APPENDIKSITIS
RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD BANYUMAS
Disusun Oleh:
DINDA LASTE AGUSTINA
1911040017
Obstruksi lumen
Mucus terbendung
Peritonitis
Perforasi
Abses
Kerusakan jaringan
Penurunan peristaltic usus Depresi sistem respirasi
Ujung saraf
terputus Gangguan Distensi abdomen Reflex batuk
rasa
nyaman Menekan gaster Akumulasi secret
NYERI AKUT
POLA NAFAS
Mual dan muntah
TIDAK EFEKTIF
b. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukopsit) hingga sekitar 10.000-
18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
c. Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang
membantu).
2) Ultrasonografi (USG), CT Scan.
3) Rontgen foto abdomen, USG abdomen dan apendikogram (pada
kasus kronik).
(Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma, 2015).
G. Penatalaksanaan Medis
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang
tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian
antibiotic. Pemberian antibiotic berguna untuk mencegah infeksi.
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks
(apendiktomi).
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Kasus Apendiksitis
1. Pengkajian Primer
a. Airway (Jalan Nafas)
Airway diatasi terlebih dahulu, selalu ingat bahwa cedera bisa lebih
dari satu area tubuh, dan apapun yang ditemukan, harus
memprioritaskan airway dan breathing terlebih dahulu. Jaw thrust atau
chin lift dapat dilakukan atau dapat juga dipakai naso-pharingeal
airway pada pasien yang masih sadar. Bila pasien tidak sadar dan tidak
ada gag reflex dapat dipakai guedel. Kontrol jalan nafas pasien dengan
airway terganggu karena faktor mekanik, atau ada gangguan ventilasi
akibat gangguan ventilasi akibat gangguan kesadaran, dicapai dengan
intubasi endotracheal, baik oral maupun nasal
b. Breathing (Pernafasan)
Kaji pernafasan, apakah ventilasi adekuat atau tidak. Berikan oksigen
bila pasien tampak kesulitan untuk bernafas atau terjadi pernafasan
yang dangkal dan cepat (takipnue). Pemberian oksigen nasal : pada
fase nyeri hebat skala nyeri 3 (0-4), pemberian oksigen nasal 3 L/menit
dapat meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri.
c. Circulation
sirkulasi dengan TTV, bila terjadi mual muntah yang berlebihan
sehingga intake cairan kurang, maka penuhi cairan dengan
pemasangan infus.
2. Survei Sekunder pada Pasien Apendisitis
a. Kaji nyeri
Perhatikan sifat, progrsivitas dan lokasi nyeri. Biasanya, nyeri yang
berlahan-lahan karakteristik untuk peradangan. Nyeri pada apendisitis
adalah termasuk nyeri primer atau nyeri viseral dimana nyeri yang
berasal dari organ itu sendiri artinya dapat terlokalisir. Nyerinya
seperti kram dan gas, nyeri ini makin intens kemudian berkurang.
b. Kaji adanya vomitus, anoreksia, nausea.
c. Kaji adanya diare, karena biasanya diare menyertai apendisitis.
d. Kaji adanya demam (pada pasien peradangan intra abdomen).
e. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a) Tidak ditemukan gambaran spesifik.
b) KembungKembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.
c) PenonjolanPenonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada
masaa atau abses periapendikuler.
d) TampakTampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan.
2. Palpasi
a) Nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri
tekan lepas.
b) Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
parietale.
3. Perkusi
a) Pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.
4. Auskultasi
a) Biasanya normal
b) Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis
generalisata akibat apendisitis perforata.
5. Rectal Toucher
a) Tonus musculus sfingter ani baik
b) Ampula kolaps
c) Nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12
d) Terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).
6. Uji Psoas
Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi
panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha
kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas
mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.
7. Uji Obturator
Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak
dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul
kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi
terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan
yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisiologis (inflamasi
atau peradangan pada apendiks).
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.5 Jilid 2.
Jakarta: Internal Publishing
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1.
Yogyakarta:MediAction.
4. Intervensi Keperawatan