Klasifikasi Katarak:
Katarak adalah suatu kekeruhan lensa (lens opacity). Katarak dapat disebabkan terganggunya
mekanisme kontrol keseimbangan air dan elektrolit, serta dapat pula disebabkan denaturasi
protein lensa atau gabungan keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama
Katarak dibagi menjadi :
Katarak berdasarkan usia:
-
Katarak developmental
o Katarak kongenital, katarak dengan usia < 1 tahun.
o Katarak jevenille, katarak dengan usia < 9 tahun
Katarak presenille, katarak yang terjadi di usia lebih dari 9 tahun.
Katarak senilis, katarak setelah usia 40 tahun. Katarak senilis
diklasifikasikan berdasarkan lokasi kekeruhan lensa dan maturitas
lensa:
3. Katarak kortikal
Lokasinya di anterior dan posterior. Dapat melibatkan korteks anterior, posterior,
maupuan ekuatorial. Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari
korteks lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak
menyerang pada lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Katarak kortikal
biasanya terjadi bilateral tetapi dapat terjadi juga secara asimetris dan berpengaruh
terhadap fungsi visual tergantung lokasi kekeruhan pada aksis. Keluhan yang
paling sering dijumpai pada katarak kortikal adalah silau saat melihat ke arah
sumber cahaya. Pemeriksaan lampu celah (slitlamp) biomikroskop berfungsi
untuk melihat ada tidaknya vakuola degenerasi hidropik yang merupakan
degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa mengalami elongasi ke
anterior. Gambarannya seperti embun.
Berdasarkan maturitas
1. Insipien
Akan terlihat gambaran katarak kortikal, katarak subkapsular posterior, korteks
berisi jaringan degenerative (benda Morgagni). Kekeruhan dapat menimbulkan
poliopia karena indeks bias tak sama pada semua bagian lensa.
2. Intumesen
Masuknya air ke dalam celah lensa akibat pemecahan protein lensa dapat
menyebabkan pembengkakan lensa sehingga lensa mencembung dan terjadi
miopisasi, dan mendorong iris, menyebabkan COA menyempit sehingga dapat
menimbulkan glaukoma fakomorfik. Biasanya terjadi pada katarak yang
prosesnya cepat.
3. Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume
lensa meningkat dan mencembung, juga dapat menimbulkan glaucoma sekunder.
4. Matur
Seluruh lensa keruh. Cairan lensa bertambah sehingga lensa membesar melebihi
ukuran normal sehingga uji bayangan iris negatif. Meskipun visus berkurang
hingga light perception, pasien masih tetap dapat membedakan arah datangnya
cahaya (light projection normal), di mana hal ini penting dilakukan guna
memberikan indikasi prognosis visual pasca ekstraksi katarak.
5. Hipermatur
Kapsul anterior mengkerut dan lensa menciut, berwarna kuning dan kering akibat
kebocoran air keluar lensa. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan
kapsul lensa.
Insipien
Ringan
Cairan lensa
Normal
Iris
Bilik mata
depan
Sudut bilik
mata
Shadow test
Normal
Imatur
Sebagian
Bertambah (air
masuk)
Terdorong
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Negatif
Tidak
ada
Positif
Negatif
Tidak
ada
Pseudo positif
Uveitis dan
glaukoma
Penyulit
2. Gejala katarak :
Glaukoma
Matur
Seluruh
Normal
Hipermatur
Masif
Berkurang (air
keluar)
Tremulans
Normal
Penurunan visus
Fotophobia
Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika
mendekat ke lampu pada malam hari.
Perubahan miopik
Progresivitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa yang
menimbulkan miopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien
presbiop melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang
membutuhkan kacamata baca. Keadaan ini disebut dengan second sight. Secara
khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal
posterior atau anterior.
Diplopia monokular
Kadang perubahan nuklear yang terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa,
menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering
memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau
oftalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monokular
yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.
Uveitis
Keratitis
Endoftalmitis
Edeme kornea
Distorsi jahitan
Pendangkalan bilik mata depan sehingga dapat mengakibatkan
glaukoma akut sudut tertutup.
Dislokasi IOL
Perdarahan
Robekan retina
5. Pinhole :
Pinhole digunakan untuk mengkoreksi kelainan refraksi atau kerusakan
pada media penglihatan. Ukuran lubang pinhole 0,75 mm. pinhole
membantu agar cahaya yang masuk ke dalam mata tepat jatuh diretina.
6. Proyeksi sinar persepsi warna :
Tujuannya adalah menilai fungsi retina. Hal ini dilakukan pada pasien yang
memiliki visus 1/~.
Cara melakukannya adalah dengan cara :
1. Pasien menutup mata kiri dengan tangan kirinya. Kemudian arahkan
cahaya dari 8 arah.
2. Kemudian beri kartu warna merah, hijau didepan cahaya.
3. Lalu, tanyakan kepada pasien, arah cahaya dan warna nya.