Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDIKSITIS

DISUSUN OLEH:

JURIKE DWI PRASTICA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA

PROGRAM STUDI NERS

2017
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing

(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa

mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk

mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong 2005).

B. ETIOLOGI
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender

1-2 ml perhari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke

sekum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan dalam

pathogenesis apendiks. (Wim de Jong et al 2005).


Menurut klasifikasi:
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan faktor

pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia

jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat

menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit (E

histolytica).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang

mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis

akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk

aslinya karena terjadinya fibrosis dan jaringan perut.


3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala nyeri perut kanan bawah lebih dari dua

minggu, radang kronis apendiks secara mokroskopik dan mikroskopik (fibrosis

menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan

perut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan keluhan

menghilang setelah apendiktomi.

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adanya nyeri samar

(nyeri tumpul) didaerah epigastrium disekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini

biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu

makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan

bawah. Dititik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri

somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakn adanya nyeri didaerah epigastrium,

tetapi terdapat kontipasi sehingga penderita memerlukan obat pencahar. Tindakan ini

dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.


Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 38,5 C.

(Price dan Wilson 2006).


Apendisitis juga dapat digambarkan dengan skor Alvarado:

The Modifled Alvarado Score Skor

Gejala Perpindahan nyeri dari uluhati ke perut kanan 1


bawah
Mual muntah 1
Anoreksia 1
Nyeri diperut kanan bawah 2
Tanda Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 C 1
Leukositosis 2
Pemeriksaan lab Hitung jenis leukosit shift to the left 1
Total 10

Interpretasi dari modified alvarado score:


1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
8-10 : pasti apendisitis akut
Sisitem skor dibuat untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis. Selain gejala

klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis.

Timbulnya gejala ini tergantung pada letak apendiks ketika meradang, berikut gejala

yang timbul tersebut:


1. Bila tidak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu dibelakang sekum (terlindung

oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda

rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada

saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernafas dala, batuk, dan mengedan.nyeri ini

timbul karena adanya kontraksi m. psoas mayor yang menegang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak dirongga pelvis: bila apendiks terletak didekat atau menempel

pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga

peristaltik meningkat pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-

ulang (diare).
3. Bila apendiks terletak didaerah atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi

peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangan didindingnya. (Wim de Jong 2005).

Hubungan patofisiologi dan manifestasi klinis apendisitis:

Kelainan patofisiologi Keluhan dan tanda

Peradangan awal Daerah epigastrium nyeri, daerah pusat


mungkin kolik

Apendisitis mukosa Nyeri trakea kanan bawah (rangsangan


automatic)

Radang diseluruh ketebalan dinding Nyeri sentral pindah ke kanan bawah,


mual dan muntah

Apendisitis komplit radang peritoneum Rangsangan peritoneum local (somatic),


parietal apendiks nyeri pada gerak aktif dan pasif, defans
muskuler local

Radang alat/ jaringan yang menempel Geniotalia interna, ureter, m. soas mayor,
pada apendiks kantong kemih, rectum.

Apendisitis gangrenosa Demam sedang, takikardia, mulai toksik,


leukositosis

Perforasi Nyeri dan defan muskuler seluruh perut

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 3 yaitu:
1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat,

disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local. Apendisitis akut

merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan faktor pencetusnya

disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan limf,

fikalit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan

sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit (E histolytica).


2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang

mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis

akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali

kebentuk aslinya karena terjadinya fibrosis dan jaringan perut.


3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala nyeri perut kanan bawah lebih dari dua

minggu, radang kronis apendiks secara mokroskopik dan mikroskopik (fibrosis

menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya

jaringan perut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan

keluhan menghilang setelah apendiktomi.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi: akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana

dinding perut tampak mengencang (distensi).


Palpasi: didaerah perut kanan bawah, bila ditekan akan merasa nyeri dan bila

tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan

kunci dari diagnosis apendisitis akut.


Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/ tungkai diangkat

tinggi, maka nyeri diperut akan semaikin parah (psoas sign).


Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila

pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.


Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu axilla, lebih menunjang lagi

adanya radang usus buntu.


Apendiks terletak pada retro sekal, maka uji psoas akan positif dan tanda

perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak

dirongga pelvis maka obturator sign akan positif dan tanda perangsangan

peritoneum akan lebih menonjol.


2. Pemeriksaan laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 18.000 /mm 3 . jika

terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah

mengalami perforasi (pecah).


3. Pemeriksaan radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit
Ultrasonografi (USG), CT Scane.
Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan

apendikogram.

F. PATOFISIOLOGI

Infasi dan multiplikasi Febris


HIPERTERMI
APENDISITIS Peradangan pada jaringan Kerusakan kontrol suhu
terhadap inflamasi
oprasi Secresi muncul berlebih
ANSIETAS pada lumen apendik
Luka insisi Apendik teregang
Pintu masuk kuman
Kerusakan jaringan
RESIKO INFEKSI
Ujung saraf terputus KERUSAKAN INTEGRITAS
JARINGAN
Pelepasan prostaglandin
Spasme dinding apendik Tekanan intraluminal lebih
Simulasi dihantarkan
NYERI dari tekanan vena
Spinar cord
Hipoksia jaringan apendik
Contex cerebri Nyeri dipersepsikan
ulcerasi
RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN perforasi
PERFUSI JARINGAN
Anastesi Reflek batuk menurun
GASTROINTESTINAL Akumulasi sekret

Peristaltik usus KETIDAKEFEKTIFAN


Depresi sistem respirasi
BERSIHAN JALAN
Distensi abdomen NAFAS
Anorexia
KETIDAKSEIMBANGA
N NUTRISI KURANG
G. TINDAKAN
GANGGUAN RASA UMUM YANG DILAKUKA Mual & muntah
DARI KEBUTUHAN
Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus
NYAMAN adalah apendiktomi . keterlambatan
TUBUH

RESIKOdalam tatalaksana
KEKURANGAN dapat meningkatkan kejadian perforasi. Tehnik laparoskopik,
VOLUME CAIRAN
apendiktomi laparoskopik suda terbukti menghasilakn nyeri paska bedah yang lebih

sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah.

Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu

oprasi. Laparoskopik itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut

abdomen, terutama pada wanita.

H. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Hipertermia b.d respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal
3. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi
4. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif, mekanisme kerja peristaltik

usus menurun
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologi

ketidakmampuan untuk mencerna makanan


6. Kerusakan integritas jaringan
7. Gangguan rasa nyaman
8. Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal sirkulasi darah ke gastrointestinal,

hemoragi gastrointestinal akut


9. Resiko infeksi
10. Ansietas b.d prognosis penyakit rencana pembedahan

I. DISCHARGE PLANNNING
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi apendiks. Dalam

waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita diobservasi, istrahat dalam posisi fowler,

diberikan antibiotik dan diberi makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi

perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.

DAFTAR PUSTAKA

Wim de jong et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Egc: jakarta
Price, sylvia anderson, wilson, lorraine mc carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis, Proses-
Proses Penyakit. Ed: 6, volume 1 & 2. Egc: jakarta.
PATOFISIOLOGI ASKEP

Infasi dan multiplikasi HIPERTERMI Febris


APENDISITIS Peradangan pada jaringan Kerusakan kontrol suhu
terhadap inflamasi

oprasi Secresi muncul berlebih


pada lumen apendik
Luka insisi Apendik teregang
Kerusakan jaringan

Ujung saraf terputus


Pelepasan prostaglandin

Simulasi dihantarkan Spasme dinding apendik


Spinar cord NYERI

Contex cerebri Nyeri dipersepsikan

Anastesi

Peristaltik usus

Distensi abdomen

GANGGUAN RASA
NYAMAN

Anda mungkin juga menyukai