Anda di halaman 1dari 40

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

FRACTURE METACARPAL DI
RUMAH SAKIT ORTHOPEDI DR SOEHARSO SOLO

STASE PEDIATRI

DISUSUN OLEH :

RIZKA WULANDARI PUTRI


201910641011040

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019/2020

1
DAFTAR ISI

Sampul Halaman…………………………………………………... 1
Daftar Isi…………………………………………………………… 2
Ringkasan………………………………………………………….. 3
Halaman Pengesahan……………………………………………… 4

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 5
a. Latar Belakang………………………………………… 5
b. Rumusan Masalah……………………………………... 6
c. Tujuan Penulisan……………………………………… 6
d. Manfaat Penulisan…………………………………….. 7

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………... 8
a. Penatalaksanaan fisioterapi pada anak adhd………... 8

BAB III STATUS KLINIS………………………………………… 11


a. Status Klinis…………………………………………….. 11
b. Jurnal terkait…………………………………………… 20

BAB IV LAMPIRAN JURNAL…………………………………… 24

BAB V PENUTUP………………………………………………….. 37
a. Kesimpulan……………………………………………… 37
b. Saran…………………………………………………….. 37

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 39

2
RINGKASAN

Latar Belakang: Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas


tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001).
Fraktur atau patah tulang adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh
(Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001). Berarti bisa didefiniskan bahwa post
fracturemetacarpal III manus dextra adalah kondisi setelah terjadinya retak atau
terputusnya kontinuitas tulang yang utuh pada metacarpal ketiga tangan kanan.
Hasil: Dengan keluhan ibu pasien bahwa anaknya tidak bisa diam, sering
berlarian tanpa tujuan, dan tidak ada respon saat dipanggil. Problematika
fisioterapi berupa hypersensitive kepala dan wajah, hypertonus anggota gerak
bawah, dan spasme paravertebrae. Kemudian dilakukan terapi sebanyak empat
kali. Dan didapatkan beberapa peningkatan saat dilakukan evaluasi yaitu reflek
primitive meningkat secara signifikan dan sensoris juga meningkat.

3
HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


FRACTURE METACARPAL DI
RUMAH SAKIT ORTOPEDI DR. SOEHARSO SOLO

Disusun Oleh:
RIZKA WULANDARI PUTRI
201910641011040

Clinical Educator

Safun Rahmanto, SST.FT., M.Fis


NIP. 11414100563

Mengetahui, Ketua Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Malang

Safun Rahmanto, SST. Ft., M. Fis


NIP. 11414100563

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001). Fraktur
atau patah tulang adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves
C.J, Roux G & Lockhart R, 2001). Berarti bisa didefiniskan bahwa post
fracturemetacarpal III manus dextra adalah kondisi setelah terjadinya retak atau
terputusnya kontinuitas tulang yang utuh pada metacarpal ketiga tangan kanan.
Fraktur juga merupakan masalah yang sangat banyak terjadi terutama karena
trauma fisik. Seperti kecelakaan lalu lintas, cidera olahraga, tawuran pelajar dan
mahasiswa, serta banyak lagi kejadian yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur.
Oleh karena itu, sebaiknya para tenaga kesehatan berupaya untuk melakukan
tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan efisien dan
konsisten walaupun hal-hal yang demikian dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
terutama bagaimana caranya kita memiliki sikap sehat yang baik. Sebagaimana
kita mengenal istilah “mencegah lebih baik daripada mengobati”.
Metacarpal III adalah tulang yang dikategorikan sebagai tulang panjang
menurut bentuknya. Os metacarpal III dan os phalanx proximal III membentuk
sendi gerak yang dinamakan metacarpophalangeal III. Sehingga pada kasus
fraktur ini sendi yang paling terbatas gerakannya adalah sendi
metacarpophalangeal III itu sendiri. Diikuti dengan keterbatasan gerak dari sendi
interphalangeal proximal III yang dibentuk oleh os phalanx proximal III dan os
phalanx middle III. Masalah yang terjadi pada post fraktur biasanya adalah nyeri,
deformitas, bengkak, perubahan warna lokal, krepitasi, dan sendi yang kaku.
Masalah-masalah inilah yang kemudian harus ditangani oleh tenaga kesehatan
termasuk fisioterapi.
Fisioterapi sendiri adalah salah satu tenaga kesehatan yang berperan pada
kasus fraktur. Dimana peran fisioterapi pada fraktur seperti melatih kekuatan otot,
mengurangi nyeri, dan mengembangkan gerak pasien agar menjadi lebih baik

5
sampai pasien bisa menjalankan keseharian dengan normal. Sedangkan secara
umum menurut SK Menkes. No 376, 2007 bahwa Fisioterapi adalah suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur
kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,
peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), serta pelatihan fungsi dan
komunikasi. 3 Salah satu modalitas yang dimiliki fisioterapi ada infra merah.
Yang mana infra merah ini berperan dalam peningkatan metabolisme dikarenakan
melebarnya kapiler oleh proses vasodilatasi. Karena peningkatan metabolisme
dan sirkulasi kapiler inilah yang menyebabkan peningkatan suplay darah pada
area tubuh yang disininari infra merah. Kemudian fisioterapi juga memiliki terapi
latihan. Salah satu bentuk terapi latihan tersebut adalah statik kontraksi. Statik
kontraksi merupakan kontraksi otot tanpa disertai perubahan panjang pendek otot.
Statik kontraksi ini dapat meningkatkan “pumping action” yaitu suatu rangsangan
yang menyebabkan dinding kapiler yang terletak pada otot melebar sehingga
sirkulasi darah lancar akibat dari sirkulasi darah lancar maka ”p” atau zat yang
menyebabkan nyeri akan ikut terbuang sehingga nyeri akan ikut berkurang dan
spasme otot-otot disekitarnya juga akan ikut berkurang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang muncul pada kasus Fraktur Metacarpal,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada pasien dengan
fraktur metacarpal?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan paparan rumusan masalah, penulis merumuskan tujuan
penulisan makalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penatalaksanaan
fisioterapi pada pasien dengan kondisi fraktur metacarpal.

6
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi praktisi fisioterapi
Sebagai bahan rujukan dan referensi untuk menambah pengetahuan
tentang metode yang tepat dan bermanfaat dalam melakukan penanganan
pada pasien fraktur metacarpal.
2. Bagi keilmuan
Bermanfaat sebagai pengembangan pengetahuan fisioterapi
khususnya tentang muskuloskeletal bedah.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Fraktur Metacarpal

2.1.1 Metacarpal
Tulang metacarpal adalah tulang yang terdapat pada telapak
tangan yang membentuk lima sendi carpometacarpal dan
interphalanx proximal. Pada tulang metakarpal terdapat beberapa
sendi yang menhubungkan antara os.metacarpal dengan os.carpal
antara lain:
a. Articulatio Carpometacarpalis (CMC) dan Articulatio
Intemetacarpalis (IM) Adalah jenis planum articulatio synovialis,
kecuali untuk articulatio carpometacarpalis ibu jari, yang
merupakan articulatio sellaris. Kapsul sendi pada articulatio
carpometacarpalis dan intermetacarpalis terdiri dari empat
articulatio carpometacarpalis medial dan tiga articulatio
intemetacarpalis dilapisi oleh kapsul communis pada permukaan
palmar dan dorsal.
b. Articulatio Metacarpophalangealis Adalah jenis condyloid
articulatio synovialis yang memungkinkan gerakan pada dua
bidang yaitu fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi.
2.1.2 Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan
atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya
lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, Apabila trauma
melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah
tulang). Sedangkan tulang metacarpal mengartikulasikan dengan
pergelangan tangan untuk membentuk lima sendi carpometacarpal.
Sendi pertama memiliki permukaan yang memungkinkan anda
untuk bergerak ke segala arah. Sehingga fraktur metacarpal dapat

8
diartikan keadaan dimana terputusnya tulang yang menjadi
pembentuk sendi carpometacarpal.
2.1.3.Open Reduction Internal Fixation (ORIF)
ORIF merupakan suatu bentuk tindakan pembedahan
dengan melakukan incisi di daerah fraktur. Tujuannya untuk
mempertahankan posisi fragmen tulang yang patah agar tidak
mengalami pergeseran dengan menggunakan internal fiksasi
(Adams, 2007). Fiksasi internal yang digunakan pada kondisi
fraktur metacarpal V dextra adalah wire. Wire (Kawat) digunakan
sebagai jahitan atau benang guna untuk “menjahit” tulang kembali
bergabung bersama. Kawat digunakan untuk mengembalikan
fragmen tulang kecil di region metaphyseal dan epiphyseal,
terutama pada fraktur di distal kaki, siku dan tangan.
2.1.4. Klasifikasi Fraktur
Fraktur metacarpal dapat terjadi dibeberapa bagian. Fraktur
metacarpal memiliki 4 tipe fraktur Base fracture adalah retakan
yang terjadi pada dasar tulang metacarpal. Biasanya terjadi
dikarenakan benturan yang keras. Dan terjadi pada phalang 5 yang
terhubung langsung dengan tulang hamate. Proses penyembuhan
bisa dengan tenggang waktu tiga sampai 6 minggu. Shaft fracture
terjadi pada badan utama tulang metacarpal yang biasanya
disebabkan karena ada benturan keras dan pukulan. Pada proses
penyembuhan lebih lambat dibandingkan dengan jenis fraktur
metacarpal yang lain. Proses penyembuhan pada fraktur ini sekitar
tiga sampai tujuh minggu. Neck fracture terjadi pada leher tulang
metacarpal paling sering mengalami fraktur dikarenakan leher
metacarpal merupakan titik lemah dari tulang metacarpal. Proses
penyembuhan akan terjadi sekitar tiga sampai 5 minggu. Head
fracture terjadi nya patah tulang pada sendi yang menghubungkan
tulang metacarpal dengan tulang phalang proximal. Perpatahan
terjadi akibatkan adanya benturan dan pukulan keras.

9
2.1.5 Penatalaksanaan pada fraktur
Terjadinya kecelakaan lalu lintas pun mengakibatkan
permasalahan kesehatan yang salah satunya yaitu fraktur (Depkes
RI, 2011). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, 2000). Fraktur dapat terjadi dibagian tulang manapun
namun dalam kasus kali ini didapatkan adanya fraktur metakarpal
yang sering terjadi diakibatkan tulang metacarpal terlalu rapuh
ketika berbenturan dengan benda keras sehingga presentase terjadi
fraktur pada metacarpal jauh lebih sering terjadi. Problematika
Fisioterapi Post Open Reduction Internal Fixation (ORIF) Close
Fraktur Metacarpal V Dekstra meliputi impairment, functional
limitation, dan disability. Problematika yang termasuk impairment
adalah : (1) Adanya nyeri (2) Adanya keterbatasan Lingkup Gerak
Sendi (LGS) metacarpal, (3) Adanya penurunan kekuatan otot
fleksor dan ekstensor. Problematika yang termasuk functional
limitation adalah keterbatasan pasien pada waktu melakukan
aktifitas sehari – hari dengan melibatkan pergerakan dari sendi
metakarpal, misalnya mencuci baju dan memasak. Sedangkan
yang termasuk dalam problematika disability adalah ketidak
mampuan pasien untuk bersosialisasi dengan optimal
dilingkungan masyarakat yang berhubungan dengan hobby dan
pekerjaan. Fisioterapi dalam mengatasi problematika diatas dapat
menggunakan modalitas infrared, massage dan terapi latihan.
Manfaat dari modalitas yang diberikan adalah untuk mengurangi
nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan meningkatkan
kekuatan otot fleksor.

10
BAB III

STATUS KLINIS

NAMA MAHASISWA : Rizka Wulandari Putri


NIM : 201910641011040
TEMPAT PRAKTIK : Rumah Sakit Orthopedi Solo
PEMBIMBING : Safun Rahmanto,S.ST.Ft., M.Fis
Tanggal Pembuatan Laporan : 14 Juni 2020
Kondisi/ Kasus : Post Operasi pemasangan wire pada fraktur
metacarpal
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA
Nama : Tn. Z
Umur : 34 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Solo
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. DIAGNOSIS MEDIS
Post Operasi Pemasangan Wire pada Fraktur Metacarpal Dextra
B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
-

C. RUJUKAN DARI DOKTER


Rujukan dari dokter bedah

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

11
B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)
1. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan nyeri pada tangan kanan.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap perkembangan,
gambaran perkembangan, dll)
Pasien mengalami kecelakaan kerja seminggu yang lalu, pada
saat pasien memperbaiki alat berat dikantornya tangannya
kejatuhan alat berat. Pasien langsung dibawa ke rumah sakit oleh
kerabatnya dan menjalani operasi pemasangan wire pada
tangannya yang patah, pemasangan wire dilakukan lima hari yang
lalu.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
 -

4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA


 Tidak terdapat riwayat penyakit penyerta

5. RIWAYAT PENGOBATAN
 Tidak terdapat riwayat pengobatan

6. ANAMNESIS SISTEM
1. Kepala dan Leher
 Tidak terdapat gangguan
2. Kardiovaskular
 Tidak terdapat gangguan
3. Respirasi
 Tidak terdapat gangguan
4. Gastrointestinal
 Tidak terdapat gangguan
5. Urogenital
 Tidak terdapat gangguan
6. Musculoskeletal
 Spasme : otot palmar
7. Nervorum
 Parasthesia pada nervus medianus
C. PEMERIKSAAN
a. PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Denyut nadi : 76 kali/menit
Pernapasan : 24 kali/menit
Temperatur : 36.5 °C

12
Tinggi badan : 168 cm
Berat badan : 75 kg

b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


(Posture, Fungsi motorik, tonus, reflek, gait, dll)
 Statis : Pasien terlihat kesakitan dan kelelahan
menahan nyeri pada tangannya
 Dinamis : saat pasien diperintahkan bergerak
telapak tangan pasien tetap berada pada semi fleksi
c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
 Terdapat spasme di otot palmar
d) PERKUSI
Tidak dilakukan
e) AUSKULTASI
 Tidak dilakukan

f) GERAK DASAR
 Gerak Aktif :

GERAKAN ROM NYERI

Radial Deviasi Tidak Full ROM Nyeri meningkat

Ulnar Deviasi Tidak Full ROM Nyeri meningkat

Fleksi Palmar Tidak Full ROM Nyeri meningkat

Fleksi Dorsal Tidak Full ROM Nyeri meningkat

Fleksi Metacarpo Tidak Full ROM Nyeri meningkat


Phalangeal

Ekstensi Metacarpo Tidak Full ROM Nyeri meningkat


Phalangeal

 Gerak Pasif :

GERAKAN ROM NYERI END FEEL

Radial Deviasi Tidak Full ROM Nyeri meningkat Hard end feel

Ulnar Deviasi Tidak Full ROM Nyeri meningkat Hard end feel

13
Fleksi Palmar Tidak Full ROM Nyeri meningkat Firm end feel

Fleksi Dorsal Tidak Full ROM Nyeri meningkat Hard end feel

Fleksi Metacarpo Tidak Full ROM Nyeri meningkat Firm end feel
Phalangeal

Ekstensi Metacarpo Tidak Full ROM Nyeri meningkat Hard end feel
Phalangeal

 Isometrik :

GERAKAN MAMPU TAHANAN NYERI

Radial Deviasi - Belum mampu +


menahan tahanan
minimal

Ulnar Deviasi - Belum mampu +


menahan tahanan
minimal

Fleksi Palmar - Belum mampu +


menahan tahanan
minimal

Fleksi Dorsal - Belum mampu +


menahan tahanan
minimal

Fleksi Metacarpo - Belum mampu +


Phalangeal menahan tahanan
minimal

Ekstensi Metacarpo - Belum mampu +


Phalangeal menahan tahanan
minimal

14
g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL

 Kognitif : Pasien mampu menceritakan keluhan


dan riwayat sakit dengan jelas
 Intra-personal : Pasien memiliki motivasi tinggi untuk
sembuh
 Inter-personal : Pasien mampu berkomunikasi dengan
baik mengenai penyakitnya pada terapis.

h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS


FUNGSIONAL, & LINGKUNGAN AKTIVITAS
a. Fungsional dasar : memegang
b. Aktivitas Fungsional : Menulis, menyuap makanan
c. Lingkungan aktivitas: Kurang mendukung
kesembuhan pasien karena pekerjaan pasien
sebagai karyawan diharuskan banyak melakukan
pekerjaan dengan tangannya.

2.PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
d. Nyeri (NRS)
 Diam: 3
 Tekan: 4
 Gerak: 6
e. MMT
GERAKAN MMT
Radial deviasi 3
Ulnar Deviasi 3
Fleksi palmar 3
Fleksi dorsal 3
Fleksi metacarpal 3
phalangeal
Ekstensi metacarpal 3
phalangeal

15
D. UNDERLYING PROCCESS

Fraktur Metacarpal

Operasi pemasangan
wire

Impairment Functional Limitation Disability

Otot Nervorum - Menggenggam - Terbatas dalam

Nyeri Parasthesia
& Nyeri
Spasme radikuler

Penurunan
ROM

Penurunan
kekuatan otot

- IR
- Tens
- Active relax
- Contract relax

16
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)

Impairment
 Pain
 Spasme
 Penurunan kekuatan otot
Functional Limitation
 Menggenggam
 Mengambil barang yang besar dan berat
 Menulis dengan rapi
 Makan dengan sendok
Disability
 Pasien terbatas dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari sebagai
karyawan swasta.

F. PROGNOSIS
- Quo at Vitam : bonam
- Quo at Sanam : bonam
- Quo at Fungsionam : dubia et bonam
- Quo at Cosmeticam : dubia et bonam

G. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
Tujuan treatment
 Jangka Pendek
 Megurangi spasme otot dan nyeri
 Meningkatkan kekuatan otot
 Jangka Panjang
o Untuk meningkatkan kemampuan fyngsional untuk
beraktivitas seahari-hari dengan lebih baik.

2. Rencana tindakan

a. IR
b. Tens
c. Active exc and contract relax

17
H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

d. T1-T3 Tanggal 6 Juni, 9 Juni, 12 JunI 2020

1. IR

Tujuan : untuk relaksasi otot, memperlancar peredaran darah dan

mengurangi nyeri yang dirasakan pasien

Dosis : 15 menit di area metacarpal

2. Tens

Tujuan : Menurunkan nyeri dan stimulasi syaraf

Dosis : 15 menit

3. Exercise
-Active exercise
Tujuan : meningkatkan ROM
Dosis : 10 repetisi, 3 set, 3 kali sehari
-Contract relax

I. HASIL EVALUASI TERAKHIR

A. Nyeri NRS

Nyeri T0 T1 T2 T3
Diam 3 3 2 2
Tekan 4 3 3 2
Gerak 6 5 5 4

B. MMT

GERAKAN T0 T1 T2 T3
Radial deviasi 3 3 3 3
Ulnar deviasi 3 3 3 3
Fleksi palmar 3 3 3 3
Fleksi Dorsal 3 3 3 3
Fleksi 3 3 3 3
metacarpo

18
phalangeal
Ekstensi 3 3 3 3
metacarpo
phalangeal

J. EDUKASI DAN KOMUNIKASI


- mengedukasi pasien untuk melakukan latihan seperti yang diajarkan
terapis
- melatih pasien untuk beraktivitas dengan keadaan tangan yang
terbatas

K. CATATAN PEMBIMBING PRAKTIK

L. CATATAN TAMBAHAN

Pembimbing

(______________________)

19
b. Jurnal terkait

20
21
22
23
Pembahasan Jurnal Terkait

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan simpulan :

Fraktur metacarpal pada tangan adalah cedera umum dan dapat


menyebabkan kecacatan yang signifikan jika tidak ditangani dengan benar. Tidak
semua patah tulang memerlukan intervensi bedah, karena hasil yang baik telah
dibuktikan dapat juga dilakukan dengan perawatan konservatif. Fiksasi kawat K
serta reduksi terbuka dan fiksasi internal adalah metode yang dapat diterima untuk
mengobati fraktur metacarpal. Perawatan bedah dilakukan dengan persetujuan
sepenuhnya oleh pasien. Sampai reaksi benda asing dapat dihilangkan, kami
menyarankan untuk tidak menggunakan implan yang dapat diserap pada saat ini.
Penelitian prospektif acak diperlukan untuk membantu menentukan indikasi yang
tepat untuk perawatan bedah fraktur poros metacarpal, serta menentukan pilihan
pengobatan terbaik.

24
BAB IV
LAMPIRAN JURNAL PENDUKUNG

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

37
Dengan keluhan pasien ia merasakan nyeri pada tangan kanannya.
Problematika fisioterapi berupa nyeri, spasme pada otot sekitar dan
penurunan kekuatan otot. Kemudian dilakukan terapi sebanyak empat kali.
Dan didapatkan beberapa peningkatan saat dilakukan evaluasi yaitu nyeri
menurun, spasme menurun, dan kekuatan otot bertambah.
B. SARAN
Berhubung dengan kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa
kesembuhan pasien tidaklah semata-mata tugas dari fisioterapi juga
menjadi tugas dari pasien itu sendiri lebih kooperatif serta memiliki
motivasi yang tinggi agar target kesembuhan dapat dicapai secara
paripurna. Di waktu yang akan datang semoga penelitian ini dapat
disempurnakan lagi , dengan saran atas pengalaman penulis yaitu:
1. Fisioterapis
Karena fisioterapis merupakan tenaga kesehatan yang
berkompetensi pada gerak dan fungsi sudah seharusnya untuk selalu
melakukan tindakan fisioterapi secara sistematis. Seperti pemeriksaan
yang lengkap,menegakan diagnosis yang tepat, memberikan tindakan
fisioterapi secara maksimal, memberikan edukasi terhadap pasien
dengan selalu mencatat dan mengevaluasi hasil yang didapat. Bahkan
fisioterapis harusmenjadwal tindakan fisioterapi yang diberikan agar
hasil maksimal, karena menjadi salah satu kekurangan penulis
sehingga pasien datang tanpa jadwal disebabkan tidak dibuatnya
jadwal untuk pasien.
2. Pasien dan keluarga pasien
Pasien disarankan rutin dalam melakukan terapi dan memotivasi
diri sendiri untuk sembuh. Setelah diberikan terapi selalu ada edukasi
dari fisioterapis sehingga pasien harus melaksanakan apa yang telah
diedukasikan dan diperintahkan. Untuk keluaga diharapkan selalu
memotivasi pasien untuk dapat sembuh juga mengingatkan apa yang
telah diedukasikan dan diperintahkan fisioterapis.
3. Masyarakat dan pembaca

38
Apabila menjumpai seseorang atau merasakan keluhan serupa agar
diharapkan segera konsultasi ke dokter atau memeriksakan pada tenaga
kesehatan yang ada agar mendapat perlakuan medis yang tepat.
Tulisan ini masih sangat membutuhkan penyempurnaan oleh karena itu
silahkan bagi pembaca untuk memberikan kritik-kritik membangun.
Itu semua demi perkembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan
profesi fisioterapi.

DAFTAR PUSTAKA

39
Adams, C. J. 2007. Outline of fracture Including Joint Injuries. Twelfth edition, Churcil
Livingstone Depkes RI. 1999. Pedoman Hidup Sehat. Jakarta:
Dorland, W.A. Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 28. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Garrison, S. J. 2006. Dasar – dasar Terapi Latihan dan Rehabilitasi Fisik. Terjemahan
Hipocrates. Jakarta.
Guyton, Arthur C. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Haughton, D. N. 2012. Principle of Hand Fracture Management. Diakses 26 September
2014. http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/2243303/
Helmi, Zairin Noor. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika
Kisner, Carolin and Lynn Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise 5th Edition.
Philadhelphia: F. a. Davis Company.

40

Anda mungkin juga menyukai