Anda di halaman 1dari 3

DISLOKASI HIP

A. DEFINISI

Dislokasi hip adalah suatu keadaan lepasnya sendi pinggul oleh berbagai keadaan seperti
trauma(paling sering akibat kecelakaan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi),
kelainan kongenital,artritis piugenik dan ketidak seimbangan otot-otot pinggul.

B. ETIOLOGI
C. KALSIFIKASI
Dislokasi hip/panggul dibagi menjadi 4 macam:
1. Dislokasi panggul posterior
Dislokasi posterior hip joint biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada axis
longitudinal pada femur saat femur dalam keadaan fleksi dan sedikit adduksi.

Terdapat klasifikasi menurut Thompson Epstein(1973):

Tipe 1: dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen tulang yang kecil

Tipe 2: dislokasi dengan frgmen tulang yang besar pada bagian posterior asetabulum

Tipe 3: dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif

Tipe 4: dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum

Tipe 5: dislokasi dengan fraktur kaput femur

2. Dislokasi panggul anterior


Pada cedera ini penderita biasanya terjatuh dari suatu tempat tinggi dan menggeserkan
kaput femur didepan asetabulum.penderita tidak dapat bergerak fleksi secara aktif ketika
dalam keadaan dislokasi.kaput femur jelas berada didepan triangle femur.
3. Dislokasi panggul sentral/obturator
Dislokasi obturator ini sangat jarang ditemukan. Dislokasi ini disebabkan karena gerakan
abduksi yang berlebihan (hiper-abduksi) dari panggul yang normal yang disebabkan
karena trokantor mayor yang bergerak berlawanan denagan pelvis untuk mengungkit
kaput femur keluar dari asetabulum.
4. Dislokasi hip bawaan
Beberapa anak lahir dengan masalah dislokasi pinggul bawaan(displasia).kondisi ini
biasanya didiagnosis segera setalah bayi lahir.sebagian besar waktu hal itu mempengaruhi
hip kiri dalam kelahiran anak pertama,perempuan dan bayi yang lahir dalam posisi
sungsang.

D. PATOFISIOLOGI

Dislokasi panggul paling sering dialami oleh dewasa muda dan biasanya diakibatkan oleh
abduksi,ekstensi dan ekstra traumatik yang berlebihan.
Pada dislokasi kongenital tedapat ketidakstabilan pinngul pada bayi dan anak dengan kondisi
pinggul yang stabil dan berfleksi sebagian. Ada banyak faktor yang dapat memungkinkan
kondisi dislokasi kongenital, meliputi faktor genetik,hormonal,malposisi intrauterine dan
faktor pasca-kelahiran dari pertolongan persalinan.

Pada osteomilitis akut yang menginvasi metafisis, intrakapsular sendi pinggul juga ikut
mengalami infeksi. Selanjutnya kaput dan kapal femur mengalami kerusakan dan mengalami
perubahan letak akibat lepasnya kepala femur dari mangkok asetabulum.

Pasien yang pernah mengalami serebral palsi, poliomielitis dan mieolomeningokel akan
menciptakan suatu kondisi paralisis yang memberikan ketidakseimbangan pada otot sehingga
terjadi abduksi pinggul. Pada kondisi selanjutnya trokhanter mayor gagal berkembang dan
leher femur bengkok kemudian keluar dari pinggul dan terjadilah dislokasi/subluksasi
pinggul.

E. MANIFESTASI
1. Terlihat adanya deformitas pada panggul. Pada dislokasi anterior,didapatkan posisi
sendi panggul terlihat fleksi,paha teranduksi dan mengalami rotasi eksternal. Semantara itu
pada dislokasi posterior, ditemukan deformitas pada sendi panggul yang mengalami aduksi,
rotasi interna, serta fleksi pada hip dan lutut. Gaya berjalan pasien juga mengalami
perubahan dan tidak bisa melakukan pergerakan normal.
2. Didapatkan adanya nyeri
3. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas
4. Hambatan dalam menggerakan femur secara abduksi,rotasi,dan hambatan dalam
beraktivitas jalan atau berdiri.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiografi dilakukan untuk menilai adanya dislokasi hip baik posterior atau
anterior.
2. Pemeriksan CT-scan sangat akuran untuk menjadi media dalam menilai derajat dari
dislokasi hip.
3. X-ray

G. PENATALAKSANAAN

Jika tindakan reposisi tidak bisa dilakukan dengan reduksi ringan, maka diperlukan reposisi
dengan anasthesi lokal dan obat obat penenang misalnya Valium. Dislokasi harus direduksi
secepat mungkin dibawah anestesi umum. Pada sebagian besar kasus dilakukan reduksi
tertutup.seorang asisten menahan pelvis,ahli bedah memfleksikan pinggul dan lutut pasien
sampai 90 derajat dan menarik paha keatas secara vertikal. Jika sendi tidak stabil atau
fragmen yang besar tetap tak tereduksi,reduksi terbuka dan fiksasi internal diperlukan.
Jangan memaksa melakukan reposisi jika penderita mengalami rasa nyeri yang hebat,
disamping tindakan tersebut tidak nyaman terhadap penderita, dapat menyebabkan syok
neurogenik, bahkan dapat menimbulkan fraktur.
H. KOMPLIKASI
1. Jebakan fragmen intra-artikular
Biasanya karena terjadi reduksi yang tidak lengkap akibat ada ganjalan fragmen
tulang rawan asetabulum.
2. Cedera syaraf
3. Cedera pembuluh darah
4. Fraktur dislokasi
Komplikasi lanjut:
1. Kekakuan sendi pinggul
2. Dislokasi yang berulang
3. Kelemahan otot
I. DISCHARGE PALNNING
1. Menganjurkan keluarga klien untuk mempersiapkan perawatan dirumah seperti kursi
roda dan peralatan medis lainnya.
2. Edukasi klien dan kluarga
Ketika klien akan dipulangkan, kluarga harus tahu cara merawat luka untuk
meninghkatkan penyembuhan dan pencegahan infeksi.
3. Perawat harus membantu klien mengerti dengan keadaannya
4. Anjurkan istirahat yang cukup dan kurangi aktifitas yang berlebihan

Anda mungkin juga menyukai