Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

“ APPENDISITIS ”

Oleh :

PUTRI RISDAYANTI
BT2101084
1C

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP MEDIS

1. DEFINISI

Apendisitis merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan yang terjadi


akibat peradangan pada organ pencernaan. Apendisitis menunjukkan adanya
peradangan pada organ apendik dan sering menimbulkan perforasi sehingga
mengancam keselamatan. Apendisitis akut sering muncul dengan gejala khas
yang didasari oleh radang umbai cacing yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik
apendisitis yaitu nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di
daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini biasanya disertai oleh
demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan, dalam beberapa jam
nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney. Disini nyeri dirasakan
lebih tajam serta lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatic setempat.
Kadang tidak ada nyeri epigastrium tetapi terdapat konstipasi. tindakan itu
dianggap berbahaya sebab bisa mempermudah terjadinya perforasi.
Apendisitis merupakan salah satu infeksi pada sistempencernaanyang
sering dialami oleh masyarakat yaitu mencapai 7%hingga 12%. Sedangkan
kejadian apendisitis di USA sekitar 6,7% pada perempuandan8,6% pada laki-laki.
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur tetapi umumnya terjadi pada dewasa
dan remaja muda, yaitu pada umur 10-30tahundan insiden tertinggi pada
kelompok umur 20-30 tahun. Insiden pada laki-laki umumnya lebih banyak dari
perempuan terutama pada umur 20-30 tahun(Bhangu dkk, 2017).

2. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi
ini terjadi karena:
2. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
3. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
4. Adanya benda asing seperti biji-bijian
5. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
6. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus.
7. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan
limpoid pada masa tersebut.
8. Tergantung pada bentuk apendiks:

1. Appendik yang terlalu panjang

2. Massa appendiks yang pendek

3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks

4. Kelainan katup di pangkal appendiks

3. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasa terjadi karenaadanyaimflamasi dan mengalami edema
akibat obstruksi oleh fekalit tumor atau benda asing. Proses inflamasi
mengakibatkan akumulasi cairan yang diproduksi oleh apendiks dan akhirnya
meningkatkan tekanan intraluminal dan tekanan intra mukosa meningkat dan
menimbulkan nyeri abdomen atau menyebar hebat secara progesif dalam
beberapa jam berlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen. Peningkatan
tekanan tersebut akan meyebabkan infiltrasi mikroorganisme ke dinding
apendiks. Akhirnya apendiks terinfeksi yang seterusnya menjadi gangren dengan
perforasi (Suratun & Lusiana, 2014)

Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang


disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan
pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan dengan asupan serat
dalam makanan yang rendah (Burkitt, 2007).
Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi
mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan
muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada
permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang
bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal.
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam
lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai
apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi
nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga
peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan
terjadi.

PENYIMPANGAN KDM
APENDISITIS
Mobili
sasi

Perubahan
Tidak sistem Gangguan
mampu muskuloskel mobilitas fisik
beraktifitas etal

Tirah baring Kehilangan Penurunan


yang lama daya otot otot

Sakit kepala Gangguan


atau pusing rasa nyaman
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda – tanda apendisitis antara lain:
a. Nyeri pada abdomen bagian bawah dan biasa demam ringan.
b. Mual, muntah
c. Anoreksia, malaise.
d. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney.
e. Spasme otot.
f. Konstipasi, diare (Brunner & Suddart, 1997 dalam Manurung,
2018).

Gejala apendisitis antara lain :

Gejala utama penyakit usus buntu adalah nyeri diperut yang disebut kolik
abdomen. Nyeri tersebut dapat berawal dari pusar,kemudian bergerak ke bagian
kanan bawah perut.Lokasi nyerinya bisa berbeda-beda,tergatung pada usia pasien
dan posisi usus buntu itu sendiri. Dalam waktu beberapa jam,nyeri akibat
penaykit usus buntu bisa bertambah parah,terutama saat bergerak,menarik nafas
dalam,batuk,atau bersin. Selain itu,nyeri juga bisa muncul secara
mendadak,bahkan saat penderita sedang tidur.

Gejala nyeri perut tersebut dapat disertai gejala lain,diantaranya :

a. Perut kembung
b. Muntah dan mual
c. Demam dan menggigil
d. Hilang nafsu makan
e. Tidak bisa buang gas atau kentut
f. Sembelit (Konstipasi)
g. Diare

5. KOMPLIKASI

Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien apendisitis :


a. Komplikasi utama adalah perforasi appendiks yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks.
b. Tromboflebitis supuratif.
c. Abses subfrenikus.
d. Obstruksi intestinal (Manurung, 2018).

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tes rektal hasil teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada
daerah prolitotomi.
b. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Klien mengalami leukositosis (lebihdari 12.000 mm3) leukosit
meningkat sebagai responfisiologis untuk melindungi tubuh
terhadap mikroorganismeyangmenyerang. Pada klien dengan
apendisitis akut nilai neutofit akanmeningkat 75%.Perlu
dipertimbangkan adanya penyakit infeksi pada pelvis terutama
pada wanita jika jumlah leukositnya lebih dari 18.000/mm 3 maka
umumnya sudah terjadi perforasi dan peritonisis.
2. C-reactive Protein (CRV). Pertanda respon inflamasi akut (acute
phase response) dengan nilai sensifitas dan spesifitas CRV cukup
tinggi, yaitu 80 – 90%dan lebih dari 90%.
3. Hb (Hemoglobin)nampak normal.
4. Laju Endap Darah (LED) meningkat pada keadaan
apendisitisinfiltrat.
5. Urinalisis : normal tetapi eritrosit, leukosit mungkin ada. Urine
rutin penting untukmelihat adanya infeksi pada ginjal.
c. Foto abdomen : dapat menunjukkan bahwa peradangan material pada
apendiks (fekalit), ileus terlokalisir. Pada keadaan perforasi
ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma (Suratun &
Lusianah, 2018).

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a.Sebelum Operasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda gejala apendisitis
seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Klien
diminta melakukan tirah baring. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai
adanya apendisitis ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal
serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik, foto
abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya
penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi
nyeri didaerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
Apendisitistanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali
apendistis gengrenosa atau apendisitis perforasi. Penundaan tindak bedah sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perporasi.
b.Sesudah Operasi
1.Apendiks di buang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen di
cuci dengan garamfisiologis dan antibiotika.
2.Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin mengecil,
atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu
sampai 3 bulan. Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan,
angkat sonde lambung bila pasien sudah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung
dapat dicegah, baringkan pasien dalam posisi semi fowler. Klien dikatakan baik
bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, bila tindakan operasi lebih besar,
misalnya pada perforasi atau peritonitis umum puasa diteruskan sampai fungsi
usus kembali normal. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk
tegak di tempat tidur selam 2 kali 30 menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk
duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan akan diangkat dan pasien di
perbolehkan pulang.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan dalah proses sistematis dari pengumpulan,


verifikasi dan komunikasi data tentang kien. Tujuan dari pengkajian adalah
menetapkan dasar data tentang, kebutuhan masalah kesehatan, tujuan, nilai, dan
gaya hidup yang dilakukan klien.
a. Biodata pasien dan penanggung jawab ( nama, usia, jenis kelamin,
agama, alamat.)
b. Riwayat kesehatan
1. Kesehatan utama
Biasanya pasien dirawat dirumah sakit dengan keluhan sakit,
kepala demam nyeri dan pusing
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengeluh kepala terasa sakit, demam, nyeri
dan pusing, demam nyeri dan pusing, berat badan berkurang,
pasien mengalami mual muntah dan anoreksia pasien tearasa
sakit perut dan diare pasien mengeluh nyeri otot
3. Riwayat kesehatan dulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/ pernah menderita penyakit
seperti ini sebelumnya
4. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama
5. Riwayat psikososial

Pola konsep diri

g. Citra tubuh : persepsi seseorang terhadap bentuk fisik dirinya


Takipnu : >24 x/m
Bradipnu :<16 x/m
(30 Sistem pernafasan

8.

1.) Hidung simistris pernafasan cuping hidung, secret, epitaksin


2.) Leher apakah terhadap pembesaran kelenjar atau tumor
3.) Dada dilihat dari perintah dada apakah simestris atau tidak
(31 Sistem kardiovaskuler
1.) Apakah pucat atau merah bibir arteri karotis, lebaran vena jugularis
meninggi atau tidak
2.) Mulut stomatis/ sariawan platoskisis/ bibir shimbing jumlah gigi
kemamopuan berjalan baik/ tidak
3.) Glister kembung, nyeri, gerakan pristaltik.
4.) Abdomen hati apakah teraba/ tidak gejala fases
5.) Anus merupakan keluarga fases apakah lecet atau tidak
(32 Sistem indra
A 1.) kelopak mata, bulu mata, alis.
2.) Visus (enggunkan indralardir) menggunakan jarak 3 meter dan
menutup mata sebelah apakah bisa melihat atau tidak.
3.) Lapang pandang dengan menggunakan jari-jari tangan berupa
derajat yang bisa dilihat.
B. Hidung : alat indra penciuman apakah ada trauma, mimisan
C. Telinga : alat indra pendengaran, apakah bersin / tidak

F. Sistem syaraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental orientasi ingat perkalian dan perhitungan bahasa
digunakan.
b. Kesadaran eyes: mata, motoric, pergerakannya.
c. Bicara: jelas/tidak
2. Fungsi cranial
a. Nervus I: (respon untuk indra penciuman.
b.Nervus II: (suasana syaraf yang berfungsi mengirimkan informasi,
complits, penglihatan dari reaksi otak.
c. Nervus III (akulamulkus): syaraf yang mengtur gerakan, maka pupil
nervus IV, VI (trakakalidus dan ocneran).
d. Nervus V (grigeminus) : syaraf yang berperan dalam mengirimkan
sensasi dan kulit wajah manusia.
e. Nervus VII (parialsis) : berperan dalam menjalani ekspier dan prasa di
kulit wajah manusia.
f. Nervus VIII : berperan dalam proses pendengaran dan menjaga
keseimbangan tubuh.
g. Nervus IX: memiliki peran yang cukup penting kecuali terhadap
perannya dalam refleks
h. Nervus X: sebagian besar persyarafan
i. Nervus XI: syaraf yang berperan dalam memberikan persyarafan otot-
otot leher
j. Nervus XII: syaraf yang berperan dalam memberikan persyarafan otot-
otot lidah
Fungsi motoric adalah massa otot

Fungsi sensorik, bagaimana suhu, nyeri, dan pergerakannya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


Gejala dan tanda mayor
DS
a) Mengeluh nyeri

DO

a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif ( mis.waspada posisi menghindari nyeri )
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

DS

a. ( Tidak tersedia )

DO

a. Tekanan darah meningkat


b. Pola nafas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berfikir terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaforesis

2. Konstipasi berhubungan dengan situasional


Gejala dan tanda mayor
DS
a) Defekasi kurang dari 2x seminggu
b) Pengeluaran fases lama dan sulit

DO

a) Feses keras
b) Peristaltik usus menurun

Gejala dan tanda minor

DS

a) Mengejang saat defekasi

DO

a) Distensi abdomen
b) Kelemahan umum
c) Teraba massa pada rektal

3. Kerusakan integritas jaringan


Ditandai dengan :

a) `Penurunan Mobilitas

4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi


Gejala dan tanda mayor
DS
a. Merasa bingung
b. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c. Sulit berkonsentrasi

DO

a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

DS

a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
d. Merasa tidak berdaya

DO

a. Frekuensi nafas meningkat


b. Frekuensi nadi meningkat
c. Tekanan darah meningkat
d. Diaforesis
e. Tremor
f. Muka tampak pucat
g. Suara bergetar
h. Kontak mata buruk
i. Sering berkemih
j. Berorientasi pada masa lalu
5. Defisit pengetahuan
Gejala dan tanda mayor
DS
a. Menanyakan masalah yang dihadapi

DO

a. Menunjukkan prilaku tidak sesuai anjuran


b. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

Gejala dan tanda minor

DS

a. ( tidak tersedia )

DO

a. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


b. Menunjukkan perilaku ang berlebihan

6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan


Gejala dan tanda mayor
DS
a. ( tidak tersedia )

DO

a. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentan ideal

Gejala dan tanda minor

DS
a. Cepat kenyang setelah makan
b. Kram/nyeri abdomen
c. Nafsu makan menurun

DO

a. Bising usus hiperaktif


b. Otot pengunyah lemah
c. Otot menelan lemah
d. Membran mukosa pucat
e. Sariawan
f. Serum albumin turun
g. Rambut rontok berlebihan
h. Diare
7. Resiko kekurangan cairan tubuh
Ditandai dengan
a) Prosedur pembedahan mayor
b) Trauma/pembedahan
8. Defisit perawatan diri
Gejala dan tanda mayor
DS
a) Menolak melakukan perawatan diri

DO

a) Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ketoilet/berhias


secara mandiri
b) Minat melakukan perawatan diri

Gejala dan tanda minor

DS

a) Tidak tersedia

DO
a) Tidak tersedia
9. Intoleransi aktivitas
Gejala dan tanda mayor
DS
a) Mengeluh lelah

DO

a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat

Gejala dan tanda minor

DS

a) Dispnea/setelah beraktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lelah

DO

a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


b) Gambaran ekg menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
c) Gambaran ekg menunjukkan iskemia
d) sianosis
10. Resiko tinggi infeksi
Ditandai dengan kerusakan integritas kulit
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan mengembangkan tujuan untuk mencegah,
mengurangi atau mengatasi masalah untuk mengidentifikasi intervensi
keperawatan untuk menetapkan proritas masalah menetapkan hasil yang akan
diharapkan dan memilih intervensi keperawatan untuk menghasilkan asuhan
keperawatan (Rosdahl & Kowalski, 2017).

1.Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


2. Konstipasi berhubungan dengan situasional
3. Gangguan integritas kulit/jaringan

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi


5.Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

6.Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis


7.Resiko kekurangan cairan tubuh

8.Resiko perawatan diri


9.Intoleransi aktivitas

10.Resiko tinggi infeksi


D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah fase tindakan atau melakukan proses keperawatan
dimana perawat melakukan intervensi yang telah direncanakan. Pengkajian
lanjutan pada pasien sebelum, selama dan setelah intervensi adalah komponen
dasar dalam implementasi keperawatan (Lemone, 2018)

E. EVALUASI

Evaluasi adalah pengukuran keefektifan dari pengkajian, diagnosis,


perencanaan dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi, langkah-langkah
dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan
dan perencanaan untuk asuhan di masadepan (Rosdahl& Kowalski, 2017).

DAFTAR PUSTAKA
Manurung. (2018) Keperawatan medikal bedah konsep,mind mapping dan nanda
nic noc solusi cerdas lulus ukom bidang keperawatan”. jakarta timur : CV. Trans
info media.

Manurung. (2018) Keperawatan medikal bedah konsep,mind mapping dan nanda


nic noc solusi cerdas lulus ukom bidang keperawatan”. jakarta timur : CV. Trans
info media.

Saratun & Lusianah. (2014) Asuhan keperawatan klien gangguan sistem


gastrointestinal. Jawa Timur : Penerbi Buku Kesehatan.

Black, J.M., & Hawks,J.H. (2014).Keperawatanmedikalbedah. Singapore:


Elsevier Pte Ltd.

https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/07/05/diagnosa-sdki-siki-slki-
nyeri-akut/

https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/07/05/diagnosa-sdki-siki-slki-
konstipasi/

https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/07/02/diagnosa-sdki-
gangguan-rasa-nyaman-slki-gangguan-rasa-nyaman-siki-gangguan-rasa-nyaman/

https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/06/30/diagnosa-sdki-ansietas-
slki-ansietas-siki-ansietas-reduksi-ansietas/

https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/06/30/diagnosa-sdki-defisit-
nutrisi-slki-defisit-nutrisi-siki-defisit-nutrisi-manajemen-nutrisi-promosi-berat-
badan/
https://perawatngaskeponline.wordpress.com/2020/06/30/diagnosa-sdki-defisit-
pengetahuan-slki-defisit-pengetahuan-siki-defisit-pengetahuan-edukasi-
kesehatan/

https://www.google.com/search?
q=resiko+tinggi+infeksi+sdki&tbm=isch&ved=2ahUKEwixt7TgqNz5AhVqidgF
HQdtDIAQ2-
cCegQIABAA&oq=sdki+resiko+tingg&gs_lcp=CgNpbWcQARgAMgYIABAeE
Ag6BQgAEIAEOgYIABAeEAc6BggAEB4QBToECAAQHlD-
A1j2UmDDZGgCcAB4AYAB4QKIAdIokgEIMC4yNi40LjKYAQCgAQGqAQt
nd3Mtd2l6LWltZ8ABAQ&sclient=img&ei=cnEEY7G2DeqS4t4Ph9qxgAg&bih
=657&biw=1366#imgrc=R4s5fGHkN0kpWM

https://www.google.com/search?
q=resiko+tinggi+infeksi+sdki&tbm=isch&ved=2ahUKEwixt7TgqNz5AhVqidgF
HQdtDIAQ2-
cCegQIABAA&oq=sdki+resiko+tingg&gs_lcp=CgNpbWcQARgAMgYIABAeE
Ag6BQgAEIAEOgYIABAeEAc6BggAEB4QBToECAAQHlD-
A1j2UmDDZGgCcAB4AYAB4QKIAdIokgEIMC4yNi40LjKYAQCgAQGqAQt
nd3Mtd2l6LWltZ8ABAQ&sclient=img&ei=cnEEY7G2DeqS4t4Ph9qxgAg&bih
=657&biw=1366

Anda mungkin juga menyukai