Anda di halaman 1dari 70

Oleh:

Dr. Isnaini, S.Si., Apt., M.Si


Setelah mengikuti kuliah topik ini,
mahasiswa mampu memahami obat sebagai
penunjang penatalaksanaan kesehatan,
meliputi batasan obat, kategori obat, derivat
obat, dosis obat, faktor-faktor yang
mempengaruhi dosis obat, cara menghitung
dosis obat, cara pemberian obat, waktu
pemberian obat, dan prinsip-prinsip memilih
cara dan waktu pemberian obat.
 Nama latin
 Acidum acetylsalicylicum
 Acetaminophenum
 Nama Indonesia
 Asam asetisalisilat
 Asetaminofen
 Nama lazim/generik
• Acetosal
• Paracetamol
Aktif Secara
Zat Kimia
Fisiologis

Racun
“Obat : bahan/paduan bahan termasuk
produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
a. Obat baku = bahan obat
b. Obat Jadi : obat dalam bentuk sediaan
Komposisi standar = “preparat standar”.
c. Obat Generik bermerk : nama spt diinginkan pabrik
d. Obat asli : Dari bahan alam diolah secara sederhana
e. Obat baru : mengandung bhn yg belum diketahui
khasiat & keamanannya
f. Obat generik : “Nama obat yang lazim atau umum
(International Non-propietary Name)”.
1. Menurut UU farmasi
2. Menurut Cara Pemberiannya
3. Menurut khasiat / Efek Obat
1. Obat Daftar O (Narkotika)
2. Obat Daftar G (Obat Keras)
3. Obat Daftar W (Bebas Dan Bebas Terbatas)
4. Obat Psikotropik
 Harus dengan resep dokter, lengkap dengan
tanda tangannya
 Tidak boleh diulang, kec resep baru
 Disimpan di lemari khusus terkunci rapat dari
kayu
 Bila lemarinya kecil, maka dipaku ke dinding
 Mempunyai pintu dua
 Definisi
obat yang berkhasiat mengobati, menguatkan,
mendesinfeksikan tubuh manusia, dan lain-
lain, obat berada baik dalam bungkusan
maupun tidak.
 Ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan berupa “Daftar Obat Keras” dengan
pemberian nomor-nomor
 Dijual dalam bungkusan asli
 Pada wadah tercantum tanda peringatan
(tanda P) berwarna hitam tulisan putih,
berukuran 5 x 2 cm & berisi:
Mempengaruhi SSP:
 Istilah-istilah lain yang digunakan adalah
psikomimetik, psikotogenik
 Suatu bahan halusinogen dapat memberikan
halusinasi
 Termasuk halusinogen:
LSD atau LSD – 25 , DMT, DMNP, THC, STP, DOM,
Mescaline, Psilocine, Psilocybin, Semua isomer dari
3-methyl-2-phenylmorpholine
 Perangsang SSP: Amfetamin, Deksamfetamin,
Metamfetamin, Metilfenidat, Pipradrol

 Penekan SSP:
* Barbiturat dan semua derivat serta
garamnya
* Hipnotika : antara lain Metilprilon,
Metakualon, Etinamat
Obat Dalam

Obat Luar
Berdasarkan kelas terapi
(tercantum di DOEN)
1. Tempat Kerja Dalam Tubuh
2. Aktivitas Terapeutik atau penerapannya
3. Mekanisme Kerja Farmakologi
4. Sumber asal
5. Sifat obat
 Obat yang bekerja pada susunan
saraf pusat
 Obat yang bekerja pada jantung

 Obat yang bekerja pada ginjal

 Dan lain-lain
 Analgesik
 Antipiretik

 Antiinflamasi

 Antibiotik

 Dan lain-lain
 - Depresi susunan saraf pusat
 - Perangsang susunan saraf pusat
 - Anti histamin
 - Beta bloker
 - Dan lain-lain
Alami
Buatan
Asam
Basa
Garam
 Tempat kerjanya
 Aktivitasnya
 Mekanismenya
 Sifatnya
 Dosis
Asam Garam/senyawa kompleks
Asetosal Magnesium trisilikat

Basa Ester
amfetamin Kloramfenikol palmitat
Garam Kristal mengandung air
Papaverin HCl Ampicillin trihidrat
Isotop Radioaktif
Iodine 131
 berasal dari senyawa yang sama
 Rumus kimia yang berbeda
 Umumnya mempunyai khasiat yang
sama.
 “manipulasi molekuler” efek
sama, lebih poten, efek samping
berkurang atau efeknya berbeda
 Efek sama amoksisilin & ampisilin
Keduanya merupakan aminopenicillin, beda
pada gugus OH pada cincin fenil
 Lebih poten golongan Penisilin
 Efek samping berkurang Na salisilat & asetosal
 Efek berbeda asam salisilat & asetosal
DOSIS LAZIM
DOSIS TERAPEUTIK
Sejumlah obat (berat/volume/unit)
yang memberikan efek terapeutik
Dosis toksis
Dosis letal
Dosis awal atau dosis permulaan
(loading dose atau initial dose)
Dosis pemeliharaan
(dosis maintenance)
Dosis regimen
Dosis maksimum
 Berguna mencapai Css
 Dosis lebih besar dari dosis
maintenance
 Setelah LD dilanjutkan dengan
maintenance dose
 Faktor Obat
 Cara Pemberian
 Faktor Pemberian
 Indikasi Dan Patologi Penyakit
1. Sifat fisika
- Daya larut dalam air/lemak
- Bentuk kristal/amorf

2. SIFAT KIMIA
asam, basa, garam, ester, pH, pKa

3. TOKSISITAS
oral >> parenteral
Ras Umur Jenis Kelamin

Berat Badan Toleransi Sensitivitas

Keadaan Patofisiologis
barbiturat untuk sedasi
berbeda dengan
hipnosis.
Individual
Minimal
a. Dosis obat untuk anak
1. Prematur
2. Neonatus ( 0-1 bulan )
3. Infant ( sd. 1 tahun )
4. Balita ( 1-5 tahun )
5. Anak ( 6 - 12 tahun )
Bagaimana Dosis anak?

Anak Bukan Miniatur Dewasa

 ORGAN (HEPAR, GINJAL & SSP) BELUM


BERFUNGSI SECARA SEMPURNA
 DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH BERBEDA
* NEONATUS : > 29,7% DARI DEWASA
* BAYI 6 BULAN : > 20,7% DARI DEWASA
ADME
Perbandingan dengan dosis dewasa
1. Berdasarkan Umur
2. Berat Badan
3. Luas Permukaan Tubuh
Rumus “YOUNG”
n
Da = Dd (mg)
n + 12
Rumus “DILLING”
n
Da = Dd (mg )
20

Da : dosis anak
Dd : dosis dewasa
n : umur anak
Berat badan dewasa : 70 kg
Rumus “CLARK”
BBa
Da = x Dd (mg)
70
Luas permukaan tubuh (LPT)

Orang dewasa : 1,73 m2


Rumus “CRAWFORD-TERRY ROURKE”

LPTa
Da = x Dd (mg )
1,73
DIDASARKAN ATAS
UKURAN FISIK ANAK
SECARA INDIVIDUAL:
sesuai BB anak (kg )
sesuai LPT anak (m2 )
Kelemahan perhitungan dosis anak bila dibandingkan dengan
dewasa:
 Umur
TIDAK TEPAT karena ADA VARIASI berat badan & LPT yang
berarti
 Berat badan
TIDAK UNTUK SEMUA OBAT:
Narkotika pada anak lebih kecil
Atropin, belladona, fenobarbital pada anak lebih besar
 LPT
Tidak praktis, karena:
* Sulitnya menghitung LPT secara akurat
* UNTUK KASUS GAWAT yang perlu penanganan segera.
Tujuan Terapi

Cara
Pemberian

Sifat Obat Kondisi Pasien


Aman

Obat
Oral

Ekonomis Menyenangkan
Fisiologi GIT & hepar

Sifat Obat

Bioavailabilitas

Bentuk Sediaan

Kepatuhan Penderita
Tidak/sedikit
diabsorpsi Rusak/inaktif di Menyebabkan
melalui membran lambung muntah
mukosa

Kondisi pasien
Respon/efek muntah, tidak
cepat atau teratur sadar, gangguan
mental/jiwa
Problem Parenteral
Tidak ekonomis Aseptis/steril/
Pirogenisitas
Keamanan

Perlu “Storage
Mahal
Bantuan life”
Bentuk
Melalui
Sediaan
Mulut Cair

Hidung Padat
Problem
Alat khusus
Efek

Lokal Dosis Sukar diatur

Sistemik Iritasi

Sifat Obat
Mulut • Sublingual
(Lokal & • Bukal
sistemik) • Hisap

Mata • Konjungtiva
(Lokal) • Kornea
Hidung • Uap
(Lokal) • Cairan tetes & semprot

Telinga • Tetes
(Lokal) • Cairan pencuci

Vagina • Antiinfeksi
(Lokal) • Spermisidal
• Lokal
Efek • Sistemik

• Cepat karena tidak mengalami first pass metabolism


Onset

• Penderita yang tidak sadar, muntah


Untuk • Tidak dapat menelan
•Tercampus dengan feces
•Absorpsi tidak sempurna
Absorpsi tidak
menentu •Luas permukaan terbatas

•Sulit memberikannya
Kepatuhan •Rasa yang tidak nyaman
penderita

•Spasmolitik
•Hipnotik
Tidak bisa
semua obat •antiinflamasi
• Lokal (antiinfeksi)
Efek • Sistemik (antiangina)

• Sifat obat
Problem • Kondisi kulit
• Bentuk sediaan
Obat

Bentuk Cara
Frekuensi
Sediaan Pemberian

Kondisi
Penderita
1. Perlu ditulis dalam resep
Absorpsi yang paling baik terjadi pada saat lambung
kosong, kecuali:
 Obat yg mengiritasi lambung
 Obat yg bekerja untuk mencerna makan
 Obat yg absorpsi meningkat krn makanan

Obat yang perlu perhatian pemberiannya:


 Furosemid
 Diazepam
2. Remember!!!!
 Mencapai efek optimal

 Efek samping minimal

3. Contoh waktu pemberian


 a.c. d.c. p.c.
 m v
 a.n. h.s.
 Penyakit:
>> Indikasi
>> Perjalanan
Akut
Kronis
Tujuan terapi
>>Kausatif
>>Simptomatik
Obat yang diberikan
1. Slide no. 27
2. Cari contoh obat-obat berdasarkan struktur
kimianya
3. Cari 5 contoh obat-obatan yang tidak
diberikan secara oral dan sebutkan alasannya
Tugas dikumpulkan di google class room dengan

Kode kelas fkvkyrw

Anda mungkin juga menyukai