3. Bahasa
Aktivitas berlatih berbahasa akan menantang kemampuan untuk mengenali, mengingat, dan
memahami kata-kata. Hal ini juga melatih kemampuan untuk keluwesan berbahasa, kemampuan
tata bahasa, serta memperkaya diksi.
Dengan latihan rutin, Anda akan bisa memperkaya pengetahuan akan kata-kata baru, dan lebih
mudah mencari kata yang familiar.
Coba baca seksi berita yang biasanya jarang Anda baca. Contoh, biasanya Anda hanya baca
halaman olahraga, coba sesekali intip halaman bisnis atau gaya hidup untuk memperkaya diksi
dan pemahaman. Menjawab kuis teka-teki silang juga bisa membantu.
3. Visual Spasial
Kita hidup dalam dunia yang tiga dimensi. Menganalisa informasi visual adalah hal yang penting
untuk bisa berinteraksi dengan lingkungan.
Untuk melatih fungsi kognitif ini, coba masuki ruangan, lihat 5 benda kecil berbeda serta
berjauhan dan ingat-ingat lokasi mereka. Lanjutkan aktivitas Anda seperti biasa, 2 jam
kemudian, coba sebutkan kembali barang apa saja yang Anda ingat dan lokasi-lokasinya.
4. Fungsi eksekutor
Secara tak sadar, kita menggunakan kemampuan logika dan pemahaman setiap hari untuk
membuat keputusan, membangun hipotesan, dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan
yang kita lakukan sehari-hari.
Aktivitas yang mengharuskan kita membuat strategi atau memperhitungkan langkah yang tepat
atau mencapai solusi dengan waktu sesingkat-singkatnya adalah aktivitas yang menyenangkan.
Untuk melakukan tindakan ini, Anda cukup memperbanyak aktivitas sosial atau bermain games
yang menantang strategi, seperti melakukan permainan video jenis Role Playing Games.
A.
Gangguan kognitif merupakan respon maladaptive yang ditandai oleh daya ingat terganggu,
disonentasi, inkoheren dan sukar bepikir logis. Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi
otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak.
a). Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi susunan saraf pusat (SSP).
SSP memerlukan nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman nutrisi mengakibatkan
gangguan fungsi SSP. Faktor yang dapat menyebabkan adalah penyakit infeksi sistematik,
gangguan peredaran darah, keracunan zat (Beck, Rawlins dan Williams, 1984, hal 871). Banyak
faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat menimbulkan gangguan kognitif, seperti
kekurangan vitamin, malnutrisi, gangguan jiwa fungsional.
2. Faktor Presipitasi
Setiap kejadian diotak dapat berakibat gangguan kognitif. Hipoksia dapat berupa anemia
Hipoksia, Hitoksik Hipoksia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia. Semua Keadaan ini
mengakibatkan distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme sering mengganggu
fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia. Racun, virus dan virus menyerang otak
mengakibatkan gangguan fungsi otak, misalnya sifilis. Perubahan struktur otak akibat trauma
atau tumor juga mengubah fungsi otak. Stimulus yang kurang atau berlebihan dapat mengganggu
fungsi kognitif. Misalnya ruang ICU dengan cahaya, bunyi yang konstan merangsang dapat
mencetuskan disorientasi, delusi dan halusinasi, namun belum ada penelitian yang tepat.
b). Akibat gangguan kognitif
1.
diulang).
2.
Proses pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan atau inkoheren.
3.
Gangguan tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngatuk pada siang hari.
Gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru, misalnya nama beberapa benda
Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Penyebab : - Gangguan fungsi susunan saraf pusat
- Gangguan pengiriman nutrisi
- Ganggua peredaran darah
a. Penuaan
Kumulatif degeneratif jaringan otak = penuaan
Racun dalam jaringan otak
Kimia toksik/logam berat = Respon kognitif maladaptif
b. Neurobiologi
Penyakit Alzheimers
Gangguan metabolik :
- Penyakit lever kronik,
- GGK
- Devisit vitamin
- Malnutrisi
Anorexia nervosa
Bulimia nervosa
c. Genetik :
Penyakit otak degeneratif herediter ( Huntingtons Chorea)
2. Stressor Presipitasi
a. Hipoksia :
- Anemia hipoksik
- Histotoksik hipoksia
- Hipoksemia hipopoksik
- Iskemia hipoksik = Suplai darah ke otak menurun/berkurang
b. Gangguan metabolisme
Malfungsi endokrin : Underproduct / Overproduct Hormon
- Hipotiroidisme
- Hipertiroidisme
- Hipoglikemia
c. Racun, Infeksi
- Gagal ginjal
- Syphilis
- Aids Dement Comp
d. Perubahan Struktur
- Tumor
- Trauma
e. Stimulasi Sensori
- Stimulasi sensori berkurang
- Stimulasi berlebih
Lingkungan yang stimulusai berkurang / atau lebih = halusinasi
Penerangan dan aktifitas di ICU yang konstan = bingung, delusi, halusinasi
3. Perilaku
Delirum: Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan: Gangguan perhatian,
memori, pikiran dan orientasi.
Demensia: Suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan hilangnya
kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir abstrak.
Insomnia: Insomnia/sulit tidur adalah masalah yang lazim dialami lansia; sleep-maintenance
insomnia adalah kondisi terkait umur dan membuat penderitanya lemah (Bootzin, EngleFriedman, dan Hazelwood).
A.
I.
Delirium
1) Pengertan Delirium
Delirium adalah suatu kondisi yang dikarakterisasi dengan adanya perubahan kognitif akut
(defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) dan gangguaan pada sistem kesadaran
manusia. Delirium bukanlah suatu penyakit melainkan suatu sindrom dengan penyebab multipel
yang terdiri atas berbagai macam pasangan gejala akibat dari suatu penyakit dasar. Delirium
didefinisikan sebagai disfungsi cerebral yang reversible,akut dan bermanifestasi klinis pada
abnormalitas neuropsikiatri. Delirium, sering salah diintrepretasikan dengan demensia, depresi,
mania, schizophrenia akut, atau akibat usia tua, hal ini dapat terjadi karena gejala dan tanda dari
delirium juga muncul pada demensia, depresi, mania, psikosis dll. Kata delirium berasal dari
bahasa latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini pernah dilaporkan pada masa Hippocrates dan
pada tahun 1813 Sutton mendeskripsikan sebagai delirium tremens,kemudian Wernicke
menyebutnya sebagai Encephalopathy Wernicke.
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau ditandai dengan Kesadaran, berkabut yang
dimanifestasikan oleh lama konsentrasi yang rendah, persepsi yang salah, gangguan piker (Stuart
dan Sundeen, 1987).
2) Terdapat 3 tipe delirium, yaitu:
1.
Delirium hiperaktif: didapatkan pada pasien dengan gejala putus substansi antara lain;
alkohol,amfetamin,lysergic acid diethylamide atau LSD.
2.
Delirium hipoaktif: didapatkan pada pasien pada keadaan hepatic encephalopathy dan
hipercapnia.
3.
Delirium campuran: pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang hari mengantuk tapi pada
malam hari terjadi agitasi dan gangguan sikap.
Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya. Delirium
menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan structural dan fisiologik. Neuropatologi dari
delirium telah dipelajari pada pasien dengan hepatic encephalopathy dan pada pasien dengan
putus alcohol. Hipotesis utama yaitu gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel dan
abnormalitas dari multipel neurotransmiter.
b. Dopamine
Pada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dan dopaminergik. Pada delirium
muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik,pengobatan simptomatis muncul pada pemberian
obat antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat dopamine.
c. Neurotransmitter lainnya
Serotonin ; terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan encephalopati hepatikum.
GABA (Gamma-Aminobutyric acid); pada pasien dengan hepatic encephalopati,peningkatan
inhibitor GABA juga ditemukan. Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatic
encephalopati,yang menyebabkan peningkatan pada asam amino glutamat dan glutamine (kedua
asam amino ini merupakan precursor GABA). Penurunan level GABA pada susunan saraf pusat
juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus benzodiazepine dan alkohol.
d. Mekanisme peradangan/inflamasi
Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti interleukin-1 dan interleukin-6,dapat
menyebabkan delirium. Mengikuti setelah terjadinya infeksi yang luas dan paparan toksik,bahan
pirogen endogen seperti interleukin-1 dilepaskan dari sel. Trauma kepala dan iskemia, yang
sering dihubungkan dengan delirium,terdapat hubungan respon otak yang dimediasi oleh
interleukin-1 dan interleukin 6.
e. Mekanisme reaksi stress
Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya delirium.
f. Mekanisme struktural
Pada pembelajaran terhadap MRI terdapat data yang mendukung hipotesis bahwa jalur
anatomi tertentu memainkan peranan yang lebih penting daripada anatomi yang lainnya.
Formatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting dari bangkitan delirium. Jalur
tegmentum dorsal diproyeksikan dari formation retikularis mesensephalon ke tectum dan
thalamus adalah struktur yang terlibat pada delirium. Kerusakan pada sawar darah otak juga
dapat menyebabkan delirium,mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neuro toksik dan
sel-sel peradangan (sitokin) untuk menembus otak.
4) Kriteria diagnostik untuk delirium :
1.
2.
3.
Gangguan perkembangan dalam periode waktu yang singkat. Bukti dari riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik atau pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan bahwa gangguan
disebabkan oleh konsekuensi fisiologik langsung atau akibat kondisi medis yang umum.
Pengobatan terutama pada pasien delirium adalah untuk mengkoreksi kondisi medis yang
menyebabkan gangguan-gangguan utama. Langkah pertama pada tata laksana pasien dengan
delirium adalah melakukan pemeriksaan yang hati hati terhadap riwayat penderita,pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium. Informasi dari pasien tentang riwayat pasien terdahulu maupun
status penderita sekarang sangat membantu para praktisi medis untuk melakukan tata laksana
yang baik untuk mengobati delirium.
II.
1.
Demensia
Pengertian Demensia
Demensia merupakan istilah digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang
disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Demensia bukan berupa penyakit dan bukanlah
sindrom.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zatzat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. Tetapi demensia
biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun. Namun demensia bukan
merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka
perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka
pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi
fungsi.
Pikun merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu sendiri belum berarti indikasi
terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan
baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu mereka lambat laun
kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional,
sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.
2.
Hidrosefalus ini menyebabkan demensia yang tidak biasa, dimana tidak hanya menyebabkan
hilangnya fungsi mental tetapi juga terjadi inkontinensia air kemih dan kelainan berjalan. Orang
yang menderita cedera kepala berulang (misalnya petinju) seringkali mengalami demensia
pugilistika (ensefalopati traumatik progresif kronik); beberapa diantaranya juga menderita
hidrosefalus.
Usia lanjut yang menderita depresi juga mengalami pseudodemensia. Mereka jarang makan
dan tidur serta sering mengeluh tentang ingatannya yang berkurang; sedangkan pada demensia
sejati, penderita sering memungkiri hilangnya ingatan mereka.
3.
a.
Gejala Demensia
Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini
pada mulanya tidak disadari.
Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan kemampuan
untuk mengenali orang, tempat dan benda.
Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan
dalam pemikiran abstrak (misalnya dalam pemakaian angka).
b.
Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata yang lebih
sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata
yang tepat.
Ketidakmampuan
mengartikan
tanda-tanda
bisa
menimbulkan
kesulitan
dalam
mengemudikan kendaraan.
c.
Gejalanya memburuk secara tiba-tiba, kemudian agak membaik dan selanjutnya akan
memburuk kembali ketika stroke yang berikutnya terjadi.
Mengendalikan tekanan darah tinggi dan kencing manis kadang dapat mencegah stroke
berikutnya dan kadang terjadi penyembuhan ringan.
Penderita yang tidak berhasil merubah hidupnya bisa mengalami frustasi karena
ketidakmampuannya melakukan tugas sehari-hari.
Penderita lupa untuk melakukan tugasnya yang penting atau salah dalam melakukan
tugasnya.
4.
Diagnosa
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan memperhatikan
usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta adanya penyakit lain
(misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis). Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar.
Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau
stroke.
Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara bertahap, maka
diduga penyebabnya adalah penyakit Alzheimer. Diagnosis penyakit Alzheimer terbukti hanya
jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel
yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid
(sejenis protein abnormal).
Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan
pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang merupakan pemerisaan skening
otak khusus.
5.
Pengobatan
Obat takrin membantu penderita dengan penyakit Alzheimer, tetapi menyebabkan efek
samping yang serius. Takrin telah digantikan oleh donepezil, yang menyebabkan lebih sedikit
efek samping dan memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer selama 1 tahun atau lebih.
Ibuprofen juga bisa memperlambat perjalanan penyakit ini. Obat ini paling baik jika
diberikan pada stadium dini.
Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya
bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing
manis yang berhubungan dengan stroke. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi,
diberikan obat anti-depresi. Jika didiagnosis secara dini, maka demensia karena hidrosefalus
bertekanan normal kadang dapat diatasi dengan membuang cairan yang berlebihan di dalam otak
melalui selang drainase (shunting).
Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikosa (misalnya tioridazin dan
haloperidol). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat
anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoia.
6.
Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu mencegah
terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.
Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa memberikan
rasa keteraturan kepada penderita.
Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk
keadaan.
Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan sangat
membantu.
Insomnia
Insomnia/sulit tidur adalah masalah yang lazim dialami lansia; sleep-maintenance insomnia
adalah kondisi terkait umur dan membuat penderitanya lemah (Bootzin, Engle-Friedman, dan
Hazelwood). Dalam sleep education, terapis mengajari klien tentang perubahan-perubahan tidur
terkait umur; efek kafein, nikotin, alkohol, bantuan tidur olah raga, dan nutrisi; dan efek minimal
dari deprivasi/kekurangan tidur bagi kebanyakan orang. Kebanyakan orang bisa kehilangan
waktu tidur tanpa mengakibatkan masalah kesehatan.
Bagi sebagian klien, komponen terapi kognitif yang diadaptasi untuk imsomnia juga dapat
ditambahkan. Ini membantu klien dalam;
1. Mengidentifikasi pikiran-pikiran atau kekhawatiran-kekhawatiran disfungsionalnya.
2. Menantang keyakinan dan sikap maladaptifnya tentang tidur dan dampak kehilangan jam tidur
pada fungsinya disiang hari.
3. Mengganti pikiran-pikiran itu dengan alternative-alternatif yang lebih realistis.
Kesimpulan
Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannnya dengan
gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/ gejala yang
timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan.
Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang dilakukan
adalah: selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan
kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk
mencapai kesembuhan pasien. Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat
penting diketahui apa penyebab terjadinya . Sehinngga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai
untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk
memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan keselamatan
pasien.
Sindrom Korsakoff (juga disebut dementia Korsakoff atau psikosis Korsakoff) adalah
penyakit neurologis yang diakibatkan oleh kekurangan tiamina (vitamin B1) di otak.
Permulaannya seringkali dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol yang berlebihan dan/atau
malnutrisi yang parah. Sindrom ini dinamai dari Sergei Korsakoff, seorang neuropsikiatris Rusia
yang mendeskripsikan penyakit ini pada abad ke-19.
Ada enam gejala utama sindrom Korsakoff:
1. Amnesia anterograd
2. Amnnesia retrograd
3. Konfabulasi, yaitu mengarang memori yang dianggap sebagai benar
4. Isi yang tidak lengkap saat berbincang
5. Kurangnya wawasan
6. Apati - pasien dengan mudah kehilangan ketertarikan dan tampak tidak peduli terhadap
perubahan