KRONIK
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Appendicitis adalah peradangan pada appendix. Appendix merupakan organ yang
menempel pada ceacuum (bagian pertama dari usus besar) yang berbentuk tabung dan
ujungnya tertutup menyerupai bentuk cacing dan sering disebut dengan usus buntu
(Prihaningtyas, 2014).
Appendicitis adalah peradangan apendiks vermiform yang terjadi sebagian besar
pada remaja dan dewasa muda. Dapat terjadi pada semua usia tetapi jarang terjadi pada
klien yang kurang dari dua tahun dan mencapai insiden tertinggi pada usia 20-30 tahun.
Tidak umum terjadi pada lansia, namun rupturnya apendiks lebih sering terjadi pada klien
lansia (Mulyanto, 2014).
Apendisitis atau radang usus buntu terjadi ketika usus buntu tersumbat, biasanya
berisi tinja, benda asing, atau kanker. Penyumbatan juga dapat terjadi karena infeksi dan
membengkak dalam menanggapi infeksi di dalam tubuh (Putrikrislia, 2018).
Jadi, appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada daerah appendiks
vermiform akibat adanya sumbatan berupa tinja, benda asing, atau kanker. Biasanya
terjadi pada remaja dan dewasa muda.
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang diakibatkan oleh appendicitis adalah sebagai berikut.
a. Nyeri tekan pada titik McBruney
TOTAL 10
Interpretasi
5. Patofisiologi
Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel
limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya,
atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mucus tersumbat makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
piningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa.
Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di darah kanan bawah. Keadaan ini disebut appendicitis supuratif
akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan appendicitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh ini pecah, akan terjadi appendicitis perforasi.
6. Pathway
Fekalit, bolus ascaris, benda
asing, dan jaringan
Kurang Cemas
pengetahuan
7. Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini merupakan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menunjang
diagnosis adalah (Riawati, 2019).
a. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap)
Jumlah leukosit meningkat pada 70 – 90 % kasus apendisitis akut. Jika
jumlah leukosit melebihi 15.000 sel/µL, mungkin telah terjadi apendisitis
perforasi.
Kadar C-reactive protein > 1 mg/dL disertai lekositosis dan neutrofilia
adalah umum pada pasien dengan appendicitis. Kadar yang sangat tinggi
mengindikasikan terjadinya gangrene.
b. Pemeriksaan urinalis
Pada urinalisis bisa ditemukan piuria, leukosituria, eritrosituria, dan kadar
asam 5-hidroksiindolasetat (U-5-HIAA) sebagai marker dini appendicitis yang
meningkat secara signifikan sewaktu akut dan menurun ketika telah terjadi
nekrosis.
c. Pemeriksaan radiografi
a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
b. Ultrasonography (USG) akurat untuk mendiagnosis appendicitis pada anak-anak.
USG akan memudahkan para klinisi dalam membedakan appendicitis yang tidak
atau sudah berkomplikasi. USG juga dapat membantu dalam membuat keputusan
medis mengenai apakah situasi pasien memerlukan inisiasi terapi antibiotika
terlebih dahulu, atau segera melakukan apendektomi.
c. Pemeriksaan ini biasanya tidak diutamakan karena paparan radiasinya, dan beban
biaya pada pasien. CT Scan mungkin dilakukan apabila gambaran klinis
appendicitis meragukan, di mana pemeriksaan laboratorium tidak mendukung, dan
USG juga tidak jelas.
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada apendisitis dapat dilakukan dua cara yaitu secara
konservatif dan operatif. Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada
penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian
antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi.
Menurut Black Joyce (2009), penatalaksanaan medis pada klien dengan
appendicitis adalah dengan dilakukannya apendektomi, operasi laparoskopi dan
pemberian antibiotic melalui IV sebelum operasi (Mulyanto, 2014).
Apendektomi adalah operasi pembedahan untuk mengangkat apendiks yang
bermasalah. Apendiks adalah kantong kecil berbentuk tabung yang menempel di usus
besar, lokasinya di sisi kanan bawah perut. Apendektomi memiliki dua pilihan, yaitu
(Joseph, 2020).
a. Operasi Laparoskopi
Sebelum operasi klien akan dibius total. Setelah itu, operasi dimulai
dengan dokter bedah yang membuat 1-3 sayatan kecil di perut kanan bagian
bawah klien. Salah satu dari sayatan tersebut nantinya akan menjadi pintu
masuknya selang laparoskopi. Alat ini dilengkapi dengan pisau medis khusus dan
kamera video kecil. Lewat kamera yang terpasang di laparoskopi, dokter bedah
dapat melacak lokasi usus buntu dan memonitor isi dalam perut Anda di layar TV.
Nantinya, dokter akan mengikat dan memotong usus buntu yang akan dikeluarkan
melalui alat laparoskopi. Sesudahnya, bekas sayatan akan ditutup dengan staples
atau jahitan.
b. Operasi terbuka
Operasi ini dilakukan dengan membuat sayatan pada sisi kanan bawah
perut. Luka atau sayatan yang dibuat umumnya sepanjang 4-10 sentimeter (cm).
Sebelum operasi klien akan dibius total. Setelah klien tidak sadarkan diri dan
sayatan dibuat, dokter bedah akan memotong usus buntu yang menempel di usus
besar dan dikeluarkan dari tubuh. Bekas potongan kemudian akan dijahit dengan
staples medis khusus dan sayatan juga akan ditutup dengan jahitan.
9. Komplikasi
Komplikasi dari appendicitis adalah proferasi. Drainase dan antibiotic diperlukan
jika proferasi terjadi. Setelah proferasi dapat mengakibatkan peritonitis yaitu
inflamasi membrane peritoneum (Mulyanto, 2014).
h. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien apendicitis akan dijumpai:
a) Leukositosis antara 10.000-20.000/ml
b) Peningkatan jumlah serum pada test CRP
c) Urinalisis: sekitar 10% pasien dengan nyeri perut memliki penyakit saluran
kemih. Proses inflamasi appendicitis akut dapat emnyebabkan piuria, hematuria
atau bakteriuria.
i. Pemeriksaan radiologi
a) foto polos abdomen
b) ultrasonogram enema barium
c) CT-Scan
d) USG: untuk membedakan appendicitis akut dan appendicitis perforasi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah aktual atau resiko dalam rangka mengindentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah, masalah kesehatan klien
yang ada ada tanggung jawabnya. (Nanda, 2015). Diagnosis keperawatan yang mungkin
ada pada pasien Appendicitis menurut SDKI adalah sebagai berikut.
Pre Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipertermia
c. Risiko ketidakseimbangan cairan
d. Defisit nutrisi
e. Ansietas
f. Defisit pengetahuan
g. Risiko infeksi
Post Operatif
a. Nyeri Akut
b. Intoleransi aktivitas
c. Risiko Infeksi
3. Perencanaan
Setelah menentukan diagnosis keperawatan, selanjutnya membuat perencanaan tindakan.
4. Implementasi
Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Tindakan keperawatan ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan
mandiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang,
mengompres hangat saat klien demam.
b. Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawat bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang
bertahan untuk mengatasi masalah klien.
5. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja
perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat
mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan
dalam diagnosa keperawatan.
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan Appendicitis sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang
terjadi pada pasien. Adapaun sasaran evaluasi pada pasien appendicitis sebagai berikut:
a. Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari demam
b. Pasien akan mengungkapkan rasa neyri berkurang
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
d. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi
e. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi
f. Infeksi tidak terjadi
A. NARASI KASUS
Seorang remaja bernama Nn. I usia 22 thn masuk ke IGD dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah sejak sore, nyeri hingga berjalan harus membungkuk, mual +. Riwayat
penyakit sebelumnya – riwayat alergi – Keadaan umum sedang, GCS 15 composmentis,
TB 160cm, BB 45kg, TD 121/78 mmHg, pernapasan 20x/mnt, nadi 76x/mnt, suhu
36,7°C, akral hangat, CRT<2 detik, abdomen supel. Hasil laboratorium Hb 9,9 g/dL, Ht
31%, Trombosit 340 ribu/µL, leukosit 8,35 10ˆ3/µL. Therapy IVFD RL+tramadol
100mg/8jam, Ceftriaxone 2x1gr IV, Ketorolac 3x30mg IV, Ranitidine 2x50mg IV, Cek
LED, Rencana USG Abdomen.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Nn. I
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Belum bekerja
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Asrama Rindam Jaya rt 06/rw 05
Tanggal Masuk : 12 November 2022
Tanggal Pengkajian : 12 November 2022
Diagnosa Medis : Appendicitis Kronis
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak sore, nyeri
hingga berjalan harus membungkuk, mual +.
b) Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak sore, nyeri
hingga berjalan harus membungkuk, mual +. Tanggal 25/11/2022 dijadwalkan
USG abdomen, namun pasien sudah nyeri.
2) Riwayat penyakit sebelumnya
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya
Kriteria Hasil:
0-20 : ketergantungan penuh
21-61 : ketergantungan berat
62-90 : ketergantungan moderat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
e. Pemeriksaan Fisik
1. Respiratori
Sumbatan jalan napas : tidak
Frekuensi napas : 20x/mnt
Irama : teratur
Sputum : tidak ada
Batuk : tidak
Suara tambahan : tidak ada
2. Kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
Tekanan darah : 121/78 mmHg
Frekuensi nadi : 76x/mnt
Irama nadi : tratur
Denyut nadi : kuat
Suhu : 36,7°C
SpO2 : 98%
Akral : hangat
Capillary refill : <3detik
b. Sirkulasi jantung
Nyeri dada : tidak
3. Tingkat kesadaran : composmentis
a. Disability
Tanda-tanda trauma : tidak ada
b. Skala koma Glasgow : 15
E: 4 M: 6 V: 5
c. Sensori : tidak ada kelainan
d. Penglihatan dan konjungtiva : tidak pucat, anikterik, pupil isokor, reflek
cahaya positif
e. Pendengaran : tidak ada kelainan
4. Risiko nutrisi
BB: 55kg TB: 160cm
1. Apakah berat badan pasien mengalami penurunan dalam 6
bulan terakhir?
a. Tidak 0
b. Tidak yakin (ada tanda: baju menjadi lebih longgar) 2
c. Ya, ada penurunan BB sebanyak
1-5 kg 1
6-10 kg 2
3
>11 kg
2. Apakah asupan makanan berkurang karena penurunan nafsu
makan/kesulitan menerima makanan? 0
Tidak 1
Ya
Total Score 1
Bila skor >3, maka dilakukan assessment lanjut oleh dietisien/ahli gizi
5. Skrining nyeri
Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah saat ini anda merasa sakit? √
2. Apakah tidur anda terganggu karena sakit? √
3. Apakah rasa sait mengalangi aktivitas? √
4. Apakah rasa sakit dialami setiap hari? √
6. Kulit
Warna kulit : normal
Turgor kulit : elastis
Integritas : tidak ada kelainan
Luka : tidak ada
7. Eliminasi
Buang Air Besar : tidak ada kelainan
Buang Air Kecil : tidak ada kelainan
f. Data Penunjang
Hb : 9,9 g/dL PT Pasien : 11,1 detik
Ht : 31% APTT Pasien : 26,3 detik
Leukosit : 8,35 10ˆ3/µL HBsAg : non reaktif
Trombosit : 340 ribu/µL, Anti HIV : non reaktif
SGOT : 13 U/L Urine lengkap : tidak ada masalah
SGPT : 12 U/L LED :11 mm/jam
Ureum : 18 mg/dL GDS : 94
Kreatinin : 0.97 mg/dL Natrium : 140 mmol/L
eGFR : 76,3 mL/min/1,73 mˆ2 Kalium : 3,9mmol/L
Klorida : 107 mmol/L
g. Terapi medis
IVFD RL+tramadol 100mg/8jam
Cek LED
USG Abdomen
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Defisit nutrisi
3. Risiko infeksi
D. PERENCANAAN
Diagnosis Luaran dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
(SDKI)
Nyeri Akut D.0077 Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I. 08238
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama Identifikasi lokasi,
3x24jam diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
akut teratasi dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
hasil: nyeri
Kemampuan Identifikasi skala nyeri
menuntaskan aktivitas Identifikasi respon nyeri non
meningkat dengan skor 5 verbal
Keluhan nyeri menurun Identifikasi faktor yang
dengan skor 5 memperberat dan
Meringis menurun memperingan nyeri
dengan skor 5 Identifikasi pengetahuan dan
Sikap protektif menurun keyakinan tentang nyeri
dengan skor 5 Identifikasi pengaruh budaya
Gelisah menurun dengan terhadap respon nyeri
skor 5. Idnetifikasi pengaruh nyeri
Kesulitan tidur menurun pada kualitas hidup
dengan skor 5 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
Menarik diri menurun
diberikan
dengan skor 5
Monitor efek samping
Berfokus pada diri sendiri
penggunaan analgetik
menurun dengan skor 5
Terapeutik
Diaphoresis menurun Berikan teknik
dengan skor 5 nonfarmakologis untuk
Perasaan depresi mengurangi rasa nyeri
(tertekan) menurun kontrol lingkungan yang
dengan skor 5 memperberat rasa nyeri
Perasan takut mengalami fasilitasi istirhat dan tidur
cedera berulang menurun pertimbangkan jenis dan
dengan skor 5 sumber nyeri dalam
Anoreksia menurun pemilihan strategi meredakan
dengan skor 5 nyeri
Perineum terasa tertekan Edukasi
menurun dengan skor 5 Jelaskan penyebab, periode,
Uterus teraba membulat dan pemicu nyeri
menurun dengan skor 5 Jelaskan strategi meredakan
Ketegangan otot menurun nyeri
dengan skor 5 Anjurkan memonitor nyeri
Pupil dilatsi menurun secara mandiri
dengan skor 5 Anjurkan menggunakan
Muntah dan mual analgetik secara tepat
menurun dengan skor 5 Ajarkan teknik
Frekuensi nadi membaik nonfarmakologis untuk
dengan skor 5 mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Pola napas membaik Kolaborasi pemberian
dengan skor 5 analgetik, jika perlu
Tekanan darah membaik
dengan skor 5
Proses berpikir membaik
dengan skor 5
Fokus membaik dengan
skor 5
Fungsi berkemih
membaik dengan skor 5
Perilaku membaik
dengan skor 5
Nafsu makan membaik
dengan skor 5
Pola tidur membaik
dengans kor 5.
Defisit nutrisi Serum albumin Manajemen Nutrisi I.03119
D.0019 meningkat dengan skor 5 Observasi
Verbalisasi keinginan Identifikasi status nutrisi
untuk meningkatkan Identifikasi alergi dan
nutrisi meningkat dengan intoleransi makanan
skor 5 Identifikasi makanan yang
Pengetahuan tentang disukai
pilihan makanan yang Identifikasi kebutuhan kalori
sehat meningkat dengan dan jenis nutrient
skor 5 Identifkasi perlunya
Pengetahuan tentang penggunaan selang
pilihan minuman yang nasogastric
sehat meningkat dengan Monitor asupan makanan
skor 5 Monitor berat badan
Pengetahuan tentang Monitor hasil pemeriksaan
standar supan nutrisi yang laboratorium
tepat meningkat dengan Terapeutik
skor 5 Lakukan oral hygiene
Penyiapan dan sebelum makan, jika perlu
penyimpanan makanan Fasilitasi menentukan
yang aman meningkat pedoman diet
dengan skor 5 Sajikan makanan secara
Sikap terhadap menarik dan suhu yang sesuai
makanan/minuman sesuai Berikan makanan tinggi serat
tujuan kesehatan untuk mencegah konstipasi
meningkat dengan skor 5 Berikan mkanan tinggi kalori
Perasaan cepat kenyang dan tinggi protein
menurun dengan skor 5 Berikan suplemen makanan,
Nyeri abdomen menurun jika perlu
dengan skor 5 Hentikan pemberian makanan
Sariawan menurun melalui selang nasogastric
dengan skor 5 jika asupan oral dapat
Rambut rontok menurun
dengan skor 5 ditoleransi
Diare menurun dengans Edukasi
skor 5 Anjurkan posisi duduk, jika
Berat badan membaik perlu
dengan skor 5 Ajarkan diet yang
Indeks massa tubuh diprogramkan
(IMT) membaik dengan Kolaborasi
skor 5 Kolaborasi pemberian
Frekuensi makan medikasi sebelum makan,
membaik dengan skor 5 jika perlu
Nafsu makan membaik Kolaborasi dengan ahali gizi
dengan skor 5 untuk menentukan jumlah
Bising usus membaik kalori dan jenis nutrient yang
dengan skor 5 dibutuhkan, jika perlu
Tabel lipatan kulit trisep
membaik dengan skor 5
Membrane mukosa
membaik dengan skor 5
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi L.14137 Pencegahan Infeksi I.14539
D.0142 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 Monitor tanda dan gejala
diharapkan infeksi tidak infeksi lokal dan sitemik
terjadi dengan kriteria hasil: Terapeutik
Kebersihan tangan Batasi jumlah pengunjung
meningkat dengan skor 5 Berikan perawatan kulit pada
Kebersihan badan area edema
meningkat dengan skor 5 Cuci tangan sebelum dan
Nafsu makan meningkat sesudah kontak dengan
dengan skor 5 pasien dan lingkungan pasien
Demam menurun dengan Pertahankan teknik aseptic
skor 5 pada pasien berisiko tinggi
Kemerahan menurun Edukasi
dengan skor 5 Jelaskan tanda dan gejala
Nyeri menurun dengan infeksi
skor 5 Ajarkan cara mencuci tangan
Bengkak menurun dengan dengan benar
skor 5 Ajarkan etika batuk
Vesikel menurun dengan Ajarkan cara memeriksa
skor 5 kondisi luka atau luka operasi
Cairan berbau busuk Anjurkan meningkatkan
menurun dengan skor 5 asupan nutrisi
Sputum berwarna hijau Anjurkan meningkatkan
menurun dengan skor 5 asupan cairan
Drainase purulent Kolaborasi
menurun dengan skor 5 Kolaborasi pemberian
Piuria menurun dengan imunisasi, jika perlu
skor 5
Periode malaise menurun
dengan skor 5
Letargi menurun dengan
skor 5
Gangguan kognitif
menurun dengan skor 5
Kadal sel darah putih
membaik dengan skor 5
Kultur darah membaik
dengan skor 5
Kultur urune membaik
dengan skor 5
Kultur sputum membaik
dengan skor 5
Kultur area luka membaik
dengan skor 5
Kultur fases membaik
dengan skor 5
E. IMPLEMENTASI
Tanggal dan Jam Tindakan Diagnosis Paraf
Sabtu, 12/11/2022
14.00 Aplusan
15.00 Menyiapkan therapy
16.00 Memonitor TTV
RS: os mengeluh masih mual, Nyeri Akut D.0077
tidak nafsu makan dan nyeri Risiko Infeksi
pada perut kanan bawah. D.0142
RO: TD: 118/82 N: 82 S: 36,5 Defisit nutrisi
D.0019
rr: 22 SpO2: 99%, Hb 9,9
g/dL, Ht 31%, Trombosit 340
ribu/µL, leukosit 8,35
10ˆ3/µL, terlihat meringis
ketika kaki kanan ditekuk
Mengambil sampel darah LED
RO: sampel darah LED
17.00 diambil
Memberikan therapy IV
ceftriaxone 1gr, ketorolac
30mg, ranitidine 50mg
19.00 RO: therapy diberikan, alergi -
Memonitor cairan infus dan
intake makan
Defisit nutrisi
RO: tetesan infus lancar, D.0019
IVFD RL+tramadol 100mg/8j,
makan sore hanya habis ¼
porsi
Minggu,
13/11/2022 Aplusan
14.00 Menyiapkan therapy
15.00 Memonitor TTV Nyeri Akut D.0077
16.00 RS: os mengatakan mual
sudah berkurang, nyeri perut
kanan bawah masih sakit
RO: TD: 129/83 N: 79 S: 36
rr: 20 SpO2: 98%, nyeri tekan
+ perut kanan bawah,terlihat
nyeri ketika kaki kanan
ditekuk
17.00
Memberikan therapy IV
ceftriaxone 1gr, ketorolac
30mg, ranitidine 50mg Defisit nutrisi
19.00 RO: therapy diberikan, alergi D.0019
–
Memonitor cairan infus dan
intake makanan
RO: tetesan infus lancar,
IVFD RL+tramadol 100mg/8j,
makan sore habis ½ porsi.
Senin, 14/11/2022
14.00 Aplusan
15.00 Menyiapkan therapy
16.00 Memonitor TTV Nyeri Akut D.0077
RS: os mengatakan mual
sudah tidak terasa, nyeri perut
kanan bawah berkurang
namun masih terasa sakit
RO: TD: 120/85 N: 75 S: 36,5
rr: 20 SpO2: 98%, nyeri tekan
pada perut kanan bawah +
16.30
Melapor hasil USG Abdomen
ke dr. bedah
RO: persiapankan operasi
appendicitis, konsul PD, Paru,
17.00 Jantung, Anestesi
Memberikan therapy IV
ceftriaxone 1gr, ketorolac
30mg, ranitidine 50mg
19.00 RO: therapy diberikan, alergi
–
Memonitor cairan infus dan Defisit nutrisi
intake makan D.0019
RO: tetesan infus lancar,
IVFD RL+tramadol 100mg/8j,
makan sore habis 1 porsi
F. EVALUASI
Hari/tanggal Disgnosis Perkembangan Paraf
Sabtu, Nyeri Akut S: os mengeluh masih mual dan nyeri
12/11/2022 D.0077 pada perut kanan bawah.
O: TD: 118/82 N: 82 S: 36,5 rr: 22
SpO2: 99%, terlihat meringis ketika
kaki kanan ditekuk
A: nyeri akut belum teratasi
P: - observasi ku dan TTV
- manajemen nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Joseph, Novita. 2020. Operasi Usus Buntu (Appendektomi). Diakses dari
https://hellosehat.com/kesehatan/operasi/operasi-usus-buntu-appendektomi/. Pada
tanggal 06/07/2020.
Mulyanto, Joko, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan, Edisi 8-Buku 2. Diterjemahkan dari Black, Joyce M dan Jane
Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing: Clinical Management for positive
Outcomes. Jakarta: Elsevier.
Nurachmah, Elly. 2017. Dasar-Dasar Abatomi dan Fisiologi ed-12. Diterjemahkan dari Ross
dan Wilson oleh Anne Waugh dan Allison Grant. Anatomi and Physiology in Health
and Ilness, 12e. Jakarta: Elsevier.
Prihaningtyas, Rendi Aji. 2014. Deteksi dan Cepat Obati 30+ Penyakit yang Sering
Menyerang Anak. Yogyakarta: Media Pressindo
Putrikrislia, Ursula Penny. 2018. Apendisitis (Radang Usus Buntu) – Penyebab, Gejala, dan
Pengobatan. Diakses dari https://doktersehat.com/apendisitis-radang-usus-buntu/.
Pada tanggal 06/07/2020.
Riawati. 2019. Diagnosis Appendicitis. Diakses dari
https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-umum/apendisitis/diagnosis. Pada
tanggal 06/07/2020.