Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

BEDAH
RSUD KAB.PANGKEP
RSUD PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KAB DEP : BEDAH
PANGKEP RSUD KAB.PANGKEP
2016
KATARAK
A. DEFENISI 1. Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long,
1996)
2. Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan dengan adanya kabut pada
lensa mata. Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air,
sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru
pada lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan
daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak
bening tersebut tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina untuk diproses
dan dikirim melalui saraf optik ke otak.
3. Penyakit katarak banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia. Hal
ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang
berasal dari sinar matahari. Penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang
dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak.
B. ETIOLOGI Penyakit katarak banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia.
Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang
berasal dari sinar matahari. Penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang
dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut.
Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65
tahun menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75— 85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati,
katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.
Sayangnya, Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah
mengalami gangguan katarak. Katarak terjadi secara perlahan-perlahan
sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur. karena umumnya
katarak tumbuh sangat lambat dan tidak mempengaruhi daya penglihatan sejak
awal. Daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak berkembang sekitar 3
—5 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya menyadari penyakitnya setelah
memasuki stadium kritis.
Pada awal serangan, penderita katarak merasa gatal-gatal pada mata, air
matanya mudah keluar, pada malam hari penglihatan terganggu, dan tidak bisa
menahan silau sinar matahari atau sinar lampu. Selanjutnya penderita akan
melihat selaput seperti awan di depan penglihatannya. Awan yang menutupi
lensa mata tersebut akhirnya semakin merapat dan menutup seluruh bagian
mata. Bila sudah sampai tahap ini, penderita akan kehilangan penglihatannya.
 Ketuaan ( Katarak Senilis )
 Trauma
 Penyakit mata lain ( Uveitis )
 Penyakit sistemik (DM)
 Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi
virus prenatal, seperti German Measles )
C. PATOFISIOLOGI Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk
aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
D. KLASIFIKASI 1. Congenital, merupakan katarak yang terjadi sejak
bayi lahir dan berkembang pada tahun pertama
dalam hidupnya. Jenis katarak ini sangat jarang
terjadi.
2. Traumatik, merupakan katarak yang terjadi karena
kecelakaan pada mata.
3. Sekunder, katarak yang disebabkan oleh konsumsi
obat seperti prednisone dan kortikosteroid, serta
penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih
umum oleh penderita diabetes daripada oleh populasi
secara umum.
4. Katarak Senil : Katarak yang berkaitan dengan usia, merupakan jenis katarak
yang paling umum. Berdasarkan lokasinya, terdapat 3 jenis katarak ini, yakni
nuclear sclerosis (kekeruhan yang terjadi pada inti lensa), cortical (kekeruhan
yang terjadi pada korteks lensa), dan posterior subcapsular.
Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi
keras dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada
pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih
baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna
biru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat
menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Posterior
subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa.
Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang,
serta pandangan baca menurun.
Katarak senil dapat dibagi atas stadium:
a) katarak insipiens
Katarak yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi
dengan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
b) katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian-bagian yang jernih pada
lensa.
c) katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama- sama hasil desintegritas melalui kapsul.
d) katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan
dapat keluar melalui kapsul lensa.
E. TANDA DAN GEJALA Pada awal serangan, penderita katarak merasa gatal-gatal
pada mata, air matanya mudah keluar, pada malam hari
penglihatan terganggu, dan tidak bisa menahan silau sinar
matahari atau sinar lampu. Selanjutnya penderita akan
melihat selaput seperti awan di depan penglihatannya. Awan
yang menutupi lensa mata tersebut akhirnya semakin
merapat dan menutup seluruh bagian mata. Bila sudah
sampai tahap ini, penderita akan kehilangan peng-
lihatannya.
F. KOMPLIKASI Kerusakan endotel kornea, sumbatan pupil, glaucoma, perdarahan, fistula luka
operasi, edema makulasistoid, pelepasan koroid, uveitis, dan endoftalmitis.
Komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah pembentukan
membran sekunder, yang terjadi sekitar 25% pasien dalam 3-36 bulan setelah
pembedahan .
G. PENATALAKSANAAN  Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatif.
 Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila
koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50
atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan
atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu
untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf
optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
 Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa (pembedahan
ekstrakapsuler dan pembedahan intrakapsuler) dan menggantinya dengan
lensa buatan
H. PEMERIKSAAN 1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
DIAGNOSTIK
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma

ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN 1. Aktifitas/ Istirahat
Gejala : perubahan aktifitas biasanya sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
2. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)
Sinar terang menyebabakan silau
Kesulitan memfokuskan kerja dengan merasa di ruang gelap
Tanda : Pupil kecoklatan, peningkatan air mata
3. Nyeri
Gejala : Adanya nyeri akut setelah dilakukan tindakan pembedahan mata
4. Riwayat kesehatan
Strabismus, glaucoma, tumor mata, diabetes, gangguan tiroid, kondisi
neurologik, hipertensi
5. Mata
Gejala penglihatan :
Penglihatan berkurang Skotoma
Penglihatan kabur Air mata keluar
Diplopia (penglihatan ganda) Pupil dan lensa keruh
6. Riwayat mata klien :
Status okuler (memakai kacamata atau tidak, jenis lensa, sejak kapan)
Operasi mata sebelumnya
Cedera pada mata
Pajanan atau bahaya akibat kerja
Obat mata :
Nama obat, kekuatan larut, dosis, waktu dan lama pemakaian
7. Pola kebiasaan :
Merokok, alkoholik
8. Integritas ego :
Cemas, gelisah
9. Pemeriksaan diagnostik :
Hasil pemerikasaan positif menunjukkan kelainan maupun kerusakan pada
lensa
J. DIAGNOSA 1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus,
KEPERAWATAN
perdarahan intraokuler, peningkatan TIO
2. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungan secara
terapeutik dibatasi.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat,
keterbatasan kognitif.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK

N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1 Resiko tinggi Setelah melakukan tindakan 1. Diskusikan apa 1. Untuk mengetahui
terhadap cedera keperawatan, pasien menyatakan yang terjadi kondisi pasien pasca
berhubungan pemahaman terhadap faktor yang tentang kondisi operasi dan
dengan kehilangan terlibat dalam kemungkinan pasca operasi, memberikan solusi
vitreus, perdarahan cedera dengan kriteria : nyeri, jika ada masalah
intraokuler,  Menunjukkan perubahan pembatasan
peningkatan TIO perilaku, pola hidup untuk aktifitas,
menurunkan faktor resiko penampilan,
dan untuk melindungi diri balutan mata.
dari cedera. 2. Beri klien posisi 2. Memberikan rasa
Mengubah lingkungan sesuai bersandar, nyaman bagi pasien
indikasi untuk meningkatkan kepala tinggi, dan mencegah
keamanan. atau miring ke terjadinya
sisi yang tak perdarahan jika mata
sakit sesuai yang sakit mendapat
keinginan tekanan
3. Batasi aktifitas 3. Mencegah terjadinya
seperti perdarahan atau
menggerakan peningkatan TIO
kepala tiba-tiba,
menggaruk
mata,
membungkuk.
4. Ambulasi
dengan bantuan 4. Mencegah terjadinya
: berikan kamar cedera akibat
mandi khusus lingkungan yang
bila sembuh tidak kondusif
dari anestesi.

5. Dorong nafas
dalam, batuk 5. Batuk yang diajarkan
untuk menjaga adalah batuk yang
kebersihan tidak dipaksakan
paru. agar tidak terjadi
sentakan yang dapat
mempengaruhi mata,
nafas dalam dapat
melatih otot-otot
pernafasan untuk
tetap rileks
6. Pertahankan
6. Mencegah masuknya
perlindungan
debu, silau terhadap
mata sesuai
cahaya
indikasi.
7. Minta klien
membedakan 7. Klien bisa merasakan
antara ketidaknyamanan
ketidaknyamana karena nyeri atau
n dan nyeri gangguan dari alat
tajam tiba-tiba, yang terpasang
Selidiki sehingga dapat
kegelisahan, dilakukan tindakan
disorientasi, pencegahannya
gangguan
balutan.
Observasi
hifema dengan
senter sesuai
indikasi
8. Observasi
pembengkakan 8. Untuk mengetahui
luka, bilik adanya udem yang
anterior tidak wajar dari mata
kempes, pupil post operasi
berbentuk buah
pir.
9. Berikan obat
sesuai indikasi
antiemetik, 9. Untuk memberikan
Asetolamid, rasa nyaman bagi
sikloplegis, klien dari nyeri, mual,
analgesik. dsb.
2 Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan
1. Tentukan 1. Untuk mengetahui
sensori-perseptual keperawatan, terjadi peningkatan ketajaman derajat penglihatan
penglihatan ketajaman penglihatan dalam penglihatan, klien apakah sudah
berhubungan batas situasi individu, mengenal catat apakah terjadi penurunan
dengan gangguan gangguan sensori dan satu atau dua pada kedua mata,
penerimaan berkompensasi terhadap mata terlibat. sehingga intervensi
sensori/status perubahan dengan kriteria : lanjut dapat
organ indera,  Mengenal gangguan sensori ditegakkan
lingkungan secara dan berkompensasi terhadap 2. Orientasikan 2. Agar klien dapat
terapeutik dibatasi perubahan. klien tehadap mengetahui letak dan
- Mengidentifikasi/ lingkungan posisi barang yang
memperbaiki potensial bahaya ada di sekitarnya,
dalam lingkungan. sehingga tidak terjadi
cedera
3. Agar klien
3. Perhatikan
mengetahui gejala
tentang suram
yang bisa timbul jika
atau
diberikan obat tetes
penglihatan
mata
kabur dan
iritasi mata,
dimana dapat
terjadi bila
menggunakan
tetes mata.
4. Ingatkan klien 4. Agar mata klien
menggunakan dapat berfungsi
kacamata kembali secara
katarak yang optimal dengan
tujuannya dibantu kacamata
memperbesar 
25 %,
penglihatan
perifer hilang
dan buta titik
mungkin ada.
5. Letakkan
5. Agar klien dapat
barang yang
dengan mudah
dibutuhkan/pos
melihat barang-
isi bel
barang yang ia
pemanggil
butuhkan.
dalam
jangkauan/posi
si yang tidak
dioperasi.
3 Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji informasi 1. Untuk mengetahui
pengetahuan tentang kondisi tingkat pengetahuan
keperawatan, klien menunjukkan
tentang kondisi, individu, klien tentang
prognosis, pemahaman tentang kondisi, prognosis, tipe kondisinya
pengobatan prosedur, lensa.
proses penyakit dan pengobatan
berhubungan 2. Tekankan 2. Agar dapat
dengan tidak dengan kriteria : pentingnya diobservasi
mengenal sumber evaluasi perkembangan dari
Melakukan dengan prosedur
informasi, kurang perawatan mata klien setelah
benar dan menjelaskan alasan
terpajan/mengingat, rutin, beritahu dioperasi, biasanya
tindakan.
keterbatasan untuk ada gejala yang
kognitif, melaporkan jika membuat klien
penglihatan merasa tidak
berawan. nyaman.
3. Informasikan 3. Agar mata klien
klien untuk dapat dikontrol
menghindari perkembangannya
tetes mata yang dan menghindari
dijual salah memakai obat
bebas.Diskusik yang dapat berefek
an buruk pada mata
kemungkinan sehingga klien harus
efek/interaksi minum/memakai
antar obat mata obat dengan resep
dan masalah dokter.
medis klien.
4. Anjurkan klien 4. Agar mata klien
menghindari dapat beristirahat
membaca, selama proses
berkedip, pemulihan
mengangkat
berat, mengejan
saat defekasi,
membungkuk
pada panggul,
dll.
5. Dorong aktifitas
pengalihan 5. Agar klien tidak
perhatian merasa jenuh
biasanya dengan
mengajak klien
bercakap-cakap, atau
6. Anjurkan klien mendengar musik.
tidur terlentang 6. Mencegah terjadinya
penekanan pada
mata yang telah
dioperasi.
KEPUSTAKAAN Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made
Kariasa. EGC. Jakarta .

Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2. Yayasan Ikatan Alumni


Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung

Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata.. Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta.

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan


Sari. EGC. Jakarta.

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta.

Pangkajene, Januari 2016

KETUA KOMITE MEDIK Kepala Departemen/SMF.Bedah

Dr.Anis Bamatraf,Sp.B dr.Anis Bamatraf,Sp.B


Nip 19670607 200012 1 002 Nip 19670607 200012 1 002

Anda mungkin juga menyukai