Anda di halaman 1dari 10

1

Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi menyeluruh adalah bagian dasar dari evaluasi tulang belakang
servikal, torakal dan lumbal, yang meliputi pemeriksaan sensorik dan motorik, refleks, serta
tanda-tanda penegangan akar saraf (dibahas selanjutnya). Fungsi neurologis terbaik
dievaluasi dalam pemeriksaan sistematis berdasarkan dermatom. Tes sensorik, motorik dan
refleks untuk tiap dermatom diringkas dalam tabel berikut.8,9

Gambar. Dermatom2

Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan spesifik pada leher :5,8

Spurlings test. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa nyeri radikuler. Cara
pemeriksaan: pemeriksa melakukan rotasi pasif sendi leher ke arah yang sakit sambil
mengaplikasikan tekanan ke bawah dari atas kepala pasien. Penemuan positif jika
terdapat nyeri yang muncul dari leher dan menjalar sesuai dermatom. Jika didapatkan
nyeri lokal sugestif keterlibatan sendi faset, nyeri radikuler mengindikasikan adanya
kompresi radiks saraf.

Neck compression test. Pemeriksaan tes kompresi leher ini bertujuan untuk memeriksa
nyeri radikuler. (1) Kompresi tegak lurus, cara pemeriksaan: pasien dalam posisi duduk
dengan pemeriksa berdiri di belakang pasien, lalu pemeriksa mengaplikasikan tekanan
pada kepala pasien; penemuan positif jika terdapat nyeri di bagian sendi leher pada saat
penekanan. (2) Kompresi dengan gerakan pasif, cara pemeriksaan: pasien dalam posisi
duduk dengan pemeriksa berdiri di belakang pasien, lalu pemeriksa mengaplikasikan
tekanan pada kepala pasien sambil melakukan rotasi pasif dan fleksi lateral ke kanan
dan kiri; adanya nyeri, kesemutan dan rasa baal pada lokasi tertentu dicatat.

Shoulder abduction test (Badokys sign). Pasien diminta mengabduksikan sendi bahu
dan meletakkan telapak tangan di atas kepala. Penemuan positif jika dengan posisi ini
pasien merasa keluhan berkurang atau bahkan hilang. Manuver ini menyebabkan
berkurangnya stretching pada radiks yang mengalami kompresi.

Sharp-Purser test. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa integritas dari ligamen
transversum atau instabilitas tulang belakang servikal atas. Cara pemeriksaan: pasien
dalam posisi duduk dan kepala sedikit menunduk, lalu pemeriksa menaruh satu tangan

di dahi pasien, dan tangan pemeriksa yang lain diletakkan di prosesus spinosus C2
pasien

(kedua

tangan

pemeriksa

horisontal

dengan

lantai),

lalu

pemeriksa

mengaplikasikan tekanan ke posterior dari tangan yang diletakkan di dahi sembari


tangan yang lain memfiksasi C2. Penemuan positif jika didapatkan gerakan meluncur
(sliding) pada sendi leher atau gejala utama berkurang.

Lhermittes sign, dilakukan fleksi atau ekstensi sendi leher, positif bila menimbulkan
sensasi tersetrum, terutama pada tungkai.

Pemeriksaan spesifik pada torakolumbal :6,9

Straight leg test (Lasegue test), dilakukan fleksi sendi panggul dengan tungkai lurus
pada posisi terlentang. Dinyatakan normal bila tidak ada nyeri pada saat tes dilakukan
dan sendi lutut melewati minimal 70.

Kernig test, dilakukan fleksi sendi hip 90 dan fleksi sendi lutut 90, kemudian
ekstensikan lutut pada posisi tersebut. Dinyatakan normal bila tidak ada nyeri pada saat
tes dilakukan dan sendi lutut melewati minimal 135.

Valsava test, nyeri torakolumbal saat valsava mengindikasikan adanya nerve root
impingement.

Milgram test, mirip dengan straight leg test hanya saja dilakukan pada kedua kaki
bersamaan. Gagal atau adanya nyeri saat melakukan tes ini mengindikasikan adanya
nerve root impingement.

Quadrant test, pasien berdiri dengan pemeriksa memegang bahu pasien, pasien diminta
untuk ekstensi punggung, lateral bending dan rotasi ke arah keluhan; nyeri menjalar
menunjukkan kompresi serabut saraf sedangkan nyeri lokal menunjukkan patologi sendi
intervertebralis.

Bowstring sign, lakukan ekstensi sendi hip pasif hingga nyeri muncul, fleksi lutut kirakira 20 untuk meredakan nyeri, kemudian lakukan penekanan pada area popliteal; hasil
positif mengindikasikan skiatika.

Schoeber test, pada pasien berdiri tegak, buat garis antara 2 sendi sakroiliak, kemudian
buat garis tegak lurus 10 cm pada pertengahan garis sebelumnya. Minta pasien untuk
membungkuk ke depan (forward flexion) lalu ukur jarak kedua garis tersebut pada saat
pasien membungkuk. Selisih < 5 cm menunjukkan keberadaan patologi spinal.

FABER test, lakukan fleksi, abduksi, eksorotasi sendi hip dari tungkai yang sakit;
adanya nyeri mengindikasikan patologi sakroiliak atau kelainan pada m. iliopsoas.

Gaelens test, pasien berbaring di tepi samping meja periksa dengan salah satu tungkai
menggantung, dilakukan fleksi hip dan lutut pada tungkai kontralateral, lakukan
penekanan hingga hiperekstensi pada tungkai yang menggantung dan fleksi pada
tungkai yang difleksikan; nyeri pada tes mengindikasikan disfungsi sakroiliak.

Pemeriksaan pada pasien tengkurap


Kontur tulang dan benjolan-benjolan kecil dapat diraba dengan lebih mudah bila pasien
tengkurap. Nyeri tekan yang dalam mudah ditentukan tempatnya tetapi sulit mencari struktur khusus
apa yang menjadi tempat asalnya. Nadi poplitea dan tibia posterior dapat diraba. Kekuatan otot-otot
hamstring diuji dan sensasi pada bagian belakang anggota badan dinilai. Uji peregangan femur (untuk
ketegangan akar saraf lumbal) dilakukan dengan memfleksikan lutut pasien dan mengangkat pinggul
dalam ekstensi; nyeri mungkin terasa di paha depan dan punggung.7
Pemeriksaan pada pasien terlentang
Pasien diamati ketika ia membalik-apakah ada nyeri atau kaku. Penilaian secara cepat terhadap
tiroid, dada (dan payudara), perut (dan skrotum) bermanfaat dan penting jika ada suatu tanda
penyakit umum. Mobilitas pinggul dan lutut dinilai sebelum dilakukan pengujian terhadap

keterlibatan korda atau akar saraf. Uji menaikkan kaki yang diluruskan mengungkapkan adanya
ketegangan akar lumbosakral. Dengan lutut ditahan tetap lurus, kaki diangkat dari depan hingga
pasien merasa nyeri tidak hanya di paha (yang biasa dan tidak bermakna) tetapi juga di bokong dan
betis (uji Lasegue); sudut pada saat terjadi sakit dicatat. Biasanya kaki dapat diangkat sampai 80-90;
orang dengan ligamentum yang longgar bahkan dapat mengangkatnya lebih jauh lagi. Tepat pada saat
pasien merada tidak enak, dorsofleksi pasif pada kaki dapat menambah rasa nyeri yang menusuk. Jika
lutut sedikit dilenturkan, nyeri bokong tiba-tiba mereda; nyeri kemudian dapat timbul kembali tanpa
meluruskan lutut hanya dengan menekan saraf poplitea lateral, yang membuatnya kencang seperti tali
busur. Kadang-kadang bila sisi yang sehat diangkat dan diluruskan menimbulkan nyeri pada sisi yang
sakit. Ketegangan skiatikus silang ini menunjukkan iritasi akar yang hebat, biasanya akibat prolaps
diskus sentral, dan menunjukkan adanya risiko bagi akar saraf sakral yang mengendalikan fungsi
kandung kemih. Pemeriksaan neurologik lengkap terhadap kedua tungkai kemudian dilakukan. Nadi
diraba dan ekstremitas dengan hati-hati diperiksa untuk mencari adanya perubahan trofik. Kecuali
jika tanda-tanda mengarah dengan jelas pada penyakit tulang belakang, pemeriksaan rektum dan
vagina mungkin perlu dilakukan.7
Tambahan.5,8,9

Ketika pasien datang dengan keluhan nyeri leher setelah trauma, pikirkan adanya fraktur, cedera
ligamen, peregangan saraf servikal, atau cedera diskus. Ketika pasien dengan keluhan nyeri leher
tanpa trauma yang mendahului, pikirkan peregangan saraf servikal, penyakit degeneratif diskus,
herniasi diskus, deformitas tulang belakang, infeksi, atau tumor. Ketika pasien mengeluh nyeri
pada leher dan lengan, pikirkan kemungkinan herniasi diskus, stenosis servikal, infeksi atau
tumor.

Ketika pasien datang dengan keluhan nyeri punggung bawah setelah trauma, pikirkan adanya
fraktur, cedera ligamen, peregangan punggung bawah, atau cedera diskus. Ketika pasien dengan
keluhan nyeri punggung bawah tanpa trauma yang mendahului, pikirkan peregangan punggung
bawah, penyakit degeneratif diskus, herniasi diskus, artritis lumbal, spondilolisis /
spondilolistesis, deformitas tulang belakang, fraktur kompresi, infeksi, atau tumor.

Thoracic outlet syndrome.

Kondisi ini merupakan manifestasi dari gangguan a. subklavia atau n. thoracicus I di rongga
antara skalenus anterior, skalenus media dan iga I. Pemeriksaan spesifik untuk thoracic outlet
syndrome adalah:
Carilah tanda-tanda adanya iskemia unilateral pada tangan (dingin pada perabaan, pucat).
Raba denyut arteri radialis sambil mengaplikasikan traksi pada lengan. Pemeriksaan
mengarah pada adanya thoracic outlet syndrome apabila terjadi obliterasi (kehilangan /
lenyap) denyut dibandingkan dengan sisi kontralateral.
Adsons test. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa adanya thoracic outlet syndrome.
Cara pemeriksaan: sendi bahu diabduksi kira-kira 30 dan pemeriksa meraba denyut arteri
radialis, lalu pasien diminta untuk menegokkan leher ke sisi yang diperiksa, kemudian
menarik dan menahan napas panjang. Setelah itu pasien diminta membuang napas,
menghadap ke depan, dan menurunkan lengan ke sisi tubuh. Penemuan positif jika terdapat
obliterasi, reduksi atau bahkan keluhan utama muncul pada perabaan denyut posisi kedua.

Roos test. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa adanya thoracic outlet syndrome.
Cara pemeriksaan: pasien diminta mengabduksi dan eksternal rotasi kedua sendi bahu, sendi
siku dalam posisi fleksi 90 (surrender position), lalu pasien diminta mengepalkanmembuka telapak tangan perlahan berulang dalam waktu 3 menit. Penemuan positif jika
pulsasi radial hilang pada perabaan, atau keluhan utama muncul.

Periksa

gangguan

neurologis,

memperhatikan

miotom

dan

dermatom,

sambil

memperhatikan adanya gangguan kelenjar keringat. Perhatikan atrofi otot-otot hipotenar


atau tenar.

Auskultasi di atas a. subklavia, adanya murmur mengindikasikan adanya obstruksi mekanik,


namun harus dibandingkan dengan sisi yang sehat.

Periksa adanya iga servikal pada pemeriksaan radiologis.

Anda mungkin juga menyukai