Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

APPENDIKSITIS
RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh:
DINDA LASTE AGUSTINA
1911040017

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019/2020
A. Definisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada umbai cacing
(apendiks vermiformis). Infeksi ini mengakibatkan peradangan akut
sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
lainnya yang umumnya berbahaya (Wim de Jong et al, 2005 dalam
Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma, 2015).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang
terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan
oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
(Aru W, Sudoyo, dkk. 2010).
B. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik, tetapi ada
faktor predisposisi yaitu :
a. Faktor tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena :
1). Hyperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak
2). Adanya fekolit dalam lumen appendiks
3). Adanya benda asing seperti biji –bijian
4). Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.Coli dan
Streptococcus
c. Laki - laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun. Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limfoid pada
masa tersebut.
C. Tanda dan gejala
a. Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus
atau periumbilikus.
b. Mual
c. Muntah
d. Anoreksia
e. Nafsu makan menurun.
f. Nyeri di perut kanan bawah
g. Demam diatas 37,5°C
h. Biasanya terdapat konstipasi atau diare
(Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma, 2015).
D. Patofisiologi
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang
dapat disebabkan oleh hiperplasia dan pohkel lympoid merupakan
penyebab terbanyak adanya fekailt dalam lumen appendikAdanya benda
asing seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan
sebelunnya. Sebab lain misalnya:
1. Keganasan (Karsinoma Karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin
banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang
tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan
appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu
dirasakan sebagal rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum
terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium
parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah,
keadaan mi disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul dinding apendiks
yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi.
Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks
yang meradang atau perforasi akan timbu suatu masa lokal, keadaan
mi disebut sebagai appendisitis abses.
Pada anak — anak karena omeritum masih pendek dan tipis,
apendiks yang relatif Iebih panjang , dinding apendiks yang Iebih tipis
dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demiklan juga pada orang
tua karena telah ada gangguan pembutub darah, maka perforasi terjadi
Iebih cepat. Bila appendisitis infiltrat mi menyembuh dan kemudian
gejalanya hilang timbul dikemudian han maka terjadi appendisitis
kronis .
(Corwin, Elisabeth J. 2009
E. Pathways

Fekalit ; benda asing, neoplasma dll

Obstruksi lumen

Mucus terbendung

Peningkatan tekanan intralumen

Suplai aliran darah dan limfe menurun

Edema, diapedesis bakteri, ulserasi mukus

Peradangan pada apendik ( APENDISITIS )

 Peritonitis
 Perforasi
 Abses

Operasi Peradangan pd jaringan

Luka insisi Anastesi

Kerusakan jaringan
Penurunan peristaltic usus Depresi sistem respirasi
Ujung saraf
terputus Gangguan Distensi abdomen Reflex batuk
rasa
nyaman Menekan gaster Akumulasi secret
NYERI AKUT
POLA NAFAS
Mual dan muntah
TIDAK EFEKTIF

DEFISIT NUTRISI Anoreksia


F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
2) Palpasi : di daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg
sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/ tungkai di
angkat tinggi - tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah
(psoas sign).
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
5) Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla),
lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
6) Pada apendiks terletak pada retrosekal maka uji Psoas akan positif
dan tanda perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan
bila apendiks terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan
positif dan tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol.
Nama pemeriksaan Tanda dan gejala
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan
tekanan pada kuadran kiri bawah dan
timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian
Obraztsova’s sign dilakukan ekstensi dari panggul kanan.
Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan
dilakukan rotasi internal pada panggul.
Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium
atau vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah
dengan batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi
lembut pada korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah
epigastrium atau sekitar pusat, kemudian
berpindah ke kuadran kanan bawah.
Sitkovskiy Nyeri yang semakin bertambah pada perut
(Rosenstein)’s sign kuadran kanan bawah saat pasien
dibaringkan pada sisi kiri
Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit
triangle kanan (akan positif Shchetkin-
Bloomberg’s sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi
pada kuadran kanan bawah kemudian
dilepaskan tiba-tiba

b. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukopsit) hingga sekitar 10.000-
18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
c. Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang
membantu).
2) Ultrasonografi (USG), CT Scan.
3) Rontgen foto abdomen, USG abdomen dan apendikogram (pada
kasus kronik).
(Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma, 2015).
G. Penatalaksanaan Medis
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang
tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian
antibiotic. Pemberian antibiotic berguna untuk mencegah infeksi.
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks
(apendiktomi).
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Kasus Apendiksitis
1. Pengkajian Primer
a. Airway (Jalan Nafas)
Airway diatasi terlebih dahulu, selalu ingat bahwa cedera bisa lebih
dari satu area tubuh, dan apapun yang ditemukan, harus
memprioritaskan airway dan breathing terlebih dahulu. Jaw thrust atau
chin lift dapat dilakukan atau dapat juga dipakai naso-pharingeal
airway pada pasien yang masih sadar. Bila pasien tidak sadar dan tidak
ada gag reflex dapat dipakai guedel. Kontrol jalan nafas pasien dengan
airway terganggu karena faktor mekanik, atau ada gangguan ventilasi
akibat gangguan ventilasi akibat gangguan kesadaran, dicapai dengan
intubasi endotracheal, baik oral maupun nasal
b. Breathing (Pernafasan)
Kaji pernafasan, apakah ventilasi adekuat atau tidak. Berikan oksigen
bila pasien tampak kesulitan untuk bernafas atau terjadi pernafasan
yang dangkal dan cepat (takipnue). Pemberian oksigen nasal : pada
fase nyeri hebat skala nyeri 3 (0-4), pemberian oksigen nasal 3 L/menit
dapat meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri.
c. Circulation
sirkulasi dengan TTV, bila terjadi mual muntah yang berlebihan
sehingga intake cairan kurang, maka penuhi cairan dengan
pemasangan infus.
2. Survei Sekunder pada Pasien Apendisitis
a. Kaji nyeri
Perhatikan sifat, progrsivitas dan lokasi nyeri. Biasanya, nyeri yang
berlahan-lahan karakteristik untuk peradangan. Nyeri pada apendisitis
adalah termasuk nyeri primer atau nyeri viseral dimana nyeri yang
berasal dari organ itu sendiri artinya dapat terlokalisir. Nyerinya
seperti kram dan gas, nyeri ini makin intens kemudian berkurang.
b. Kaji adanya vomitus, anoreksia, nausea.
c. Kaji adanya diare, karena biasanya diare menyertai apendisitis.
d. Kaji adanya demam (pada pasien peradangan intra abdomen).
e. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a) Tidak ditemukan gambaran spesifik.
b) KembungKembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.
c) PenonjolanPenonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada
masaa atau abses periapendikuler.
d) TampakTampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan.
2. Palpasi
a) Nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri
tekan lepas.
b) Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
parietale.
3. Perkusi
a) Pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.
4. Auskultasi
a) Biasanya normal
b) Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis
generalisata akibat apendisitis perforata.
5. Rectal Toucher
a) Tonus musculus sfingter ani baik
b) Ampula kolaps
c) Nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12
d) Terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).
6. Uji Psoas
Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi
panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha
kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas
mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.
7. Uji Obturator
Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak
dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul
kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi
terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan
yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisiologis (inflamasi
atau peradangan pada apendiks).
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.5 Jilid 2.
Jakarta: Internal Publishing

Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1.
Yogyakarta:MediAction.
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri Akut berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera selama 3x 24 Jam, diharapkan nyeri dapat Observasi
fisiologis teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Pasien tidak meringis 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
3. Pasien tidak gelisah 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Pasien tidak mengalami kesulitan tidur memperingan nyeri
5. Frekuensi nadi membaik (60- 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
100x/menit) tentang nyeri
6. Pola napas membaik 6. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
7. Tekanan darah membaik hidup
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nn farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai