Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM TETAP

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


“KASUS MASTITIS & BREAST CANCER”

Dibuat oleh:

Larasati Dewi Sartika


1806180064

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019/2020
Mastitis

A. PENGERTIAN
Nyeri payudara adalah penyebab utama penyapihan. Kemungkinan
penyapihan tersebut dapat meningkatkan rasa sakit yang lebih lama. Pembengkakan,
saluran yang tersumbat, dan mastitis umumnya dikaitkan dengan nyeri payudara akut.
Mastitis mengacu pada peradangan payudara. Penyebab paling umum disebabkan
karena infeksius, tetapi bisa juga berupa granulomatosa. Infeksi payudara biasanya
mempengaruhi perempuan yang sedang menyusui yang tekah dikaitkan dengan
stagnasi ASI dan trauma puting, yang berdampak pada fungsi sawar kulit dan
memungkinkan masuknya bakteri.

B. ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di
kulit pada puting susu. Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan
paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita
menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASTITIS


Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo,
2010), yaitu:
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di
bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik
menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.
3. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan
oksitosin tidak meningkatkan resiko.
4. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya
mastitis. Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami mastitis karena
kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga hal itu akan memudahkan tubuh mengalami
infeksi (mastitis). Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat
mengurangi resiko mastitis.
5. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam
payudara.
6. Pekerjaan di luar rumah
Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI
yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI.
7. Trauma
Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak jaringan kelenjar
saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis.

D. PATOFISIOLOGI

Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena
proses infeksi ataupun non infeksi. Namun semuanya bermuara pada proses infeksi.
Mastitis akibat proses non infeksi berawal dari proses laktasi yang normal. Namun karena
sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pengeluaran ASI
atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI. Hal ini membuat ASI terperangkap di dalam
duktus dan tidak dapat keluar dengan lancar. Kondisi ini membuat lubang duktus
laktiferus menjadi port de entry bakteri, terutama bakteri Staphylococcus aureus dan
Strepcococcus sp.

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi
akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul fisura/robekan/perlukaan
pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan menjadikanport de entry/tempat
masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah infeksi pada jaringan mammae.
E. KLASIFIKASI MASTITIS
Mastitis lazim dibagi dalam (1) mastitis gravidarum, dan (2) mastitis
puerperalis, karena memang penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada
waktu hamil dan laktasi Berdasarkan tempatnya dapat dibedakan:
1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae.
2. Mastitis di tengah-tengah mamma yang menyebabkan abses di tempat itu.
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mamma dan otot-otot di bawahnya.

Gambar 2.3. lokasi abses pada mastitis

o Klasifikasi mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi menjadi 3, yaitu :


1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause,
penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan
mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan
pada saluran di payudara.

2. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab
utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang
ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
3. Mastitis supurativa/ abses.
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman
Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan
penanganan yang ekstra intensif dan drainage yang adekuat. Bila penanganannya
tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.

F. MANIFESTASI KLINIS
Manisfestasi klinis mastitis yang umum adalah area payudara yang terasa sakit
dan keras. Ibu menyusui yang mengalami mastitis mengalami nyeri, bengkak
sehingga ibu merasa tidak nyaman akibat tersumbatnya saluran ASI pada payudara.

G. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
o Antibiotik, Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terdapat
perbaikan, terapi antibiotik meliputi :

1. penicillin resistan-penisilinase atau sepalosporin.


2. Eritromisin mungkin digunakan jika wanita alergi terhadap penicillin.
3. Terapi awal yang paling umum adalah dikloksasilin 500 mg peroral 4 kali
sehari untuk 10- 14 hari. Amoxicillin-clavulanate 500mg atau 875mg untuk 10-
14 hari atau Clindamycin 300mg untuk 10 – 14 hari atau Trimethoprim-
sulfamethoxazole dosis tunggal untuk 10-14 hari. Pada setiap kasus, penting untuk
dilakukan tindak lanjut dalam 72 jam untuk mengevaluasi kemajuan. Jika infeksi
tidak hilang hilang kultur air susu harus dilakukan.

o Analgesik rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin


yang berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti
inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang
berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen.
Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga
direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
o Metode Ultrasound therapy.
o Kondisi infeksi > US dengan metode pulsed, frekuensi 1MHz.
o Kondisi non infeksi > US dengan metode continous.
o Pemberian massage di sekitar area yang sakit.
o Stretching.
o Exercise therapy.

BREAST CANCER

A. PENGERTIAN
Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis. Kanker terjadi karena timbul dan
berkembang biaknya jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya (dekstrutif),
dapat menyebar ke bagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan. Pertumbuhan
sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar dan disebut sebagai tumor

Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma


yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World Health Organization
(WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan
nomor kode 174. Kanker ini mulai tumbuh di dalam jaringan payudara, jaringan
payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu) saluran kelenjar
(saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara.

B. ANATOMI PAYUDARA
Setiap payudara terdiri atas dua belas sampai dua puluh kelenjar yang masing-
masing tumbuh besar, unit-unit yang bersama membentuk struktur kelenjar payudara
yang semuanya bermuara di puting. Payudara tidak ada kaitannya dengan otot dada
besar (muskulus pektoralis) yang melalui suatu urat yang kokoh melekat pada lengan
atas dan di ujung lain berpegangan kuat pada dinding dada dengan melebar seperti
kipas. Payudara (mamma) yang dimiliki pria dan wanita sama sampai pada masa
pubertas (11 – 13 tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi
perkembangan payudara. Pada wanita perkembang payudara sangat aktif sedangkan
pada pria kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus tidak
berkembang sempurna. (National Cancer Institute, 2014).

C. ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO


Kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel pada payudara.
Pertumbuhan abnormal ini diduga disebabkan oleh mutasi gen yang diturunkan secara
genetik. Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang diduga menjadi pemicu kanker
payudara, yaitu:
1. Jenis kelamin wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pria.
2. Usia yang bertambah, paling banyak pada usia di atas 50 tahun.
3. Belum pernah hamil sebelumnya.
4. Kebiasaan merokok atau minum minuman beralkohol.
5. Kelebihan berat badan atau obesitas.
6. Mulai menopause pada usia lebih tua, yaitu setelah usia 55 tahun.
7. Mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun.
8. Penggunaan alat kontrasepsi hormon dan terapi hormon setelah menopause.
9. Riwayat kanker payudara pada diri sendiri pada salah satu payudara.
10. Riwayat kanker payudara pada nenek, ibu, tante, adik, kakak, atau anak
sekandung.
11. Riwayat terpapar dengan radiasi.
D. GEJALA
1. Benjolan atau pengerasan pada payudara yang berbeda dari jaringan sekitar.
2. Darah keluar dari puting payudara.
3. Kemerahan atau pembesaran pori-pori kulit payudara, yang menyerupai kulit
jeruk.
4. Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
5. Pengelupasan kulit di sekitar puting payudara.
6. Perubahan pada kulit payudara, seperti cekungan.
7. Perubahan ukuran, bentuk, atau tampilan dari payudara.
8. Puting tertarik masuk (retraksi atau inversi) ke dalam.
9. Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASTITIS


1. Usia. Risiko kanker payudara akan meningkat seiring usia bertambah.
2. Jenis kelamin. Wanita lebih rentan terserang kanker payudara dibanding pria.
3. Paparan radiasi. Seseorang yang pernah menjalani radioterapi, rentan
mengalami kanker payudara.
4. Obesitas. Berat badan yang berlebih meningkatkan risiko terserang kanker
payudara.
5. Belum pernah hamil. Wanita yang pernah hamil dan menyusui memiliki
risiko kanker payudara lebih kecil dibanding wanita yang belum pernah hamil
dan menyusui.
6. Melahirkan pada usia tua. Wanita yang baru memiliki anak di atas usia 30
tahun lebih berisiko mengalami kanker payudara.
7. Konsumsi alkohol. Studi terbaru menunjukkan, konsumsi alkohol dalam
jumlah sedikit tetap meningkatkan risiko kanker payudara.
8. Terapi pengganti hormon. Setelah menopause, wanita yang mendapat terapi
pengganti hormon dengan estrogen dan progesterone lebih berisiko terkena
kanker payudara.
9. Mulai menstruasi terlalu muda. Wanita yang mengalami menstruasi di
bawah usia 12 tahun diketahui lebih berisiko mengalami kanker payudara.
10. Telat menopause. Wanita yang belum mengalami menopause hingga usia 55
tahun juga berisiko mengalami kanker payudara.
11. Riwayat kanker payudara pada keluarga. Mutasi pada gen BRCA1 dan
BRCA2 juga bisa membuat kanker payudara diturunkan dari orang tua ke
anaknya. Selain itu, seseorang yang memiliki anggota keluarga dekat yang
menderita kanker payudara, juga lebih berisiko mengalaminya.

F. LOKASI TERJADINYA BREAST CANCER SECARA UMUM


1. Ductal carcinoma in situ. Kanker ini tumbuh di duktus, dan tidak menyebar
ke jaringan sekitarnya. Jenis kanker ini termasuk kanker stadium awal dan
mudah diobati. Namun demikian, kanker ini bisa menyebar ke jaringan
sekitarnya jika tidak segera ditangani.
2. Lobular carcinoma in situ. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus. Sama
seperti ductal carcinoma in situ, kanker ini tidak menyebar ke jaringan
sekitarnya.
3. Invasive ductal carcinoma. Kanker ini tumbuh di duktus dan bisa menyebar
ke jaringan sekitarnya, bahkan bisa menyebar ke area tubuh yang lain. Jenis
kanker ini terjadi pada 70-80% kasus kanker payudara.
4. Invasive lobular carcinoma. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus dan bisa
menyebar ke jaringan sekitarnya. Kanker ini terjadi pada 10% kasus kanker
payudara.

G. JENIS BREAST CANCER


1. Angiosarcoma. 
Adalah jenis kanker yang tumbuh di pembuluh darah dan saluran getah bening di
payudara.
2. Penyakit Paget. 
Penyakit paget merupakan kanker yang tumbuh di puting payudara, lalu meluas ke
area hitam di sekitar puting (areola).
3. Tumor phyllodes. 
Jenis kanker yang jarang ini tumbuh di jaringan ikat payudara yang disebut stroma.
4. Inflammatory breast cancer. 
Adalah jenis kanker payudara yang jarang, namun berkembang cepat dan menyumbat
saluran getah bening, sehingga membuat payudara tampak meradang seperti infeksi.
5. Triple negative breast cancer. A
Adalah jenis kanker yang menunjukkan hasil negatif pada pemeriksaan keberadaan
reseptor hormon estrogen (ER), reseptor hormon progesterone (PR), dan reseptor
protein HER-2 pada jaringan kanker, yang biasanya positif pada kanker payudara.

H. DIAGNOSIS BREAST CANCER


Dokter akan mendiagnosis kanker payudara dengan melakukan wawancara medis
lengkap, pemeriksaan fisik langsung untuk mendeteksi perubahan pada payudara serta
kelenjar getah bening pada ketiak, serta pemeriksaan penunjang, seperti:

1. Mammogram atau foto payudara, untuk mendeteksi kelainan pada


payudara.
2. Ultrasonografi (USG) payudara, untuk menentukan benjolan payudara
berupa massa padat atau kista yang berisi cairan.
3. Biopsi dengan pengambilan sampel jaringan, untuk diperiksa di
laboratorium dan menentukan sel yang diperiksa bersifat jinak atau ganas.
4. Computerized Tomography scan (CT scan) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI), untuk menentukan ukuran serta penyebaran dari kanker
payudara.

I. STADIUM KANKER PAYUDARA

Setelah hasil biopsi menunjukkan jaringan tersebut merupakan kanker payudara,


dokter akan menentukan stadium kanker pada pasien. Stadium ini diklasifikasikan
berdasarkan seberapa luas area penyebaran kanker payudara. Klasifikasi ini membantu
dokter menentukan jenis pengobatan yang akan dipilih.

a. Stadium 0
Kanker tidak berkembang lebih jauh dari tempat tumbuhnya di duktus atau lobulus,
dan belum menyebar ke jaringan di sekitarnya. Kondisi ini disebut in situ.

b. Stadium 1
Stadium 1a : Tumor berukuran hingga 20 mm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening di ketiak.
Stadium 1b : Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak, dengan
ukuran lebih besar dari 0,2 mm namun kurang dari 2 mm. Sedangkan pada payudara
terdapat tumor dengan ukuran tidak lebih dari 20 mm atau bisa tidak nampak tumor.

c. Stadium 2
Stadium 2a : Kanker payudara sudah masuk pada stadium ini jika:
o Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak dengan ukuran 2
mm atau lebih, dengan tumor di payudara tidak lebih dari 20 mm atau tidak
tampak tumor di payudara.
o Ukuran tumor lebih besar dari 20 mm, namun tidak lebih besar dari 50 mm,
tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak.
Stadium 2b : Stadium ini ditandai dengan:
o Ukuran tumor lebih besar dari 20 mm, namun tidak lebih besar dari 50 mm,
dan sudah menyebar ke 1 hingga 3 kelenjar getah bening di ketiak.
o Ukuran tumor lebih besar dari 50 mm, namun tidak menyebar ke kelenjar
getah bening.

d. Stadium 3
Kanker semakin membesar dan menyebar ke dinding payudara atau ke kulit di
sekitar payudara. Sel kanker juga menyebar ke lebih banyak kelenjar getah bening.

Stadium 3a : Kanker payudara sudah masuk pada stadium ini jika:
o Kanker sudah menyebar ke 4 hingga 9 kelenjar getah bening di ketiak atau
kelenjar getah bening di dalam payudara, dengan ukuran tumor di payudara
hingga 50 mm. Bisa juga tidak ada tumor di payudara.
o Ukuran tumor lebih besar dari 50 mm, dan sudah menyebar ke 1 hingga 3
kelenjar getah bening di ketiak.

Stadium 3b : Tumor sudah menyebar ke kulit dinding payudara.


Stadium 3c : Ukuran tumor bisa bervariasi, dan telah menyebar hingga ke 10 kelenjar
getah bening atau lebih di ketiak, atau sudah menyebar ke kelenjar getah bening di
dalam payudara dan leher.
e. Stadium 4
Pada stadium ini, ukuran tumor bisa bervariasi, dan telah menyebar jauh ke
organ lain, seperti tulang, paru-paru, hati, atau otak.

J. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
o Metode Intervensi untuk kanker payudara dilakukan tanpa operasi,
melainkan menggunakan perkutaneus atau ablasi interstitial yang dapat
menghancurkan dan menghilangkan tumor secara keseluruhan. Hanya
dengan 1-2mm luka sayatan, di bawah panduan alat pencitraan medis,
misalnya dengan CT-Scan, melalui kateter khusus dan alat lainnya yang
dimasukkan ke dalam tubuh.

o Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan dengan melakukan penyinaran ke
daerah yang terserang kanker, dengan tujuan untuk merusak sel-sel kanker.
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi
kuratif dengan mempertahankan mamma dan sebagai terapi paliatif
(tambahan).

o Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair, kapsul atau infus yang bertujuan untuk membunuh sel
kanker tidak hanya pada payudara tetapi juga seluruh tubuh. Efek dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut
rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan saat kemoterapi.
Kemoterapi biasanya diberikan 1-2 minggu sesudah operasi. Kemoterapi
merupakan pendekatan sistematis untuk membunuh sel-sel kanker yang
bertambah banyak (Tagliaferri, M., dkk. 2002) .

o Terapi hormonal, bersifat sistemik.


o Molekuler targeting terapi (biologi terapi).
o Stretching.
o Massage.
o Exercise therapy.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sharma, GN. et al. (2010). Various Types and Management of Breast Cancer; An
Overview. journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research (italic). 1(2).
pp. 109–126. 

2. Shah, R. et al. (2014).Pathogenesis, prevention, diagnosis and treatment of breast


cancer. World Journal of Clinical Oncology (italic). 5(3). pp. 283–298 

3. National Breast Cancer Foundation (2016). Breast Cancer Types. 

4. Herndon, et al. Healthline (2017). Everything You Want to Know About Breast
Cancer. Stoppler, M. eMedicinehealth (2017). Breast Cancer. 

5. Foxman B, D’Arcy H, Gillespie B, et al. Lactation mastitis:Occurrence and medical


management among 946 breast-feeding women in the United States. Am J Epidemiol
2012;155:103–114.

6. Waldenstro¨m U, Aarts C. Duration of breastfeeding and breastfeeding problems in


relation to length of postpartum stay: A longitudinal cohort study of a national
Swedish sample. Acta Paediatr 2014;93:669–676.

Anda mungkin juga menyukai