Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

BEDAH
RSUD KAB.PANGKEP
RSUD PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KAB DEP/SMF : BEDAH
PANGKEP RSUD KAB.PANGKEP
2016
APPENDISITIS
A. DEFENISI Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm ( 4
inci ), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi
makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi
tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi
( apendisitis ) atau dengan kata lain apendisitis adalah peradangan opendiks
yang mengenai semua dinding organ tersebut.
Apendiks terletak pada dinding abdomen di bawah titik McBurney. Titik
McBurney dicari dengan menarik garis dari spina iliaka superior kanan ke
umbilikus. Titik tengah garis ini merupakan tempat pangkal apendiks.

B. ETIOLOGI Faktor pencetus dapat berupa :


- Obstruksi lumen yang disebabkan oleh hyperplasia kelenjar limfoid
- Fekalit ( feses keras terutama disebabkan oleh serat ),
- Benda asing
- Cacing askaris
- Tumor
- Infeksi bakteri seperti E. coli, E. histolytica, dan streptococcus
- Peningkatan tekanan intraluminal dapat menyebabkan terjadinya oklusi
arteria terminalis ( end-artery ) apendikularis.
- Penyumbatan pengeluaran secret mucus mengakibatkan terjadinya
pembengkakan, infeksi, dan ulserasi.
C. TANDA DAN GEJALA 1) Nyeri epigastrium/ region umbilikalis biasanya disertai dengan demam
derajat rendah, mual dan seringkali muntah.
2) Nyeri berpindah dan memetap pada perut kanan bawah pada titik
McBurney, terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku
dari bagian bawah otot rektus kanan.
3) Nyeri rangsangan peritoneal:
 Tanda Rovsing : Dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan
bawah, yang menyebabkan nyeri pada kuadran kiri bawah
 Tanda Blumberg: Nyeri tekan lepas
 Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan,
batuk, dan mengedan
4) Nyeri alih mungkin saja ada, hal ini dipengaruhi oleh letak apendiks itu
sendiri. Bila letak apendiks retrosekal diluar rongga perut, karena letaknya
terlindung sekum maka nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak
ada rangsangan peritoneal. Nyeri lebih kearah perut sisi kanan atau nyeri
timbul pada saat berjalan karena kontraksi otot psoas mayor yang meregang
dari dorsal.
Bila terletak di rongga pelvis, bila meradang dapat menyebabkan gejala dan
tanda rangsangan sigmoid dan rectum. Sehingga peristaltik pengosongan
rektum akan lebih cepat dan berulang-ulang. Bila menempel pada kandung
kemih dapat menyebabkan peningkatan berkemih karena rangsangan
dindingnya.
D. PATOFISIOLOGI Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat, kemungkinan oleh fekalit ( massa keras dari feses ), tumor atau
benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal,
menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam
beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya,
apendiks yang terinflamasi berisi pus.
E. KOMPLIKASI o Perforasi Appendiks → peritonitis/ Abses.
Insidens perforasi adalah 10 % sampai 32 %. Insidens lebih tinggi pada
anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan
nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7 0
C atau lebih tinggi,
penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
o Pylephlebitis

F. PEMERIKSAAN Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas annamnesa


DIAGNOSTIK
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya.
a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting
adalah :
1. Nyeri mula – mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu
kemudian menjalar keperut kanan bawah.
2. Muntah oleh karena nyeri visceral
3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)
4. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
nampak sakit, menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri
b. Pemeriksaan yang lain
1. Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling
terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika
orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik
Mc. Burney
2. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita
merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis
akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.
b. Hb (hemoglobin) nampak normal
c. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis
infiltrat
d. Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
4. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran
sebagai berikut :
a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan
cairan
b. Kadang ada fekolit (sumbatan)
c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam
diafragma
G. DIAGNOSIS o Gastroenteritis akut
BANDING
o Limfadenitis mesenterikus pada anak
o Kehamilan ektopik terganggu
o Mittelechmerz ( nyeri akibat rupture folikel ovarium sewaktu ovulasi )
o Peradangan diverticulum Mechkel ( saluran persisten pada fetus yang
trebentang daru ileum ke umbilicus )
o Enteritis regional
H. PENATALAKSANAAN 1. Perawatan prabedah perhatikan tanda – tanda khas dari nyeri
Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan
lepas), peninggian laju endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan
rectal pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat di tempat tidur, tidak
diberikan apapun juga per orang. Cairan intravena mulai diberikan, obat –
obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin.
2. Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera
dilakukan setelah keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
3. Terapi antibiotic, terapi intravena harus diberikan selama 5 – 7 hari jika
appendicitis telah mengalami perforasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN PRE 1) Aktivitas atau istirahat
OPERASI
Gejala : Malaise
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardi
3) Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan atau lepas, kekakuan, penurunan
atau tidak ada bising usus.
4) Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, mual atau muntah
5) Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
o Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang meningkat berat
dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney (setengah jarak antara umbilicus
dan tulang ileum kanan). Meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau
napas dalam.
o Keluhan berbagai rasa nyeri/ gejala tidak jelas (sehubungan dengan
lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter).
Tanda :
o Prilaku berhati – hati berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut
ditekuk : meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
o Ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak
o Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.
6) Keamanan
Tanda : demam (biasanya rendah)
7) Pernapasan
Tanda : takipnea, pernapasan dangkal (Marilyn E. doenges, 508 – 505, 2000)
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubunngan dengan nyeri
abdomen contohnya pielitis akut, batu uretra, salpingitis
akut, ileitis regional. Dapat terjadi pada berbagai usia
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,2 hari
Rencana pemulangan : Membutuhkan bantuan sedikit dalam transportasi
tugas pemeliharaan rumah
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
SDP : Leukositosis diatas 12.000/mm3, neutrofil menungkat sampai 75 %
Urinalisis : normal tetapi erytrosit/leukosit mungkin ada
Foto Abdomen : Dapat menyatakan adanya pergeseran material dari apendiks
(fekalit), ileus terlokalisir
J. DIAGNOSA 1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi
KEPERAWATAN
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakcukupan
masukan cairan dan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan muntah
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perforasi/ruptur pada apendiks
5. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi
6. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif,
keterbatasan fisik
8. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis & kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN APPENDISITIS

DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri , catat 1. Berguna dalam pengawasan
tindakan lokasi, karakteristik, keefektifan obat, kemajuan
berhubungan
keperawatan, nyeri beratnya (skala 1-10) penyembuhan. Perubahan
dengan distensi klien terkontrol/hilang selidiki dan laporkan pada karakteristik nyeri
dengan kriteria : perubahan nyeri menunjukkan terjadinya
jaringan usus
 Klien nampak dengan tepat abses/peritonitis,
oleh inflamasi rileks memerlukan upaya evaluasi
 Tidak gelisah medik dan intervensi
 Keadaan umum 2. Pertahankan istirahat 2. Gravitasi melokalisasi
baik dengan posisi semi- eksudat inflamasi dalam
Tanda vital dalam Fowler abdomen bawah atau
batas normal pelvis, menghilangkan
tegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi
telentang.
3. Meningkatkan normalisasi
3. Dorong ambulasi dini fungsi organ, contoh
merangsang peristaltik dan
kelancaran flatus,
menurunkan
ketidaknyamanan
abdomen.
4. Fokus perhatian kembali,
4. Berikan aktivitas meningkatkan relaksasi,
hiburan dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
5. Menghilangkan nyeri
5. Melakukan tindakan mempermudah kerja sama
kolaborasi dengan dengan intervensi terapi
memberikan lain contoh ambulasi, batuk
analgesik sesuai
indikasi
6. Menghilangkan dan
6. Tindakan kolaborasi mengurangi nyeri melalui
dengan memberikan penghilangan rasa ujung
kantong es pada saraf. Catatan : Jangan
abdomen lakukan kompres hangat
karena dapat menyebabkan
kongesti jaringan.
2 Resiko Setelah dilakukan 1. Awasi takanan darah 1. Tanda yang membantu
dan nadi mengidentifikasi fluktuasi
kekurangan tindakan
volume intravaskuler
volume cairan keperawatan, tidak 2. Lihat membran 2. Indikator keadekuatan
mukosa, kaji turgor sirkulasi perifer dan hidrasi
b/d terjadi defisit volume
kulit dan pengisian seluler
ketidakcukupan cairan dengan kriteria kapiler
masukan cairan  Muntah (-)
3. Awasi intake dan 3. Penurunan haluaran urine
dan kehilangan  Intake cairan output, catat warna pekat dengan peningkatan
cairan berlebihan urine/konsentrasi, berat jenis diduga
2500-3000 ml/hari
berat jenis dehidrasi/kebutuhan
akibat muntah jika asupan oral penigkatan cairan
4. Auskultasi bisisng 4. Indikator kembalinya
sudah dibolehkan
usus. Catat peristaltik, kesiapan untuk
 Membran mukosa kelancaran flatus, pemasukan per oral
gerakan usus
lembab
5. Berikan sejumlah 5. Menurunkan iritasi
- Tanda vital dalam kecil minuman jernih gaster/muntah untuk
batas normal bila pemasukan per meminimalkan kehilangan
oral dimulai, dan cairan
lanjutkan dengan diet
sesuai toleransi
6. Berikan perawatan 6. Menghindari kekeringan bibir
mulut sering dengan dan mulut kering serta
perhatian khusus pecah-pecah akibat dehidrasi
pada perlindungan
bibir
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Awasi haluaran 1. Jumlah besar dari aspirasi
tindakan selang NG, catat gaster an muntah/diare
perubahan
keperawatan, nutrisi adanya muntah/diare diduga terjadi obstruksi
nutrisi kurang klien tetap adekuat usus, memerlukan evaluasi
dengan kriteria : lanjut
dari kebutuhan
 Mual/muntah (-) 2. Auskultasi bising 2. Meskipun bising usus sering
tubuh  Tidak terjadi usus, catat bunyi tak tidak ada, inflamasi/iritasi
penurunan BB ada/ hiperaktif usus dapat menyertai
berhubungan
 Asupan oral/NG hiperaktivitas usus,
dengan muntah adekuat penurunan absorbsi air dan
Tanda vital dalam diare
batas normal 3. Kehilangan/peningkatan
3. Timbang berat badan
dini menunjukkan
dengan teratur
perubahan hidrasi tetapi
kehilangan lanjut diduga
ada defisit nutrisi
4. Menunjukkan kembalinya
4. Kaji abdomen dengan fungsi usus ke normal dan
untuk kembali ke kemampuan untuk memulai
bunyi yang lembut, masukan per oral
penampilan bising
usus normal dan
kelancaran ftatus 5. Menunjukkan fungsi organ
5. Awasi BUN, protein, dan status/kebutuhan
albumin, glukosa, nutrisi
keseimbangan
nitrogen sesuai
nidikasi
6. Kemajuan diet yang hati-hati
6. Kolaborasi tambahan
saat masukan nutrisi
diet sesuai toleransi,
dimulai lagi menurunkan
contoh cairan jernih
iritasi gaster
sampai lembut
7. Meningkatkan penggunaan
7. Berikan
nutrien dan keseimbangan
hiperalimentasi sesuai
nitrogen positif pada pasien
indikasi
yang tak mampu
mengasimilasi nutrien
dengan normal.
4 Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Awasi tanda vital. 1. Dugaan adanya
tindakan Perhatikan demam, infeksi/terjadinye sepsis,
infeksi
keperawatan, tidak menggigil, abses
berhubungan terjadi infeksi pada berkeringat,
dengan klien dengan kriteria : perubahan mental,
 Perforasi (-) meningkatnya nyeri
perforasi/ruptur
 Demam (-) abdomen
pada apendiks  Tanda vital dalam 2. Lakukan pencucian 2. Menurunkan resiko
batas normal tangan yang baik dan penyebaran bakteri
- Tanda inflamasi (-) perawatan luka
aseptik. Berikan
perawatan paripurna
3. Berikan informasi
3. Pengetahuan tentang
yang tepat, jujur,
kemajuan situasi
pada pasien/orang
memberikan dukungan
terdekat
emosi, membantu
menurunkan ansietas
4. Kolaborasi pembeian 4. Mungkin diberikan secara
antibiotik sesuai profilaktik atau menurunkan
indikasi jumlah organisme ( pada
infeksi yang telah ada
sebelumnya ) untuk
meurunkan penyebaran dan
pertumbuhannya pada
rongga abdomen.
5 Hipertermia Setelah dilakukan 1. Pantau TTV setiap 2 1. Mengetahui tingkat
jam hipertermia, gejala yang
berhubungan tindakan
mungkin terjadi dan sebagai
dengan inflamasi keperawatan, suhu dasar pengambilan tindakan
selanjutnya
badan klien normal
2. Berikan kompres 2. Mengurangi peningkatan
kembali dengan dingin suhu untuk menstabilkan
suhu tubuh dengan suhu
kriteria :
lingkungan
 SB : 36 – 37,2 C 3. Penatalaksanaan 3. Mengurangi panas tubuh
 Keadaan umum pemberian antipiretik
baik sesuai indikasi

6 Kecemasan Setelah dilakukan 1. Catat petunjuk 1. Mengetahui indikator derajat


tindakan prilaku, mis : gelisah, ansietas/stress
berhubungan
keperawatan, peka rangsang,
dengan kurang mekanisme koping menolak, kurang
klien efektif dengan kontak mata, prilaku
pengetahuan
kriteria : menarik perhatian
 Klien mengatakan 2. Dorong menyatakan 2. Membuat hubungan
sudah mengerti perasaan, berikan terapeutik, membantu
dengan kondisinya umpan balik mengidentifikasi masalah
 Klien kooperatif 3. Akui bahwa ansietas 3. Validasi bahwa perasaan
Klien sudah tidak dan masalah mirip normal dapat membantu
bertanya-tanya lagi dengan yang menurunkan stress
tentang penyakitnya diekspresikan orang
lain. Tingkatkan
perhatian mendengar
pasien
4. Berikan informasi
yang akurat dan nyata 4. Memberiakn rasa kontrol
tentang apa yang dan membantu menurunkan
dilakukan, mis : tirah ansietas
baring, pembatasan
masukan per oral, dan
prosedur
5. Berikan lingkungan
tenang dan istirahat 5. Memindahkan pasien dari
stress luar, meningkatkan
relaksasi, membantu
6. Dorong orang terdekat menurunkan ansietas
klien menyatakan 6. Membantu klien agar
perhatian, prilaku stressnya berkurang,
perhatian memungkinkan energi untuk
7. Bantu klien untuk penyembuhan/perbaikan
mengidentifikasi koping 7. Klien dapat menerima
yang digunakan pada masalah yang dihadapi dan
masa lalu meningkatkan rasa kontrol
8. Bantu klien belajar diri
mekanisme koping 8. Meningkatkan control
baru, mis; teknik penyakit, menurunkan stress
mengatasi stress, dan ansietas
keterampilan
organisasi
9. Kolaborasi dengan
dokter pemberian obat 9. Menurunkan ansietas,
sedatif memudahkan istirahat
7 Defisit perawatanSetelah dilakukan 1. Mengidentifikasi 1. Memahami penyebab yang
tindakan kesulitan dalam mempengaruhi pilihan
diri berhubungan
keperawatan, berpakaian/perawatan intervensi/strategi. Masalah
dengan perawatan diri klien diri, seperti dapat diminimalkan dengan
terpenuhi dengan keterbatasan gerak menyesuaikan pakaian atau
penurunan
kriteria : fisik, penurunan mungkin memerlukan
kognitif,  Klien nampak kognitif konsultasi dari ahli lain
bersih, rapi dan 2. Identifikasi kebutuhan 2. Sesuai dengan
keterbatasan
tidak bau akan kebersihan diri perkembangan penyakit,
fisik Klien dibantu oleh dan berikan bantuan kebutuhan akan kebersihan
keluarga/perawat sesuai kebutuhan dasar mungkn dilupakan.
dalam pemenuhan dengan perawatan Panas (mis, infeksi penyakit
ADLnya sampai bisa rambut/kuku/kulit, gusi, penampilan yang
melakukannya sendiri dan gosok gigi kusut ) mungkin terjadi
ketika pasien/pemberi
asuhan menjadi
terintimidasi dengan
memelihara masalah-
masalah yang ada.
3. Mempertahankankebutuhan
3. Gabungkan kegiatan
rutin dapat mencegah
sehari-hari ke dalam
kebingungan yang semakin
jadwal aktivitas jika
memburuk dan
mungkin. Tunda
meningkatkan partisipasi
dan/atau ubah waktu
pasien
untuk berpakaian atau
kebersihan pasien jika
masalah meningkat
4. Bantu untuk 4. Meningkatkan kepercayaan,
mengenakan pakaian dapat menurunkan
yang rapi/berikan perasaan kehilangan dan
pakaian yang rapi dan meningkatkan kepercayaan
indah untuk hidup

8 Kurang Setelah dilakukan 1. Tentukan persepsi 1. Membuat pengetahuan


pengetahuan tindakan pasien terhadap dasar dan memberikan
tentang kondisi, keperawatan, klien penyebab penyakitnya beberapa kesadaran yang
prognosis & mengerti dengan konstruktif pada individu
kebutuhan kondisinya dengan 2. Kaji tingkat 2. Memberikan pengetahuan
pengobatan kriteria pengetahuan klien dasar dimana klien dapat
berhubungan  Klien kooperatif membuat pilihan
dengan kurang selama dilakukan informasi/keputusan
informasi perawatan/pengob tentang masa depan dan
atan 3. Yakinkan klien bahwa kontrol masalah kesehatan
Klien dan keluarga penyakitnya dapat 3. Membantu klien untuk lebih
mengetahui tentang diatasi semangat dan tidak
penyebab, 4. Dorong aktivitas khawatir
tanda/gejala, sesuai toleransi 4. Mencegah kelemahan,
komplikasi dan dengan periode meningkatkan
perawatan selama di istirahat periodik penyembuhan, dan persaan
rumah nantinya sehat, serta mempermudah
kembali ke aktivitas normal
5. Identifikasi gejala 5. Upaya intervensi untuk
yang memerlukan menurunkan resiko
evalusi medik, contoh komplikasi serius contoh
peningkatan nyeri, lambatnya penyembuhan,
edema/eritema, peritonitis
adanya drainase,
demam
KEPUSTAKAAN
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi
Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius.

Pangkajene,

KETUA KOMITE MEDIK Kepala Departemen/SMF.Bedah

Dr.Anis Bamatraf,Sp.B dr.Anis Bamatraf,Sp.B


Nip 19670607 200012 1 002 Nip 19670607 200012 1 002

Anda mungkin juga menyukai