Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN

PADA NY. SR DENGAN DIAGNOSA MEDIS APENDISITIS


DI RUANG OPERASI RUMAH SAKIT ELIM RANTEPAO
TAHUN 2021

Oleh:
NAMA : MINA BATTA
NIM :NS. 2057760

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TANA TORAJA


TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
1. Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum
tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).
2. Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang
berlokasi dekat katup ileocecal ( long, Barbara C, 1996 hal 228 )
3. Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 )

B. Anatomi
1. Anatomi Appendiks
a. Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3
lateral antara umbilicus dengan SIAS.
b. Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 – 5 cm.
c. Pakal lumen sempit, distal lebar. ( Farid 3, 2001 )
2. Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar lima kaki
( sekitar 1,5 m ) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar
sudah pasti lebih besasr dari usus kecil. Rata –rata sekitar 2,5 1nc.( sekitar 6,5 cm ) tetapi
makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besardibagi menjadi sekum, colon, dan
rectum. Pada sekum terdapat katup ileosecal dan Appendiks yang melekat pada ujung
sekum. Colon dibagi lagi menjadi colon asendens, transversum desendens dan sigmoid.
Tempat dimana colon membentuk kelokan tajan yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas
berturut – turut dinamakan fleksura hepatica dan fleksura lienalis. Colon sigmoid mulai
setinggi Krista iliaka dan membentuk S. lekukan rectum. Pada posisi ini gaya berat
membantu mengalirkan air dari rectum ke fleksura sigmoid. Rectum terbentang dari colon
sigmoid sampai anus ( Silvia A. Price, Lorraina, M Wilson 1995
C. Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara
appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymfoid Tissue)
yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks. Immunoglobulin itu sangat
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian pengangkatan appendiks tidak
mempengaruhi system imun tubuh sebab jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika
dibandingkan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.

D. Etiologi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
Yaitu :
a. Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena
:
 Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
 Adanya faekolit dalam lumen appendiks
 Adanya benda asing seperti biji – bijian
 Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
c. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk appendiks
1. Appendik yang terlalu panjang
2. Messo appendiks yang pendek
3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4. Kelainan katup di pangkal appendiks

E. Insiden
Appendisitis aku dinegara maju lebih tinggi daripadadi negara berkembang namun dalam
tiga – empat dasawarsa terjadi peningkatan.kejadian ini diduga disebabkan oleh
meningkatnya pola makan berserat dalam menu sehari – hari, pada laki – laki dan perempuan
pada umumnya sebanding kecuali pada umur 20 – 30 tahun insiden pada laki – laki lebih
tinggi. Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur , hanya pada anak yang kurang dari
satu tahun yang jarang dilaporkan, mungkin karena tidak terduga sebelumnya. Insiden
tertnggi terjadi pada kelompok umur 20 – 30 tahun, setelah itu menurun.

F. Patofisiologi
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat
kemungkinan oleh fekolit ( massa keras dari fecces) atau benda asing. Proses inflamasi
meningkatkan tekanan intaraluminal, menimbulkan nyeri atas atau menyebar hebat secara
progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya appendiks yang terinflamasi terisi pus.

G. Manisfestasi klinis
1. Nyeri kuadran kanan bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual, dan
sering kali muntah.
2. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari
ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot
rectum kanan.
3. Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan,
spasme otot, dan konstipasi atau diare
4. Tanda rovsing dapat timbul dengan mempalpasi kuadran bawah kiri, yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran kanan bawah
5. Jika terjadi ruptur appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, terjadi distensi
abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

H. Test Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas annamnesa ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah :
1. Nyeri mula – mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian
menjalar keperut kanan bawah.
2. Muntah oleh karena nyeri visceral
3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)
4. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri
b. Pemeriksaan yang lain
1. Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling terasa
nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat
menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney
2. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan
terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.
b. Hb (hemoglobin) nampak normal
c. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat
d. Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
4. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai
berikut :
a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
b. Kadang ada fekolit (sumbatan)
c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma
I. Diagnosa Banding
Gastroenteritis akut adalah kelainan yang sering dikacaukan dengan appendicitis. Pada
kelainan ini muntah dan diare lebih sering. Demam dan leukosit akan meningkat jelas dan
tidak sesuai dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri tidak jelas dan berpindah – pindah.
Hiperperistaltik merupakan merupakan gejala yang khas. Gastroenteritis biasanya
berlangsung akut, suatu obsevasi berkala akan dapat menegakkan diagnosis.
Adenitis mesebrikum juga dapat menunjukan gejala dan tanda yang identik dengan
appendicitis. Penyakit ini lebh sering pada anak – anak, biasanya didahului dengan infeksi
saluran napas. Lokasi nyeri di perut kanan bawah tidak konstan dan menetap, jarang terjadi
truemuscie guarding.
Divertikulitis Meckeli juga menunjukan gejala yang hampir sama. Lokasi nyeri mungkin
lebih kemedial, tetapi ini bukan criteria diagnosis yang dapat dipercaya. Karena kedua
kelainan ini membutuhkan tindakan operasi, maka perbedaannya bukanlah hal yang penting.
Enteritis regional, amubiasis,ileitis akut, perforasi ulkus duodeni, kolik ureter, salpingitis
akut, kehamilan ektopik terganggu, dan kista ovarium terpuntir juga sering dikacaukan
dengan appendicitis. Pneumonia lobus kanan bawah kadang – kadang juga berhubungan
dengan nyeri di kuadran kanan bawah.
J. Komplikasi
Apabila tindakan operasi terlambat, timbul komplikasi sebagai berikut :
1. Peritonitis generalisata karena ruptur appendiks
2. Abses hati
3. Septi kemia

K. Penatalaksanaan
a. Perawatan prabedah perhatikan tanda – tanda khas dari nyeri
Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas),
peninggian laju endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi kanan.
Pasien disuruh istirahat di tempat tidur, tidak diberikan apapun juga per orang. Cairan
intravena mulai diberikan, obat – obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari
jika mungkin.
b. Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan setelah
keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
c. Terapi antibiotik, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 – 7 hari jika appendicitis
telah mengalami perforasi.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Moorhouse, Geissler. (2000) NURSING CARE PLANS. GUIDELINES FOR


PLANNING AND DOCUMENTING PATIENT CARE 3 th Edition (Terjemahan) Alih
Bahasa I Made Kariasa S.Kp, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Lumbangtobing, (2004) NEUROLOGI KLINIK, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Kurt J Isselbacher, (1995), HARRISON’S PRINCIPLES INTERNAL MEDICINE 13 th Edition


(Terjemahan) Editor Ahmad H.Asdie. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Price Sylvia A & Wilson Lorraine M, (1995), PATHOPHISIOLOGI CLINICAL CONCEPS


OF DESEASE PROCESSES, 4th Edition (Terjemahan) Alih Bahasa Peter Anugerah
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Smeltzer & Bare (2001), BRUNNER & SUDDART’S TEXTBOOK OF MEDICAL-


SURGICAL NURSING 8th Edition (Terjemahan) Alih Bahasa Agung Waluyo, Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai