MINGGU 1
2022
appendicitis adalah obstruksi lumen apendiks yang dapat disebabkan oleh hiperplasia
limfoid, infeksi, fekalit, tumor, ataupun infeksi. Obstruksi ini kemudian menyebabkan
distensi lumen dan inflamasi yang menimbulkan manifestasi klinis appendicitis Fekalit
terbentuk dari garam kalsium dan debris feses menjadi berlapis dan menumpuk di
dalam apendiks. Hiperplasia limfoid dikaitkan dengan berbagai gangguan inflamasi
dan infeksi, seperti Crohn’s disease, gastroenteritis, amebiasis, infeksi pernapasan,
campak, dan mononukleosis. Pada beberapa kasus penyebab pasti appendicitis tidak
diketahui.[2,6] Parasit, seperti Enterobius vermicularis, juga berpotensi menyebabkan
obstruksi lumen apendiks dan menyebabkan appendicitis.
Faktor Risiko Appendicitis dapat terjadi pada siapa saja, namun beberapa kondisi dapat
meningkatkan risiko terjadinya appendicitis antara lain:
Jenis kelamin: appendicitis lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita.
B. Etiologi
Faktor Risiko
Appendicitis dapat terjadi pada siapa saja, namun beberapa kondisi dapat
meningkatkan risiko terjadinya appendicitis antara lain:
C. Pathofisiologi
D. Pathways
Merangsang Spasme dinding Tekanan
nosiseptor apendik intraluminal lebih
dari tekanan vena
Nyeri akut
Hipoxia jaringan
apendic
Risiko
Perdarahan
Ulcerasi
Efek samping
Perforasi
anestesi
Jalan masuk kuman
Risiko Infeksi
Nausea
E. Maninfestasi klinis
- Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan
- Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan
- Nyeri tekan lepas dijumpai
- Terdapat konstipasi atau diare
- Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum
- Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal
- Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter
- Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis
- Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri kuadran kanan.
- Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat
ileus paralitik.
- Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak
mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Nama pemeriksaan Tanda dan gejala
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran
kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan
Obraztsova’s sign ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada
kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi
internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada
hipogastrium atau vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri ketika batuk atau mengedan
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendisitis menurur Mansjoer (2021) :
a. Pre Operatif
1) Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
2) Pemasangan kateter untuk control produksi urin
3) Terapi Cairan IV (rehidrasi)
4) Antibiotic dengan spectrum luas dan dosis tinggi diberikan secara IV
5) Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk
membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
6) Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
b. Intra Operatif
1) Apabila apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis dan antibiotika.
2) Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin mengecil, atau
abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
3) Tindakan apendiktomi
Ada dua teknik operasi apendiktomi yang biasa digunakan, yaitu :
a) Operasi terbuka : satu sayatan akan dibuat (sekitar 5 cm) di bagian bawah kanan
perut. Sayatan akan lebih besar jika apendisitis sudah mengalami perforasi.
b) Laparoskopi : sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar,
yang lainnya diseputar perut. Laparoskopi berbentuk seperti benang halus denagn
kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam
bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang
dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk
operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan apendiks,
pembuluh darah, dan bagian dari apendiks yang mengarah ke usus besar akan
diikat.
c. Post Operatif
1) Observasi TTV
2) Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah.
3) Baringkan pasien dalam posisi semi fowler
4) Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan.
5) Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai
fungsi usus kembali normal.
6) Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan
lunak.
7) Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama
2×30 menit.
8) Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
Hari ke-7 jahitan dapat diangkat
G. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm 3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum
yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan meningkat
4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis
serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada tempat
yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan
bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami
inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka
sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat
akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-
97%.
Konsep keperawatan
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Tanggal dan waktu masuk Rumah Sakit : 13 Juni 2022
Tanggal dan waktu pengkajian : 16 juni 2022
Nama : Ny,D
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : islam
Pendidikan : S1 ekonomi
Pekerjaan : wirasuasta
Suku/bangsa: jawa/indonesia
Alamat : telogosari
Diagnosa Medis : apendesitis
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny.N
Umur : 58 th
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Suku/Bangsa : jawa/indonesia
Pendidikan terakhir : smp
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : telogosari
Hubungan dengan klien : ibu kandung
2. Status kesehtan saat ini
Keluhan Utama : klien mengatakan sakit perut dibagian sebelah kanan
b. Alasan Masuk : klien mengatakan perut dan uluhatiny nyeri
c. Lamanya Keluhan : klien mengatakan sudah mulai terasa sejak hari kamis
pagi
d. Timbul keluhan : klien mengatakan timbul keluhannya secara mendadak
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : keluarga klien mengatakan saat
terjadi gejala klien minum air hangat, dan minum obat antibiotik
3. Riwayat Kesehatan Lalu
a. klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis
b. klien mengatakan sudah pernah jatuh dari motor
c. klien mengatakan sudah pernah dirawat di rumah sakit
d. klien mengatakan tidak punya alergi obat atau yang lainnya
e. klien mengatakan sudah melakukan imunisasi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Genogram :
b. keluarga klien mengaakan tidak ada yang pernah mengalami penyakit
dengan gejala seperti ini
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
a. klien mengatakan selalu menjaga kebersihan rumah dan kebersihan
lingkungan dan mengikuti kegiatan kerja bakti
b. klien mengatakan saat melakukan tiba-tiba nyeri dibagian perut dan lemas
II. POLA KESHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)
a. Persepsi klien tentang kesehtan diri
- Sebelum sakitn : sebelum sakit klien tidak memperdulikan kesehatan dirinya
- Sesudah sakit : sesudah sakit klien sangat memperhatikan kondisi kesehatannya
b. Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan
pasien jika sakit,kemana pasien bila sakit berobat
- Sebelum sakit : sebelum pasie masuk ke rumah sakit pasien bila sakit tidak
pernah mau minum obat,dan tidak pergi ke dokter
- Sesudah sakit : sesudah masuk rumah sakit pasien jadi mau minum obat
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. pola makan
sebelum sakit : klien mengatakan makan dengan teratur 3x dalam sehari dan satu
porsi
saat sakit : klien mengatakan nafsu makan masih sama sebelum sakit 3x dalam
sehari
saat sakit : klien mengatakan pola makanya,masih sama seperti belum sakit
h. pola minum
i. bila pasien terpasang infus bearapa cairan yang masuk dalam sehari
3. Pola eliminasi
a. eliminasi feses
1) pola BAB
sebelum sakit : frekuensi 1x, warna kuning, bau khas, konsistensi padat, tidak
menggunakan pencahar, tidak mengeluh diare
saat sakit : klien mengatakan BAB 1x
2) adakah perubahan dalam kebiasaab BAB
sebelum sakit : klien mengatakan BAB dengan teratur
saat sakit : klien mengatakan sesudah sakit juga BAB masih teratur
b. pola BAK
sebelum sakit : klien mengatakan frekuensi kurang lebih 6x/hari, bau pesing,
warna kuning muda, konsistensi cair
saat sakit : 900cc/hari, bau pesing, warna kuning muda, konsistensi cair
4. Pola aktifitas dan latihan
a. kegiatan dalam pekerjaan
sebelum sakit : klien mengatakan selalu berangkat kerja setiap pagi dan
pulang kerja saat malam
saat sakit : klien mengatakan libur bekerja
b. olahraga yang dilakukan
sebelum sakit : klien mengatakan olahraga lari pagi setiap hari
saat sakit : klien mengatakan tidak berolahraga
c. keluhan/ kesulitan dalam aktifitas
1) pergerakan tubuh
sebelum sakit : klien bisa dengan mudah menggerakkan tubuhnya
saat sakit klien merasa kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya
2) perawatan diri
sebelum sakit : klien mengatakan mandi 2x sehari, mengenakan baju mandiri,
dan makan dengan teratur
saat sakit : klien mengatakan mandi 1x sehari, memakai baju dengan dibantu
keluarga, dan makan dengan baik
3) berhajat
sebelum sakit : klien mengatakan BAK 5x dalam 1 hari dan BAB 1x sehari
saat sakit : klien mengatakan BAK 3x sehari dan BAB 1x sehari
4) keluhan sesak nafas setelah melakukan aktifitas
sebelum sakit : klien mengatakan tidak mengeluh sesak napas setelak
beraktifitas
saat sakit : klien mengatakan tidak mengeluh sesak nafas
5) mudah merasa kelelahan
sebelum sakit : klien mengatakan tidak merasa kelelahan setelah beraktifitas
saat sakit : klien mengatakan merasa kelelahan setelah beraktifitas
5. Pola istirahat dan tidur
a. kebiasaan tidur
sebelum sakit : klien mengatakan tidur jam 22.00WIB, lama tidur 7 jam,
waktu bangun tidur subuh
saat sakit : klien mengatakan tidur jam 23.00 WIB, lama tidur 5 jam, waktu
bangun pagi hari
b. kesulitan tidur
sebelum akit : klien mengatakan tidak sulit untuk tidur
saat sakit : klien mengatakan setelah sakit ia sulit untuk tidur
6. Pola kognitif-perseptual sensori
a. keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi
sebeum sakit : klien mengatakan penglihatan dan pendengaran masih jelas
saat sakit : klien mengatakan masih bisa melihat dengan jelas dan mendengar
dengan jelas
b. kemampuan kognitif
sebelum sakit : klien mengatakan dapat mengingat, berbicara, memahami
pesan yang diterima dengan baik
saat sakit : klien mengatakan dapat mengingat, berbicara, memahami pesan
yang diterima dengan jelas
c. kesulitan yang dialami
sebelum sakit : klien mengatakan tidak mengalami kesulitan
saat sakit : klien mengatakan kesulitan untuk berjalan dengan baik, dan
melakukan aktifitas lainnya
d. persepsi terhadap nyeri dengan menggunaka P,Q,R,S,T
P : nyeri pada saat bergerak
Q : Nyeri seperti di iris-iris
R : pada daerah perut
S : skala nyeri 8
T : nyeri hilang timbul
Kesadaran : composmentis
2. Penampilan : klien terlihat lemas
3. Vital sign :
a. suhu : 36,2
b. tekanan darah : 115/65
c. respirasi : 20x/menit
d. nadi : 76x/menit
4. Kepala
kulit kepala bersih, rambut berwarna hitam
5. Mata
tidak ada adema, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, mata
simetris kiri kanan
6. Hidung
simetris kiri kanan, tidak ada sekret dan polip, tidak ada lecetan di daerah
hidung
7. Telinga
simetris kiri kanan, tidak ada perdarahan sekitar telinga, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran disekitar telinga, tidak ada oedema
8. Mulut dan tenggorokan
mukosa bibir kering dan pucat, lidah tidak tampak kotor, gigi lengkap dan
bersih
9. Dada
- paru-paru
inpeksi : bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada sama
palpasi : tidak ada nyeri tekan, fermitus taktil kiri dan kanan sama
perkusi : terdapat bunyi redup saat dilakukan perkusi
auskultasi : bunyi nafas vesikuler (normal) tidak ada suara nafas
tambahan
- jantung
inpeksi : ictus kordis tidak tampak
palpasi : ictus cordis teraba spatium ictus cordis V digaris mid klavikularis
sinistra, nadi
perkusi : redup pada
Atas:Spatium Intercostal (SIC) II kiri di lenea parasternalis kiri
(pinggang)
Bawah:Spatium Intercostal (SIC) V kiri agak ke medial
midklavikularis kiri
(tempat ictus).
auskultasi : tidak ada suara tambahan, bunyi jantung normal (lub-dup)
10.Abdomen
inpeksi : simetris kiri kanan, tidak ada lesi, warna kulit sekitar
abdomen normal
auskultasi : bising usus normal
perkusi : tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
11.Genetalia
tidak terpasang DC
12.ekstermitas atas dan bawah
a. atas : tangan kanan dapat di gerakkan secara normal, tanga kiri terpasang
infus NaCL, 20tetes/ 1ml
b. bawah : kaki kanan dan kiri dapat digerakkan secara baik
13.Kulit
tugor kulit bagus, kulit elastis, bersih
Kimia klinik
Ureum L 16.8 mg/dL 17.0 -43.0
TERAPI
Tindakan medis yang dilakukan,sebagai berikut :
B. ANALISA DATA
DO :
-Klien tampak
mengalami meringis.
-Klien tampak gelisah
-TTV
suhu : 36,2
respirasi : 20x/menit
nadi : 76x/menit
Gangguan Hambatan
pola tidur lingkunga
DS: ( D.0055)
- Klien
mengatakan
sulit tidur dan
suka
terbangun
tiba tiba
DO :
- Mata tampak sayu
- Area papebra
kecoklatan
- Pasien sering menguap
Factor
mekanis
DS:
Gangguan
- Klien integritas
kulit
mengatakan
ada luka ( D.0129
pasca oprasi
DO :
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri Akut (D.0077)
- Gangguan pola tidur ( D.0055)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.