SALMA
RAHMALINA
LUTHFIYAH
1
| jum’at 1, 10, 2021
rak
A. KATARAK
Penglihatan Katarak
Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa
mata menjadi keruh dan berawan. Pada
umumnya, katarak berkembang perlahan dan
awalnya tidak terasa mengganggu. Namun,
lama kelaamaan akan mengganggu
penglihatan dan membuat pengidap merasa
seperti melihat jendela berkabut, sulit
menyetir, membaca serta melakukan akivitas
sehari hari. Penyakit ini merupakan penyebab
kebutaan utama didunia yang dapat diobati.
pada katarak nuklear tipis dengan miopia
tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang
tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan
yang turun akibat kelainan pada retina dan
bila dilakukan pembedaan memberikan hasil
tajam penglihatan yang tidak memuaskan.
sebaliknya pada katarak kortikal poesterior
yang kecil akan mengakibatkan keturunan
penurunan tajam penglihatan yang sangat
2
berat pada penerangan yang sedang akan
tetapi bila pasien beberapa ditempat gelap
maka tajam penglihatan akan
memperlihatkan banyak kemajuan.
Pengobatan definitf katarak adalah tindakan
pembedahan.
KATARAK
KATARAK
Bukan KATARAK
3
1. Katarak usia (Katarak senilis) jenis katarak
yang paling sering dijumpai.
2. Katarak anak anak dibagi menjadi dua,
yaitu:
Katarak kongenital, yang terdapat
sejak lahir
Katarak didapat, yang timbul
belakangan ini biasanya terkait
dengan sebab sebab spesifik.
3. Katarak traumatik disebabkan oleh cedera
benda asing dilensa taua trauma tumpul
terhadap bola mata. lensa menjadi putih
segera setelah masuknya benda asing karna
lubang pada kapsul lensa menyebabkan
humor aqueus dan kadang kadang korpus
vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak kompilakata adalah katarak
sekunder alibat penyakit intaokular pada
fisiologi lensa. katarak biasanya berawal
didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya
mengenai seluruh struktur lensa.
4
5. Katarak bilateral dapat terjadi karna
gangguan sitemik berikut : diabetes,
hipoparatiroidisme, distrofi miotonik,
dermatitis atropik, galaktoesemia, dan
syndrome lowe, werner atau down.
6. Katarak toskik jarang terjadi, banyak kasus
pada tahun 1930an sebagai akibat penelanan
dinitrofenol (suatu obat yang digunakan
untuk menekan nafsu makan).
Kortokosteroid diberikan dalam waktu lama,
baik secara sistemik maupun dalam bentuk
tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan
lensa.
7. Katarak menunjukan kekeruhan kapsul
posterior akibat katarak traumatik yang
tererap sebagian/setelah terjadinya ekstraksi
katarak ekstrakapsul.
Gejala Katarak
5
Beberapa tanda dan gejala katarak, antara
lain:
o Pandangan kabur seperti berkabut
o melihat lingkaran diseliling cahaya
o pandangan ganda
o penurunan penglihatan pada malam
hari
o rasa silau saat melihat lampu mobil,
matahari/lampu.
o Sering mengganti ukuran kacamata
o warna disekitar terlihat memudar.
Penyebab Katarak
Penyebab katarak yang paling umum ditemui
adalah akibat proses penuaan/trauma yang
menyebabkan perubahan pada jaringan mata.
Lensa mata sebagian besar terdiri dari air dan
protein. Dengan bertambahnya usia, lensa
menjaadi semakin tebal dan tidak fleksibel.
Hal ini menyebabkan gumpalan protein dan
mengurangi cahaya yang sensitif terhadap
cahaya yang terletak dibelakang dalam mata,
6
yang pada akhirnya menyebabkan pendangan
lensa diawali dengan warna kuning
kecoklatan ringan, tetapi semakin Memburuk
seiring dengan bertambahnya waktu.
Stadium Katarak
Berdasarkan kekeruhan pada lensa, maka katarak
dibedakan menjadi 4 stadium, yaitu:
7
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Stadium ini kadang menetap untuk
waktu yang lama.
8
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan
normal kembali, sudut bilik mata depan terbuka
normal dan uji bayangan iris negatif. Tajam
penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal
proyeksi sinar positif.
Klasifikasi Katarak
9
Berdasarkan lokasi terjadinya kekeruhan pada
lensa, katarak dikelompokkan menjadi tiga tipe,
yaitu :
1) Katarak nuklear Katarak nuklear merupakan
kekeruhan terutama pada nukleus dibagian sentral
lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat sklerosis nuklear
dan penguningan lensa yang berlebihan. Beberapa
derajat sklerosis nuklear dan penguningan pada
umumnya merupakan proses kondensasi nukleus
lensa yang umumnya normal pada pasien diatas usia
pertengahan. Kondisi ini hanya sedikit
mempengaruhi fungsi visual. Katarak nuklear
cenderung berkembang secara perlahan dan biasanya
bilateral, meskipun bisa asimetri. Katarak nuklear
biasanya menyebabkan gangguan yang lebih besar
pada penglihatan jauh daripada penglihatan dekat.
Pada tahap awal, pengerasan yang progresif dari
nukleus lensa menyebabkan peningkatan indeks
refraksi lensa dan terjadi perpindahan myopik
(myopic shift) pada refraksinya, dikenal sebagai
miopia lentikularis. Pada beberapa kasus perubahan
myopik sementara menyebabkan individu dengan
presbiopia dapat membaca tanpa kacamata, suatu
kondisi yang disebut dengan penglihatan kedua
(second sight). Gejala yang lain dapat berupa
10
diplopia monokular dan gangguan diskriminasi
warna.17 Katarak jenis ini dapat terjadi pada pasien
diabetes melitus dan miopia tinggi. Tajam
penglihatan sering lebih baik daripada dugaan
sebelumnya dan biasanyaditemukan pada pasien 65
tahun keatas yang belum memperlihatkan adanya
katarak kortikal posterior.
11
penglihatan. Gejala yang timbul adalah fotofobia dan
penglihatan buruk dibawah kondisi cahaya terang,
akomodasi, atau miotikum Ketajaman penglihatan
dekat menjadi lebih berkurang daripada penglihatan
jauh. Beberapa pasien mengalami diplopia
monokular. Katarak subkapsular posterior sering
terlihat pada pasien yang lebih muda dibandingkan
dengan pasien yang menderita katarak nuklear atau
kortikal. Selain itu sering ditemukan pada pasien
diabetes mellitus, miopia tinggi dan retinitis
pigmentosa serta dapat juga terjadi akibat trauma,
penggunaan kortikosteroid sistemik atau topikal,
inflamasi, dan paparan radiasi ion. Ketiga tipe
katarak tersebut dilakukan pemeriksaan slitlamp
dengan menggunakan kriteria Lens Opacity
Classification System (LOCS) III untuk mengetahui
derajat keparahan katarak dan menentukan rencana
terapi pembedahan katarak sehingga dapat
memperkecil kemungkinan terjadinya komplikasi.
Katarak nuklear dilakukan penilaian nuclear
opalescense (NO) dan intensitas kekeruhannya,
nuclear color (NC). Katarak kortikal (C) dinilai
dengan membandingkan kumpulan cortical spoking
pada pasien dengan standar fotografi. Katarak
subkapsular posterior (P) juga ditentukan dengan
12
membandingkan kekeruhan tersebut dengan standar
fotografi. Pemeriksaan derajat dari masingmasing
tipe diperoleh dengan membandingkan lokasi
kekeruhan lensa pasien dengan skala yang terdapat
pada standar fototgrafi. Kriteria LOCS III terdiri dari
4 skala desimal untuk masing-masing NO, NC, C dan
P. NC dan NO dikelompokkan dengan skala desimal
dari 0,1 sampai 6,9. Derajat C dan P dikelompokkan
dengan skala desimal dari 0,1 sampai 5,9.
13
o Papapran sinar matahari yang lama
pada mata
o Paparan taksin/racun
o riwayat keluarga
o riwayat operas mata.
Diagnosis Katarak
Pencegahan Katarak
14
Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah katarak,
antara lain :
Memerikasakan mata secara teratur
pada dokter spesialis mata.
Melindungu mata dari benturan dan
cahaya matahari yang terlalu lama,
dengan mengguanakan kacamata
yang melindungi dari sinar
ultraviolet baik UVA dan UVB
Mempertahankan kadar gula darah
agar tetap normal, pada pengidap
diabetes.
Membatasi kebiasaan menyetir
dimalam hari.
Memperbaiki pencahayaan
dirumah.
Menggunakan kaca pembesar saat
membaca.
Pengobatan Katarak
15
Jika akibat katarak penglihatan semakin
memburuk dan sulit menjalani aktivitas
sehari hari, pengobatan katarak hanyalah
dengan prosedur operasi.
Diagnosis Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Cemas (ansietas) berhubungan
dengan kerusakan sensori dan
kurangnya pemahaman mengenai
tindakan operasi yang akan
dilakukan.
b. Resiko cedera berhubungan dengan
kerusakan penglihatan.
17
c. Gangguan sensori pesepsi :
penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/
perubahan status organ indera.
2. Post Operasi
a. Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan prosedur
invasive.
b. Gangguan sensori perceptual :
penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori
status organ indera.
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri
berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas pasca operasi.
d. Resiko tinggi cedera berhubungan
dengan kehilangan penglihatan
perifer sementara dan persepsi
sekunder terhadap pembedahan
mata.
e. Cemas (ansietas) berhubungan
dengan perubahan status
kesehatan.
18
f. Diagnosa psikososial : kurang
pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan sumber informasi.
19