Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN APPENDICITIS

DI RUANG AYYUB 2 RS ROEMANI


MUHAMMADIYAH SEMARANG

Nama mahasiswa : Vinda Ayu K


NIM : G0A021017
Nama pembimbing :

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SISTEMATIKA LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian/definisi
Appendiks adalah ujung seperti jari kecil panjangnya kira kira 10 cm (84 inc) melekat
pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum.(smeltzer,2002)

Appendicitis adalah peradangan dari apendix vermivormis , dan merupakan penyebab


abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki laki yang berumur 10-30 tahun.
(mansjoer,arief dkk 2007)
Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh batu feses,
hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan penyebab
utama appendicitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit
seperti entamoeha histolycia, thricuris trichiura, enterobius vermikularis.(ovedolf,2006)

2. Penyebab/faktor predisposisi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi terdapat faktor
predisposisi yaitu ;
1) Faktor yang sering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena;
 Hiperplasia atau folikel limfoid , ini merupakan penyebab terbanyak
 Adanya faekolit dalam lumen appendiks
 Adanya benda asing seperti biji bijian
 Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2) Infeksi kuman dari colon
3) Laki laki lebih banyak dari wanita , yang terbanyak dari umur 15-30 tahun , ini
disebabkan peningkatan jaringan limfoid pada masa tersebut
4) Tergantung pada bentuk appendiks ;
 Appendiks yang terlalu panjang
 Massa appendiks yang pendek
 Penonjolan jaringan limfoid dalam lumen appendiks
 Kelainan katup dipangkal appendiks

3. Klasifikasi
Apendisitis dibagi menjadi 2, antara lain sebagai berikut :
1. Apendisitis akut
Peradangan pada apendiks dengan gejala khas yang memberi tanda setempat. Gejala
apendisitis akut antara lain nyeri samar dan tumpul merupakan nyeri visceral di saerah
epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini disertai rasa mual muntah dan penurunan
nafsu makan. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik McBurney. Pada titik ini,
nyeri yang dirasakan menjadi lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan
nyeri somatik setempat (Hidayat 2005 dalam Mardalena,Ida 2017)
2. Apendisitis Kronis
Apendisitis kronis baru bisa ditegakkan apabila ditemukan tiga
hal yaitu pertama, pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen
selama paling sedikit tiga minggu tanpa alternatif diagnosa lain. Kedua, setelah dilakukan
apendiktomi, gejala yang dialami pasien akan hilang. Ketiga, secara histopatologik gejala
dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang aktif atau fibrosis pada apendiks
(Santacroce dan Craig 2006 dalam Mardalena, Ida 2017).
4. Patofisiologi
Appendicitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks oleh hiperplasia
folikel limfoid, fekalit, dan benda asing akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak , namun elastisitas dinding
appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan intralumen.

Bila sekresi mukus terus berlanjut , tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena , edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah . keadaan ini disebut appendiks supuratif
akut

Pathways

Infeksi akibat bakteri , virus , jamur , feses yang membantu


pola hidup benda asing

appendicitis

Inflamasi

Edema

Infeksi

Appendiks ( bawah kanan rongga Obstruksi usus


Bakteri flora usus
abdomen)

Abses sekunder
Rangsang saraf reseptor
Konstipasi

Pelvis Diafragma Hati

Nyeri

Jumlah leukosit

Hipertermi
5. Manifestasi klinis
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan , mual
muntah dan hilangnya nafsu makan
b. Nyeri tekan lepas dijumpai
c. Terdapat konstipasi atau diare
d. Nyeri lumbal , bila appendiks melingkar dibelakang sekum
e. Nyeri defekasi , bila appendika berada didekat rektal
f. Nyeri kemih , jika ujung appendiks berada didekat kandung kemih atau ureter
g. Pemeriksaan rektal positif bila ujung appendiks berada diujung pelvis
h. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi , pasien mungkin
tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks

6. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendicitis. Faktor keterlambatan
dapat datang dari penderita atau tenaga medis. Faktor penderita meliputi pengetahuan
dan biaya sedangkan faktor tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa, keterlambatan
diagnosa , keterlambatan merujuk ke rumah sakit dan terlambat melakukan
penanggulangan.
Adapun jenis komplikasi diantaranya ;
- Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak
dikuadran kanan bawah atau daerah pelvis.
- Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi jarang terjadi sejak 12 jam pertama sejak sakit, tetapi
meningkat tajam setelah 24 jam
- Peritononitis
Peritononitis adalah peradangan peritoneum , merupakan komplikasi paling bahaya
yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi menyebar kedalam
peritonium akan menyebabkan timbulnya peritonitis umum

7. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan CRP. Pada pemeriksaan darah lengkap
ditemukan leukosit antara 10.000-18.000/mm3. Dan neutrofil diatas 75% ,
sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
- Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi(USG) dan computer tomograpy scanning
(CT-scan) . pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada appendiks , sedangkan pada pemeriksaan CT scan ditemukan
bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang
mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.
- Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah
- Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan
hati , kandung empedu dan pankreas
- Pemeriksaan barium enema untuk menemukan lokasi sekum.
- Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda appendicitis , tetapi
mempunyai arti penting untuk membedakan appendicitis dengan obstruksi usus
halus atau batu ureter kanan
8. Penatalaksanaan medis
Penatalaksaan yang dapat dilakukan untuk penderita appendicitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi ;
a. Penanggulangan konservatif
Diberikan kepada penderita yang tidak mempunyai akses ke dalam pelayanan bedah
berupa pemberian antibiotik, pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi
b. Operasi
Bila diagnosa sudah jelas dan ditemukan appendicitis maka tindakan yang dilakukan
adalah membuang appendiks (appendiktomi) .
c. Pencegahan tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu untuk mencegah komplikasi yang kebih
berat seperti komplikasi intra abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan
abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci
dengan garam antibiotik atau fisiologis

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian keperawatan
Wawancara untuk mendapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya
mengenai:
- Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri disekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri dipusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus menerus , dapat hilang atau timbul
nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa
mual dan muntah , panas.
- Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan
pasien sekarang
- Diet , kebiasaan makan makanan rendah serat
- Kebiasaan eliminasi
- Pemeriksaan fisik ;
-pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak sakit ringan/sedang/berat
-sirkulasi:takikardia
-respirasi:takipnea , pernafasan dangkal
- Aktivitas istirahat:malaise
- Eliminasi: konstipasi pada awitan awal, diare kadang kadang
- Distensi abdomen , nyeri tekan/nyeri lepas , kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus
- Nyeri/kenyamanan : nyeri abdomen sekitar epigastrium, yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik Me.burney meningkat karena berjalan bersin batuk atau nafas
dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak
- Demam lebih dari 38 C
- Data psikologis klien tampak gelisah
- Ada perubahan denyut nadi dan pernafasan
- Pada pemeriksaan rektal akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada
daerah prolitotomi
- Berat badan sebagai indikator untuk menentukan pemberian obat

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Pre operasi
-nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
-konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal
-hipovolemia b.d kekurangan intake cairan

b. Post operasi
-nyeri akut b.d agen pencedera fisik
-defisit pengetahuan tentang kondisi klinis yang baru dihadapi klien b.d kurang
terpapar informasi

3. Rencana keperawatan

a. Pre operasi
No. Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Tindakan keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
pencedera fisiologis keperawatan diharapkan nyeri Observasi :
berkurang dengan kriteria hasil - Identifikasi
1. Kemampuan lokasi
menuntaskan aktivitas karakteristik
2. Keluhan nyeri durasi
3. Kesulitan tidur fkrekuensi
4. Mual muntah kualitas
intensitas skala
nyeri
- Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
- Fasilitasi
istirahat dan
tidur
Edukasi :
- Jelaskan
penyebab
periode dan
pemicu nyeri
- jelaskan strategi
meredakan
nyeri
- anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
2. Konstipasi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi fekal
penurunan motilitas keperawatan diharapkan Observasi :
gastrointestinal konstipasi berkurang dengan - Identifikasi
kriteria hasil maslaah usus
1. Kontrol pengeluaran feses dan penggunaan
2. Keluhan defekasi lama obat pencahar
dan sulit - Monitor buang
3. Mengejan saat defekasi air besar
4. Distensi abdomen - Monitor tanda
dan gejala
konstipasi atau
impaksi
Terapeutik :
-
berikan air
hangat setelah
makan
- ssdiakan
makanan tinggi
serat
3. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia
kekurangan intake cairan keperawatan diharapkan Observasi :
hipovolemia berkurang dengan - Periksa tanda
kriteria hasil dan gejala
1. Dispnea hipovolemia
2. Konsentrasi urine - Monitor intake
3. Frekuensi nadi dan output
4. Tekanan darah cairan
Terapeutik :
- Berikan asupan
cairan oral
Edukasi :
- Anjurkan
menghindari
perubahan
posisi mendadak

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9140893/LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS
https://images.app.goo.gl/UfAgyAotzwcZgi1N9
https://www.academia.edu/37915357/LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS
http://eprints.umpo.ac.id/6137/3/BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai