Buku penuntun ini merupakan penuntun untuk kegiatan praktikum penunjang materi
Blok Pengelolaan Masalah Kesehatan. Pada buku ini disampaikan beberapa materi terkait
infeksi yang umum terjadi di masyarakat, maupun infeksi khusus dilingkungan rumah sakit
(infeksi Nosokomial). Buku ini dibuat dalam upaya memberikan petunjuk tentang urutan
langkah-langkah yang seharusnya dilakukan dalam pemeriksaan sampel-sampel yang berasl dari
lingkungan antara lain pemeriksaan bakteri kontaminan udara, pemeriksaan bakteriologi air
dan pemeriksaan bakteri pada pangan/ makanan.
Diharapkan dengan adanya penuntun praktikum ini, para mahasiswa kedokteran dapat
menguasai penanganan bakteri kontaminan lingkungan baik di lingkungan masyarakat maupun
di lingkungan rumah sakit, serta juga dapat melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai
prosedur, dan mamahami pembacaan hasil pemeriksaannya. Disadari bahwa buku penuntun
praktikum ini masih jauh dari sempurna dan lengkap, tetapi diharapkan buku penuntun ini
sudah dapat memberi bantuan seperlunya bagi para mahasiswa sebagai pelengkap dalam
kegiatan pembelajaran pada cabang ilmu kesehatan masyarakat.
Doc.Inos@Lia YBA
I. INFEKSI NOSOKOMIAL
Doc.Inos@Lia YBA
Faktor – faktor lain yang juga berperan memberi peluang timbulnya infeksi Nosokomial,
adalah:
a. Faktor – faktor yang ada dari diri penderita (instrinsic factors) seperti umur, jenis kelamin,
perawatan, serta padatnya penderita dalam satu ruangan.
b. Faktor mikroba patogen seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan
merusak jaringan, lamanya pemaparan (length of exposure) antara sumber penularan
(reservoir) dengan penderita.
Faktor Extrinsik:
1. Lamanya hari
perawatan Penyakit dasar
2. Menurunnya
standar INFEKSI
Faktor Intrinsik: NOSOKOMIAL
perawatan 1. Umur, jenis kelamin
3. padatnya 2. Kondisi umum
penderita 3. Risiko terapi
4. Adanya penyakit lain
1. Kemampuan invasi/merusak
jaringan
2. Lamanya pemaparan
Gambar 1.1. Faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi nosokomial.
Doc.Inos@Lia YBA
sehingga menimbulkan gejala dan keluhan gastrointestinal, baik ringan maupun
berat.
d) Water-borne, kemungkinan terjadinya penularan/penyebaran penyakit infeksi
melalui air kecil sekali., meningat tersedianya air bersih di rumah sakit sudah melalui
uji baku mutu.
e) Air-borne, peluang terjadinya infeksi silang melalui media perantara ini cukup tinggi
karena ruangan/bangsal yang relatif tertutup, secara teknis kurang baik ventilasi dan
pencahayaannya. Kondisi ini dapat menjadi lebih buruk dengan jumlah penderita
yang cukup banyak.
b. Tahap II
Adanya invasi mikroba ke jaringan/organ pejamu (penderita) dengan cara mencari akses
masuk untuk masing – masing penyakit (port d’entrée) seperti adanya kerusakan/lesi kulit
atau mukosa dari rongga hidung, rongga mulut, orificium urethrae, dan lain – lain.
1. Mikroba patogen masuk ke jaringan/organ melalui lesi kulit. Misalnya pada waktu
melakukan insisi bedah atau jarum suntik, yang dapat terpapar oleh virus Hepatitis B
(VHB).
2. Mikroba patogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran urogenital karena
tindakan invasif, seperti:
a) tindakan kateterisasi, sistoskopi;
b) pemeriksaan dan tindakan ginekologi (curettage);
c) pertolongan persalinan per vaginam patologis, baik dengan bantuan instrumen
medis, maupun tanpa bantuan instrumen medis.
3. Dengan cara inhalasi, mikroba patogen masuk melalui rongga hidung melalui saluran
napas. Partikel infeksiosa yang menular berada di udara dalam bentuk aerosol.
Penularan langsung dapat terjadi melalui percikan ludah (droplet nuclei) apabila
terdapat individu yang mengalami infeksi saluran napas melakukan ekshalasi paksa
seperti batuk atau bersin. Dari penularan tidak langsung juga dapat terjadi apabila udara
dalam ruangan terkontaminasi.
Lama kontak terpapar (time of exposure) antara sumber penularan dan penderita akan
meningkatkan risiko penularan. Contoh: virus influenza dan M.tuberculosis.
4. Dengan cara ingesti, yaitu melalui mulut masuk ke dalam saluran cerna. Terjadi pada
saat makan dan minum dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Contoh:
Salmonella, Shigella, Vibrio, dan sebagainya.
c. Tahap III
Setelah memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakukan invasi dan mencari
jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan multiplikasi/berkembang biak disertai
dengan tindakan dekstruktif terhadap jaringan, walaupun ada upaya perlawanan dari
pejamu. Sehingga terjadilah reaksi infeksi yang mengakibatkan perubahan morfologis dan
gangguan fisiologis/fungsi jaringan.
Reaksi infeksi yang terjadi pada pejamu disebabkan oleh adanya sifat – sifat spesifik
mikroba pathogen:
a. Infeksivitas
Kemampuan mikroba patogen untuk berinvasi yang merupakan langkah awal melakukan
serangan ke pejamu melalui akses masuk yang tepat dan selanjutnya mencari jaringan yang
cocok untuk melakukan multiplikasi.
b. Virulensi
Langkah mikroba patogen berikutnya adalah melakukan tindakan destruktif terhadap
jaringan dengan menggunakan enzim perusaknya. Besar-kecilnya kerusakan jaringan atau
cepat-lambatnya kerusakan jaringan ditentukan oleh potensi virulensi mikroba patogen.
c. Antigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif, mikroba patogen juga memiliki kemampuan
merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pejamu melalui terbentuknya
antibodi. Terbentuknya antibod ini akan sangat berpengaruh terhadap reaksi infeksi
selanjutnya.
d. Toksigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif melalui enzim perusaknya, beberapa jenis mikroba
patogen dapat menghasilkan toksin yang sangat berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.
e. Patogenitas
Sifat – sifat infeksivitas, virulensi, serta toksigenitas mikroba patogen pada satu sisi, dan sifat
antigenitas mikroba patogen pada sisi yang lain, menghasilkan gabungan sifat yang disebut
patogenitas. Jadi sifat patogenitas mikroba patogen dapat dinilai sebagai ‘derajat
Doc.Inos@Lia YBA
keganasan” mikroba patogen atau respons pejamu terhadap masuknya kuman ke tubuh
pejamu.
Mikroba patogen yang telah bersarang pada jaringan/organ yang sakit akan terus
berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi organ semakin meluas. Demikian
seterusnya, di mana pada suatu kesempatan, mikroba patogen keluar dari tubuh pejamu
(penderita) dan mencari pejamu baru dengan cara menumpang produk proses metabolisme
tubuh atau produk proses penyakit dari pejamu yang sakit.
Tabel 1. Contoh Jenis spesimen dengan Biakan Positif dari Penderita dengan
Dugaan Infeksi Nosokomial pada Tahun 2000
Sumber: Konsensus FKUI tentang Peta Bakteri dan Pilihan Antimikroba 2002.
Tabel 2. Contoh Distribusi Kuman Menurut Spesimen dari Penderita dengan Dugaan
Infeksi Nosokomial pada Tahun 2000.
Jenis Kuman Darah Pus Urine Lain - lain Jumlah
Acinetobacter calcoaceticus 1 0 0 2 3
Escherichia coli 21 13 17 7 58
Enterobacter aerogenes 21 10 14 29 74
Klebsiella sp. 1 1 2 7 11
Proteus mirabilis 1 2 3 0 6
Proteus morganii 0 1 0 0 1
Proteus vulgaris 0 1 1 1 3
Pseudomonas sp. 37 13 11 86 147
Ragi 1 0 0 1 2
Staphilococcus epidermidis 37 1 1 9 48
Staphilococcus aereus 0 2 0 6 8
Streptococcus haemolyticus 3 0 1 0 4
Streptococcus anhaemolyticus 3 0 0 1 4
Jumlah: 126 44 50 149 369
Sumber: Konsensus FKUI tentang Peta Kuman dan Pilihan Antimikroba, 2002
Sumber mikroba patogen berikutnya adalah dari hasil berbagai kegiatan rumah sakit, baik
yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pelayanan medis. Semua
kegiatan pelayanan medis di rumah sakit akan menghasilkan produk samping berupa sampah
dan limbah yang dapat diindikasikan sebagai reservoir.
Sampah adalah semua barang/benda atau sisa barang/benda yang sudah tidak berguna
dan terbuang dari kegiatan sehari – hari. Sampah merupakan produk buangan yang umumnya
berbentuk benda padat, dengan komposisi bahan organik dan anorganik. Sampah yang
terkumpul dapat menumpuk dan membusuk sehingga sangat menganggu kesehatan,
lingkungan, serta mempengaruhi mutu estetika.
Limbah adalah produk akhir berupa material buangan dari sebuah proses pencucian,
dekontaminasi atau proses metabolisme tubuh, yang dapat berbentuk cairan atau setengah
padat. Sampah dan limbah rumah sakit atau unit pelayanan medis dapat dikelompokkan sebagai
berikut.
1. Sampah rumah sakit
Sampah rumah sakit dapat dibedakan menjadi sampah domestik dan sampah medis.
a. Sampah domestik
Sampah hasil kegiatan kerumahtanggaan (house keeping) rumah sakit seperti dari
kantor/TU, dapur, taman, gudang, rekam medis, dan sebagainya.
Contoh: kertas, plastik, kaleng, sayur/buah yang terbuang, daun, ranting, dan lain – lain.
Doc.Inos@Lia YBA
b. Sampah medis
Sampah sarana medis habis pakai dan terbuang yang telah digunakan sebagai alat bantu
dalam upaya diagnosis dan pengobatan melalui prosedur dan tindakan medis atau
perawatan pada penderita.
Contoh: verban, kassa, plester, syringe/jarum suntik, set infus/botol infus, kantong
darah, sarung tangan dan sebagainya.
Sampah medis merupakan benda/barang infeksius yang harus dikeloka dengan baik
dimulai pada saat pengumpulan, pengangkutan, sampai proses pemusnahan, sehingga
penyebaran mikroba patogen dapat dicegah. Tempat asal sampah medis adalah semua
unit pelayanan medis yang ada.
Limbah medis lebih infeksius daripada sampah medis, sehingga penanganannya harus lebih
hati-hati khususnya pada limbah patologi medis yang memerlukan perlakuan khusus.
Doc.Inos@Lia YBA
2. Operasi bersih terkontaminasi:
Operasi seperti pada keadaan di atas dengan daerah – daerah yang terlibat
pembedahann seperti saluran napas, saluran kemih, atau pemasangan drain.
Contoh: prostatektomi, apendiktomi tanpa radang berat, kolesistektomi elektif.
Kemungkinan terjadinya infeksi; 5-15%
3. Operasi terkontaminasi
Operasi yang dikerjakan dengan catatan:
- daerah dengan luka yang telah terjadi 6-10 jam dengan atau tanpa benda asing;
- tidak adan tanda – tanda namun kontaminasi jelas karena saluran napas, cerna, atau
kemih dibuka;
- tindakan darurat yang mengabaikan prosedur aseptik-antiseptik.
Contoh: operasi usus besar, operasi kulit (luka kulit akibat rudapaksa).
Kemungkinan terjadinya infeksi: 16-25%.
4. Operasi kotor. Operasi yang melibatkan:
- daerah dengan luka terbuka yang telah terjadi lebih dari 10 jam;
- luka dengan tanda – tanda klinis infeksi;
- luka perforasi organ visera.
Contoh: luka rudapaksa yang lama, perforasi usus.
Kemungkinan terjadinya infeksi: 40-70%.
Operasi terkontaminasi dan operasi kotor adalah operasi – operasi yang dikerjakan
karena tindakan darurat. Setelah tindakan pembedahan selesai, dilanjutkan dengan penilaian
(observasi dan evaluasi) terhadap luka pascabedah (luka operasi) dengan dua kemungkinan:
- tidak terjadi infeksi, yang artinya sembuh perpriman;
- terjadi infeksi, dengan tanda – tanda lokal berupa keluarnya cairan serosanguinolen,
yang kemudian diikuti dengan keluarnya eksudat (pus), disertai rasa nyeri dan edema
(infeksi luka operasi).
Luka operasi ini merupakan salah satu penyebab terjadinya dehisensi (luka yang dijahit
terbuka kembali) dan hal ini akan menimbulkan masalah tersendiri. Infeksi luka operasi dapat
terjadi untuk semua proses pembedahan seperti bedah umum, bedah ortopedi, bedah obstetri
ginekologi, dan lain – lain. Kontaminasi luka pascabedah jarang terjadi. Kebanyakan kontaminasi
operasi terjadi saat proses pembedahan berlangsung. Dalam hal ini ada sejumlah faktor
pendukung antara lain:
1. faktor tingkat kontaminasi yang terkait dengan jenis operasi;
2. faktor waktu, makin lama proses pembedahan berlangsung, peluang terjadinya infeksi
makin besar;
3. faktor penderita, yaitu adanya faktor predisposisi yang dimiliki penderita;
4. faktor persiapan dan kesiapan pelaksanaan operasi;
5. faktor teknis operasi yang dilakukan oleh tim operasi;
6. faktor lokasi luka operasi:
- adanya suplai darah yang buruk ke daerah operasi;
- pencukuran rambut daerah operasi (cara dan waktu pencukuran);
- lokasi luka operasi yang mudah tercemar (dekat perineum);
- devitalisasi jaringan;
- benda asing.
Doc.Inos@Lia YBA
Sebagai penyebab adalah bakteri garam negatif terutama pseudomonas sp. dan kelompok
Enterobacter dengan manifestasi klinisnya adalah nyeri suprasimfiser, nyeri pinggang,
disuria, serta urine yang keruh (piuria).
Pada penderita yang sudah terinfeksi saluran kemih pada waktu masuk rumah sakit,
maka baru dianggap infeksi Nosokomial bila ditemukan bakteri penyebab yag berbeda
dengan bakteri penyebab yang ditemukan pada waktu penderita masuk rumah sakit.
Memerhatikan besarnya kemungkinan terjadinya infeksi Nosokomial setelah tindakan
kateterisasi, maka perlu adanya upaya pencegahan adanya infeksi dengan memerhatikan
hal - hal seperti di bawah ini.
1. Pemasangan kateter dengan memerhatikan syarat dasar aseptik.
2. Kateter menetap sedapat mungkin tidak dipakai dan hanya digunakan atas dasar
indikasi yang tegas.
3. Aliran urine dalam kateter harus bersifat bebas hambatan dan turun.
4. Bila kateter harus terpasang lama, maka diupayakan penggantian kateter setiap 2-3 hari.
5. Setiap akan melakukan tindakan kateterisasi, urine harus dibiakkan (identifikasi) terlebih
dahulu.
6. Berikan antibiotik sebelum kateter dicabut untuk kasus asimptomatik yang disertai
bakteri dalam urine yang menunjukkan kolonisasi.
c. Febris Puerperalis
Febris puerperalis atau demam nifas merupakan infeksi yang muncul pascapersalinan
pervaginam. Tidak semua persalinan pervaginam berjalan spontan. Diperkirakan 7-8% akan
mengalami kesulitan atau distosia (patologis) yang terjadi karena tidak proporsionalnya
perpaduan antara tenaga dorong/his dari uterus (power), janin yang harus terdorong keluar
(passenger), serta jalan lahir (passage) saat persalian berjalan.
Untuk menyelesaikan persalinan distosia ini diperlukan adanya tindakan invasif yang
sering kali membutuhkan instrumen medis. Risiko adanya tindakan invasif ini adalah
terjadinya trauma jalan lahir serta trauma pada janin. Trauma jalan lahir yang terjadi berupa
laserasi, robekan, serta perdarahan yang dapat menimbulkan infeksi. Tindakan medis
obstetri tersebut antara lain ekstraksi vakum; ekstraksi forsep, versi, dan ekstraksi; serta
embriotomi (lihat kembali Bab 16). Terjadinya infkesi karena mikroba patogen terutama
berasal dari flora normal vagina dan kulit di sekitar perineum, serta instrumen.medis dan
operator.
Beberapa penelitian menyebutkan bakteri penyebab infeksi yaitu Staphylococcus
haemolyticus, Streptococcus aureus, Escherichia coli. Proses invasi mikroba patogen ini
dibantu secara aktif oleh adanya tindakan medis obstetrik, yang dilakukan secara
manipulatif atau eksploratif dan berlangsung cukup lama, serta dalam kondisi membuka
introitus vulva lebar – lebar. Sebagai catatan bila invasi mikroba patogen benar – benar
terjadi di rumah sakit, maka penderita sebelum masuk rumah sakit belum menjalani
tindakan medis invasif obstetris diagnostik.
Infeksi yang terjadi pada jaringan yang terluka tidak terlokalisasi, sehingga menyebar ke
jaringan – jaringan di sekitarnya. Terjadilah infeksi seperti parametritis, endometritis,
adneksitis, bahkan dapat melebar lebih luas dan terjadi pelveoperitonitis.
Manifestasi klinis muncul pada hari ke-2 sampai ke-10 setelah tindakan ditandai dengan
demam tinggi paling sedikit dua hari, serta nyeri pada palpasi bimanual dan kemungkinan
keluarnya lochea berbau.
Karena besarnya risiko yang terjadi terhadap si ibu, maka perlu adanya antenatal care yang
baik.
Doc.Inos@Lia YBA
yang berjalan secara lambat (sub-akut) dengan manifestasi yang muncul beberapa hari
kemudian.
Pada umumnya diagnosis infeksi saluran pencernaan sudah dapat ditegakkan dengan
memerhatikan gejala klinis, hitungan waktu saat mengkonsumsi makanan/minuman sampai
dengan munculnya gejala klinik, serta pemeriksaan mikroskopis atas feses penderita seperti
adanya darah, lender, serta konsistensi feses lembek.
Sebagai pedoman waktu untuk memperkirakan kemungkinan penyebabnya adalah
sebagai berikut:
1. bila < 1 jam, maka sebagai penyebabnya adalah bahan kimia;
2. bila antara 3-4 jam, maka kontaminasi oleh Staphylococcus aureus;
3. bila > 8 jam, maka kontaminasi oleh bakteri enterik.
Gejala dan tanda yang sudah diketahui di atas dapat diperkuat dengan pemeriksaan
lanjutan, yaitu pemeriksaan mikroskopis feses serta biakan mikroba patogen. Perhatian
lebih besar tentunya bila sindrom gastroenteritis ini meyerang neonatus atau balita. Karena
faktor kerentanannya, gejala dan tanda dari infeksi saluran cerna tampak lebih berat.
Seperti diketahui makanan atau minuman adalah media yang baik untuk pertumbuhan
mikroba patogen sekaligus sebagai media perantara (food-borne) masukknya mikroba
patogen ke penderita.
Dengan demikian sindrom gastroenteritis nosokomial mudah didiagnosis. Penting untuk
dicatat adalah tidak termasuk sebagai sindrom gastroenteristis nosokomial apabila
manifestasi klinis yang muncul sebagai akibat keracunan oleh bahan kimia.
Doc.Inos@Lia YBA
kanker hati. Oleh karena itu perlu kewaspadaan pencegahan setiap saat ada prosedur dan
tindakan medis.
Doc.Inos@Lia YBA
II. Mikrobiologi Lingkungan
Diantara semua organisme hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem biosfer planet
bumi, maka mikroorganisme merupakan organisme hidup yang jumlahnya paling banyak dan
memiliki kemampuan paling tinggi untuk menyebabkan terjadinya perubahan, baik yang
berperan positif maupun yang berdampak negatf karena menimbulkan suatu infeksi/ penyakit
pada manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Mikroorganisme dalam lingkungannya jarang terdapat sebagai biakan murni. Berbagai
specimen pada air, udara, lingkungan lainnya banyak mengandung bermacam-macam jenis
mikoorganisme seperti, jamur, ragi, bakteri, protozoa dan juga virus. Untuk itu konsep kultur
murni diperlukan untuk penelaahan mikroba yang mempunyai peran positif maupun yang
berdampak negatif.
Aspek mikrobiologi lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya suatu
penyakit infeksi pada manusia dalam kehidupannya di masyarakat antara lain mikrobiologi
udara, mikrobiologi air dan mikrobiologi pangan.
Udara selain memiliki unsur kimia (Nitogen, Oksigen, Argon, CO2, Neon, Halium, Metan,
Kripton, N-Oksida, Hidrogen, dan Xenon) juga mempunyai unsur mikroorganisme.
Mikroorganisme yang ada di udara dianggap sebagai kontaminan. Jumlah dan biotipenya
ditentukan oleh jenis pencemaran lingkungan, yang ditemukan dalam bentuk vegetatif atau
spora, terdiri dari kelompok : (1) Bakteri : basillus, Staphylokokus, Streptokokus, Pseudomonas,
sarcina dll. (2) Jamur: Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, Tricoderma. (3). Khamir/ragi :
Candida, Sacharomyces, Paecylomyces. ( 4). Mikroalgae .
Mikroorganisme/ Jasad renik patogen terdapat di udara bersama-sama, 2 jenis partikel,
yaitu (a) residu tetesan dahak yang telah diuapkan (inti tetesan), dan (b) partikel debu,
mempunyai bobot dan ukuran yang jauh lebih besar. Kedua jenis partikel ini sangat berlainan
sumbernya dan kebiasaannya mengendap, sehingga perlu diketahui cara-cara sesuai untuk
menilai dan mengendalikannya. Daya tahanmikroorganisme di udara akan berkurang,
tergantung kondisi lingkungan seperti pemaparan sinar matahari dan polusi udara.
Penularan kontaminan udara dapat melalui percikan atau partikel.
a. Penularan melalui percikan. Kontak pada selaput lender hidung mulut atau mata dengan
partikal infeksi ukuran >5um, dikeluarkan melalui batuk, bersin, bicara atau tindakan seperti
bronkoskopi atau pengisapan. Penularan dengan percikan melalui kontak tertutup antara
sumber dab seseorang ysng sensitif karena penularan melalui udara dan penyebaran
dengan jarak dekat 1 meter atau kurang .
b. Penularan melalui udara, transfer partikel < 5 um melalui udara baik sebagai percikan
maupun debu yang mengandung mikroorganisme dan dapat dikeluarkan melalui
batuk,bersin.bicara, atau sewaktu tindakan seperti bronkoskopi atau pengisapan, dapat
berada di udara berberapa jam dan menyebar di dalam kamar. Secara khusus sirkulasi udara
dan ventilasi dibutuhkan untuk kewaspadaan penyebaran melalui udara .
Doc.Inos@Lia YBA
Sifat-sifat pengendalian Infeksi di Udara:
Kriteria Sifat Inti tetesan Partikel Debu
Sumber partikel di udara Penguapan tetesan yang Pergerakan yang menyebabkan
dikeluarkan dikeluarkan dari terlepasnya partikel dari kulit dan
saluran penafasan karena bersin, pakaian; aliran udara yang dapat
batuk dan bebicara. (dalam menerbangkan debu yang telah
urutan efektivitas yang makin mengendap sebelumnya
menurun)
Jasad renik tiap partikel Jarang lebih dari satu Biasanya banyak
6
5
4
3
2
1
0
10 20 30 40 50 60
menit
- Biasanya kurva pertumbuhan menurun secara tajam, menunjukkan adanya suatu fraksi
yang lebih resisten.
- Angka kematian jasad renik dipengaruhi oleh kelembaban, suhu udara, dan spesies jasad
renik.
Doc.Inos@Lia YBA
- Jasad renik yang biasanya terdapat di udara, misalnya Mycobacterium tuberculosis lebih
tahan terhadap keadaan daripada jasad renik yang biasanya terdapat dalam air (misalnya
Escherichia coli).
C=KIS
K = suatu konstan yang mewakili angka kontrak efektif.
K=Si/V
Untuk dapat menimbulkan suatu epidemi, C/I harus melebihi 1, makin besar perbandingan
C/I, makin berat epideminya. Persamaan (1) dapat disusun kembali sebagai persamaan (2)
berikut ini :
C/I = K S
Maka suatu epidemi sebanding langsung dengan :
K = angka kontak efektif dan S = jumlah yang peka.
Misalnya pada suatu epidemi campak yang terjadi di Sekolah dimana kontak terjadi
hanya dalam suatu ruangan kelas yang tertentu, K diperkirakan dengan persamaan (1) sebagai
0,1. Karena S dan V diketahui, i dapat dihitung dari persamaan (2) ; ternyata 270.
Dengan demikian, tiap penyebab infeksi melepaskan virus campak secukupnya untuk
menimbulkan infeksi pada 270 orang. Ini merupakan satu dosis penyebab infeksi untuk tiap
3000 kaki kubik udara, yang merupakan jumlah udara yang dihirup oleh 10 anak selama masa
pengukuran.
Dengan demikian, dalam keadaan itu, satu dari 10 anak dapat terkena infeksi. Namun,
karena penyebaran partikel dalam udara terjadi secara ”random”, ada kemungkinan satu dakam
3 dalam keadaan demikian bahwa tidak ada anak yang terkena infeksi, sehingga faktor
kebetulan memegang peranan penting dalam menentukan apakah suatu epidemi akan timbul).
2. Alergi
Berupa ”Famer lung” (paru-paru petani), suatu bentuk alveolitis alergis yang
disebabkan oleh aktomicetes termofilik yang tumbuh pada rumput kering yang berjamur
atau kontaminan masuk ketika panen gandum
Doc.Inos@Lia YBA
Di laboratorium atau di rumah sakit, kontaminan udara dapat dicegah secara fisik
(penggunaan sinar UV atau penyaringan udara) dan secara kimia, dengan penggunaan
desinfektan. Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam “air borne disease”: difteri,
Streptokokus, TBC, pneumonia, meningitis, penyakit oleh virus dan mikosis. Untuk teknik
pengambilan sampel pemeriksaan kontaminan uadara dapat digunakan (1) piranti benturan
padat/cair (solid liquid impingement device), dan metode open plate.
Kewaspadaan Percikan
Kewaspadaan ini mengurangi risiko penularan nosokomial patogen melalui butir-butir
percikan dengan ukuran < 5 µm (misalnya H. Influenzae, N. meningitis, flu, campak dan cacar
air). Kondisi lain misalnya difteri, pertusis (batuk rejan), pneumonia dan faringitis (demam pada
nayi atau anak-anak).
Kewaspadaan penderita merupakan kewaspaaan lebih sederhana dari pada
kewaspadaan melalui udara karena sisa partikel berada di udara dalam waktu yang singkat. Oleh
karena itu kontak dengan sumber harus tertutup untuk pejamu yang rentan terkena infeksi.
Kewaspadaan Kontak
Kewaspadaan ini mengurangi resiko penularan organisme dari pasien terinfeksi atau terkoloni
baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini merupakan indikasi bagi pasien terinfeksi ataupun
teroloni dengan masuknya patogen (Hepatitis A atau virus echo), herpes simpleks dan virus
demam berdrah dan bakteri yang resisten terhadap bberapa obat (antibiotik). Cacar air
disebarkan melalui udara dan kontak pada berbagai stadium penyakit. Penularan virus, salah
satu penyebabarannya secara kontak langsung di antara anak-anak. Sebagai tambahan
kewaspdaan kontak harus diimplementasikan pada pasien dengan infeksi basah atau memakai
drain (abses, herpes, zoster, impetigo, konjungtivitis,scabies, dan luka basah .
Doc.Inos@Lia YBA
Tabel 2.3. Penggunaan Kewaspadaan Empiris berdasar Penularan (tanda dan gejala)
Melalui Udara Melalui Percikan Kontak
Batuk, demam, ISPA Batuk berat, persisten Diare akut pada pasien
Batuk, demam pada pasien Meningitis, (demam, kaku inkontinensia
dengan infeksi HIV atau risiko kuduk) Diare pada pasien dewasa
HIV dengan riwayat penggunan
Ruam (vesikula, atau pstula) Demam berdarah antibiotic
Bronchitis dan croup pada bayi
Ruam umum tanpa diketahui dan anak
penyebabnya Riwayat infeksi dengan
organismE multi resisten
(kecuali Tbc)
Abses atau luka drain yang
tidak tercakup
Tabel 2.4. Gejala-gejala atau Kondisi yang Perlu ipertimbangkan pada Penggunaan Empiris
Kewaspadaan Berdasar Penularan
Gejala Klinis atau Kondisiа Patogen Potensialb Kewaspadaan Empiris
Diare
c
Diare akut pada pasien inkontinensia Enterik patogen Kontak
Diare pada orang dewasa dengan Clostridium deficille Kontak
riwayat penggunaan antibiotic
Infeksi pernapasan
Batuk/demam/ISPA dengan HIV atau Mikrobakteri TB Udara
pada pasien risiko rendah HIV
Batuk/demam/ISPA dengan HIV atau Mikrobakteri TB Percikan
pada pasien risiko tinggi HIV
Batuk proksimal atau batuk persisten Bordetella pertusis Kontak
selama periode pertusis aktif
Infeksi pernapasan, termasuk Sinsitial pernapasan atau virus
bronchitis dan croup pada bayi dan parainfluenza
anak
Kontak
d
Risiko pada mikroorganisme resisten Bakteri resisten
pada beberapa obat
d
Riwayat infeki atau kolonisasi dengan Bakteri resisten Kontak
organism yang resisten pada beberapa
d
obat.
Infeksi kulit, luka, dan infeks saluran Stafilokokus aureus Kontak
pada pasien setelah masuk rumah sakit Streptokokus grup A
atau fasilitas perawatan di mana
organism resisten pada beberapa obat.
Infeksi kulit atau luka
Diadaptasi dari : Garner dan HICPAC 1996
a
pasien st datang dengan sindrom gejala atipik (misalnya pertusis pada bayi dan dewasa mungkin tanpa
paroksimal atau batuk berat). Indeks suspisi harus mengacu pada prevalensi kondisi spesifik di
komuniti.
b
organisme dalam kolom “Patogen Potensial” tidak dimaksudkan sebagai diagnosis lengkap, tetapi lebih
mungkin sebagai agen etiologi
C
pathogen itu meliputi Eskerisia koli O157:H7, shigella, hepatitis A dan rotavius
d
bakteri resisten menurut program pencegahan infksi, berdasarkan keadaan sesaat, rekomendasi
setempat/nasional, untuk menjadi bermakna secara klinis atau epidemiologik.
Doc.Inos@Lia YBA
Tabel 2.5. Tingkatan jenis-jenis Kewaspadaan dan Pasien yang Memerlukan Kewaspadaan
Kewaspadaan percikan
Pakailah kewaspadaan baku pada waktu merawat pasien.
Kewaspadaan udara
Di samping kewaspadaan baku, gunakan kewaspadaan udara pada pasien tersangka penyakit
yang tertular melalui percikan udara. Sebagai contoh melipui penyakit :
- Campak
- Varisela (termasuk Zoster diseminasi)
- TB
Kewaspadaan percikan
Di samping kewaspadaan baku, gunakan kewaspadaan percikan pada pasien yang diketahui
mendapat penularan penyakit melalui percikan partikel besar. Contoh penyakit:
- Penyakit invasif influenza tipe b, termasuk meningitis, epiglotitis, dan sepsis
- Penyakit invasif Neisseria meningitides termasuk meningitis, pneumonia, dan sepsis
- Beberapa penyakit bakteri pernapasan serius lain melaui percikan :
- Difteri
- Pneumoni mikoplasma
- Pertusis
- Plak pneumonia
- Faringiis treptokokus (grup A), pneumonia atau demam scarlet pada bayi dan anak
- Infeksi virus serius yang sebaian dar percikan:
- Adenovirus
- Influenza
- Cacar
- Parovirus B19
- Rubella
Kewaspadaan kontak
Di samping kewaspadaan baku, gunakan kewaspadaan kontak untuk pasien terdiagnosis
mengidap penyakit yang tertular melalui kontak langsung atau lingkungan pasien. Sebagai
contoh seperti penyakit-penyakit:
- Penyakit saluran pencernaan, pernapasan, kulit atau infeksi luka dngan bakteri resisten
beberapa obat yang dinilai oleh program pencegahan infeksi, dasar pngobatan, rekomndasi
regional atau nasional, berarti secara epidemiologi atau klinis.
- Infeksi enterik dosis rendah atau lama dalam lingkungan, meliputi : Klostridium diffisil.
- Untuk popok atau pasien inkontinensia : Enterhemoragik E. koli nol 157:H7, Shigela, hepatiis
A atau rotavirus.
- Sinsitial virus saluran pernapasan, parainluenza atau infeksi enteroviral pada bayi atau anak-
anak.
- Infeksi kulit, hal yang dapat menular atau mungkin terjadi pada kulit kering, meliputi :
- Difteri
- Herpes simpleks
- Impetigo
- Abses besar (tidak berisi) selulitis atau dekubitus
- Pedikulosis
- Skabies
- Furunkulosis pada bayi dan anak-anak
- Zoster (terdesimentasi atau pejamu imunokompromis)
- Viral/perdrahan konjungtiva
Infeksi perdarahan viral (Ebola, Lassa, atau Marburg)*
Diadaptasi dari: Garner dan HICPAC 1996
Doc.Inos@Lia YBA
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara meletakkan cawan Petri berisi
media agar darah, Mac Conkey, agar coklat dan media Lowenstein Jensen dalam
keadaan terbuka selama 15 menit, setelah itu dilakukan penutupan cawan petri.
Kemudian sampel dibawa ke laboratorium dengan menggunakan termos berisi es
kering. Pengambilan sampel dilakukan di dua ruang operasi yaitu ruang operasi elektif
ortopedi dan ruang operasi gawat darurat. Pada kedua ruangan dilakukan sterilisasi
yang sama. Sampel diambil sebanyak tiga kali dalam kurun waktu tiga minggu pada
siang hari.
2. Penanaman dan Pembiakan
Media berisi penelitian dieramkan pada suhu 37oC selama 18–24 jam, koloni
kuman yang tumbuh dihitung jumlahnya lalu dilanjutkan dengan identifikasi bakteri.
Identifikasi dilakukan dengan 3 tahap, yaitu :
a. Identifikasi secara makroskopis struktur, bentuk, sifat, dan morfologi koloni bakteri.
b. Identifikasi secara mikroskopis terhadap koloni yang tumbuh pada media Mac Conkey,
agar darah, agar coklat dan media Lowenstein Jensen. Identifikasi dilakukan dengan
pengecatan gram untuk media agar darah, agar coklat dan Mac Conkey. Untuk media
Lowenstein Jensen dilakukan pengecatan Ziehl Neelsen. Selanjutnya diidentifikasi
dengan melihat struktur bakteri dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran
objektif 100X.
c. Identifikasi hasil biakan untuk mengetahui jenis bakteri dengan menggunakan uji gula-
gula dan uji biokimia. Uji gula – gula dengan menggunakan media gula-gula (glukosa,
sakarosa, manitol, laktosa, maltosa) dan uji biokimia menggunakan media KIA, media
MIO, media Sitrat, media SIM.
Sumur harus mempunyai dinding pemisah ke dalam tanah sedalam 10 feet (3 meter)
salah satu persyaratan sumur sehat di Indonesia.
Doc.Inos@Lia YBA
Tembok pemisah ke dalam tanah 6 meter (Indonesia : 3 meter, tidak tembus air.
Lebih dalam dari 3 meter, air boleh merembes)
Dinding tembok diatas permukaan tanah 70 – 75 cm (Indonesia : 1 meter)
Lantai tembok sekeliling sumur 1 meter (Indonesia : 1 meter, agak menurun)
Dibuat perpipaan ke saluran penduduk
Penutup
Pompa tangan
Pemakaian sumur
Kualitas air : memenuhi syarat
Populasi kuman
Empat Mekanisme Penyebaran Penyakit yang Perkembangannya dengan Air dan Strategi
Pencegahannya :
Mekanisme Penyebaran Strategi Pencegahan
1. Water borne machanian Memperbaiki kualitas air
Mencegah pemakaian sumber air yang
Tidak sehat / tidak baik
II. Water washed mechanism Memperbanyak jumlah air
Mempermudah mendapat / mencapai
sumber air
Memperbaiki lingkungan
III.Water based mechanism Menurunkan kebutuhan/kontak dengan air
yang tidak baik
Mengontrol polulasi siput
Memperbaiki kualitas siput
IV. Water related insect vectora Memperbaiki pengelolaan air permukaan
mechanism Menghilangkan tempat berkembangbiak
serangga
Mencegah kunjungan – kunjungan ke
tempat – tempat perkembangbiakan
serangga / nyamuk.
Mengurangi penyimpanan – penyimpanan
air di rumah – rumah .
DEPKES
Kebutuhan air rata – rata di Indonesia per orang / hari = 60 liter
Terdiri dari :
5 liter untuk keperluan minum
5 liter untuk keperluan masak
15 liter untuk keperluan mencuci
30 liter untuk keperluan mandi
5 liter untuk keperluan lain –lain
Paris : 480 liter kebutuhan rata – rata per orang / hari
Tokyo : 530 liter kebutuhan rata – rata per orang / hari
Doc.Inos@Lia YBA
- Coliform tinja = 2.000
Baku Mutu Air Minum
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1990)
berurutan Berurutan
Baku Mutu Air Bersih
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia .1990)
Parameter Mikrobiologi Kadar Maksimum yang diperoleh
per 100 ml
1. Coliform total 50 (bukan air perpipaan)
2. Coliform tinja 10 (air perpipaan)
Doc.Inos@Lia YBA
* Air Olahan di Dalam Sistem Distribusi
E. coli / Coliform termotoleran 0/100 ml sampel
Coliform total 0/100 ml sampel
tak terdeteksi pada 95 % sampel –
sampel dalam duabelas bulan
…………………………………………………
WHO (1993) :
Air olahan :
- Coliform total = 0
- Coliform tinja = 0
Air tak diolah dan masuk ke sistem distruksi :
- Coliform total 0
- Coliform tinja = 0
tak ada pada dua sampel berurutan dan tak ada pada 98 % dari sejumlah sampel /
tahun
air tak diolah tanpa perpipaan :
- Coliform total = 10
- Coliform tinja = 0
Doc.Inos@Lia YBA
Kapolarisasi air sumur menghindari keracunan klor akibat dosis terlalu tinggi. Aktif
membunuh bakteri : 2 – 3 minggu, untuk volume air sumur 4500 liter dengan pemakaian
360 – 450 liter / periode kontak kaporit sebelum dipakai : 1 jam.
Ultraviolet mahal
Sinar tampak murah
Sanitasi kolam
Penderita / corilla orang sehat
Klor : 0,5 bagian untuk tiap juta bagian air
BIT : Coliform total, Coliform tinja, clostridium.
bahan
Limbah padat Pencemaran Flokulasi kimiawi
Lumpur
(b.anaerobik)
Benda2 Saringan
halus
Tangki serasi Cairan
……………...
Pasir/ Penyingkir senya
Kerikil Wa toksit (FC4 & N
halus
Pengendapan
kedua Penyingkir Fosfat
Pembuangan
Bahan padat Klorida
Saringan cucuran
Pembuangan (Trackling filter)
Air Produk
bahan padat Lingkungan Flokulasi
Pupuk
Diagram Langkah – langkah Utama dalam Sarana Pengolahan Air Limbah Kotamadya
(Pelezar & Chan 1988)
BIT
Coliform total
WHO (1982) :
Bakteri batang gram (-), tidak berspora, oksidase dapat tumbuh pada media dengan
garam empedu / zat aktif, permukaan penghambat permukaan, mampu meragi laktosa
Asam, gas, aldehid pada 35oC / 37oC dalam waktu 48 jam
Coliform tinja
Coliform yang mampu meragi laktosa asam dan gas pada 44oC / 44,5oC
Streptococcus tinja
Geldereich (1966) : tinja di Amerika CT : ST 1,4 : 1 Air permukaan dengan :
CT : ST 4 : 1 tercemar tinja manusia
CT : ST 0,7 : tercemar tinja binatang
Pseudomonas seruginosa
Jumlahnya jauh lebih sedikit daripada BIT lainnya pada orang sehat. Jarang
ditemukan pada tinja binatang.
Air :
- Coliform tinja > 1000/100 ml air
- Pseudomonas aeruginosa < 1 sel / 100 ml air pencemaran binatang
Clostridium perfringens
C. perfringens tipe A yang berasal dari manusia dapat tumbuh ditanah. Yang
berasal dari binatang tak dapat tumbuh ditanah.
Doc.Inos@Lia YBA
Bifidobacterium
Gram (+), anaerob, pleomorfik, rak berspora.
B. adolescentis dan dan B. longum semata – mata berasal dari tinja dan tidak tumbuh
di luar usus BIT daerah tropik
Re . Neill, .. 1995 : Microbiological Water Quality Criteria, A Review for Australia
Additional/alternative indicators
LIMBAH
BOD : jumlah O2 yang diabsorsi oleh contoh air / limbah selama periode tertentu
(5 hari) pada suhu tertentu (20o C) untuk destruksi aerobik atau yang terpakai pada
perombakan materi anorganik oleh mikroorganisme / organisme hidup
BOD : s.d. 1 mg / liter air alamiah
300 mg / liter limbah domestik yang belum diolah
tercemar lemah 100 mg / liter
Doc.Inos@Lia YBA
tercemar kuat 300 mg/liter
Mikrobiologi Pangan
Mikroba pembusuk makanan (apatogen) tumbuh pada suhu kurang dari 37o C
A. Daging
Mikroba hasil isolasi dari daging segar (4o C) :
- Achromobacter
- Pseudomonas
- Lactobacillus
B. Daging Giling
Jumlah kuman maksimum yang diperbolehkan pada daging giling : 10 juta kuman /
gram daging (perhitungan lempeng agar nutrisi secara aerob).
C. Ikan
- Pada ikan lebih banyak ditemukan kuman – kuman halofilik dan psikofilik.
- Kuman – kuman yang diisolasi dari ikan :
a. Achromobacter
b. Coryne bacterium
c. Flavobacterium
d. Micrococcus
e. Bacillus
f. Prodcus
g. Clostridium
h. Pseudumonas
i. Saloonella
Doc.Inos@Lia YBA
j. Shigella
k. Vibrio
D. Kerang – kerangan
- Enterobacter
- Virus
E. Buah – buahan
- permukaan buah – buahan dan sayur – sayuran mengandung kuman : esopai
dengan 2 x 106 / gram
- tomat : 5000 / cm2
F. Telur
- Kulit telur luar terdiri dari CaCO3 berlubang – lubang halus
- Kuman – kuman yang diisolasi :
Salmonella gallinerum
Salmonella schattmulleri
S. typhiunerium
Pseudumonas aeruqiursa
- Putih telur mengandung lizozim
G. Roti
- Sel ragi menghidrolisis polisakarida roti menggembung
7. Pengawet Kimiawi
- Dipakai pada konsentrasi rendah
- Bakteriostatik :
Kalsium Propionat >< jamur roti
Doc.Inos@Lia YBA
Na. Benzoat : pengawet sayuran
Belerang yang dioksidasi sosis / acar / jam / jelly
8. Asam
- Hanya sedikit kuman yang tahan nilai pH yang dihasilkan oleh kuman – kuman
asam laktat atau asam aset.
Tabel 1 . viruses pathogenic to man and which can accur in polluted water and direases
which have been attribute to them
Virus family Members No. of serotypes Diseases attributed
Picornaviridae Human poliovirus 3 Paralysis,
(Enteroviruses) meningitis, fever
Human echovirus 32 Meningitis,
respiratory disease,
rash, fever,
gastroenteritis
Human coxsackievir 23 Herpagina,
us A respiratory disease,
meningitis, hand,
foot and mount
disease
Human enterovirus 4 Meningitis,
68 to 71 encephalitis,
respiratory disease,
rash, acute
haemorrhagic
conjunctivitis,
fever
Hepatitis A 1 Infectious hepatitis
Reoviridae : Human reovirus 3 Unknown
Human rotavirus 5 Gastroenteritis,
diarrhoe
Adenoviridae : Human adenovirus 41 Respiratory
disease,
conjunctivitis,
gastroenteritis
Parvoviridae : Adenoassociated 4 Ability to integrate
its DNA into the
celluler genome
and to establish
alatent infection
Unknown : Small round viruses 14 Gastroeterit is
(incl Norwalk virus) Winter vomiting
disease
- Hepatitis Non A Infectious hepatitis
non B (E)
Caliciviridae : Human calicivirus 5 Gastroenterit is in
infants and young
children
Unknown : Astrovirus 1 Necrotising
enterocolitis in
babies
Papovaviridae : Papilloma virus 2 Plantar warts
Pathogen 1 2 3 4 5 6
Doc.Inos@Lia YBA
Bacteria :
Compylobacter jejuni, H O Short L M Yes
C.coli
Pathogenic
E. coli H O Mod. L H Yes
Salmonella typhi H O Mod. L H No
Other Salmonella H O Long L H Yes
Shigella spp. H O Short L M No
Vibrio cholerae H O Short L H No
Yersinia enterocolitica H O Long L H (?) Yes
Legionella M I M.m. M H No
Pseudomonas M C# M.m. M H (?) No
aeruginosa
Aeromonas M O, C M.m. L H (?) No
Mycobacterium M I, C M.m. M H (?) No
atypical
Viruses :
Adenoviruses H O, I, ? M L No
C
Enteroviruses H O Long M L No
Hepatitis A H O ? M L No
Enterically transmitted
hepatitis non-A non-B
viruses,
Hipetitis E H O ? ? L No
Norwalk virus H O ? ? L No
Rotavirus H O ? ? M No (?)
Small, round viruses M O ? ? L (?) No
Protozoa :
Entamoeba histolytica H O Mod. H L No
Giardia intestinalis H O Mod. H L Yes
Crytospordium parvum H O Long H L (?) Yes
Acanthamoeba M O, I M.m. H ? No
Naegleria M O M.m M L No
Balatidium coli M O ? M L (?) Yes
Helminths :
Dracunculus H O Mod. M L Yes
medinensis
Schistosoma spp M O short L L Yes
Keterangan tabel :
1. (Health significance) : H = high, M = moderate
2. (Main route of exposure) :
I = inhalation in aerosol
C = contact with skin
# = ingestion in immuno-suppressed patients
3. (Persistance in water supplies) relative detection period for infective stage in water
at 20oC :
short = up to I week
mod = moderate = 1 week – 1 month
long = over 1 month
m. m = may multiply
4. (Resistance to chlorine) when infective stage is freely suspended in water treated
at conventional doses and contact times :
H = highly resistent
M = moderately resistant, agent may not be completely destroyed, L = low,
completely destroyed
L = low, completely destroyed
Doc.Inos@Lia YBA
5. (Relative infective dose) dose required to couse infection in 50 % of healthy adult
volunteers :
L = low
M = moderate
H = high
Kewaspadaan Percikan
Doc.Inos@Lia YBA
Kewaspadaan penderita merupakan kewaspaaan lebih sederhana dari pada kewaspadaan
melalui udara karena sisa partikel berada di udara dalam waktu yang singkat oleh karena
itu kontak dengan sumber harus tertutup untuk pejamu yang rentan terkena infeksi (Tabel
21-2).
Perlindungan pernapasan
Pakai masker jika jarak 1 meter dari pasien
Transportasi pasien
Pembatasan pasien hanya bila diperlukan
Selama transport pasien harus menggunakan masker
Beritahu yang menerima pasien
Diadaptasi dari ETNA Communication 2000.
Kewaspadaan Kontak
Kewaspadaan ini mengurangi resiko penularan organism dari pasien terinfeksi atau
terkoloni baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini merupakan indikasi bagi pasien
terinfeksi ataupin teroloni dengan masuknya pathogen (Hepatitis A atau virus echo),
herpes simpleksdan virus demam berdrah dan bakteri yang resisten terhadap bberapa obat
(antibiotik). Cacar air disebarkan melalui udara dan kontak pada berbagai stadium
penyakit. Penularan virus salah satu penyebabaran secara kontk langsung di antara anak-
anak. Sebagai tambahan kewaspdaan kontak harus diimplementasikan pada pasien
dengan infeksi basah atau memakai drain (abses, harpes, zoster, impetigo,
konjungtivitis,scabies, dan luka basah .
Doc.Inos@Lia YBA
multi resisten (kecuali
Tbc)
Abses atau luka drain
yang tidak tercakup
Daftar lengap untuk gejala klinis atau kondisi untuk penggunaan Kewaspadaan berdasar
penularan terdapat pada Tabel 21-5.
Tabel 21-5. Gejala-gejala atau Kondisi yang Perlu ipertimbangkan pada Penggunaan
Empiris Kewaspadaan Berdasar Penularan
Doc.Inos@Lia YBA
Kewaspadaan percikan
Pakailah kewaspadaan baku pada waktu merawat pasien.
Kewaspadaan udara
Di samping kewaspadaan baku, gunakan kewaspadaan udara pada pasien tersangka
penyakit yang tertular melalui percikan udara. Sebagai contoh melipui penyakit :
Campak
Varisela (termasuk Zoster diseminasi)
TB
Kewaspadaan percikan
Di samping kewaspadaan baku, gunakan kewaspadaan percikan pada pasien yang
diketahui mendapat penularan penyakit melalui percikan partikel besar. Sebagai contoh
penyakit yang termasuk :
Penyakit invasive influenza tipe b, termasuk meningitis, epiglotitis, dan sepsis
Penyakit invasive Neisseria meningitides termasuk meningitis, pneumonia, dan sepsis
Beberapa penyakit bakteri pernapasan serius lain melaui percikan, termasuk :
- Difteri
- Pneumoni mikoplasma
- Pertusis
- Plak pneumonia
- Faringiis treptokokus (grup A), pneumonia atau demam scarlet pada bayi dan anak
Infeksi virus serius yang sebaian dar percikan, termasuk :
- Adenovirus
- Influenza
- Cacar
- Parovirus B19
- Rubella
Kewaspadaan kontak
Di samping kewaspadaan baku, gunakan kewaspadaan kontak untuk pasien terdiagnosis
mengidap penyakit yang tertular melalui kontak langsung atau lingkungan pasien.
Sebagai contoh seperti penyakit-penyakit termasuk :
Penyakit saluran pencernaan, pernapasan, kulit atau infeksi luka dngan bakteri resisten
beberapa obat yang dinilai oleh program pencegahan infeksi, dasar pngobatan,
rekomndasi regional atau nasional, berarti secara epidemiologi atau klinis.
Infeksi eterik dosis rendah atau lama dalam lingkungan, meliputi : Klostridium diffisil.
Untuk popok atau pasien inkontinensia : Enterhemoragik E. koli nol 157:H7, Shigela,
hepatiis A atau rotavirus.
Sinsitia virus saluran pernapasan, parainluenza atau infeksi enteroviral pada bayi atau
anak-anak.
Infeksi kulit, hal yang dapat menular atau mungkin terjadi pada kulit kering, meliputi :
Difteri
Herpes simpleks
Impetigo
Abses besar (tidak berisi) selulitis atau dekubitus
Pedikulosis
Skabies
Furunkulosis pada bayi dan anak-anak
Zoster (terdesimentasi atau pejamu imunokompromis)
Viral/perdrahan konjungtiva
Infeksi perdarahan viral (Ebola, Lassa, atau Marburg)*
Diadaptasi dari: Garner dan HICPAC 1996
media agar darah, Mac Conkey, agar coklat dan media Lowenstein Jensen dalam
keadaan terbuka selama 15 menit, setelah itu dilakukan penutupan cawan petri.
Doc.Inos@Lia YBA
Kemudian sampel dibawa ke laboratorium dengan menggunakan termos berisi es
kering. Pengambilan sampel dilakukan di dua ruang operasi yaitu ruang operasi
elektif ortopedi dan ruang operasi gawat darurat. Pada kedua ruangan dilakukan
sterilisasi yang sama. Sampel diambil sebanyak tiga kali dalam kurun waktu tiga
Media berisi penelitian dieramkan pada suhu 37oC selama 18–24 jam,
bakteri.
e. Identifikasi secara mikroskopis terhadap koloni yang tumbuh pada media Mac
Conkey, agar darah, agar coklat dan media Lowenstein Jensen. Identifikasi
dilakukan dengan pengecatan gram untuk media agar darah, agar coklat dan Mac
f. Identifikasi hasil biakan untuk mengetahui jenis bakteri dengan menggunakan uji
gula-gula dan uji biokimia. Uji gula – gula dengan menggunakan media gula-gula
Air yang tersimpan dalam tempat – tempat penyimpanan akan berkurang jumlah jasad
reniknya karena pengaruh pengendapan, sinar ultraviolet, suhu, persediaan makana, aktivitas
protozoa dan tekanan osmotik.
Doc.Inos@Lia YBA
Air dalam tanah pada umumnya bebas kuman karena sifat menyaring dari tanah yang telah
dilalui air tersebut. Bahan pemeriksaan air diambil dengan menggunakan botol steril dengan
penutup sekrup dan berisi sekurang – kurangnya 100 ml. Bila memeriksa air yang mungkin
mengandung khlor, tambahkanlah di dalam air zat natrium tiosulfat, untuk maksud dekhlorinasi,
dalam konsentrasi 100 mg per 1 liter air. Bahan pemeriksaan air ledeng baru diambil setelah
keran dibuka sekurang – kurangnya 5 menit lamanya, untuk menghilangkan jasad – jasad renik
yang mencemarkan disekitar keran tersebut.
Bahan pemeriksaan air harus segera diperiksa setelah diambil karena kalau lama
tersimpan dalam botol maka jumlah dan jenis jasad renik dapat mengalami perubahan –
perubahan. Bila belum dapat dilakukan pemeriksaan segera, simpanlah bahan pemeriksaan
tersebut di dalam lemari es pada suhu 4oC.
Untuk menghitung jumlah jasad renik di dalam air, kocoklah botol berisi air yang akan
diperiksa sekurang – kurangnya 25 kali supaya jasad renik di dalam air tersebut terbagi merata.
Ambillah dan buatlah beberapa pengenceran air, misalnya 1:100, 1:1000 dan 1:10.000 dan
taruhlah masing – masing 1 ml di dalam lempeng – lempeng Petri steril. Tuangilah agar cair,
45oC, ke dalam lempeng – lempeng Petri tersebut dan campurkanlah agar dan air tersebut
sehingga merata dan biarkanlah mengeras.
Eramkanlah pada 37oC selama 24 jam, dan hitunglah jumlah koloni yang tumbuh.
Nyatakanlah jumlah jasad renik dalam air menurut jumlah koloni per mililiter. Bila terdapat lebih
dari 300 jasad renik per mililiter, maka biasanya tidak semuanya dapat tumbuh dalam lempeng
agar tersebut.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi jumlah jasad renik yang dapat tumbuh pada
lempeng agar antara lain ialah :
a. Jenis perbenihan yang digunakan.
b. Suhu pengeraman
c. Ada tidaknya oksigen (erob/anerob).
Tanpa memperhatikan faktor – faktor ini, koloni yang tumbuh dapat berbeda – beda
jumlahnya. Bagi ahli kebersihan air minum, tidak semua jasad renik didalam air adalah penting.
Yang penting hanyalah satu kelompok kuman tergolong dalam golongan kuman koliform, yaitu
kuman – kuman yang tumbuh cepat dan terdapat dalam kotoran manusia. Cara perhitungan
jumlah koloni kuman dapat digunakan untuk memeriksa apakah air yang telah diberi
desinfektan atau air yang telah dibersihkan masih mengandung jasad renik atau tidak.
Penyakit – penyakit utama yang ditularkan melalui air ialah disentri, kholera dan tifoid.
Penyakit – penyakit ini ialah penyakit usus sehingga kuman – kuman penyebabnya terdapat
dalam tinja manusia. Jadi adanya tinja dalam air dapat pula menyebabkan kemungkinan adanya
kuman – kuman penyebab penyakit – penyakit tersebut di dalam air, sehingga dapat
membahayakan orang – orang yang menggunakan air tersebut. Karena jumlah kuman – kuman
patogen penyebab penyakit – penyakit tersebut tidak besar di dalam air maka usaha untuk
isolasi langsung kuman – kuman tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik.
Sebaliknya Escherichia coli dan kuman – kuman sejenisnya (digolongkan ke dalam kuman –
kuman koliform) terdapat pada hampir tiap tinja manusia, sehingga apabila didalam air terdapat
tinja manusia maka hal ini dapat diketahui dengan membiak kuman koliform dari air tersebut.
Untuk menentukan apakah air dapat diminum atau tidak, haruslah dipenuhi syarat – syarat
fisik, kimia dan bakteriologik. Syarat – syarat bakteriologik ialah bahwa air tersebut tidak
mengandung kuman koliform.
Untuk pemeriksaan air minum ada tiga tingkatan pemeriksaan bakteriologik :
a. Tes tersangka (Presumptive test)
b. Tes pasti (Confirmed test)
c. Tes lengkap (Complete test)
Doc.Inos@Lia YBA
gas tetapi bersama – sama dapat melakukan hal itu. Untuk menghindarkan sinergisma, yang
biasanya dilakukan oleh kuman Gram positif dengan Gram negatif, maka pada tabung laktosa
ditambahkan zat warna trifenilmetan yang dapat menghambat pertumbuhan kuman Gram
positif.
Semua tabung laktosa yang menunjukkan pertumbuhan dan pembentukan gas diperiksa
lebih lanjut untuk mendapatkan tes pasti. Bahan dari tabung laktosa ditanamkan pada
perbenihan lempeng EMB atau Endo atau perbenihan cair kaldu empedu laktosa hijau brilian
(briliant green lactose bile broth). Masing – masing satu sengkelit penuh bahan dari tabung
laktosa dibiak pada lempeng agar EMB atau Endo atau perbenihan cair kaldu empedu laktosa
hijau brilian. Eramkanlah pada 37oC selama 48 jam. Pada lempeng agar EMB atau Endo dapat
tumbuh :
a. Koloni kuman khas koliform.
b. Koloni kuman tidak khas koliform, keruh dan merah muda.
c. Koloni – koloni kuman lain, bukan koliform.
Bila koloni – koloni khas terlihat tumbuh, maka tes berhasil positif, atau dengan kata lain,
pasti ada kuman koliform. Bila koloni – koloni yang tidak khas terlihat tumbuh, maka tes tidak
dapat dikatakan negatif dan tidak pula positif, tetapi harus diteruskan dengan tes lengkap. Bila
koloni – koloni kuman lain yang tumbuh maka tes pasti dapat dianggap negatif dan tidak perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada pemeriksaan tes pasti dengan perbenihan cair kaldu
empedu laktosa hijau brilian, dilihat ada tidaknya pembentukan gas setelah pengeraman 48 jam.
Bila ada gas terbentuk maka tes adalah positif.
Tes lengkap dilakukan dengan membiak lebih lanjut koloni – koloni khas koliform atau koloni
– koloni tidak khas koliform yang ditemukan pada tes pasti dan juga membiak lebih lanjut
kuman yang tumbuh dan membentuk gas pada perbenihan cair empedu laktosa hijau brilian
pada perbenihan lempeng Endo atau EMB. Pilihlah satu koloni khas koliform atau dua koloni
tidak khas koliform dan biaklah pada tabung gula laktosa dan tabung agar miring. Eramkanlah
pada 37oC selama 48 jam. Buatlah sediaan mikroskopik dan pewarnaan Gram dari tabung agar
miring. Bila pada tabung gula laktosa tumbuh kuman pembentuk gas dan pada sediaan
mikroskopik terlihat kuman Gram negatif, batang tak berspora, maka tes lengkap ialah positif
untuk kuman koliform. Bila pada sediaan ada batang Gram negatif tetapi tidak terdapat
pembentukan gas dalam tabung gula laktosa maka hasil tes lengkap untuk kuman koliform ialah
negatif.
macam –macam standar dan tes yang diunakan untuk pemeriksaan air tergantung pada
penggunaan air untuk minum, renang, produksi/pengolahan ikan, industri. Flora bacteri di
dalam air minum sangat bermacam-macam dan ridak sama pada setiap contoh ait. Karena itu
sebaiknya perlu diadakan pemeriksaan yang teratur terhadap air minum. Bila dari pemeriksaan
suatu laboratorium dinyatakan baik, belumtenu air tersebut baik sebgai air minum.
Doc.Inos@Lia YBA
1. Dalam setiap tahun 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam 100 ml
2. Tidak ada sampel yang mengandung Ecoli dalam 100 ml
3. Tidak ada sampel yng mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml
4. Tidak boleh ada coliform dalam 100 ml dari dua sampel yang berurutan.
B. Frekuensi samping
Yang baik adalah sering mngambil sampel dan periksa dengan cara yang sederhana,
daripada jarang mengambil sampel walaupun cara pemeriksaan lebih lengkap. Pengambilan
sampel perlu ditingkatkan bila/pada keadaan :
1. Hujan deras terus-menerus
2. Sangat panas
3. Kecepatan aliran berkurang
4. Angin kencang
5. Angin berdebu
Besar sampel
Volume minimum yang diperlukan untuk analisa dari semua jenis air adalah 100 ml. jika
akan diperiksa adanya pathogen misalny Salmonela, vlume sampelnya 500 ml.
Pengiriman sampel
Sampel segera dimasukkan kedalam portable ice box pada central cannister. Di sekitar
canister diletakkan es yang dipotong-potong atau dry ice. Bila lama pemgiriman kurang dari 4
jam, tidak perlu temperature seperti refrigator. Tapi cukup dijaga dalam keadaan dingin selama
perjalanan. Labolatorium harus menerima kabar waktu pengirimn dan harus disertai form yag
lengkap pada sampel.
Doc.Inos@Lia YBA
Kuman pathogen dapat berasal dari manusia, binatang, dan burung, walaupun demikian
tidak dapat diasumsikan bahwa air dari persediaan yang tertutup untuk pabrik dan distok akan
bebas dari kuman perut, walaupun biasanya derajat kontaminasinya jauh berkurang. Yang biasa
digunakan sebagai indicator dari popuasi feses adalah .coli, juga sterptococus faecalis
clostridium perfingers dan virus perut.
Ada beberapa cara pemeriksaan air minum, diantaranya adalah :
1. Metode most probable number
Definisi :
Yang dimaksud golongan coliform termasuk bakteri batang gram negative tidak membentuk
spora dan fakultatif anaerob, yang tumbuh dengan adanya garam empedu dan
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan 37°C, indol positif, tidak dapat
menggunakan citrate. Menghasilkan asam dari manitol pada 37°C, MR positif, P negatuf.
Media yang dipergunakan :
a. LB (lactose, broth, gibco) b. BGL (brilliant Green Lactose)
Beef extract 3,5 g pepton
Pepton 5,0 g lactose
Lactose 5,0 g ox gall
Distilled water 1000ml brilliant green
Distilled water 1000 ml
Catatan :
Untuk memudahkan pembacaan, tabung II yang sudah diberi 1 tetes cairan dari tabung
1 yang menghasilkan gas diletakkan tepat di belakang tabung tahap 1 tersebut, serta
seluruh tabung tahap 1 ikut dieramkan lagi bersama tabung tahap II. Hal ini sangat peru
unutk menentukan jumlah coliform.
Jumlah coliform dapat dilihat dengan tabel dari buku :
Standard method for the examination od water ad waste water. Edition 1971, Michael
J.taras:
MPN INDEX AND 95% comfernce limits for arious combination of positive and negative result
when there 100 ml portions. Three 1 ml portions and three 0,1 ml portions are used.
2. Filtrasi membran
Sebagian besar laboratorium mwnggunakan metode ini jika kekeruhan air memerlukan
filtrasi. Sejulah volume air yang cocok difiltrasi melaui membrane steril. Volume aliquot untuk
air kwalitas tinggi adalah 50100 ml. sedang untuk kwalitas rendah dan air tekontaminasi yang
telah diencerkan adalah 1 ml. jumlah koloni pada membrane yang baik untuk dihitung adalah
10-80 koloni. Keuntungan dari metode membran adalah dapat dikerjakan dengan cepat sebab
lebih baik memeriksa dengan frejuensi yang lebih banyak dengan metodesederhana dari pada
dengan metode yang lebih umit seperti Metode mpn.
A. Prosedur umum
simpan air dalam almari pendingin sampai siap diperiksa. Digunakan membran asetat (0,45)
pada filter steinles stel. Cuci dengan aquades steril setiap ganti air yang difiltrasi dan harus
diganti sesudah dipakai 6 sampel.
1) Saring sejumlah volume tertentu yang sesuai melalui membran steril
2) Gunakan pompa vacuum. Dengan tang steril, ambil membran dan letakkan pada media
dengan menempelkan bagian yang mengandung bakteri pada agar, hati-hati agar tidak
terjadi gelembung udara antara membran dan agar.
3) Inkubasikan dan hitung koloni. Hitung jumlah koloni per 100 ml sampel, dengan
anggapan bahwa 1 koloni berasal dari membran.
B. Konfirmasi koloni & perhitungan kuman
Sebagian besar koloni adalah khas, 5-100% adalah tetap tergantung pada jumlah seluruh
koloni. Bila ada koloni yang jelas brbeda morfologinya, tiap grup dihitung dan ditetapkan
terpisah. Bila koloni dianggap campuran, gunakan metoda seperti pada The Bacteriological
Examination of water supply sample.
1) Menghitung golongan coliform
Untuk air yang tidak diobati diambil 50 dan/ atau 10 ml disaring. Filter diletakkan
pada agar M-ENDO-LES atau agar tepol. Inkubasikan pada 30°C, 119 jam. Semua koloni yang
berwarna metalik pada M-ENDO-LES, atau kuning pada agar tepol termasuk golongan coliform.
Yang mengkilap dapat terdapat dibagian tepi koloni. Untuk air yang tidak diobati, diambil 100 ml
dan difiltrasi. Filter diletakkan pada agar tapol dan diinkubasikan seperti di atas. Hitung koloni
yang kuning, juga yang orange atau kuning muda.
Untuk menegaskan, dilakukan subkultur pada Briliant Green Lactose Bile Broth dan
diinkubasikan pada 36°C, catat adanya gas pada 24±2 jam dan pada 48±2 jam.
2) Menghitung E.coli
Doc.Inos@Lia YBA
Untuk air yang tidak diobati; ambil 50 dan/ atau 10 ml difiltrasi dan membrane
diletakkan pada agar M-ENDO-LES atau agar tepol, diinkubasikan pada 30C 1,5-2 jam, kemudian
pada 44,4°C, 18+32 jam. Hitung koloni yang mengkilat pada endo dan kuning pada tepol. Koloni
E.coli ada yang tidak spesifik baik ukuran maupun warnanya.
Untuk air yang diobati; biasanya yang difiltrasi adalah 100 ml. filter letakkan pada
gar tepol, inkubasikan pada 36°C, 18-20 jam. Hitung koloni yang datar-cembung atau cembung
berwarna kuning. Untuk menegaskan inkubasikan pada media fennels, pada 44,4°C selama 24
jam. Catat tabung-tabung yang mengeluarkan gas dan indol.
3) Menghitung faecal streptococci
Faecal streptocci terdapat pada usus binatang dan manusiadan termasuk spesies
streptococcus faecalis dan S. faecium. Adanya organism tersebut dalam air yang bebas E.coli
tapi dengan jumlah coliform yang tunggal, menandakan adanya pencemaran faeces. Faecal
streptococci lebih resisten chlorine dan oleh krena itu penggunaan indeks dari pngobatan yang
efisien adalah dapat mencapai nol setelah chlorinasi. Tekhik yang digunakan tergantung paad
penggunaan sodium azide sebagai inhibitor yang selektif dan tumbuh pada 44°C. volume air
yang sesuai difiltrasi . kemudian membrane diletakkan pada media datar kuning dari sinetz dan
bartley’s glucose azide. Untuk air yang diobati, diinkubasikan pada 36°c 4 jam kemudian pada
44,4° selama 44 jam.
Bermacam-macam standar dan tes yang dapat digunakan untuk pemeriksaan air
tergantung pada penggunaan air untuk minuman, renang, produksi/pengolahan ikan,
industri dan lain-lain.
Flora bakterial dalam air minum sangat bermacam-macam dan bervariasi pada
masing-masing contoh air. Ssehinga diperlukan pemeriksaan yang teratur terhadap air
minum. Bila dari pemeriksaan suatu laboratorium dinyatakan baik (pemeriksaan tunggal),
belum tentu air tersebut baik sebagai air minum.
Standar iar minum yang dipakai menurut WHO , yaitu semua sampel tidak boleh
mengandung E. coli dan juga bebas dari bakteri coliform. Standar tersebut meliputi:
1. Dalam tiap tahun , 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam
100 ml.
2. Tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml.
3. Tidak ada sampel yang mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml
4. Tidak boleh ada coliform dalam 100 ml dalam 2 sampel berurutan.
Frekuensi Sampling
Doc.Inos@Lia YBA
Sampling yang baik adalah dengan sering mengambil sampel dan diperiksa
dengan cara sederhana, dari pada jarang mengambil sampel walaupun pemeriksaannya
lengkap. Pengambilan sampel perlu ditingkatkan bila/pada keadaan :
1. Hujan deras terus menurus
2. Sangat panas
3. Kecepatan aliran berkurang
4. Angin kencang
5. Angin berdebu
Metode Sampling
Pada waktu sampling harus dijaga agar tidak terjadi kontaminasi. untuk itu
digunakan botol steril yang tertutup (screw cup) yang dibalut dengan celophan sebelum
diotoklav. Bila yang akan diambil air yang telah diklornasi, botol diberi sedikit larutan
Na2S2O3, misalnya 0,1 ml dari 3% Na2S2O3 tiap 100 ml air sebelum disterilkan.
Besar Sampel
Volume air yang diperlukan untuk analisa dari semua jenis air adalah 100 ml. Jika akan
diperiksa adanya patogen, misalnya Salmonella, volume sambel yang diperlukan adalah
500 ml.
METODE
Untuk ini digunakan metode sebagai berikut :
1. Test perkiraan (presumtif test), yaitu melihat berapa banyaknya tabung perbenihan
yang diragikan (keruh) + gas.
2. Test Penegasan (confirmatory test), yaitu melihat berapa banyaknya tabung
perbenihan BGLB (Brillant Green Lactose Bile) yang diragikan + gas.
3. Test Lengkap (Completed test), yaitu pemeriksaan untuk menentukan E.coli.
Hasil pemeriksaan cara ini dinyatakan dengan jumlah perkiraan terdekat kuman
golongan coli yang terdapat dalam 100 ml. Contoh air atau Most Probable Number = M.P.N.
Secara teori dan berdasarkan pemeriksaan-pemeriksaan ulangan dalam jumlah besar
bahwa perkiraan ini cenderung akan lebih besar dari angka sebenarnya dan perbedaan ini
akan lebih dapat diperkecil apabila jumlah tabung pengenceran diperbanyak. Jadi singkatnya
bahwa ketelitian dari setiap pemeriksaan sangat tergantung dari jumlah tabung yang dipakai.
Doc.Inos@Lia YBA
Untuk contoh air yang bukan air minum, biasanya pemeriksaan rutin laboratorium,
hanya bertujuan untuk mengetahui derajat kontaminasi dari bakteri atau untuk menentukan
sumber polusi.
TEHNIK PEMERIKSAAN
Media yang dipakai adalah :
1. Laktose broth.
2. BGLB Brillant Green Laktose Bile.
Misalnya :
Dari tabung pengenceran 10 ml, positif sebanyak 2 tabung.
Dari pengenceran 1 ml, positif sebanyak 1 tabung.
Dari pengenceran 0,1 negatif.
Maka, MPN coli adalah 2.1.0, dalam tabel = 7,6. Ini berarti bahwa dalam 100 ml. Contoh air
tersebut diperkirakan terdapat 7,6 bakteri golongan coli. Hasil pemeriksaan dikatakan BAIK
apabila nilai MPN Coli = 0.
SAMPEL
Pengambilan sampel air harus memenuhi persyaratan bakteriologis. Sampel diperiksa
sesegera mungkin untuk mencegah perubahan populasi atau berkurangnya bakteri yang
berada dalam sampel. Waktu maksimal yang diperbolehkan antara pengambilan hingga
pemeriksaan sekitar 8 jam, (transport 6 jam dan pemeriksaan 2 jam). Apabila sampel tidak
dapat dilakukan dalam 8 jam, diusahakan agar temperatur sampel harus dibawah 10oC dan
waktu maksimal adalah 30 jam.
TEHNIK PEMERIKSAAN
Persiapan :
1. Pipet ukuran 10 ml dan 1 ml steril
2. Cawan Petri steril
Doc.Inos@Lia YBA
3. Tabung berisi aquadest steril masing-masing 9 ml.
4. Nutrient agar.
Sediakan 4 buah tabung aquadest steril (sesuai dengan pengenceran)
Sediakan 5 buah cawan petri steril
Pipet contoh air secara aseptis kemudian masukkan kedalam cawan petri sebanyak 1 ml
dan kedalam sebuah tabung aquadest sebanyak 1 ml.
Campur air dalam tabung tadi hingga rata, kemudian dengan mencampurkan sebuah pipet
lain pindahkan cairan dari tabung I ini dalam tabung II sebanyak 1 ml dan kedalam cawan
petri II sebanyak 1 ml.
Seterusnya dari tabung II cairan dipindahkan 1 ml kedalam tabung III dan kedalam cawan
petri 1 ml.
Lakukan seterusnya hingga senua tabung dan cawan petri terisi cairan, dengan demikian
kita mendapatkan penipisan cairan sbb; 10X, 100Xdan 1000X.
Tes lengkap atau completed test dilakukaan dengan tujuan untuk mencari adanya
Escherichia coli, yaitu dengan cara menanam 1 ose cairan dari BGLB yang positif pada endo
agar. Koloni berwarna merah metalic ditanam pada TSI agar. SIM medium dan citrat agar
untuk memastikan adanya E.coli.
SAMPEL
Pengambilan sampel air harus memenuhi persyaratan bakteriologis. Sampel diperiksa
sesegera mungkin untuk mencegah perubahan populasi atau berkurangnya bakteri yang
berada dalam sampel. Waktu maksimal yang diperbolehkan antara pengambilan hingga
pemeriksaan sekitar 8 jam, (transport 6 jam dan pemeriksaan 2 jam). Apabila sampel tidak
dapat dilakukan dalam 8 jam, diusahakan agar temperatur sampel harus dibawah 10oC dan
waktu maksimal adalah 30 jam.
TEHNIK PEMERIKSAAN
Persiapan :
1. Pipet ukuran 10 ml dan 1 ml steril
2. Cawan Petri steril
3. Tabung berisi aquadest steril masing-masing 9 ml.
4. Nutrient agar.
Doc.Inos@Lia YBA
Seterusnya dari tabung II cairan dipindahkan 1 ml kedalam tabung III dan kedalam cawan
petri 1 ml.
Lakukan seterusnya hingga senua tabung dan cawan petri terisi cairan, dengan demikian
kita mendapatkan penipisan cairan sbb; 10X, 100Xdan 1000X.
Tuanglah medium agar yang masih mencair (suhu kira-kira 56o C ) kedalam sebuah cawan
petri sebanyak 20-25 ml. Pada masing-masing cawan termasuk cawan control.
Goyangkan cawan perlahan-lahan hingga cairan merata, biarkan sebentar sampai agar
membeku kemudian semua cawan dimasukkan inkubator dalam posisi terbalik, selama 2 x
24 jam.
Kemudian hitung koloni-koloni kuman yang tumbuh pada tiap-tiap cawan.
Jumlah kuman didapat dari jumlah koloni dikalikan pengenceran adalah jumlah kuman
yang terdapat dalam 1 ml contoh air.
Contoh perhitungan
Control : 1 koloni
Pengenceran 10 x : 276 koloni
Pengenceran 100x : 105 koloni
Pengenceran 1000x : 32 koloni
Jumlah Kuman :
( 276 –1) X 10 + (105-1) X 100 + (32-1) X 1000
3
atau :
Pilih salah sebuah cawan yang diperkirakan jumlah koloninya teerletak antara 30 –
300. Sesudah dikurangkan koloni pada cawan control kemudian dikalikan pengenceran adalah
jumlah koloni/ml contoh.
Jasad renik pada makanan umumnya berasal dari air, udara dan tanah serta kotoran manusia
atau binatang – binatang. Makanan yang dibicarakan disini ialah susu, daging, ikan dan telur.
Doc.Inos@Lia YBA
Sebarkanlah sejumlah 0.01 ml susu di atas gelas alas dalam suatu kotak berukuran 1 cm
persegi. Biarkanlah susu tersebut mengering, buanglah lemak yang ada dan rekatkanlah
sediaan tersebut dan warnailah dengan zat biru metilen dan periksalah sediaan tersebut
dengan obyektif 100 x. Bila jumlah kuman di dalam susu tidak banyak maka cara ini
kurang teliti.
Doc.Inos@Lia YBA
Tes fosfatasa berdasarkan sifat – sifat fosfatasa, yang terdapat didalam susu mentah, yang
dapat melepaskan fenol dari ester fenilfosfor. Fenol tersebut dapat diukur dengan
menambahkan zat BQC (2.6-dibromoquinonechloroimide) sehingga terbentuk zat biru
indofenol. Ensim fosfatasa akan dirusak seluruhnya bila susu dipanaskan pada 63oC selama 30
menit. Jadi bila tes fosfatasa positif, tanda masih ada fosfatasa di dalam susu, maka hal ini
berarti bahwa pasteurisasi susu tidak baik atau sesudah pasteurisasi pada penambahan susu
mentah. Jasad renik patogen dimatikan pada suhu yang lebih rendah daripada suhu yang
dibutuhkan untuk merusak fosfatasa.
Penyakit – penyakit yang dapat menular melalui susu hewan kepada manusia ialah
tuberkulosa, brucellosa (Malta fever, undulant fever), Q-fever oleh sejenis rickettsia Coxiella
burnetii, salmonellosis, infeksi stafilokokus dan streptokokus, dan penyakit virus yang
ditanamkan penyakit kuku dan mulut. Selain penyakit – penyakit tersebut di atas, melalui susu
dapat pula menular penyakit – penyakit yang berasal dari pemarah susu atau orang – orang lain
yang mengerjakan susu tersebut sebelum sampai kepada konsumen. Penyakit demikian ialah
misalnya tifoid, difteri dan penyakit jengkering.
Doc.Inos@Lia YBA
Jasad renik berasal dari: air, udara, tanah, kotoran manusia & binatang
Pada Susu
pH 6,3-7,2 dalam susu terdapat kuman yang mengubah gula laktosa asam laktat.
MO : - Lactobacillus sp (L. casei, L. acidophilus, L. bulgaricus, L. helveticus,
L. plantarum)
Lactobacillus (batang, Gram +, panjang, halus, tidak bergerak,
mikroaerofilik/anaerob. beberapa hidup pada suhu 50-65 C.
Untuk membedakan Strep. cremoris dan Streptococcus lactis Strep. cremoristidak dapat
tumbuh pada suhu 40 C, dalam kldu NaCl 4% & pada perbenihan pH 9,2.
4. Tes Resazurin
Resazurin (diazoresorcinol) ialah suatu indikator oksidase reduksi dengan pH antara
3,8 dan 6,5.
Pada pH 3,8 atau lebih rendah warna indikator adalah ungu (makin banyak
kuman dalam susu, makin cepat terjadi perubahan warna Resazurin)
Resazurin juga peka terhadap daya reduksi sel darah putih sehingga dapat
digunakan untuk memeriksa ada tidaknya mastitis pada hewan penghasil susu
tersebut.
10 ml susu dalam tabung + Resazurin (1: 20.000) campur rata panaskan (37 C)
periksa tiap jam selama 3 jam berturut-turut bandingkan warna susu tsb
dengan standar
Bila warna tetap biru selama 1 jam jumlah normal, bila warna hijau-biru/ hijau
jmlah sangat banyak
Bila terjadi reduksi lengkap dalam 1 jam kuman sangat banyak hewan
mastitis).
Doc.Inos@Lia YBA
Identifikasi makroskopis
Jenis bakteri
macam –macam standar dan tes yang diunakan untuk pemeriksaan air tergantung
pada penggunaan air untuk minum, renang, produksi/pengolahan ikan, industry.
Flora bacterial di dalam air minum sangat bermacam-macam dan ridak sama pada
setiap contoh ait. Karena itu sebaiknya perlu diadakan pemeriksaan yang teratur terhadap
air minum. Bila dari pemeriksaan suatu laboratorium dinyatakan baik, belumtenu air
tersebut baik sebgai air minum.
F. Frekuensi samping
Yang baik adalah sering mngambil sampel dan periksa dengan cara yang
sederhana, daripada jarang mengambil sampel walaupun cara pemeriksaan lebih lengkap.
Doc.Inos@Lia YBA
12.Sampel dari kran :
Buka penutup kran bersihkan bagian luar dan dalam dari kran. Alirkan air selama 2-3
menit sebelum mengisi botol penampung
13.Sampel dari sungai, mata air, danau, bak persediaan atau sumur :
Harus dilakukan agar mendapatkan sampel yang refresentatif dari air ang digunakan
konsumen. Oleh karena itu tidak tepat bila pengambilan sampe sangat dekat dengan
sumber/tempat persediaan air atau tempat keluarnya. Aliran/arus pada aaerah stagnasi
harus dihindari dan pula kerusakan tempat persediaan air.
Bila mengambil air dalam volume yang besar digunakan sampling stick. Botol diikat
pada ujung tongkat yang panjangnya 4-8 kaki dan tutupnya dibuka. Bootol
dimasukkan secara cepat ke dalam satu kaki dari permukan dengan menghadap ke
bawah, botol segera diangkat dari air dan segera ditutp. Jika tidak digunakan
“sampling stick”, masukkan botol dekat dasar dengan tangan. Tenggelamkan botol
dalam air sedalam 3 cm dan gerakan botol dalam air menentang arus.
14.Sampel dari pompa tangan
Pompa digerakkan 5 menit sebelum diambil sampelnya. Permukaan pompa dibakar
dulu. Sampel ditapung langsung dari pompa ke botol.
Besar sampel
Volume minimum yang diperlukan untuk analisa dari semua jenis air adalah 100
ml. jika akan diperiksa adanya pathogen misalny Salmonela, vlume sampelnya 500 ml.
Pengiriman sampel
Sampel segera dimasukkan kedalam portable ice box pada central cannister. Di
sekitar canister diletakkan es yang dipotong-potong atau dry ice. Bila lama pemgiriman
kurang dari 4 jam, tidak perlu temperature seperti refrigator. Tapi cukup dijaga dalam
keadaan dingin selama perjalanan. Labolatorium harus menerima kabar waktu pengirimn
dan harus disertai form yag lengkap pada sampel.
Doc.Inos@Lia YBA
tersebut, serta seluruh tabung tahap 1 ikut dieramkan lagi bersama tabung tahap II.
Hal ini sangat peru unutk menentukan jumlah coliform.
Jumlah coliform dapat dilihat dengan tabel dari buku :
Standard method for the examination od water ad waste water. Edition 1971,
Michael J.taras
MPN INDEX AND 95% comfernce limits for arious combination of positive and
negative result when there 100 ml portions. Three 1 ml portions and three 0,1 ml
portions are used.
5. Filtrasi membran
Sebagian besar laboratorium mwnggunakan metode ini jika kekeruhan air memerlukan
filtrasi. Sejulah volume air yang cocok difiltrasi melaui membrane steril. Volume aliquot
untuk air kwalitas tinggi adalah 50100 ml. sedang untuk kwalitas rendah dan air
tekontaminasi yang telah diencerkan adalah 1 ml. jumlah koloni pada membrane yang
baik untuk dihitung adalah 10-80 koloni. Keuntungan dari metode membran adalah dapat
dikerjakan dengan cepat sebab lebih baik memeriksa dengan frejuensi yang lebih banyak
dengan metodesederhana dari pada dengan metode yang lebih umit seperti Metode mpn.
C. Prosedur umum
simpan air dalam almari pendingin sampai siap diperiksa. Digunakan membran asetat (0,45)
pada filter steinles stel. Cuci dengan aquades steril setiap ganti air yang difiltrasi dan harus
diganti sesudah dipakai 6 sampel.
4) Saring sejumlah volume tertentu yang sesuai melalui membran steril
5) Gunakan pompa vacuum. Dengan tang steril, ambil membran dan letakkan pada media
dengan menempelkan bagian yang mengandung bakteri pada agar, hati-hati agar tidak
terjadi gelembung udara antara membran dan agar.
6) Inkubasikan dan hitung koloni. Hitung jumlah koloni per 100 ml sampel, dengan
anggapan bahwa 1 koloni berasal dari membran.
D. Konfirmasi koloni & perhitungan kuman
Sebagian besar koloni adalah khas, 5-100% adalah tetap tergantung pada jumlah
seluruh koloni. Bila ada koloni yang jelas brbeda morfologinya, tiap grup dihitung dan
ditetapkan terpisah. Bila koloni dianggap campuran, gunakan metoda seperti pada The
Bacteriological Examination of water supply sample.
4) Menghitung golongan coliform
Untuk air yang tidak diobati diambil 50 dan/ atau 10 ml disaring. Filter
diletakkan pada agar M-ENDO-LES atau agar tepol. Inkubasikan pada 30°C, 119 jam.
Semua koloni yang berwarna metalik pada M-ENDO-LES, atau kuning pada agar tepol
termasuk golongan coliform. Yang mengkilap dapat terdapat dibagian tepi koloni.
Untuk air yang tidak diobati, diambil 100 ml dan difiltrasi. Filter diletakkan
pada agar tapol dan diinkubasikan seperti di atas. Hitung koloni yang kuning, juga yang
orange atau kuning muda.
Untuk menegaskan, dilakukan subkultur pada Briliant Green Lactose Bile
Broth dan diinkubasikan pada 36°C, catat adanya gas pada 24±2 jam dan pada 48±2 jam.
5) Menghitung E.coli
Untuk air yang tidak diobati; ambil 50 dan/ atau 10 ml difiltrasi dan
membrane diletakkan pada agar M-ENDO-LES atau agar tepol, diinkubasikan pada 30C
1,5-2 jam, kemudian pada 44,4°C, 18+32 jam. Hitung koloni yang mengkilat pada endo
dan kuning pada tepol. Koloni E.coli ada yang tidak spesifik baik ukuran maupun
warnanya.
Untuk air yang diobati; biasanya yang difiltrasi adalah 100 ml. filter letakkan
pada gar tepol, inkubasikan pada 36°C, 18-20 jam. Hitung koloni yang datar-cembung
atau cembung berwarna kuning.
Untuk menegaskan inkubasikan pada media fennels, pada 44,4°C selama 24
jam. Catat tabung-tabung yang mengeluarkan gas dan indol.
6) Menghitung faecal streptococci
Faecal streptocci terdapat pada usus binatang dan manusiadan termasuk
spesies streptococcus faecalis dan S. faecium. Adanya organism tersebut dalam air yang
bebas E.coli tapi dengan jumlah coliform yang tunggal, menandakan adanya pencemaran
faeces. Faecal streptococci lebih resisten chlorine dan oleh krena itu penggunaan indeks
dari pngobatan yang efisien adalah dapat mencapai nol setelah chlorinasi. Tekhik yang
digunakan tergantung paad penggunaan sodium azide sebagai inhibitor yang selektif dan
tumbuh pada 44°C. volume air yang sesuai difiltrasi . kemudian membrane diletakkan
pada media datar kuning dari sinetz dan bartley’s glucose azide. Untuk air yang diobati,
diinkubasikan pada 36°c 4 jam kemudian pada 44,4° selama 44 jam.
Doc.Inos@Lia YBA
6. Metode plate count
Perhitungan bakteri scara umum dala air, menggunakan petunjuk untuk mengelola
pengadaan air. Dapat dilihat bahwa kontaminasi pada air yang telah diklorinasi jumlanya
sedkit. Di USA jumlahnya kurang dari 300 per ml. bakteri yang dapat tumbuh di air,
dapat tumbuh lebih baik pada suhu 22°C, daripada temperature yang lebih tinggi. Bakteri
yang tumbuh paling baik pada suhu 37°C, biasanya dalam air tidak dapat tumbuh dengan
baik dan lebih banyak karena pencemaran dari sumber ezternal. Jika dua grup dari bakteri
berbeda secara nyata, diperlukan perhitungan yang berbeda.
LAMPIRAN
3.3.Contoh – contoh Kasus Infeksi Nosokomial
Dengan memerhatikan faktor predsiposisi dan faktor risiko, maka tiap ruangan/bangsal
perawatan seperti ruangan/bangsal perawatan bedah, kebidanan/kandungan, penyakit dalam, dan
seterusnya, perlu memiliki daftar penderita yang berpotensi terjangkiti oleh infeksi Nosokomial.
h. Infeksi luka operasi
Untuk menentukan adanya infeksi Nosokomial pada luka operasi, diperlukan adanya
keterangan/catatan tentang keadaan prabedah dan keadaan selama operasi berjalan
(perioperstif).
Keadaan prabedah adalah gambaran tingkat kondisi jaringan sebelum proses pembedahan
(bersih, terkontaminasi, kotor). Sedangkan keadaan perioparatif adalah gambaran tentang
tingkat kondisi jaringan (steril, kotor) saat pembedahan serta gambaran perlakuan terhadap
jaringan selama berlangsungnya tindakan pembedahan (manipulatif, eksploratif).
Tindakan pembedahan (operasi) dalam Ilmu Bedah, berdasarkan pada tingkat
kontaminasi/risiko infeksi, dibagi menjadi empat klasifikasi secara bertingkat, yaitu:
5. Operasi bersih
Operasi pada keadaan prabedah tanpa adanya luka atau operasi yang melibatkan luka
steril dan dilakukan dengan memerhatikan prosedur aseptik dan antiseptik. Sebagai
catatan, saluran percernaan atau saluran pernapasan, ataupun saluran perkemihan tidak
dibuka.
Contoh: hernia, tumor payudara, tumor kulit, tulang.
Kemungkinan terjadinya infeksi: 2-4%.
6. Operasi bersih terkontaminasi:
Operasi seperti pada keadaan di atas dengan daerah – daerah yang terlibat pembedahann
seperti saluran napas, saluran kemih, atau pemasangan drain.
Contoh: prostatektomi, apendiktomi tanpa radang berat, kolesistektomi elektif.
Kemungkinan terjadinya infeksi; 5-15%
7. Operasi terkontaminasi
Operasi yang dikerjakan dengan catatan:
daerah dengan luka yang telah terjadi 6-10 jam dengan atau tanpa benda asing;
tidak adan tanda – tanda namun kontaminasi jelas karena saluran napas, cerna, atau
kemih dibuka;
tindakan darurat yang mengabaikan prosedur aseptik-antiseptik.
Contoh: operasi usus besar, operasi kulit (luka kulit akibat rudapaksa).
Kemungkinan terjadinya infeksi: 16-25%.
8. Operasi kotor
Operasi yang melibatkan:
daerah dengan luka terbuka yang telah terjadi lebih dari 10 jam;
luka dengan tanda – tanda klinis infeksi;
Doc.Inos@Lia YBA
luka perforasi organ visera.
Contoh: luka rudapaksa yang lama, perforasi usus.
Kemungkinan terjadinya infeksi: 40-70%.
Perlu diketahui, operasi terkontaminasi dan operasi kotor adalah operasi – operasi yang
dikerjakan karena tindakan darurat.
Setelah tindakan pembedahan selesai, dilanjutkan dengan penilaian (observasi dan
evaluasi) terhadap luka pascabedah (luka operasi) dengan dua kemungkinan:
tidak terjadi infeksi, yang artinya sembuh perpriman;
terjadi infeksi, dengan tanda – tanda lokal berupa keluarnya cairan serosanguinolen,
yang kemudian diikuti dengan keluarnya eksudat (pus), disertai rasa nyeri dan edema
(infeksi luka operasi).
Infeksi luka operasi ada dua macam.
Infeksi luka operasi superficial
Infeksi yang terjadi pada daerah insisi yang meliputi kulit, subkutan, dan jaringan
lain di atas fasia.
Infeksi luka operasi profunda
Infeksi yang terjadi pada daerah insisi yang meliputi jaringan di bawah fasia
(termasuk organ dalam rongga).
Luka operasi ini merupakan salah satu penyebab terjadinya dehisensi (luka yang dijahit
terbuka kembali) dan hal ini akan menimbulkan masalah tersendiri.
Kontaminasi luka pascabedah jarang terjadi. Kebanyakan kontaminasi operasi terjadi saat
proses pembedahan berlangsung. Dalam hal ini ada sejumlah faktor pendukung antara
lain:
7. faktor tingkat kontaminasi yang terkait dengan jenis operasi;
8. faktor waktu, makin lama proses pembedahan berlangsung, peluang terjadinya
infeksi makin besar;
9. faktor penderita, yaitu adanya faktor predisposisi yang dimiliki penderita;
10. faktor persiapan dan kesiapan pelaksanaan operasi;
11. faktor teknis operasi yang dilakukan oleh tim operasi;
12. faktor lokasi luka operasi:
adanya suplai darah yang buruk ke daerah operasi;
pencukuran rambut daerah operasi (cara dan waktu pencukuran);
lokasi luka operasi yang mudah tercemar (dekat perineum);
devitalisasi jaringan;
benda asing.
Sebagai catatan, infeksi luka operasi dapat terjadi untuk semua proses pembedahan
seperti bedah umum, bedah ortopedi, bedah obstetri ginekologi, dan lain – lain.
i. Infeksi Saluran kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi Nosokomial yang sering terjadi. Dari beberapa
penelitian, infeksi saluran kemih merupakan 40% dari seluruh infeksi Nosokomial dan
dilaporkan 80% infeksi saluran kemih terjadi sesudah insrumentasi, terutama oleh
kateterisasi. Tindakan invasif lainnya seperti sistoskopi atau tindakan operatif pada vagina,
oleh karena itu pencegahan infeksi saluran kemih (nosokomial) merupakan suatu keharusan.
Bakteri masuk ke dalam kandung kemih atau saluran kemih melalui:
a. batang kateter melalui meatus uretra eksternus;
b. lumen kateter;
c. persambungan kateter dengan pipa penyalur urine;
d. refluks urine dari kantong penampungan urine.
Sebagai penyebab adalah bakteri garam negatif terutama pseudomonas sp. dan kelompok
Enterobacter dengan manifestasi klinisnya adalah nyeri suprasimfiser, nyeri pinggang,
disuria, serta urine yang keruh (piuria).
Pada penderita yang sudah terinfeksi saluran kemih pada waktu masuk rumah sakit, maka
baru dianggap infeksi Nosokomial bila ditemukan bakteri penyebab yag berbeda dengan
bakteri penyebab yang ditemukan pada waktu penderita masuk rumah sakit.
Memerhatikan besarnya kemungkinan terjadinya infeksi Nosokomial setelah tindakan
kateterisasi, maka perlu adanya upaya pencegahan adanya infeksi dengan memerhatikan
hal - hal seperti di bawah ini.
7. Pemasangan kateter dengan memerhatikan syarat dasar aseptik.
8. Kateter menetap sedapat mungkin tidak dipakai dan hanya digunakan atas dasar indikasi
yang tegas.
9. Aliran urine dalam kateter harus bersifat bebas hambatan dan turun.
10. Bila kateter harus terpasang lama, maka diupayakan penggantian kateter setiap 2-3 hari.
11. Setiap akan melakukan tindakan kateterisasi, urine harus dibiakkan (identifikasi) terlebih
dahulu.
12. Berikan antibiotik sebelum kateter dicabut untuk kasus asimptomatik yang disertai
bakteri dalam urine yang menunjukkan kolonisasi.
j. Febris Puerperalis
Doc.Inos@Lia YBA
Febris puerperalis atau demam nifas merupakan infeksi yang muncul pascapersalinan
pervaginam. Tidak semua persalinan pervaginam berjalan spontan. Diperkirakan 7-8% akan
mengalami kesulitan atau distosia (patologis) yang terjadi karena tidak proporsionalnya
perpaduan antara tenaga dorong/his dari uterus (power), janin yang harus terdorong keluar
(passenger), serta jalan lahir (passage) saat persalian berjalan.
Untuk menyelesaikan persalinan distosia ini diperlukan adanya tindakan invasif yang
sering kali membutuhkan instrumen medis. Risiko adanya tindakan invasif ini adalah
terjadinya trauma jalan lahir serta trauma pada janin. Trauma jalan lahir yang terjadi berupa
laserasi, robekan, serta perdarahan yang dapat menimbulkan infeksi. Tindakan medis obstetri
tersebut antara lain ekstraksi vakum; ekstraksi forsep, versi, dan ekstraksi; serta embriotomi
(lihat kembali Bab 16). Terjadinya infkesi karena mikroba patogen terutama berasal dari flora
normal vagina dan kulit di sekitar perineum, serta instrumen.medis dan operator.
Beberapa penelitian menyebutkan bakteri penyebab infeksi yaitu Staphylococcus
haemolyticus, Streptococcus aureus, Escherichia coli. Proses invasi mikroba patogen ini
dibantu secara aktif oleh adanya tindakan medis obstetrik, yang dilakukan secara manipulatif
atau eksploratif dan berlangsung cukup lama, serta dalam kondisi membuka introitus vulva
lebar – lebar. Sebagai catatan bila invasi mikroba patogen benar – benar terjadi di rumah
sakit, maka penderita sebelum masuk rumah sakit belum menjalani tindakan medis invasif
obstetris diagnostik.
Infeksi yang terjadi pada jaringan yang terluka tidak terlokalisasi, sehingga menyebar ke
jaringan – jaringan di sekitarnya. Terjadilah infeksi seperti parametritis, endometritis,
adneksitis, bahkan dapat melebar lebih luas dan terjadi pelveoperitonitis.
Manifestasi klinis muncul pada hari ke-2 sampai ke-10 setelah tindakan ditandai dengan
demam tinggi paling sedikit dua hari, serta nyeri pada palpasi bimanual dan kemungkinan
keluarnya lochea berbau.
Karena besarnya risiko yang terjadi terhadap si ibu, maka perlu adanya antenatal care yang
baik.
Doc.Inos@Lia YBA
Hepatitis virus akut muncul terutama disebabkan oleh hepatitis virus A (HVA), hepatitis virus
B (HVB) atau hepatitis virus non-A non-B (HVNANB). Virus lain antara lain adalah
Cytomegalovirus, virus Epstein-barr.
Manifestasi klinis dari hepatitis virus dapat ikterik atau non-ikterik. Pada fase praikterik
(fase prodromal) terdapat sedikit demam, anoreksia, mual, muntah – muntah, dan nyeri perut,
berlangsung dari beberapa hari sampai dua minggu. Fase ikterik biasanya muncul sesudah
gejala demam dan gejala gastrointestinal mereda, sklera menjadi ikterik dapat dikuti dengan
urine berwarna gelap, pembesaran hati disertai rasa nyeri dan splenomegali.
Perjalanan penyakit hepatitis virus A biasanya akut, sedangkan pada hepatitits virus B
atau non-A non-B biasanya samar – samar, namun cenderung menjadi lebih berat.
Dalam perjalan nnya penyakit – penyakit virus ini disertai adanya gambaran laboratorik
yang spesiifik, baik pada pemeriksaan kimia darah untuk faal hati maupun pemeriksaan
serologisnya.
Pada pemeriksaan kimia darah faal hati akan didapatkan kenaikan kadar SGOT, SGPT,
serta bilirubin sedangkan pada pemeriksaan serologis akan memberikan gambaran positif dari
HbsAg, IgM, anti—HIV, dan IgM anti-HBc,
Demikian gambaran umum tentang penyakit hepatitis virus akut. Bagaimana
permasalahan tentang hepatitis virus kaut Nosokomial? Untuk menetapkan diagnosis hepatitis
virus akut Nosokomial, digunakan batasan klinik, laboratorium, dan waktu:
4. manifestasi klinis;
5. gambaran laboratorik yang spesifik;
6. apabila manifestasi klinis muncul 2 (dua) minggu rawat inap, yang merupakan masa
inkubasi terpendek dari salah satu hepatitis virus.
Panularan virus hepatitis kepada penderita yang sedang menjalani proses asuhan keperawatan
melalui cara – cara berikkut.
1. Cara peroral : melalui makan/minuman, untuk virus hepatitis A.
2. Cara parenteral : melalui kulit, untuk virus hepatitis B sedangkan virus hepatitis NANB
melalui suntikan, biopsi, infus/transfusi, hemodialisis, tindakan pembedahan.
Adanya batas waktu untuk hepatitis virus akut nosokomial sangat berarti, karena pada dua
minggu pertama penderita dalam asuhan keperawatan, paling tidak telah menjalani berbagai
prosedur dan tindakan medis invasif.
Bila ada manifestasi klinis dan tunjangan oleh hasil pemeriksaan laboratorik yang
spesifik yang muncul pada dua minggu pertama dalam masa asuhan keperawatan, berarti
masuknya virus hepatitis terjadi sebelum penderita masuk rumah sakit. Sebaliknya sesuai
dengan batasan waktu, maka diagnosis hepatitis virus akut Nosokomial dapat ditegakkan
apabila manifestasi klinis serta hasil pemeriksaan laboratorik yang spesifik muncul setelah
dua minggu penderita menjalani asuhan keperawatan, bahkan mungkin sampai penderita
diizinkan pulang karena penyakit dasarnya telah dinyatakan membaik/sembuh.
Dalam perjalanan penyakit selanjutnya, hepatitis virus B dan hepatitis virus NANB
prognosisnya kurang baik, dapat menjadi kronis, bahkan berkembang menjadi sirosis atau
kanker hati. Oleh karena itu perlu kewaspadaan pencegahan setiap saat ada prosedur dan
tindakan medis.
Doc.Inos@Lia YBA
Sistem pertahanan dan keseimbangan tubuh serta kondisi setempat yang tergambar
seperti di atas akan berubah jika terjadi trauma mekanik pada mukosa saluran pernapasan.
Terjadilah edema dan laserasi jaringan setempat yang disertai infeksi oportunistik sehingga
terjadi peristiwa peradangan yang akan menyebar ke jaringan parenkim paru, sehingga paru
dapat mengalami pneumonia bakterial. Tercatat sebagai penyebab pneumonia bakterial antara
lain Pseudomonas aeroginusa, bakteri Coliform, Streptococcus, beta-hemolyticus, Klebsiella
pneumonia, Neisseria, catarrhalis, dan Staphylococcus aureus.
Masa inkubasi pneumonia bakteri ini sangat singkat, yaitu satu hingga tiga hari kemudian
akan muncul manifestasi klinis pasca-tindakan intrumentasi dalam bentuk demam tinggi
disertai batuk – batuk purulen. Selanjutnya penderita tampak sesak napas, gelisah, dan
sianosis. Diagnosis pneumonia bakterial ini lebih dipertegas lagi dengan pemeriksaan
laboratorik dan Rontgen.
Doc.Inos@Lia YBA