Anda di halaman 1dari 12

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

CIDERA OTAK

MAKALAH

OLEH :

YUSUF ZULFIKAR PERMANA


2010306034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIOTERAPI PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pada

Stase Neuromuskuler yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Cidera Otak”. Tujuan

makalah ini adalah untuk memenuhi tugas profesi pada Stase Neuromuskuler.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu

diperlukan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan.

Yogyakarta,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Cidera Otak............................................................................. 1

B. Etiologi Cidera Otak............................................................................. 1

C. Patofisiologi Cidera Otak...................................................................... 3

D. Tanda dan Gejala Cidera Otak.............................................................. 6

BAB II PROSES FISIOTERAPI

A. Assesment Fisioterapi........................................................................... 8

B. Diagnosis Fisioterapi............................................................................ 11

C. Rencana Intervensi................................................................................ 11

D. Intervensi............................................................................................... 11

E. Evaluasi................................................................................................. 19

BAB III PENUTUP

A. Implikasi Klinis.................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Cidera Otak

Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau

deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan kepala atau otak

(Borley& Grace, 2006). Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi

akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun

efek sekunder dari trauma yang terjadi. Cidera kepala merupakan trauma yang

terjadi pada otak yang disebabkan kekuatan atau tenaga dari luar yang

menimbulkan berkurang atau berubahnya kesedaran, kemampuan kognitf,

kemampuan fisik, perilaku, ataupun kemampuan emosi (Ignatavicius, 2009).

Jadi kesimpulannya cidera kepala adalah trauma yang mengenai otak yang

terjadi secara langsung atau tidak langsung atau efek sekunder yang

menyebabkan atau berpengaruh berubahnya fungsi neurologis, kesadaran,

kognitif, perilaku, dan emosi.

Menurut mansjoer (2000) cidera kepala tersebut dibedakan menjadi


ringan, sedang, berat.

Adapun criteria dari masing-masing tersebut adalah :

1. Cidera kepala ringan (CKR) tanda-tandanya adalah :

• Skor glasgow coma scale 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif);

• Tidak ada kehilangan kesadaran 7 (misalnya konkusi);

• Tidak adanya intoksikasi alkohol atau obat terlarang;

• Pasien dapat mengeluh sakit dan pusing;

• Pasien dapat menderita laserasi, abrasi, atau hematoma kulit kepala


2

2. Cidera kepala sedang (CKS) tanda-tandanya adalah :

• Skor glasgow coma scale 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor);

• Konkusi;

• Amnesia pasca trauma;

• Muntah;

• Kejang

3. Cidera kepala berat (CKB) tanda-tandanya adalah :

• Skor glasgow coma scale 3-8 (koma);

• Penurunan derajat kesadaran secara progresif;

• Tanda neurologis fokal;

• Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium.

B. Etiologi Cidera Otak

Menurut Borley& Grace (2006) cidera kepala dapat disebabkan

karena beberapa hal diantaranya adalah:

1. Pukulan langsung Dapat menyebabkan kerusakan otak pada sisi

pukulan (coup injury) atau pada sisi yang berlawanan dari pukulan

ketika otak bergerak dalam tengkorak dan mengenai dinding yang

berlawanan (contrecoup injury);

2. Rotasi / deselerasi Fleksi, ekstensi, atau rotasi leher menghasilkan

serangan pada otak yang menyerang titik-titik tulang dalam

tengkorak (misalnya pada sayap dari tulang sfenoid). Rotasi yang

hebat juga menyebabkan trauma robekan di dalam substansi putih

otak dan batang otak, menyebabkan cedera aksonal dan bintik-bintik

perdarahan intraserebral;
3

3. Tabrakan Otak seringkali terhindar dari trauma langsung kecuali jika

berat (terutama pada anak-anak yang elastis);

4. Oleh benda / serpihan tulang yang menembus jaringan otak misalnya

kecelakaan, dipukul dan terjatuh;

5. Trauma saat lahir misalnya sewaktu lahir dibantu dengan forcep atau

vacum;

6. Efek dari kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak;

7. Efek percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada otak.

8. Patofisiologi Cidera Otak

Cidera kepala terjadi karena trauma tajam atau tumpul seperti terjatuh,

dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang dapat mengenai kepala dan

otak sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada funsi otak dan

seluruh sistem dalam tubuh. Bila trauma mengenai ekstra kranial akan dapat

menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala dan pembuluh darah sehingga

terjadi perdarahan. Apabila perdarahan yang terjadi terus-menerus dapat

menyebabkan terganggunya aliran darah sehingga terjadi hipoksia. Akibat

hipoksia ini otak mengalami edema serebri dan peningkatan volume darah di

otak sehingga tekanan intra cranial akan meningkat. Namun bila trauma

mengenai tulang kepala akan menyebabkan fraktur yang dapat menyebabkan

desakan pada otak dan perdarahan pada otak, kondisi ini dapat menyebabkan

cidera intra cranial sehingga dapat meningkatkant ekanan intra kranial,

dampak peningkatan tekanan intra cranial antara lain terjadi kerusakan

jaringan otak bahkan bias terjadi kerusakan susunan syaraf cranial terutama

motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas (Borley&

Grace, 2006).
4

9. Tanda dan Gejala Cidera Otak

Gejala cedera otak ringan dapat berupa sakit kepala; bingung;

penglihatan kabur; rasa berdengung di telinga; pengecapan berubah; lemah;

perubahan pola tidur, perilaku atau emosi; gangguan memori, konsentrasi,

perhatian, maupun proses pikir. Sedangkan pada cedera otak derajat sedang dan

berat gejala tersebut tetap dapat ditemukan, namun sakit kepala yang dirasakan

bertambah berat atau menetap; mual dan muntah berulang; kejang; dilatasi pupil;

kelemahan ekstremitas; agitasi; serta kejang (Naughton et al, 2006).


5

BAB II

PROSES FISIOTERAPI

A. Assesment

1. Keterangan umum penderita

Nama : An. X
Umur : 19 th
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Data data medis rumah sakit

Diagnosis :
Mild Head Injury serta skull base fracture anterior dan panfacial fracture dengan pneumocephalus
pada daerah frontal.

3. Pemeriksaan subyektif

a. Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang

Pasien dibawa ke RS dengan keluhan utama penurunan kesadaran dan luka pada

wajah akibat kecelakaan dengan mekanisme jatuh wajah membentur aspal

terlebih dahulu. Pasien tidak sadarkan diri pada saat kejadian.

4. Physical Assesment

Dari pemeriksaan primary survey, ditemukan tanda-tanda vital dalam batas

normal dengan GCS 14 (E3M5V6). Pemeriksaan secondary survey, klinis ekstraoral

tampak wajah asimetris, oedem dan hematom pada regio orbita bilateral dan frontal

serta terdapat multipel vulnus abrasivum pada regio wajah, perdarahan mulut positif,

pada hidung ditemukan rhinorea positif, serta tidak ditemukan luka lain di anggota

tubuh lainnya.

Dari pemeriksaan klinis intraoral ditemukan vulnus punctum pada daerah labii

inferior dan vulnus laceratum pada daerah palatum, gingiva regio gigi 11-21, labii

superior, dan vestibulum regio gigi 21. Dari pemeriksaan gigi geligi tampak gigi 11

fraktur 1/3 mahkota, gigi 21 avulsi, gigi 31-41 fraktur dentolaveolar dengan goyang
6

°3. Dilakukan pemeriksaan secara manual palpasi ditemukan krepitasi dan mobile

pada daerah mandibula, maksila dan krepitasi frontal.

5. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium darah

dan pemeriksaan foto ronsen dan CT scan daerah wajah. Hasil pemeriksaan foto

ronsen toraks dan servikal dalam batas normal. Hasil pemeriksaan CT scan 3D

memperlihatkan gambaran fraktur pada daerah frontal, zygoma kompleks bilateral,

naso-orbitaethmoid (NOE), segmental maksila dan simfisis mandibula. Pada

gambaran CT scan potongan korona tampak gambaran fraktur sinus frontalis aspek

anterior dan posterior. Selain itu adanya udara yang terperangkap pada aspek

frontalis rongga kranialis yang menekan otak atau yang biasa disebut pneumosefalus.

B. Diagnosis

1. Body Structure & Body Function


Luka pada wajah
Wajah asimetris
Fraktur tulang wajah, rahang
Cidera pada otak
Adanya nyeri pada wajah
Odema pada area orbital
Pendarahan pada mulut
Penurunan fungsi paru
2. Functional Limitation

Terganggunya aktivitas karena adanya nyeri pada wajah maupun kepala

3. Disability/Participation restriction
Belum mampu berkumpul bersama teman temannya
7

C. Planing

Tujuan jangka pendek :


- Mencegah terjadinya kontraktur pada wajah
- Mengurangi nyeri pada wajah dan pusing kepala

Tujuan jangka panjang :


- Tercapainya kenyamanan dalam melakukan ADL dan meningkatkan QOL.

D. Intervansi

Brething Exercise
Exercise pada wajah
Menjaga fisiologis otot

E. Evaluasi

Fisioterapi melakukan evaluasi dari hasil sebelum dan sesudah intervensi dan

mengevalusi keefektifan dari intervensi yang diberikan agar melambatnya laju kelemahan

otot agar tidak memperparah sehingga kualitas hidup pasien lebih baik.

F. Edukasi
Memberikan edukasi pada pasien terutama pada keluarga pasien terkait

penyakitnya dan latihan yng perlu dilakukan di rumah untuk menjaga kondisi otot pasien

agar tidak semakin menurun dan mencegah kontraktur.


8

BAB III
PENUTUP

A. Implikasi Klinis
Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya trauma pada
jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi.
Cidera kepala merupakan trauma yang terjadi pada otak yang disebabkan kekuatan atau
tenaga dari luar yang menimbulkan berkurang atau berubahnya kesedaran, kemampuan
kognitf, kemampuan fisik, perilaku, ataupun kemampuan emosi. Pasien mengalami gejala
seperti kelemahan otot dan kehilangan keseimbangan setelah periode penyakit kritisnya.
Untuk itu fisioterapi dapat berperan dalam membantu mengembalikan kemampuan
fungsional pasien dengan modalitas intervensi berupa terapi latihan
9

DAFTAR PUSTAKA

Amin & hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus Jilid 1.
Yogyakarta: Mediaction
Grace, P.A &Borley, N.R. 2006. At a Glance IlmuBedah. Edisi 3.
PenerjemahAmaliaSafitri, Jakarta :Erlangga.
KemenkesRi. 2013. RisetKesehatanDasar; RISKESDAS. Jakarta:
BalitbangKemenkes RI
Kisner, C dan Colby L. A. 2007. Therapeutic Exercise: Foundations and
Techniques. 5th Ed. Philadelphia: F. A. Davis Company. PP: 2
WHO, 2013. Global Status Report on Road Safety. World Health
Organization. Global Health Observatory (GHO) Data:
http://www.who.int/gho/road_safety/en/ diaksespadatanggal 08
september 2020
Gavrilovic IT, Posner JB. 2005. Brain metastasis: epidemiology and
pathophysiology. Journal of Neuro-Oncology. 75(1):5-14.
HPV and Cancer. 2016. Humans Papillomavirus and Related Diseases
Report Indonesia. InstitutCatalad’Oncologia.
Kemenkes RI. 2016. Kankerotak: PanduanPenatalaksanaan Tumor Otak.
Jakarta: KomitePenanggulanganKankerNasional.
Kisner, C dan Colby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and
Technique, Fifth edition. Philadelphia: F.A. Davies Company.
ReinhardRohkamm, M. 2004. Color ATlas of Neurology. New York: Thieme
Setiawan, 2007. Motor Relearning Programme (MRP) pada Stroke;
DisampaikanpadaPelatihanNasionalDimensiBaruPenatalaksanaanFisi
oterapipadaKasus Stroke SecaraParipurna, Surakarta.
Sumarno, Slamet. 2012. Physical Therapy In Intensive Care Unit,
TemuIlmiahTahunan IFI, Medan 6-8 Juni 2012.

Anda mungkin juga menyukai