UNTUK KEBIDANAN
Selasa, 18 Oktober 2011
MAKALAH APENDISITIS UNTUK KEBIDANAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN KHUSUS
Agar setiap orang yang mengalami penyakit Apendisitis akut dan kronik
dapat ditanggulangi secara tepat dan cepat oleh bidan sebelum keadaan tersebut
semakin parah, dengan cara memberi pelayanan dan menerapkan asuhan sesuai
dengan penetuan yang telah ditentukan dan diterapkan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. PENGERTIAN
2. ETIOLOGI
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri,
namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang
belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi)
pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras
(fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit,
benda asing dalam tubuh, kanker primer dan struktur.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan
kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces
dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang
menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam
tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman
Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat
pada peradangan usus buntu.
Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali
tak tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda
asing, begitu pula terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu
lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks
yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang
biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut.
3. KLASIFIKASI
a) Apendisitis Akut
Apendisitis akut adalah peradangan usus buntu mendadak. Pada kondisi
ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual muntah, nyeri perut
kanan bawah, berjalan sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua
orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang atau
mual muntah saja. Gejala klasik pada apendiks akut adalah nyeri atau rasa tidak
enak di sekitar umbilikus berlangsung antara 1-2 hari, dalam beberapa jam nyeri
bergeser ke kuadran kanan bawah (titik Mc Burney) dengan disertai mual,
anoreksia dan muntah (Lindseth, 2006).
Pada pemeriksaan akan ditemukan pasien mengalami demam ringan
dengan suhu antara 37,5-38,5C dan leukositosis sedang, bila suhu lebih tinggi
kemungkinan besar telah terjadi perforasi (Lindseth, 2006;Pieter (ed), 2005). Pada
inspeksi perut tidak didapatkan gambaran yang khas.
b) Apendisitis kronik
4. MANIFESTASI KLINIK
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual
dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut
kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri
tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam
bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai
akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks
ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.
a. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul
gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis
meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-
ulang (diare).
b. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit
dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada
waktunya, sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut
beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas, yaitu :
1. Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali
anak tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan
terjadi muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena
ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi.
Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari
separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
3. Pada wanita
a. Pemeriksaan Fisik
Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat
tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya
peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau
vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari
suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu
b. Pemeriksaan Penunjang
6. PENATALAKSAAN
Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut dan kronik, maka tindakan
yang paling tepat adalah segera dilakukan apendiktomi. Apendektomi dapat
dilakukan dalam dua cara, yaitu cara terbuka dan cara laparoskopi. Apabila
apendisitis baru diketahui setelah terbentuk massa periapendikuler, maka
tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah pemberian/terapi antibiotik
kombinasi terhadap penderita. Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif
terhadap kuman aerob dan anaerob. Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8
minggu, barulah apendektomi dapat dilakukan. Jika gejala berlanjut, yang
ditandai dengan terbentuknya abses, maka dianjurkan melakukan drainase dan
sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan apendisektomi.
Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan
pemeriksaan klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan tanda
radang atau abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka dapat
dipertimbangkan untuk membatalkan tindakan bedah.
7. KOMPLIKASI
b) Terbentuknya abses.
c) Pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan
penyumbata pada saluran yang dapat menyebabkan kemandulan.
b. Memberikan Antibiotik.
c. Apabila apendisitis yang dialami klien semakin memburuk maka bidan segera
menjelaskan kepada klien bahwa tindakan operasi harus dilakukan agar tidak
memperburuk keadaan.
e. Apabila klien datang dengan keadaan yang lemah, maka klien harus di infus
sebelum dilakukan melakukan Rujukan.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Heller Luz. 1991. Gawat Darurat Ginekologi Dan Obstetri. Penerbit EGC. Jakarta
Scott, James R. 2002. Buku saku Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Widya Medika.
Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2008. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
Appendicitis Dan
Appendectomy
Definisi Appendix
Appendix adalah tabung yang ujungnya tertutup dan sempit yang panjangnya sampai beberapa
inches yang melekat pada cecum (bagian pertama dari colon) seperti cacing. (Nama anatomi
untuk appendix, vermiform appendix, artinya tambahan yang seperti cacing). Lapisan dalam dari
appendix menghasilkan jumlah yang kecil dari lendir yang mengalir melalui bukaan (mulut)
ditengah dari appendix dan kedalam cecum. Dinding dari appendix mengandung jaringan
lymphatic yang adalah bagian dari sistim imun utuk membuat antibodi-antibodi. Seperti
keseluruhan dari colon, dinding dari appendix juga mengandung lapisan otot, namun lapisan
ototnya berkembang dengan buruk.
Jika peradangan dan infeksi menyebar melalui dinding dari appendix, appendix dapat robek
(pecah). Setelah pecah, infeksi dapat menyebar keseluruh perut; bagaimanapun, ia biasanya
terbatas pada area yang kecil yang mengelilingi appendix (membentuk bisul bernanah peri-
appendiceal).
Komplikasi yang kurang umum dari appendicitis adalah rintangan dari usus. Rintangan terjadi
ketika peradangan yang mengelilingi appendix menyebabkan otot usus untuk berhenti bekerja,
dan ini mencegah dikeluarkannya isi-isi usus. Jika usus diatas rintangan mulai terisi dengan
cairan dan gas, perut menggelembung dan mual dan muntah mungkin terjadi. Maka kemudian
mungkin diperlukan untuk mengalirkan isi-isi dari usus melalui tabung yang dimasukan melaui
hidung dan esophagus dan kedalam lambung dan usus.
Komplikasi yang ditakutkan dari appendicitis adalah sepsis, kondisi dimana bakteri yang
menginfeksi memasuki darah dan berjalan ke bagian-bagian lain tubuh. Ini adalah komplikasi
yang serius bahkan mengancam nyawa . Untungnya, itu jarang terjadi.