan inflamasi dapat terjadi pada

sinovium (sinovitis) dan atau kapsul (capsulitis) sebagai akibat dari trauma

lokal, infeksi atau degenerasi, atau sebagai bagian dari poliartritis atau

kolagen penyakit sistemik (rheumatoid arthritis dan lupus). Osteoartritis

(gangguan bukan inflamasi) adalah suatu kondisi degeneratif sendi yang

ditandai dengan kerusakan dan abrasi jaringan artikular dan seiring

remodeling dari tulang subchondral yang mendasari.

D. Tanda dan Gejala

Ada tiga gangguan tempotomandibular yang tesering, yaitu nyeri

miofasial, internal dearrangement, dan osteoartrosis. Nyeri miofasial adalah

gangguan yang tersering ditemukan. Adapun gejala lain yang dapat terjadi

adalah sebagai berikut (Kurnikasari, 2011):

1. Nyeri pada telinga

2. Kekakuan atau nyeri pada otot rahang

3. Nyeri pada daerah pipi

4. Bunyi pada rahang

5. Keterbatasan pergerakan pada rahang

6. Lock jaw

7. Nyeri kepala yang sering

8. Kekakuan pada otot wajah dan leher, daerah preaurikuler


6

9. Asimetris dari wajah

10. Maloklusi

11. Kronik postural head tilting


BAB II
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

A. Pemeriksaan Fisioterapi

1. Anamnesis

Meliputi personal data, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat

kesehatan dan riwayat kesehatan gigi dan mulutnya. Tidak menutup

kemungkinan bahwa gejala dari kelainan temporomandibular dapat

berasal dari gigi dan jaringan periodontal, maka harus dilakukan

pemeriksaan secara seksama pada gigi dan jaringan periodontal. Selain

itu, perlu ditanyakantentang perawatan gigi yang pernah didapatkan,

riwayat penggunaan gigi palsu dan gigi kawat.

Keluhan utama, diantaranya :

a. Pasien akan merasakan nyeri pada darah TMJ, rahang atau wajah

b. Nyeri dirasakan pada saat membuka mulut

c. Keluhan adanya “clicking sounds” pada saat menggerakan rahang

d. Kesulitan untuk membuka mulut secara sempurna

e. Sakit kepala

f. Nyeri pada daerah leher dan pungggung

2. Pemeriksaan klinis

a. Inspeksi

Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu

diperhatikan gigi, sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan

wajah. Apakah pasien menggerakan mulutnya dengan nyaman selama

berbicara atau pasien seperti menjaga gerakan dari rahang bawahnya.

Terkadang pasien memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak

interview seperti bruxism.


7
8

b. Palpasi

1) Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan

cara palpasi sisi kanan dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot

pada wajah dan daerah kepala.

2) Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu

mencari lokasi nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu :

a) Resistive opening ( sensitive untuk mendeteksi rasa

nyeri pada ruang inferior m.pterigoideus lateral)

b) Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada

m. temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus medial)

c) Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa

nyeri pada m. pterigoideus lateral dan medial yang

kontralateral)

d) Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa

nyeri pada m. pterigoideus lateral)

e) Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri

pada bagian posterior m. temporalis)

3) Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan

bahwa pasien dengan masalah TMJ juga memperlihatkan gejala

pada cervikal. Pada kecelakaan kendaraan bermotor

kenyataannya menunjukkan kelainan pada cervikal maupun TMJ.

c. Auskultasi

Bunyi sendi TMJ terdiri dari “clicking” dan ‘krepitus’ .

“Clicking” adalah bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka

atau menutup mulut, bahkan keduanya. “Krepitus” adalah bersifat


9

difus, yang biasanya berupa suara yang dirasakan menyeluruh pada

saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya. “Krepitus”

menandakan perubahan dari kontur tulang seperti pada

osteoartrosis. “Clicking” dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan

akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi “click” yang terjadi pada

akhir membuka mulut menandakan adanya suatu pergeseran yang

berat. TMJ ‘clicking’ sulit didengar karena bunyinya halus, maka

dapat didengar dengan menggunakan stetoskop.

d. Range of motion

Pemeriksaan pergerakan ” Range of Motion”

dilakukan dengan pembukaan mulut secara maksimal, pergerakan dari

TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau nyeri.

e. Pemeriksaan lain (penunjang)

1) Transcranial radiografi : Menggunakan sinar X, untuk dapat

menilai kelainan.

2) Panoramik Radiografi : Menggunakan sinar X, dapat digunakan

untuk melihat hampir seluruh regio maxilomandibular dan TMJ.

3) CT Scan : Menggunakan sinar X, merupakan pemeriksaan yang

akurat untuk melihat kelainan tulang pada TMJ.

B. Teknologi Intervensi Fisioterapi


1. Modalitas Fisioterapi
Short Wave Diathermy (SWD) adalah gelombang eletromagnetik
yang dihasilkan oleh arus bolak balik dari frekuensi tinggi antara 107 -
108 Hz dan panjang gelombang antara 30-3 m yang menghasilkan panas
pada jaringan dalam yang bertujuan untuk terapi. Short Wave Diathermy
yang dapat memancarkan frekuensi 27,12 Mhz dan panjang gelombang
11 m dapat menghasilkan medan listrik tinggi dan dapat digunakan untuk
10

tujuan terapi. Ada 2 sirkuit utama pada penggunaan Short Wave


Diathermy yaitu sirkuit mesin yang bertugas menghasilkan arus frekuensi
tinggi dan meningkatkan intensitasnya, dan sirkuit pasien yang
dihubungkan dengan sirkuit mesin dan induktor dan mengalirkan energi
listrik ke pasien dalam bentuk medan elektrostatik atau elektromagnetik
(Ahmed et al., 2009).
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah terapi yang menggunakan
tegangan rendah arus listrik untuk menghilangkan rasa sakit. TENS
dengan mesin bertenaga baterai kecil seukuran radio saku. Menurut
Parjoto (2006), TENS konvensional adalah TENS yang memberikan
rangsang secara langsung ke serabut nosiseptor dengan diameter besar
untuk mengelola nyeri secara konservatif. Frekuensi TENS yang 5
digunakan adalah 70 Hz-150 Hz. Hal ini dikarenakan dengan frekuensi
70 Hz-150 Hz memiliki hubungan antara tanggap rangsangan jaringan
dengan serabut sensorik (frekuensi 50 Hz- 100 Hz) dan saraf nosiseptor
(frekuensi 100 Hz-200 Hz). Penempatan elektrode saat pemakaian TENS
menurut evidence based ada pilihan yang lebih efektif dalam penempatan
elektrode. Sebaiknya salah satu elektroda negatif berada di daerah yang
nyeri dan elektroda yang positif berada di proksimalnya (Parjoto, 2006).
Terapi latihan yang dilakukan adalah latihan gerak peningkatan
jangkauan gerak rahang, penarikan pasif untuk meningkatkan gerakan
mandibula dan pelatihan isotonik dan isotmetrik. Latihan membuka dan
menutup mulut dalam satu garis lurus di depan kaca atau lidah menempel
pada palatum merupakan latihan membuka mulut yang umum dilakukan
pada fisioterapi (Kisner, 2007).
2. Edukasi dan informasi
Ansietas pada pasien turut berperan dalam progresifitas penyakit yang
akan mengarah kepada nyeri yang hebat dan kehilangan
fungsi.Menjelaskan darimana rasa sakit berasal dan karakteristik dari
gejala yang dirasakan pasien akan mengurangi ansietas pada pasien.
Edukasi menjadi dasar dari aktivitas perawatan diri yang pasien dapat
lakukan untuk mengontrol gejala. Edukasi dan informasi ini harus
dilakukan secara bertahap dan tidak terburu-buru. Edukasi dan
11

informasi ini juga akan membantu pasien untuk mengetahui


penggunaan rahangnya secara tepat dan benar. Pasien harus turut ikut
berperan dalam melawan stress dan penyakit yang dideritanya.
Self-care dan perubahan kebiasaan pasien. Pasien harus mulai
menghentikan kebiasaan penggunaan rahangnya yang tidak berguna
dalam kehidupan sehari-hari (seperti menggertakkan gigi, posisi rahang,
ketegangan otot rahang, berpangku tangan pada rahang, dan lain-lain).
Kebiasaan-kebiasaan tersebut akan memberikan beban pada rahang
sehingga memperberat penyakit. Perubahan pada kebiasaan tersebut akan
mengurangi nyeri yang diderita pasien dan progresifitas penyakit.
Pasien disarankan untuk mengalihkan perhatiannya ke kebiasaan-
kebiasaan yang lebih baik (tidak memberi beban pada rahang). Pasien
juga dianjurkan untuk mengistirahatkan rahangnya bila sakit,
mengompres dingin rahang pasien selama 10 menit setiap 2 jam pada
serangan akut
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Temporomandibular joint (TMJ) adalah persendiaan dari kondilus

mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal.

Temporomandibular merupakan satu-satunya sendi yang ada di kepala

yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup

rahang, mengunyah serta berbicara yang letaknya dibawah depan telinga

Apabila terjadi sesuatu kelainan pada salah satu sendi ini, maka seseorang

akan mengalami masalah yang serius yaitu terasa nyeri saat membuka mulut,

menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan

mulut terkunci. Kelainan temporomandiblar joint disebut juga dengan

disfungsi/penyakit temporomandibular joint. Penanganan terhadap

disfungsi atau penyakit temporomandibular joint sangat tergantung dari

gambaran klinis dan diagnosis.

B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang penulis berikan untuk arah

perkembangan selanjutnya:

1. Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber referensi dalam

kasus Temporomandibular Joint .

2. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan dalam

menambah wawasan serta kepustakaan yang bermanfaat bagi

pengembangan ilmu fisioterapi dalam kasus kasus Temporomandibular

Joint.

3. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta memperkenalkan peran

fisioterapi pada kasus kasus Temporomandibular Joint pada masyarakat.


12
13

DAFTAR PUSTAKA

Okeson JP. 2013. Management of temporomandibula disorders and occlusion. 7th


ed, Missouri: Elsevier. h. 4-15
Sampaio P, Sekito C, Costa MC, Boasquevisque E, Junior JC. 2010. Assessment of
condylar growth by skeletal scintigraphy in patients with posterior functional
crossbite, Dental Press J Orthod. 15(5);140
Kurnikasari E. 2011. Perawatan disfungsi sendi temporomandibula secara paripurna.
Repository FKG Unpad.
Pedersen, Gordon W. 2012. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Surgery)/Gordon
W.Pedersen; editor,Lilian Yuwono. EGC: Jakarta.
Kisner and Lynn Allen.2007. Therapiutik Exercise 5th ed: F.A Davis Company
Parjoto. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Ikatan Fisioterapi Indonesia:
Semarang
Shaik Ahmed, M.d. Abdus Shakoor and Aminuddin, A. Khan. 2009. Evaluation of
the effects of shortwave diathermy in patients with chronic low back pain.
Bangladesh Med Res Counc Bull 2009; 35: 18-20

Anda mungkin juga menyukai