Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN APENDISITIS

MINGGU 1

Dosen : Ns.Dyah restuning p.,M.kep

Oleh : INDRY LESTARI 1907032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2022

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. PENGERTIAN
Apendesitis merupakan proses pradangan akut maupun kronis yang terjadi pada
apendiks vemivormis oleh karna adanya sumbatan yang terjadi pada lumen
apendiks.gejala pertama kali yang di rasakan pada umumnya adalah berupa nyeri pada
perut kuadran kanan bawah.selain itu mual dan muntah sering terjadi beberapa jam
setelah muncul nyeri ,yang berakibat pada penurunan napsu makan sehingga dapat
menyebabkan anoreksia (fransisca dkk,2019)

appendicitis adalah obstruksi lumen apendiks yang dapat disebabkan oleh hiperplasia
limfoid, infeksi, fekalit, tumor, ataupun infeksi. Obstruksi ini kemudian menyebabkan
distensi lumen dan inflamasi yang menimbulkan manifestasi klinis appendicitis Fekalit
terbentuk dari garam kalsium dan debris feses menjadi berlapis dan menumpuk di
dalam apendiks. Hiperplasia limfoid dikaitkan dengan berbagai gangguan inflamasi
dan infeksi, seperti Crohn’s disease, gastroenteritis, amebiasis, infeksi pernapasan,
campak, dan mononukleosis. Pada beberapa kasus penyebab pasti appendicitis tidak
diketahui.[2,6] Parasit, seperti Enterobius vermicularis, juga berpotensi menyebabkan
obstruksi lumen apendiks dan menyebabkan appendicitis.

Faktor Risiko Appendicitis dapat terjadi pada siapa saja, namun beberapa kondisi dapat
meningkatkan risiko terjadinya appendicitis antara lain:

Usia: appendicitis lebih sering ditemukan pada usia 10-20 tahun.

Jenis kelamin: appendicitis lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita.

Riwayat dalam keluarga: adanya riwayat appendicitis pada keluarga meningkatkan


risiko seseorang terkena appendicitis.

Konsumsi serat yang rendah.

B. Etiologi

appendicitis adalah obstruksi lumen apendiks yang dapat disebabkan oleh


hiperplasia limfoid, infeksi, fekalit, tumor, ataupun infeksi. Obstruksi ini kemudian
menyebabkan distensi lumen dan inflamasi yang menimbulkan manifestasi klinis
appendicitis
Fekalit terbentuk dari garam kalsium dan debris feses menjadi berlapis dan
menumpuk di dalam apendiks. Hiperplasia limfoid dikaitkan dengan berbagai
gangguan inflamasi dan infeksi, seperti Crohn’s disease, gastroenteritis, amebiasis,
infeksi pernapasan, campak, dan mononukleosis. Pada beberapa kasus penyebab
pasti appendicitis tidak diketahui.[2,6] Parasit, seperti Enterobius vermicularis, juga
berpotensi menyebabkan obstruksi lumen apendiks dan menyebabkan appendicitis.

Faktor Risiko

Appendicitis dapat terjadi pada siapa saja, namun beberapa kondisi dapat
meningkatkan risiko terjadinya appendicitis antara lain:

Usia: appendicitis lebih sering ditemukan pada usia 10-20 tahun.

- Jenis kelamin: appendicitis lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan


wanita.
- Riwayat dalam keluarga: adanya riwayat appendicitis pada keluarga
meningkatkan risiko seseorang terkena appendicitis.
- Konsumsi serat yang rendah

C. Pathofisiologi

Patofisiologi appendicitis berasal dari obstruksi pada rongga apendiks. Obstruksi


lumen in diikuti dengan pertumbuhan bakteri, inflamasi, dan distensi apendiks.
Anatomi
Apendiks adalah suatu bagian dari usus besar (caecum) yang berbentuk seperti
cacing. Apendiks disebut juga sebagai usus buntu, umbai cacing, vermiform
appendix, epityphlitis (diubah dari bahasa Yunani), atau appendix.Panjang
apendiks rata-rata adalah 8─10 cm (berkisar 2─20 cm). Posisi apendiks tidak
terfiksir pada satu tempat, dapat berasal dari sekitar 1,7─2,5 cm di bawah ileum
terminal, dorsomedial terhadap fundus caecum (lokasi paling umum); atau
bersebelahan dengan orifisium ileal.
Obstruksi Luminal
Penyebab terjadinya obstruksi pada lumen apendiks beragam, seperti hiperplasia
limfoid, infeksi parasit, fekalit, ataupun tumor. Terlepas dari penyebabnya,
kondisi obstruksi dapat menimbulkan inflamasi, iskemia lokal, perforasi, dan
pembentukan abses, yang juga meningkatkan risiko peritonitis.
Adanya obstruksi akan menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal dan
intramural, mengakibatkan oklusi pembuluh darah kecil dan stasis limfatik.
Penumpukan mukus dan distensi apendiks lama kelamaan akan diikuti dengan
gangguan limfatik dan vaskular, sehingga dinding apendiks menjadi iskemik dan
nekrotik. Apendiks yang mengalami inflamasi akan dikelilingi oleh omentum
dan visera sekitarnya dan membentuk massa apendiks. Insiden perforasi
apendiks makroskopik berkisar 20-30%. Perforasi apendiks dapat berkembang
menjadi peritonitis generalisata atau membentuk abses apendiks.[2,3]
Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan bakteri yang berlebihan kemudian terjadi pada apendiks yang
mengalami obstruksi, dengan organisme aerob yang mendominasi pada awal dan
campuran aerob dan anaerob di kemudian hari. Organisme yang umum terlibat
adalah Escherichia coli, Peptostreptococcus, Bacteroides, dan Pseudomonas.
Setelah peradangan dan nekrosis yang signifikan terjadi, apendiks berisiko
mengalami perforasi, abses lokal, dan terkadang peritonitis.
( Jones MW, Lopez RA, Deppen JG. Appendicitis. In: StatPearls. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Invansi & Multiplikasi Hipertermia Febris
Bakteri
Peradangan pada Mekanisme
dinding apendiks kompensasi tubuh
Apendicitis

Apendiktomi Secresi mucus berlebih pada


Ansietas
lumen apendik

Luka insisi Apendic teregang

D. Pathways
Merangsang Spasme dinding Tekanan
nosiseptor apendik intraluminal lebih
dari tekanan vena

Nyeri akut
Hipoxia jaringan
apendic
Risiko
Perdarahan
Ulcerasi

Efek samping
Perforasi
anestesi
Jalan masuk kuman
Risiko Infeksi
Nausea
E. Maninfestasi klinis

- Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan
- Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan
- Nyeri tekan lepas dijumpai
- Terdapat konstipasi atau diare
- Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum
- Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal
- Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter
- Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis
- Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri kuadran kanan.
- Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat
ileus paralitik.
- Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak
mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Nama pemeriksaan Tanda dan gejala
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran
kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan
Obraztsova’s sign ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada
kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi
internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada
hipogastrium atau vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri ketika batuk atau mengedan

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendisitis menurur Mansjoer (2021) :
a. Pre Operatif
1) Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
2) Pemasangan kateter untuk control produksi urin
3) Terapi Cairan IV (rehidrasi)
4) Antibiotic dengan spectrum luas dan dosis tinggi diberikan secara IV
5) Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk
membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
6) Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
b. Intra Operatif
1) Apabila apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis dan antibiotika.
2) Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin mengecil, atau
abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
3) Tindakan apendiktomi
Ada dua teknik operasi apendiktomi yang biasa digunakan, yaitu :
a) Operasi terbuka : satu sayatan akan dibuat (sekitar 5 cm) di bagian bawah kanan
perut. Sayatan akan lebih besar jika apendisitis sudah mengalami perforasi.
b) Laparoskopi : sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar,
yang lainnya diseputar perut. Laparoskopi berbentuk seperti benang halus denagn
kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam
bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang
dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk
operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan apendiks,
pembuluh darah, dan bagian dari apendiks yang mengarah ke usus besar akan
diikat.
c. Post Operatif
1) Observasi TTV
2) Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah.
3) Baringkan pasien dalam posisi semi fowler
4) Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan.
5) Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai
fungsi usus kembali normal.
6) Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan
lunak.
7) Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama
2×30 menit.
8) Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
Hari ke-7 jahitan dapat diangkat
G. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm 3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum
yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan meningkat
4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis
serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada tempat
yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan
bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami
inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka
sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat
akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-
97%.

Konsep keperawatan
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Tanggal dan waktu masuk Rumah Sakit : 13 Juni 2022
Tanggal dan waktu pengkajian : 16 juni 2022
Nama : Ny,D
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : islam
Pendidikan : S1 ekonomi
Pekerjaan : wirasuasta
Suku/bangsa: jawa/indonesia
Alamat : telogosari
Diagnosa Medis : apendesitis
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny.N
Umur : 58 th
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Suku/Bangsa : jawa/indonesia
Pendidikan terakhir : smp
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : telogosari
Hubungan dengan klien : ibu kandung
2. Status kesehtan saat ini
Keluhan Utama : klien mengatakan sakit perut dibagian sebelah kanan
b. Alasan Masuk : klien mengatakan perut dan uluhatiny nyeri
c. Lamanya Keluhan : klien mengatakan sudah mulai terasa sejak hari kamis
pagi
d. Timbul keluhan : klien mengatakan timbul keluhannya secara mendadak
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : keluarga klien mengatakan saat
terjadi gejala klien minum air hangat, dan minum obat antibiotik
3. Riwayat Kesehatan Lalu
a. klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis
b. klien mengatakan sudah pernah jatuh dari motor
c. klien mengatakan sudah pernah dirawat di rumah sakit
d. klien mengatakan tidak punya alergi obat atau yang lainnya
e. klien mengatakan sudah melakukan imunisasi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Genogram :
b. keluarga klien mengaakan tidak ada yang pernah mengalami penyakit
dengan gejala seperti ini
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
a. klien mengatakan selalu menjaga kebersihan rumah dan kebersihan
lingkungan dan mengikuti kegiatan kerja bakti
b. klien mengatakan saat melakukan tiba-tiba nyeri dibagian perut dan lemas
II. POLA KESHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)
a. Persepsi klien tentang kesehtan diri
- Sebelum sakitn : sebelum sakit klien tidak memperdulikan kesehatan dirinya
- Sesudah sakit : sesudah sakit klien sangat memperhatikan kondisi kesehatannya
b. Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan
pasien jika sakit,kemana pasien bila sakit berobat
- Sebelum sakit : sebelum pasie masuk ke rumah sakit pasien bila sakit tidak
pernah mau minum obat,dan tidak pergi ke dokter
- Sesudah sakit : sesudah masuk rumah sakit pasien jadi mau minum obat
2. Pola nutrisi dan metabolik

a. pola makan
sebelum sakit : klien mengatakan makan dengan teratur 3x dalam sehari dan satu
porsi

saat sakit : klien mengatakan nafsu makan masih sama sebelum sakit 3x dalam
sehari

b. apakah keadaan saat ini mempengaruhi pola makan/minum

sebelum sakit : klien mengatakan pola makannya tidak terpenharuhi

saat sakit : klien mengatakan pola makanya,masih sama seperti belum sakit

c. makanan yang disukai pasien

sebelum sakit : klien mengatakan menyukai makanan rumahan seperti seafood


dan gorengan

saat sakit : klien mengatakan tidak makan gorengan

d. adakah keyakinan atau kebuyaan yang mempengaruhi diet

sebelum sakit : klien mengatakan tidak pernah diet

saat sakit : klien mengatakan tidak diet

e. kebiasaan mengkonsumsi vitamin/obat penambah nafsu makan

sebelum sakit : klien mengatakan tidak pernah konsumsi vitamin

saat sakit : klien mengatakan tidak konsumsi obat / vitamin

f. keluhan dalam makan

1. adakah keluhan anoreksia nervosa, bulmia nervosa : klien mengatakan


tidak ada

2. klien mengatakan muntah 1x

3. klien mengatakan mampu mengunyah seperti biasa dan menelan seperti


biasa

g. adakah penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir


sebelum sakit : klien mengatakan tidak mengalami penurunan berat badan

saat sakit : klien mengatakan berat badan menurun

h. pola minum

sebelum sakit : klien mengatakan minum 8 gelas sehari air putih

saat sakit : klien mengatakan minum 8 gelas sehari air putih

i. bila pasien terpasang infus bearapa cairan yang masuk dalam sehari

cairan yang masuk 20 tetes/1mL

j. adanya keluhan demam

klien mengatakan demam setelah 2 hari di rs

3. Pola eliminasi
a. eliminasi feses
1) pola BAB
sebelum sakit : frekuensi 1x, warna kuning, bau khas, konsistensi padat, tidak
menggunakan pencahar, tidak mengeluh diare
saat sakit : klien mengatakan BAB 1x
2) adakah perubahan dalam kebiasaab BAB
sebelum sakit : klien mengatakan BAB dengan teratur
saat sakit : klien mengatakan sesudah sakit juga BAB masih teratur
b. pola BAK
sebelum sakit : klien mengatakan frekuensi kurang lebih 6x/hari, bau pesing,
warna kuning muda, konsistensi cair
saat sakit : 900cc/hari, bau pesing, warna kuning muda, konsistensi cair
4. Pola aktifitas dan latihan
a. kegiatan dalam pekerjaan
sebelum sakit : klien mengatakan selalu berangkat kerja setiap pagi dan
pulang kerja saat malam
saat sakit : klien mengatakan libur bekerja
b. olahraga yang dilakukan
sebelum sakit : klien mengatakan olahraga lari pagi setiap hari
saat sakit : klien mengatakan tidak berolahraga
c. keluhan/ kesulitan dalam aktifitas
1) pergerakan tubuh
sebelum sakit : klien bisa dengan mudah menggerakkan tubuhnya
saat sakit klien merasa kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya
2) perawatan diri
sebelum sakit : klien mengatakan mandi 2x sehari, mengenakan baju mandiri,
dan makan dengan teratur
saat sakit : klien mengatakan mandi 1x sehari, memakai baju dengan dibantu
keluarga, dan makan dengan baik
3) berhajat
sebelum sakit : klien mengatakan BAK 5x dalam 1 hari dan BAB 1x sehari
saat sakit : klien mengatakan BAK 3x sehari dan BAB 1x sehari
4) keluhan sesak nafas setelah melakukan aktifitas
sebelum sakit : klien mengatakan tidak mengeluh sesak napas setelak
beraktifitas
saat sakit : klien mengatakan tidak mengeluh sesak nafas
5) mudah merasa kelelahan
sebelum sakit : klien mengatakan tidak merasa kelelahan setelah beraktifitas
saat sakit : klien mengatakan merasa kelelahan setelah beraktifitas
5. Pola istirahat dan tidur
a. kebiasaan tidur
sebelum sakit : klien mengatakan tidur jam 22.00WIB, lama tidur 7 jam,
waktu bangun tidur subuh
saat sakit : klien mengatakan tidur jam 23.00 WIB, lama tidur 5 jam, waktu
bangun pagi hari
b. kesulitan tidur
sebelum akit : klien mengatakan tidak sulit untuk tidur
saat sakit : klien mengatakan setelah sakit ia sulit untuk tidur
6. Pola kognitif-perseptual sensori
a. keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi
sebeum sakit : klien mengatakan penglihatan dan pendengaran masih jelas
saat sakit : klien mengatakan masih bisa melihat dengan jelas dan mendengar
dengan jelas
b. kemampuan kognitif
sebelum sakit : klien mengatakan dapat mengingat, berbicara, memahami
pesan yang diterima dengan baik
saat sakit : klien mengatakan dapat mengingat, berbicara, memahami pesan
yang diterima dengan jelas
c. kesulitan yang dialami
sebelum sakit : klien mengatakan tidak mengalami kesulitan
saat sakit : klien mengatakan kesulitan untuk berjalan dengan baik, dan
melakukan aktifitas lainnya
d. persepsi terhadap nyeri dengan menggunaka P,Q,R,S,T
P : nyeri pada saat bergerak
Q : Nyeri seperti di iris-iris
R : pada daerah perut
S : skala nyeri 8
T : nyeri hilang timbul

Pola persepsi diri dan konsep diri


a. persepsi diri
klien mengatakan harapan setelah menjalani perawatan bisa melakukan
aktifitas dengan lancar, dan lebih menjaga kesehatan diri
b. status emosi
klien mengatakan emosi saat ini tidak naik turun, dan perilakunya sudah
sesuai dengan perilaku kesehariannya
c. konsep diri
1) citra diri/ body image
sebelum sakit : klien mengatakan percaya diri dengan keadaan tubuhnya
saat sakit : klien mengatakan masih percaya diri dengan keadannya
2) identitas
sebelum sakit : klien mengatakan dia mempunyai banyak teman dan dihargai,
klien juga senang sebagai laki-laki
saat sakit : klien mengatakan temannya masih mengingatnya
3) peran
sebelum sakit : klien mengatakan dia berperan sebagai anak pertama yang
memberikan contoh yang baik untuk saudaranya dan bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
saat sakit : klien mengatakan sulit untu bekerja dan menjadi contoh yang baik
untuk saudaranya
4) ideal diri
sebelum sakit : klien mengatakan sudah senang dengan proporsi tubuhnya
saat sakit : klien mengatakan kurang percaya diri dengan tubuhnya
5) harga diri
sebelum sakit : klien mengatakan percaya diri dengan keadaanya
saat sakit : klien mengatakan kurang percaya diri dengan kondisinya
8. Pola mekanisme koping
a. bagaimana klien dalam mengambil keputusan
klien mengatakan selalu mengambil keputusan dengan cara dibantu keluarga
atau orang terdekat
b. yang dilakukan dalam menghadapi masalah
klien mengatakan saat menghadapi masalah dengan berbicara dengan orang
lain
c. bagaimana upaya klien menghadapi masalahnya
klien mengatakan upaya yang dilakukan dengan berunding bersama keluarga
klien
d. menurutklien apa yang dapat dilakukan perawat agar pasien nyaman
klien mengatakan dengan tulus saat bicara ke pasien, jangan membuat pasien
meunggu lama
9. Pola seksual-reproduksi
a. bagaimana pemahaman klien tentang fungsi seksual
klien mengatakan paham tentang fungsi seksual
b. adakah gangguan hubungan seksual
klien mengatakan tidak ada gangguan hubungan sekseual karena klien belum
menikah
c. adakah permasalahan selama melakukan aktifitas sesual
klien mengatakan tidak ada permasalahan karena klien belum menikah
10.Pola peran-berhubungan dengan orang lain
a. kemampuan klien dalam berkomunikasi
sebelum sakit : klien mengatakan dapat bicara dengan relevan dan jelas,
mempu mengekspresikan dan mengerti orang lain
saat sakit : klien dapat bicara dengan jelas seperti sebelum sakit
b. siapa orang terdekat dan lebih berpengaruh pada klien
sebelum sakit : klien mengatakan orang terdekat dan berpengaruh bagi klien
adalah keluarga
saat sakit : klien juga mengatakan orang terdekat dan berpengaruh adalah
keluarga
c. kepada siapa klien meminta bantuan bila mempunyai masalah
sebelum sakit : klien mengatakan saat ada masalah meminta bantuan pada
keluarga, temam, atau saudara
saat sakit : klien meminta bantuan pada keluarganya
d. adakah pertentangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan
yang dijalani
sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada pertentangan nilai keyakinan dan
kebudayaan
saat sakit : klien mengatakan tidak ada pertentangan nilai keyakinan dan
kebudayaan
11.Pola nilai dan kepercayaan
a. bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan
sebelum sakit : klien mengatakan menjalankan kegiatan agamanya dengan
sholat 5 waktu, mengaji
saat sakit : klien menjalankan ibadhnya dengan sholat 5 waktu
b. masalah yang berkaitan dengan aktifitasnya selama dirawat
sebelum sakit : klien mengatakan tidak sulit untuk bergerak
saat sait : klien berhati hati saat melakukan aktifita
c. adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut pasien yang bertentangan
dengan kesehatan
sebelum sakit: klien mengatakan tidak ada keyakinan dan kebudayaan yang
dianut bertentangan
saat sakit : klien mengatakan tidak ada keyakinan dan kebudayaan yang
dianut bertentangan
d. adakah pertentangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan
yang dijalani
sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada pertentangan nilai/keyakinan
/kebudayaan terhadap pengobatan yang dijalani
saat sakit : klien mengatakan tidak ada pertentangan nilai/keyakinan
/kebudayaan terhadap pengobatan yang dijalani

II. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)

Kesadaran : composmentis
2. Penampilan : klien terlihat lemas
3. Vital sign :
a. suhu : 36,2
b. tekanan darah : 115/65
c. respirasi : 20x/menit
d. nadi : 76x/menit
4. Kepala
kulit kepala bersih, rambut berwarna hitam
5. Mata
tidak ada adema, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, mata
simetris kiri kanan
6. Hidung
simetris kiri kanan, tidak ada sekret dan polip, tidak ada lecetan di daerah
hidung
7. Telinga
simetris kiri kanan, tidak ada perdarahan sekitar telinga, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran disekitar telinga, tidak ada oedema
8. Mulut dan tenggorokan
mukosa bibir kering dan pucat, lidah tidak tampak kotor, gigi lengkap dan
bersih
9. Dada
- paru-paru
inpeksi : bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada sama
palpasi : tidak ada nyeri tekan, fermitus taktil kiri dan kanan sama
perkusi : terdapat bunyi redup saat dilakukan perkusi
auskultasi : bunyi nafas vesikuler (normal) tidak ada suara nafas
tambahan
- jantung
inpeksi : ictus kordis tidak tampak
palpasi : ictus cordis teraba spatium ictus cordis V digaris mid klavikularis
sinistra, nadi
perkusi : redup pada
Atas:Spatium Intercostal (SIC) II kiri di lenea parasternalis kiri
(pinggang)
Bawah:Spatium Intercostal (SIC) V kiri agak ke medial
midklavikularis kiri
(tempat ictus).
auskultasi : tidak ada suara tambahan, bunyi jantung normal (lub-dup)
10.Abdomen
inpeksi : simetris kiri kanan, tidak ada lesi, warna kulit sekitar
abdomen normal
auskultasi : bising usus normal
perkusi : tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
11.Genetalia
tidak terpasang DC
12.ekstermitas atas dan bawah
a. atas : tangan kanan dapat di gerakkan secara normal, tanga kiri terpasang
infus NaCL, 20tetes/ 1ml
b. bawah : kaki kanan dan kiri dapat digerakkan secara baik
13.Kulit
tugor kulit bagus, kulit elastis, bersih

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK MEDIK


1. Laborat darah
TANGGAL :16-06-22
JAM:19:38

Pemeriksaan penunjang Hasil Satuan Nilai normal

Hemotoglobin 13.1 g/dl 11.7 – 15.5

Hematrokrit 40.10 % 35 -47

Jumlah lekosit 10.6 /uL 3.6 – 11.0

Jumlah trombosit 193 /uL 150 – 400

Kimia klinik
Ureum L 16.8 mg/dL 17.0 -43.0

Creatini 0.6 mg/dL 0.5 -0.8

Natrium L 123.0 mmol/L 135.0-147.0

Kalium 3.90 mmol/L 3.50 – 5.0

Calcium H 1.26 mmol/L 1.00 – 1.15

Pemeriksaan hasil usg abdomen

Hepar dan ukuran bentuk normal,struktur parnkim homogen normal

Tepi rata,sudut tajam,tak tampak nodul,V.porta dan V. hepatica tak melebar


Ductus biliaris intra -ekstrahevatal tak melebar
Vesika felia tak membesar,dinding tak menebal,,tak tampak batu
Lien ukuran normal,parenkin homogen ,ductus pankreatikus tak melebar
Ginjal kanan – kiri ukuran normal,struktur varenkin homogen , PCS dan ureter tak melebar
ekogenesitas normal , datas kortekomedula jelas,tak tampak batu dan masa
Aurta tak tampak melebar
Tak tampat pemmbesaran noduli limvatici paraaurta
Fesika urenia dinding tak menebal,regular,tak tampak batu atau masa
Uterus ukuran normal struktur parenkin homogen,adnera kanan-baik
R.MCBURNEY : tanpa ada gambar inflamasi di daerah mcburney (post apendiktomi) tetapi tak
terlihat gambar abses
Tak tanpak eplusi pleura
Tak tanpak cairan bebas intra abdomen

TERAPI
Tindakan medis yang dilakukan,sebagai berikut :

1) Infus intravena b-fluid 24 tpm


2) Injeksi tofedox 2x1 amp
3) Injeksi ranitidin 2x1 amp

B. ANALISA DATA

Tgl/jam Data focus Problem Etiologic Ttd

DS : Nyeri Akut Agen Indry


Klien mengeluh nyeri (D.0077) Pencedera
pada bagian perut Fisik
kanan
-P : Nyeri pada saat
bergerak
-Q : Nyeri seperti diiris-iris
-R : Pada daerah perut
-S : Skala 8
-T : Nyeri hilang timbul

DO :
-Klien tampak
mengalami meringis.
-Klien tampak gelisah
-TTV
suhu : 36,2

tekanan darah : 115/65

respirasi : 20x/menit

nadi : 76x/menit
Gangguan Hambatan
pola tidur lingkunga
DS: ( D.0055)
- Klien
mengatakan
sulit tidur dan
suka
terbangun
tiba tiba

DO :
- Mata tampak sayu
- Area papebra
kecoklatan
- Pasien sering menguap
Factor
mekanis

DS:
Gangguan
- Klien integritas
kulit
mengatakan
ada luka ( D.0129
pasca oprasi

DO :

- Ada luka post oprasi


appedicitis
- Luka
kemerahan,tidak
rembes

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri Akut (D.0077)
- Gangguan pola tidur ( D.0055)

- Gangguan integritas kulit ( D.0129 )

II. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi TTD


Keperawatan Hasil
Nyeri Akut Setelah dilakukan Observasi :
(D.0077) tindakan keperawatan - Identifikasi
selama 3 X 24 Jam lokasi,durasi,frekuensi,kualitas,inten
dengan kriteria hasil : sitas nyeri
- Keluhan nyeri - Monitor keberhasilan terapi
dari skala 1 komplementer yang sudah diberikan
meningkat ke Terapuetik :
skala 5 - Berikan teknik nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri dengan
- Meringis dari terapi teknik relaksasi nafas dalam
skala 1 - Kontrol lingkungan yang
meningkat ke memperberat rasa nyeri seperti suhu
skala 5 ruangan,pencahayaan,kebisingan)
menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Gelisah dari - Pertimbangan jenis dan sumber nyeri
skala 1 dalam pemilihan strategi meredakan
meningkat ke Nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. 2019. Biku saku Fatofisiologi. Jakarta: EGC

Stringer,MD. Acute appendicitis. J Paediatr Child Health. 2017


Suratun. 2010. .Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal cet.1. Jakarta:
Trans Info Media
Jones,MW, Lopez RA. Deppen JG. Appendicitis. In StatPearls. Treasure Island (FL)
StatPearls Publishing; 2021.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai