“ APPENDISITIS ”
Oleh :
PUTRI RISDAYANTI
BT2101084
1C
CI LAHAN CI INSTITUSI
WATAMPONE
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi
ini terjadi karena:
2. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
3. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
4. Adanya benda asing seperti biji-bijian
5. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
6. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus.
7. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan
limpoid pada masa tersebut.
8. Tergantung pada bentuk apendiks:
3. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasa terjadi karenaadanyaimflamasi dan mengalami edema
akibat obstruksi oleh fekalit tumor atau benda asing. Proses inflamasi
mengakibatkan akumulasi cairan yang diproduksi oleh apendiks dan akhirnya
meningkatkan tekanan intraluminal dan tekanan intra mukosa meningkat dan
menimbulkan nyeri abdomen atau menyebar hebat secara progesif dalam
beberapa jam berlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen. Peningkatan
tekanan tersebut akan meyebabkan infiltrasi mikroorganisme ke dinding
apendiks. Akhirnya apendiks terinfeksi yang seterusnya menjadi gangren dengan
perforasi (Suratun & Lusiana, 2014)
PENYIMPANGAN KDM
APENDISITIS
Mobili
sasi
Perubahan
Tidak sistem Gangguan
mampu muskuloskel mobilitas fisik
beraktifitas etal
Gejala utama penyakit usus buntu adalah nyeri diperut yang disebut kolik
abdomen. Nyeri tersebut dapat berawal dari pusar,kemudian bergerak ke bagian
kanan bawah perut.Lokasi nyerinya bisa berbeda-beda,tergatung pada usia pasien
dan posisi usus buntu itu sendiri. Dalam waktu beberapa jam,nyeri akibat
penaykit usus buntu bisa bertambah parah,terutama saat bergerak,menarik nafas
dalam,batuk,atau bersin. Selain itu,nyeri juga bisa muncul secara
mendadak,bahkan saat penderita sedang tidur.
a. Perut kembung
b. Muntah dan mual
c. Demam dan menggigil
d. Hilang nafsu makan
e. Tidak bisa buang gas atau kentut
f. Sembelit (Konstipasi)
g. Diare
5. KOMPLIKASI
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tes rektal hasil teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada
daerah prolitotomi.
b. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Klien mengalami leukositosis (lebihdari 12.000 mm3) leukosit
meningkat sebagai responfisiologis untuk melindungi tubuh
terhadap mikroorganismeyangmenyerang. Pada klien dengan
apendisitis akut nilai neutofit akanmeningkat 75%.Perlu
dipertimbangkan adanya penyakit infeksi pada pelvis terutama
pada wanita jika jumlah leukositnya lebih dari 18.000/mm 3 maka
umumnya sudah terjadi perforasi dan peritonisis.
2. C-reactive Protein (CRV). Pertanda respon inflamasi akut (acute
phase response) dengan nilai sensifitas dan spesifitas CRV cukup
tinggi, yaitu 80 – 90%dan lebih dari 90%.
3. Hb (Hemoglobin)nampak normal.
4. Laju Endap Darah (LED) meningkat pada keadaan
apendisitisinfiltrat.
5. Urinalisis : normal tetapi eritrosit, leukosit mungkin ada. Urine
rutin penting untukmelihat adanya infeksi pada ginjal.
c. Foto abdomen : dapat menunjukkan bahwa peradangan material pada
apendiks (fekalit), ileus terlokalisir. Pada keadaan perforasi
ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma (Suratun &
Lusianah, 2018).
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a.Sebelum Operasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda gejala apendisitis
seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Klien
diminta melakukan tirah baring. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai
adanya apendisitis ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal
serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik, foto
abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya
penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi
nyeri didaerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
Apendisitistanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali
apendistis gengrenosa atau apendisitis perforasi. Penundaan tindak bedah sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perporasi.
b.Sesudah Operasi
1.Apendiks di buang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen di
cuci dengan garamfisiologis dan antibiotika.
2.Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin mengecil,
atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu
sampai 3 bulan. Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan,
angkat sonde lambung bila pasien sudah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung
dapat dicegah, baringkan pasien dalam posisi semi fowler. Klien dikatakan baik
bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, bila tindakan operasi lebih besar,
misalnya pada perforasi atau peritonitis umum puasa diteruskan sampai fungsi
usus kembali normal. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk
tegak di tempat tidur selam 2 kali 30 menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk
duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan akan diangkat dan pasien di
perbolehkan pulang.
A. PENGKAJIAN
8.
F. Sistem syaraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental orientasi ingat perkalian dan perhitungan bahasa
digunakan.
b. Kesadaran eyes: mata, motoric, pergerakannya.
c. Bicara: jelas/tidak
2. Fungsi cranial
a. Nervus I: (respon untuk indra penciuman.
b.Nervus II: (suasana syaraf yang berfungsi mengirimkan informasi,
complits, penglihatan dari reaksi otak.
c. Nervus III (akulamulkus): syaraf yang mengtur gerakan, maka pupil
nervus IV, VI (trakakalidus dan ocneran).
d. Nervus V (grigeminus) : syaraf yang berperan dalam mengirimkan
sensasi dan kulit wajah manusia.
e. Nervus VII (parialsis) : berperan dalam menjalani ekspier dan prasa di
kulit wajah manusia.
f. Nervus VIII : berperan dalam proses pendengaran dan menjaga
keseimbangan tubuh.
g. Nervus IX: memiliki peran yang cukup penting kecuali terhadap
perannya dalam refleks
h. Nervus X: sebagian besar persyarafan
i. Nervus XI: syaraf yang berperan dalam memberikan persyarafan otot-
otot leher
j. Nervus XII: syaraf yang berperan dalam memberikan persyarafan otot-
otot lidah
Fungsi motoric adalah massa otot
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DO
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif ( mis.waspada posisi menghindari nyeri )
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
DS
a. ( Tidak tersedia )
DO
DO
a) Feses keras
b) Peristaltik usus menurun
DS
DO
a) Distensi abdomen
b) Kelemahan umum
c) Teraba massa pada rektal
a) `Penurunan Mobilitas
DO
a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur
DS
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
d. Merasa tidak berdaya
DO
DO
DS
a. ( tidak tersedia )
DO
DO
DS
a. Cepat kenyang setelah makan
b. Kram/nyeri abdomen
c. Nafsu makan menurun
DO
DO
DS
a) Tidak tersedia
DO
a) Tidak tersedia
9. Intoleransi aktivitas
Gejala dan tanda mayor
DS
a) Mengeluh lelah
DO
DS
a) Dispnea/setelah beraktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lelah
DO
E. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Manurung. (2018) Keperawatan medikal bedah konsep,mind mapping dan nanda
nic noc solusi cerdas lulus ukom bidang keperawatan”. jakarta timur : CV. Trans
info media.
https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/07/05/diagnosa-sdki-siki-slki-
nyeri-akut/
https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/07/05/diagnosa-sdki-siki-slki-
konstipasi/
https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/07/02/diagnosa-sdki-
gangguan-rasa-nyaman-slki-gangguan-rasa-nyaman-siki-gangguan-rasa-nyaman/
https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/06/30/diagnosa-sdki-ansietas-
slki-ansietas-siki-ansietas-reduksi-ansietas/
https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/06/30/diagnosa-sdki-defisit-
nutrisi-slki-defisit-nutrisi-siki-defisit-nutrisi-manajemen-nutrisi-promosi-berat-
badan/
https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/06/30/diagnosa-sdki-defisit-
pengetahuan-slki-defisit-pengetahuan-siki-defisit-pengetahuan-edukasi-
kesehatan/
https://www.google.com/search?
q=resiko+tinggi+infeksi+sdki&tbm=isch&ved=2ahUKEwixt7TgqNz5AhVqidgF
HQdtDIAQ2-
cCegQIABAA&oq=sdki+resiko+tingg&gs_lcp=CgNpbWcQARgAMgYIABAeE
Ag6BQgAEIAEOgYIABAeEAc6BggAEB4QBToECAAQHlD-
A1j2UmDDZGgCcAB4AYAB4QKIAdIokgEIMC4yNi40LjKYAQCgAQGqAQt
nd3Mtd2l6LWltZ8ABAQ&sclient=img&ei=cnEEY7G2DeqS4t4Ph9qxgAg&bih
=657&biw=1366#imgrc=R4s5fGHkN0kpWM
https://www.google.com/search?
q=resiko+tinggi+infeksi+sdki&tbm=isch&ved=2ahUKEwixt7TgqNz5AhVqidgF
HQdtDIAQ2-
cCegQIABAA&oq=sdki+resiko+tingg&gs_lcp=CgNpbWcQARgAMgYIABAeE
Ag6BQgAEIAEOgYIABAeEAc6BggAEB4QBToECAAQHlD-
A1j2UmDDZGgCcAB4AYAB4QKIAdIokgEIMC4yNi40LjKYAQCgAQGqAQt
nd3Mtd2l6LWltZ8ABAQ&sclient=img&ei=cnEEY7G2DeqS4t4Ph9qxgAg&bih
=657&biw=1366