Anda di halaman 1dari 37

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saluran perncernaan merupakan saluran yang berfungsi menerima makanan
yang masuk dan mempersiapkan untuk diserap oleh tubuh. Makanan yang masuk
kedalam tubuh dimetabolisme dan akan menghasilkan energi bagi tubuh,
memperbaiki jaringan yang rusak, membentuk enzim serta hormon. Apabila
saluran pencernaan mengalami gangguan maka akan berakibat pada tubuh, salah
satunya pada organ apendiks (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2011)
Apendiks atau disebut juga dengan umbai cacing merupakan bagian dri
organ pencernaan yang sampai saat ini belum diketahui fungsinya. Meskipun
demikian tidak sedikit kasus kesehata yang disebabkan karena apendiks. Jika
apendiksitis tidak ditangani dengan segera bisa berdampak lebih buruk
(Sjamsuhidayat & De Jong, 2011).
Apendiksitis atau infeksi apendiks adalah penyakit yang jarang mereda
dengan cepat, etapi penyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai
kecenderuangan menjadi progresif dan mengalamin perforasi. Karena perforasi
jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa
tersebut. Tanda-tanda terjadinya perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme
otot, dinding perut kuadran kanan bawah dengan peritonitis umum dan abses yang
terlokalisasi, demam dan leukositosis semakin jelas. Bila preforasi dengan
peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali
datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti (Mansjoer, 2012).
Biala terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah opeasi
untuk menutup asal perforasi, sedangkan jika terbentuk abses apendiks akan
teraba massa dikuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung kearah
rektum atau alat kelamin. Dampak lain yang dapat terjadi berupa abses
subfrenikus dan fokal sepsis intrabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat
terjadi akibat perlengkapan (Monsjoer, 2012).
Tindakan pengobatan apendiksitis dapat dilakukan dengan ceara operasi.
Operasi apendiks dilakukan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu

1
tindakan pembedahan membuang apendiks. Adapun respons yang timbul setelah
tindakan apendiktomy untuk mengambil umbai cacing yang terinfeksi ini adalah
nyeri. Nyeri menandakan bahwa terjadi kerusakan jaringan dan nyeri bersifat
subjektif pada masing-masing individu (Wijaya & Putri, 2013).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalahnya
adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang mengalamin
apendiksitis?

C. Tujuan
1. Mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada pasien apendiksitis
2. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien apendiksitis
3. Mampu melakukan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
apendksitis
4. Mampu melakukan rencana keperawatan, tindakan kepeawatan dan
evaluasi pada pasien apendiksitis

2
BAB II
LAPORAN TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Teoritis Apendiksitis


A. Definisi

Apendiksitis adalah kasus gawat abdomen yang paling sering terjadi.


Apendiksitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut juga
umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan
dimasyarakat kurang tepat, karena merupakan usus buntu yang selama ini dikenal
dan digunakan di masyarakat kurang tepat karena yang merupakan usus buntu
sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi
apendiks sebenarnya. Organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan
(Monica,2002).
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm
(94 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks berisi
makanan dan menggosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena
penggosongannya tidak efektif dan lumennya menjadi tersumbat dan rentan
terhahadap infeksi (Brunner dan Suddarth,2002)
Apendiks adalah umbai kecil mempunyai jari yang menempel pada sekum
tepat di bawah katib ileosekal. Karena penggosongan isi aendiks kedalam kolon
tidak efektif dan ukuran lumennya kecil, apendiks mudah tersumbat dan rentan
terinfeksi (apendiksitis). Apendiks yang tersumbat akan meradang dan edema dan
pada akhirnya dipenuhi nanah (pus). Apendiksitis adalah penyebab utama
inflamasi akut kuadran kanan bawah abdomen dan penyebab tersering

3
pembedahan abdomen darurat. Meskipun dapat dialami oleh semua kelompok
usia, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun.

Apendiksitis adalah merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang


paling umum ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen
yang akut (acu absomen). Apendiktomy adalah pengangkatan apendiks
terinflamasi dapat dilakukan pada pasien dengan menggunakan pendekatan
endoskopi, namun adanya pendekatan multi posisi retroperitoneal dari apendiks
atau robek perlu dilakukan prosedur pembukaan. Apendictomy adalah
pengangkatan apendiks vermiformis.
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadrat
pada bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smelzer, 2001). Apendiksitis akut adalah nyeri atau rasa tidak
enak di sekiar umbilicus berlangsung antara 1 sampai 2 hari. Dalam beberapa jam
nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah (titik Mc Burney) dengan disertai mual,
anoreksia dan muntah (Lindseth, 2006).
Apendiksitis kronik adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu,
radang kronik apndiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan
menghilang setelah apendektomi. Kriteria mikroskopi apendiks kronik adalah
fibrosis menyeluruh dinding apendiks, adanya jaringan perut dan ulkus lama
dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik (Pieter, 2005).

B. Etiologi
a. Ulserasi pada mukosa
b. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
c. Pemberian berium
d. Berbagai macam penyakit cacing

4
e. Tumor
f. Striktur karena fibrosis pada dinding usus

Apendiksitis pada saluran pencernaan

C. Patofisiologi
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen, tekanan yang meningkat tersebut
akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema. Diaforesis bakteri dan
ulserasi mukosa pada saat inilah terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.
Sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut
akan menyebabkan obstukri vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding apendiks. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri diabdomen kanan bawah, keadaan ini
disebut dengan apendiksitis sukuratif akut. Aliran ateri terganggu akan terjadi
infark dinding apendiksitis yang diikuti dengan gangrene stadium ini disebut
dengan apendiksitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan
terjadi apendiksitis perforasi.
Semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut

5
infiltrate apendukularis, peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang. Anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
panjang, dinding apendik lebih tipis, keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan
pada orang tua perforasi mudah terjadi karena tela ada gangguan pembuluh darah
(Mansjoer, 2003)

D. Menifestasi Klinis
Tanda awal : nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual
dan anoreksia.
a. Nyeri pindah kekanan bawah (yang akan menetap dan diperberat bila
berjalan atau batuk) dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum
lokal di titik Mc. Burney : nyeri tekan, nyeri lepas, defans muskuler.
b. Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawa ditekan
(Rovsing Sign)
d. Nyeri kanan bawah bila tekanan disebelah kiri dilepas (Blumberg)
e. Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti napas dalam,
berjalan, batuk, mengedan
f. Nafsu makan menurun
g. Demam yang tidak terlalu tinggi
h. Biasanya terdapat konstipasi, tapi kadang-kadang terjadi diare

Gejala-gejala permulaan pada apendiksitis yaitu nyeri atau perasaan tidak


enak disekitar umblikus diikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah, gejala ini
umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri
bergeser kekuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik
Mc.Burney, kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas. Biasanya
ditemukan demam ringan dan leukosit meningkat bila rupture apendiks terjadi
nyeri sering hilang secaradramatis untuk sementara.

6
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Ditemukan leukositosis 10.000 s/d 16.000/mm³, kadang-kadang dengan
pergeseran ke kiri leukositosis lebih dari 16.000/mm³ disertai keluhan
atau gejala apendiksitis lebih dari 4 jam mencurigakan perforasi sehingga
diduga bahwa tingginya leukositosis sebanding dengan hebatnya
peradangan.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiology akan sangat berguna pada kasus atipikal. Paa 55%
kasus apendiksitis stadium awal akan ditemukan gambaran foto polos
abdomen yang abnormal, gambaran yang lebih spesifik adanya masa
jaringan lunak diperut kanan bawah dan mengandung gelembung-
gelembung udara. Selain itu gambaran radiologist yang ditemukan
adanya fekalit, pemeriksaan barium enama dapat juga dipakai pada
kasus-kasus tertentu cara ini sangat bermanfaat dalam menentukan lokasi
sekum pada kasus “Bizar”. Pemeriksaan radiology X-ray dan USG
menunjukkan densitas pada keadran kanan bawah atau tingkat aliran
udara setempat.
3. Pemeriksaan penunjang lainnya
a. Pada copy fluorossekum dan ileum terminasi tampak irritable
b. Pemeriksaan colok dubur : menyebabkan bila didaerah infeksi, bisa
dicapai dengan jari telinjuk
c. Uji psoas dan uji obturator

F. Penatalaksanaan Apendiksitis
1. Sebelum operasi
a. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
apendiksitis seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat
perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan
dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigaiadanya
apendiksitis ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan

7
rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang
secara periodik, foto abdomen atau toraks tegak dilakukan untuk
mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasusm
diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri didaerah kanan bawah
dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
b. Antibiotik
Apendiksitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan
antibiotic, kecuali apendiksitis ganggrenosa atau apendikstis
perporasi. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotic
dapat mengakibatkan abses atau perporasi.
2. Operasi
a. Apendiktomi
b. Apendiks dibuang jika apendiks mengalami perporasi bebas, maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
c. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin
mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka
waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan
operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
d. Pasca operasi, dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk
mengetahui terjadinya perdarahan didalam, syok, hipertemia atau
gangguan pernafasan, angka sonde lambung bila pasien sudah sadar,
sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah, baringkan pasien
dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan, selama itu pasien dipuasakan, bila tindakan operasi
lebih besar, misalnya pada perforasi arau peritonitis umum, puasa
diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Salah satu pasca
operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2
x 30 menit. Hari ke 2 dapat dianjurkan untuk duduk diluar kamar.
Hari ke 7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperoleh pulang
(Monsjoer, 2003)

8
G. Komplikasi
Yang paling sering adalah :
1. Perforasi
Insidens perforasi 10-32%, rata-rata 20%, paling sering terjadi pada usia
muda sekali atau terlalu tua, perforasi timbul 93% pada anak-anak
dibawah umur 2 tahun antara 40-75% kasus usia diatas 60 tahun keatas.
Perforasi yang timbul dalam12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
insiden meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi terjadi 70% pada
kasus dengan peningkatan suhu 39,5ºC tampak toksik, nyeri tekan
seluruh perut dan leukositosis meningkat akibat perforasi dan
pembentukan abses.
2. Peritonitis
Adalah trombofebitis septik pada sistem vena porta ditandai dengan
panas tinggi 39ºC-40ºC menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang
relatif jarang.
a. Tromboflebitis supuratif dari sitem portal, jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang letal.
b. Abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain
c. Obstruksi instestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan

H. Rencana Asuhan Keperawatan (Menurut Wijaya dan Putri, 2013)


1. Pengkajian
Riwayat
Data yang dikumpulkan perawat dari klien dengan kemungkinan apendisitis
meliputi : umur, jenis kelamin, riwayat pembedahan, dan riwayat medik
lainnya, pemberian barium baik lewat mulut/ rektal, riwayat diit terutama
makan yang berserat.
Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri disekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri dipusat atau di epigastrium

9
dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Sifat keluhan nyeri dirasakan
terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Selain mengeluh nyeri pada daerah epigastrium, keluhan yang
menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang, bisa
juga penyakit ini sudah pernah dialami oleh pasien sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya penyakit apendisitis ini bukan merupakan penyakit
keturunan, bisa dalam anggota keluarga ada yang pernah mengalami
sakit yang sama dengan pasien bisa juga tidak ada yang menderita
penyakit yang sama seperti yang dialami pasien sebelumnya

Data subjektif
Sebelum operasi
a. Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah
b. Mual, muntah, kembung
c. Tidak nafsu makan, demam
d. Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
e. Diare atau konstipasi

Sesudah operasi
a. nyeri daerah operasi
b. lemas
c. haus
d. mual, kembung
e. pusing

Data Objektif
Sebelum operasi
a. nyeri tekan dititik Mc. Berney

10
b. spasme otot
c. takhikardi, takipnea
d. pucat, gelisah
e. bising usus berkurang atau tidak ada
f. demam 37 ºC

Sesudah operasi
a. terdapat luka operasi dikuadran kanan bawah abdomen
b. terpasang infus
c. terdapat drain/pipa lambung
d. bising usus berkurang
e. selaput mukosa mulut kering

Pemeriksaan Laboratorium
a. leukosit : 10.000 – 18. 000/mm³
b. netrofil meningkat 75%
c. WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya
perforasi (jumlah sel darah merah )

Data Pemeriksaan Diagnostik


a. Radiologi : foto colon yang memungkinkan adanya fecalit pada katup
b. Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian

2. Diagnosa Keperawatan (Menurut Wijaya dan Putri, 2013)


a. Nyeri abdomen berhubungan dengan abstruksi dan peradangan
apendiks
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia
c. Kurang pengetahuan tentang prosedur persiapan dan sesudah operasi
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan

11
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan / Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Nyeri abdomen Setelah diberikan a. Kaji tanda vital
berhubungan intervensi keperawatan b. Kaji keluhan nyeri,
dengan abstruksi selama 3 x 24 jam tentukan lokasi,
dan peradangan diharapkan nyeri jenis dan intensitas
apendiks berkurang . nyeri, ukur dengan
kriteria : skala 1-10
a. Klien c. Jelaskan penyebab
mengungkapkan rasa sakit, cara
rasa sakit berkurang. mengurangi
b. Wajah dan posisi d. Beri posisi ½ duduk
tubuh tampak rilaks untuk mengurangi
c. Skala nyeri penyebaran infeksi
berkurang 1-3 pada abdomen
d. Ttv dalam batas e. Ajarkan teknik
normal relaksasi
f. Kompres es pada
daerah sakit untuk
mengurangi nyeri
g. Anjurkan klien
untuk tidur pada
posisi nyaman (
miring dengan
menekuk lutut
kanan)
h. Puasa makan minum
apabila akan
dilakukan tindakan
i. Ciptakan lingkungan
yang tenang

12
j. Laksanakan program
medik
k. Pantau efek
terapeutik dan non
terapeutik dari
pemberian analgetik
2. Resiko kekurangan Setelah diberikan a. observasi tanda vital
volume cairan intervensi keperawatan 3 suhu, nadi, tekanan
berhubungan x 24 jam diharapkan darah, pernapasan
dengan mual, cairan dan elekrolit tiap 4 jam
muntah, anoreksia dalam keadaan seimbang b. observasi cairan
Kriteria : yang keluar dan
a. Turgor kulit baik yang masuk
b. Cairan yang keluar c. jauhkan makan/bau-
dan masuk seimbang bauan yang
c. Bb stabil merangsang mual
atau muntah
d. kolaborasi
pemberian infus dan
pipa lambung
3. Kerusakan Setelah diberikan a. Pantau luka
integritas kulit itervensi keperawatan pembedahan dari
berhubungan selama 3 x 24 jam tanda-tanda
dengan luka diharapkan integritas peradangan :
perbedahan kulit baik. demam, kemerahan,
Kriteri : bengkak dan cairan
a. Luka insisi sembuh yang keluar, wara
tanpa ada tanda jumlah dan
infeksi karakteristik
b. Leukosit normal b. Riwayat luka secara
steril
c. Berikan makanan

13
berkualitas atau
dukungan klien
untuk makan.
Makanan mencukupi
untuk mempercepat
proses penyembuhan
d. Beri antibiotika
sesuai program
medik

4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai engan rencana keperawatan
oleh perawat terhadap pasien
5. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome

14
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Mhd Yusuf Maulana
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 21 Tahun
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Tunas Harapan
Tanggal Masuk RS : 05 November 2019
No. Register : 102763
Ruangan : 905
Tanggal operasi : 06 November 2019
Diagnostik Medis : Apendiksitis

2. Penanggung Jawab
Nama : Mhd Sugiono
Hubungan dengan pasien : Orang Tua
Pekerjaan : Karyawan Wiraswasta
Alamat : Jl. Tunas Harapan
Keluhan Utama
Nyeri perut dibagian kanan bawah, hal ini dialami sejak 3 hari yang lalu,
awalnya nyeri diuluh hati 5 hari yang lalu, demam 37 ºC sejak 3 hari ini,
BAK cair , BAB keras
Riwayat Kesehatan Sekarang
Provocative /palliative
 Apa penyebabnya : pasien mengatakan banyak mengkomsumsi mie
instan, makan yang tidak sehat serta makanan yang siap saji

15
 Hal yang memperbaiki keadaan : pasien harus dioperasi
Quality
 Bagaimana dirasakan : Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen
kanan bawah yang menembus kebelakang sampai pada punggung
dan mengalami demam
 Bagaimana diliahat : ketika merasakan sakit dibagian abdomen pasien
tampak mengerutkan wajah
Region
 Dimana lokasinya : lokasinya berada di bagian abdomen sebelah
kanan bawah
 Apa penyebabnya : pasien banyak mengkomsumsi makanan instan
dan siap saji
Severity
 Karena nyerinya dibagian abdomen yang dialami pasien sehingga
aktivitas yang dilakukan sehari-hari terganggu
Time (kapan mulai tinbul dan bagaimana kejadiannya)
 Pasien mengatakan nyeri perut pada malam hari ketika pasien
memakan mie instan
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
 Riwayat yang pernah dialamin :Pasien tidak pernah mengalamin
operasi sebelumnya pada colon (abdomen kanan bawah)
 Pengobatan atau tindakan : pengobatan dilakukan yaitu dengan cara
pemberian cairan infus, obat-obatan dan peralatan untuk
membersihkan luka dibagian abdomen
 Pernah dirawat/ dioperasi : pasien mengatkan tidak pernah dirawat
dan tidak pernah dioperasi sebelumnya
 Lamanya perawatan : pasien mengatakan tidak pernah dirawat
dirumah sakit
 Alegi : pasien mengatakan tidak memiliki alergi
 Imunisasi : pasien mengatakan diberikan imunisasi lengkap

16
Riwayat Kesehatan Keluarga
 Orang tua : Keluarga pasien pernah mengalamin operasi sebelumnya
pada colon ( abdomen kanan bawah)
 Saudara kandung : pasien mengatakan memiliki saudara kandung
yaitu adik, dan tidak pernah mengalamin operasi
 Penyakit keturunan yang ada : pasien mengatakan tidak memiliki
penyakit keturunan
 Anggota keluarga yang meninggal : pasien mengatakan tidak ada yang
meninggal
 Penyebab meninggal : pasien tidak ada kelurganya yang meninggal
 Genogram

Keterangan
: perampuan
: laki-laki
: pasien
: hubungan (suami istri)

Riwayat / Keadaan Psikologis


 Bahasa yang digunakan : pasien mengatakan menggunakan bahasa
indinesia

17
 Persepsi tentang keyakinan : pasien mengatakan beragama islam dan
mempercayai agamanya
 Penyakit keturunan yang ada : body image pasien mengatakan sakit
saat ini dibagian abdomen, ideal diri pasien mengatakan dapat
menerima penyakitnya, harga diri pasien sedikit menolak, pesan diri
pasien bisa menerima keaadaannya. Persoanal identity pasien
mengatakan anak pertama dari 2 bersaudara.
 Keadaan emosi : pasien merasa diam saja saat dirumah sakit
 Perhatian terhadap orang lain : pasien mau berbicara terhadap kelurga
 Hubungan dengan keluarga : pasien mengatakan hubungan baik
dengan keluarga
 Hubungan dengan orang lain : pasien mengatakan berhubungan baik
dengan orang lain
 Kegemaran : pasien mengatakan gemar bermain
 Daya adaptasi : pasien mengatakan mudah bergaul
 Mekanisme pertahanan diri : biasanya pasien jika tidak menyukai
orang lain maka pasien hanya diam

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran compo mentis, wajah wajah tampak menahan rasa nyeri
2. Tanda-tanda vital : Td: 120/80 mmHg, N : 84 x/ menit, S : 37 ºC, RR:
24 x/ menit
3. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
a. Kepala: Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, ubun ubun
sejajar dengan struktur dada
b. Rambut: Merata, tidak ada bau, dan warna hitam
c. Wajah: Struktur wajah simetris, warna kulit kuning langsat
2) Mata : Kelengkapan mata kanan dan kiri simetris, Palpebra
berkedif simetris, Konjungtiva merah muda, Sklera ikteru, Pupil
isokor, Comes jernih dan iris simetris, Tekan bola mata simetris

18
3) Hidung : tulang hidung simetris, lubang hidung bersih,cuping
hidung normal dan simetris
4) Telinga : bentuk telinga simetris , ukuran telinga antara kiri dan
kanan sama , lubagng telinga bersih dan normal
5) Leher : poosisi trakea ditengah dan lurus , tyroid tidak ada
pembekakan, suara jelas, denyut nadi teraba, tidak da pembesaran
kelenjar limfe,
4. Pemeriksaan intergumen : keberishan kulit bersih, warna kuning langsat,
tugor kembali dengan cepat, tidak ada kelainan pada kulit.
5. Pemeriksaan payudara dan ketiak : ukuran melingkar bentuk payudara
simetris warna payudara areola agak gelap, tidak ada pembengkakan
pada putting, aksila dan elavikula tidak ada pembengkakan dan
kemerahan
6. Pemeriksaan thorak/dada : inspeksi thorak bentuk simetris, pernafasan
pada frekuensi 24 x/ menit, irama tertur, tidak ada tanda kesulitan
bernafas.
Pemeriksaan paru : palpasi gerakan dada vocal frenitus sejajar, perkusi
terdengar bunyi hiper resonan, auskultasu suara nafas wheezing, suara
ucapan fremitussuara, suara tambahan wezing
Pemeriksaan jantung : inspeksi , pulasi (+) , ictus cordis kuat, perkusi
batas jantung dengan batas atas IC III linea parastematis dextra,
auskultasi HR= 90 x/menit, bunyi jantung I terdengar reguler, bunyi
jantung II terdengar reguler, bunyi jantung tambahan tidak ada, murmur
tidak ada, freuensi tidak ada.
7. Pemeriksaan abdomen : bentuk abdomen datar, benjolan /massa tidak
ada benjolan, bayangan pembuluh darah tanda asietas, auskultasi
peristaltik usus terdengar bising usus dan peristaltik usus 15 x / menit,
palpasi tanda nyeri tekan tidak ada, benjolan/ massa tidak ada benjolan,
tidak ada pembengkakan pada hepar, tidak teraba lien, titik Mc. Burney
nyeri tekan pada titik mcburney dan nyeri lepas, perkusi suara abdomen
tympani, tidak ada pemeriksaan aseites, skala nyeri 8.

19
8. Pemeriksaan kelainan dan daerah disekitar : genetalia rambut pubis
bersih dan menyebar, lubang uretra pada bagian bawah hipospadia
lubang uretra pada batang penis epispadia, tidak ada kelainan genetalia
ekternal dan daerah inguinal. Anus dan perineum tidak ada kelainan
pada anus.
9. Pemeriksaan muskuloskeletal : Keseimbangan otot simetris dan 4
kuadran, emeriksaan edema tdak ada edema, kekuatan otot idak ada
kekauan otot
10. Pemeriksaan neurologis
1) Tingkat kesadaran : GCS : 15, E: 4, M:5, V:6
2) Meningeal sign : Baik Nilai ((E4M5V6)
3) Status mental : kondisi emosi paien tidak pernah
megalamin perubahan, orientasi pasien dapat memperhatikan
emosinya pada setiap orang, proses berpikir adanya daya ingat
pasien yang sering mengalamin lupa, motivasi pasien berkinginan
untuk cepat sembuh, bahasa yang digunakan bahasa indonesia
4) Nervus kranialis : nervus olfaktorius (NI) pasien mampu
membedakan aroma bau, nervus optikus (NII) pasien dapat melihat
tulisan dari jarak jauh dan dekat,nervus okulomotorius (NIII)
pasien dapat menggerakan bola mata, nervus trachealeari dapat
menggerakan mata kebawah dan kedalam, nervus abdusen adanya
reflek pupil gerakan bola mata, Nervus trigeminus (NV) pasien
dapat menyunah dan menggerakkan rahang, nervus fasialis (NVII)
pasien bisa tersenyum dan menutup mata dengan tekanan , nervus
vestibulocochearus (NVIII) pasien dapat mendengarkan dengan
baik, nervus glosopharingeus (NIX, vagus (NX) pasien dapat
membedakan rasa manis dan asin, nervus assesorius (NXI) pasien
dapat menggerakkan bahu, nervus hipoglossus (NXII) pasien dapat
menjulurkan lidah.
5) Fungsi motorik : cara berjalan pasien dapat berjalan dengan baik,
romberg test tidak ada gangguan pada vestibulor, test jari hidung
pasien dapat menunjuk hidung dengan benar, prinasi supinasi test

20
pasien dapat melakukan pronasi dan supinasi, heel to shin test
pasien dapat dilakukannya
6) Fungsi sensori : pasien dapat menyentuh dengan ringan, pasien
dapat merasakan rasa tajam dan tumpul, pasien dapat membedakan
rasa panas dan dingin, pasien merasakan adanya getaran pada
garputala, pasien dapat membedakan dua titik, topognosis test
pasien dapat merasakan getaran yang diberikan
7) Reflek : riflek bisep pasien dapat melakukan pada kedua lengan,
trisep pasien mampu melakukan pada kedua lengan, brachioradialis
pasien mampu melakukan pada kedua lengan, patelar pasien dapat
melakukan pada kedua lengan, tendo arciles pasien dapat
melakukan pada tungkai, plentar telapa kaki dapat merasakan
reflek
Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Pola tidur dan kebiasaan :waktu tidur pasien mengatakan 22.00 wib,
waktu bangun pasien mengatakan 05.00 wib, masalah tidur pasien
sering terbangun karena nyeri, hal yang mempermudah tidur pasien
mengatakan hal yang mempermudah tidur setelah pasien mendapat
obat, hal yang mempermudah bangun pasien mudah bangun karena
nyeri.
2. Pola eliminasi : BAB pasien 1x sehari tidak ada keluhan, karakter faces
lunak, tidak ada riwayat pendarahan, tidak ada penggunaan laksatif,
BAK pasien 3-4 x /sehari tidak ada keluhan , karakteristik berwarna
kuning, tidak ada riwayat ginjal, tidak ada penggunaan diuretik, tidak
merasakan nyeri atau kesulitan BAK
3. Pola makan dan minum diit M2 , pola diet pasien masih dianjurkan
untuk tidak makan yang keras, tidak ada nyeri hulu hati, disembuhkan
dengan meminum obat, alergi atau intolerasi makan tidak ada, berat
badan bersih 64 Kg, berat badan sekarang 64 kg, bentuk tubuh ideal,
upaya untuk mengatasi masalah tidak ada, jumlah jenis makanan bubur
, waktu pemberian cairan pasien mengatakan tidak menentuk, masalah

21
makanan pasien tidak sulit untuk mengunah, pasien tidak sulit untuk
menelan, upaya mengatasin maslaah pasien mengatakan tidak ada.
4. Kebersihan diri : pasien mengatakan semenjak dirumah sakit mandi 1 x
sehari kadang dilap, pemeliharan gigi dan mulut pasien mengatakan
selama dirumah skit menggosok gigi 2 kali sehari, pemeriksaan kuku
pasien mengatakan jika panjang kukunya baru dipotong, pola kegiatan
pasien dirumah sakit hanya berjalan santai dikeliling ruangan dan
menonton tv.
Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik
a. Diagnosa medis : apendiksitis
b. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium : dilakukan pengambilan darah lengkap
Rontgen : foto colon terdapat adanya fecalit pada katup
ECG : tidak dilakaukan pemeriksaan diagnostik
USG : bentuk tabung yang memanjang dengan lumen yang
diameternya tidak lebih dari 6 mm dan dapat dikompresi. Selain itu
ujung akhir apendiks tidak didapatkan adanya gambaran blind end
tube

Penatalaksanaan dan Terapi


No. Nama Obat Dosis Efek
1. VFD RL
2. Inj. Keterolac 4 mg/ 8 jam Sakit perut, mual
muntah, sakit kepala
3. Inj. Ondansetron 4 mg/ 8 jam mudah mengantuk, sakit
perut, sakit kepala,
mudah lelah
4. Omeprazole tablet 20 mg Mual muntah, sakit
kepala, gejala flu,
demam

22
B. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : pasien mengatakan adanya obstruksi Nyeri abdomen
nyeri pada abdomen dan peradangan berhubungan dengan
bagian kanan bawah pada ependiks obstruksi dan
tembus ke punggung peradangan apendiks
DO :
 Nyeri karena
adanya perangsang
 Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
 Nyeri dibagian
kanan bawah
abdomen
 Skala 8
 Nyeri saat ditekan
2. DS : pasien mengatakan Adanya mual dan Kekurangan volume
ada rasa haus dan ada rasa muntah serta cairan
mual dan muntah anoreksia
DO :
 Tekanan darah
120/80 mmHg
 Suhu tubuh 37ºC
 Nadi 84 x/menit
 Pernafasan 24
x/menit
 Urin pekat

3. DS : pasien mengatakan Kerusakan Kerusakan integritas


kurang pengetahuan intergritas kulit kulit berhubungan

23
tentang perawatan luka dengan luka
DO : tanda – tanda pembedahan
integrasi kulit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri abdomen berhubungan dengan abstruksi dan peradangan apendiks
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan

D. Rencana Asuhan Keperawatan


No. Tujuan / Kriteria NIC NOC
1. Nyeri abdomen 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Berguna dalam
berhubungan tentukan lokasi, jenis pengawasan
dengan abstruksi dan intensitas nyeri, kemajuan
dan peradangan ukur dengan skala 1- penyembuhan ,
apendiks. 10 perubahan pada
Setelah diberikan 2. Jelaskan penyebab karakteristik nyeri
intervensi rasa sakit, cara menunjukkan
keperawatan mengurangi terjadinya abses
selama 3 x 24 jam 3. Beri posisi ½ duduk atau teoritis
diharapkan nyeri untuk mengurangi 2. Menghilanhkan
berkurang . penyebaran infeksi dan mengurangi
kriteria : pada abdomen rasa nyeri
a. Klien 4. Ajarkan teknik 3. Menguranngi
mengungkapka relaksasi penyebaran infeksi
n rasa sakit 5. Kompres es pada pada abdomen
berkurang. daerah sakit untuk dengan posisi semi
b. Wajah dan mengurangi nyeri fowler
posisi tubuh 6. Anjurkan klien untuk 4. Berguna untuk
tampak rilaks tidur pada posisi mengurangi nyeri

24
c. Skala nyeri nyaman ( miring dan memberikan
berkurang 1-3 dengan menekuk lutut rasa nyaman
d. Ttv dalam kanan) 5. Memberikan
batas normal pengetahuan untuk
umtuk mengurangi
rasa nyeri
6. Mengurangi rasa
nyeri dengan posisi
miring

2. Resiko kekurangan 1. observasi tanda vital 1. tanda yang


volume cairan suhu, nadi, tekanan membantu
berhubungan darah, pernapasan tiap mengidentifikasi
dengan mual, 4 jam volume
muntah, anoreksia. 2. observasi cairan yang intraveskuler
Setelah diberikan keluar dan yang 2. keadekuatan intake
intervensi masuk dan elektrolit
keperawatan 3 x 24 3. jauhkan makan/bau- 3. menurunkan resiko
jam diharapkan bauan yang mual dan muntah
cairan dan elekrolit merangsang mual atau 4. Mencegah
dalam keadaan muntah terjadinya
seimbang 4. kolaborasi pemberian terhidrasi
Kriteria : infus dan pipa
a. Turgor kulit lambung
baik
b. Cairan yang
keluar dan
masuk
seimbang
c. Bb stabil
3. Kerusakan 1. Pantau luka 1. Luka insisi sembuh
integritas kulit pembedahan dari tanpa ada tanda

25
berhubungan tanda-tanda infeksi
dengan luka peradangan : 2. Leukosit normal
perbedahan demam, kemerahan, 3. Ajarkan keluarga
Setelah diberikan bengkak dan cairan untuk memberikan
itervensi yang keluar, wara makanan yang cair
keperawatan jumlah dan 4. Pastikan luka
selama 3 x 24 jam karakteristik dikulit lembab atau
diharapkan 2. Rawat luka secara kering
integritas kulit steril
baik. 3. Berikan makanan
Kriteri : berkualitas atau
a. Luka insisi dukungan klien
sembuh tanpa untuk makan
ada tanda 4. Beri antibiotika
infeksi sesuai program
b. Leukosit normal medik

E. Catatan Perkembangan Pasien


Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi
tgl Keperawatan
Selasa / Nyeri abdomen 1. mengkaji keluhan S : pasien mengatakan
05 Nov berhubungan nyeri, tentukan nyeri dibagian
2019 dengan abstruksi lokasi, jenis dan abdomen dengan skala
dan peradangan intensitas nyeri, nyeri 8
apendiks ukur dengan skala 1- O : pasien sangat
10 meringis, Tanda tanda
2. mrnjelaskan vital
penyebab rasa sakit, Td: 120 /70 mmhg N:
cara mengurangi 82 x/menit RR: 24
3. mrmberi posisi ½ x/menit S: 37 ºC
duduk untuk A : masalah belum

26
mengurangi teratasi
penyebaran infeksi P : Lanjutkan
pada abdomen Intervensi
4. mengajarkan teknik I : memberikan posisi
relaksasi ½ untuk
5. mengompres es pada mengurangirasa nyeri
daerah sakit untuk E : pasien masih
mengurangi nyeri merasakan nyeri
6. meanjurkan klien R : rencana tindakan
untuk tidur pada keperawatan tetap
posisi nyaman ( dilanjutkan
miring dengan
menekuk lutut
kanan)

Resiko 1. mengobservasi S: pasien mengatakan


kekurangan tanda vital suhu, adanya mual dan
volume cairan nadi, tekanan darah, muntah
berhubungan pernapasan tiap 4 O: pasien tampak
dengan mual, jam lemas
muntah, anoreksia 2. mengobservasi A: masalah belum
cairan yang keluar teratasi
dan yang masuk P: lanjutkan intervensi
3. menjauhkan I: menganjurkan
makan/bau-bauan pasien minum sedikit
yang merangsang demi sedikit air hangat
mual atau muntah E: pasien mengatakan
4. mengkolaborasi masih merasakan mual
pemberian infus dan dan muntah
pipa lambung R : rencana tindakan
keperawatan
dilanjutkan

27
Kerusakan 1. Memantau luka S : pasien mengatakan
integritas kulit pembedahan dari kulit masih kering
berhubungan tanda-tanda O : tugor kulit jelek
dengan luka peradangan : A: masalah belum
pembedahan demam, kemerahan, teraasi
bengkak dan cairan P : lanjutkan intervensi
yang keluar, wara I: anjurkan pasien
jumlah dan untuk banyak minum
karakteristik air
2. Merawat luka E: pasien tidak peduli
secara steril akan perawatan diri
3. Merikan makanan R: rencana tindakan
berkualitas atau keperawatan
dukungan klien dilanjutkan
untuk makan
Beri antibiotika
sesuai program
medik

Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi


tgl Keperawatan
Rabu / Nyeri abdomen 1. mengkaji keluhan S : pasien mengatakan
06 Nov berhubungan nyeri, tentukan nyeri dibagian
2019 dengan abstruksi lokasi, jenis dan abdomen dengan skala
dan peradangan intensitas nyeri, nyeri 6
apendiks ukur dengan skala O : pasien masih
1-10 meringis, Tanda tanda
2. menjelaskan vital
penyebab rasa Td: 120/ 70 mmHg
sakit, cara N:86 x/menit RR: 24
mengurangi x/menit S: 36.ºC
3. memberi posisi ½ A : masalah sebagian

28
duduk untuk teratasi
mengurangi P: Lanjutkan Intervensi
penyebaran infeksi I : memberikan posisi
pada abdomen ½ untuk
4. mengajarkan teknik mengurangirasa nyeri
relaksasi E : pasien masih
5. mengompres es merasakan nyeri
pada daerah sakit R : rencana tindakan
untuk mengurangi keperawatan tetap
nyeri dilanjutkan
6. meanjurkan klien
untuk tidur pada
posisi nyaman (
miring dengan
menekuk lutut
kanan)

Resiko 5. mengobservasi S: pasien mengatakan


kekurangan tanda vital suhu, adanya mual dan
volume cairan nadi, tekanan darah, muntah tapi dengan
berhubungan pernapasan tiap 4 frekuensi 2 x sehari
dengan mual, jam O: pasien masih
muntah, anoreksia 6. mengobservasi tampak lemas
cairan yang keluar A: masalah sebagian
dan yang masuk teratasi
7. menjauhkan P: lanjutkan intervensi
makan/bau-bauan I: menganjurkan pasien
yang merangsang minum sedikit demi
mual atau muntah sedikit air hangat
8. mengkolaborasi E: pasien mengatakan
pemberian infus dan masih merasakan mual
pipa lambung dan muntah

29
R : rencana tindakan
keperawatan
dilanjutkan
Kerusakan 7. Memantau luka S : pasien mengatakan
integritas kulit pembedahan dari kulit sudah mulai
berhubungan tanda-tanda lembab
dengan luka peradangan : O : tugor kulit sedikit
pembedahan demam, kemerahan, membaik
bengkak dan cairan A: masalah sebagian
yang keluar, wara teraasi
jumlah dan P : lanjutkan intervensi
karakteristik I: anjurkan pasien
8. Merawat luka untuk banyak minum
secara steril air
9. Merikan makanan E: pasien tidak peduli
berkualitas atau akan perawatan diri
dukungan klien R: rencana tindakan
untuk makan keperawatan
Beri antibiotika dilanjutkan
sesuai program
medik

Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi


tgl Keperawatan
Kamis / Nyeri abdomen 7. mengkaji keluhan S : pasien mengatakan
07 Nov berhubungan nyeri, tentukan nyeri sudah berkurang
2019 dengan abstruksi lokasi, jenis dan dengan skala nyeri 3
dan peradangan intensitas nyeri, O : pasien sudah
apendiks ukur dengan skala 1- mulai tersenyum,
10 Tanda tanda vital
8. mrnjelaskan Td: 120/70 mmHg N:

30
penyebab rasa sakit, 88 x/menit R: 22
cara mengurangi x/menit S: 36 ºC
9. mrmberi posisi ½ A : masalah sebagian
duduk untuk teratasi
mengurangi P : hentikan Intervensi
penyebaran infeksi I : memberikan posisi
pada abdomen ½ untuk
10. mengajarkan mengurangirasa nyeri
teknik relaksasi E : pasien masih
11. mengompres es merasakan nyeri
pada daerah sakit R : rencana tindakan
untuk mengurangi keperawatan tetap
nyeri dilanjutkan
12. meanjurkan
klien untuk tidur
pada posisi nyaman
( miring dengan
menekuk lutut
kanan)

Resiko 9. mengobservasi S: pasien mengatakan


kekurangan tanda vital suhu, tidak ada rasa mual
volume cairan nadi, tekanan darah, dan muntah
berhubungan pernapasan tiap 4 O: pasien sudah
dengan mual, jam tersenyum
muntah, anoreksia 10. mengobservasi A: masalah teratasi
cairan yang keluar P: Hentikan intervensi
dan yang masuk
11. menjauhkan
makan/bau-bauan
yang merangsang
mual atau muntah

31
12. mengkolaborasi
pemberian infus dan
pipa lambung
Kerusakan 1. Memantau luka S : pasien mengatakan
integritas kulit pembedahan dari kulit sudah lembab
berhubungan tanda-tanda O : tugor kulit bagus
dengan luka peradangan : A: masalah teraasi
pembedahan demam, kemerahan, P : hentikan intervensi
bengkak dan cairan
yang keluar, wara
jumlah dan
karakteristik
2. Merawat luka
secara steril
3. Merikan makanan
berkualitas atau
dukungan klien
untuk makan
Beri antibiotika
sesuai program
medik

32
BAB IV
LAPORAN PEMBHASAN

Dalam bab ini penulisan membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan


antara landasan teori dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Mhd Yusuf
Maulana dengan apendiksitis diruangan 905 lantai 9 diRSU Royal Prima Medan.
Pada teori ini didapatkan 4 diagnosa yaitu nyeri abdomen berhubungan dengan
abstruksi dan peradangan apendiks, resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia, kurang pengetahuan tentang
prosedur persiapan dan sesudah operasi, kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan luka pembedahan. Penulisan mengangkat diagnosa diatas karena saat
melakukan pengkajian ditemukan data pasien mengatakan nyeri perut dibagian
abdomen di sebelah kanan bawah.
Ada diagnosa yang muncul pada pasien Mhd Yusuf Maulana adalah sebagai
berikut :
1. Diagnosa I
Nyeri abdomen berhubungan dengan abstruksi dan peradangan apendiks.
Hasil pengkajian sesuai dengan teori ditemukan data pasien bahwa pasien
mengeluh nyeri dibagian abdomen disebelah kanan bawah, dengan skala 8. Dalam
penyusunan perencanaan dan pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan kebutuhan
pasien, kondisi pasien dan sarana serta prasarana yang terjadi. Selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang. Berdasarkan kriteria klien mengungkapkan rasa sakit
berkurang, wajah dan posisi tubuh tampak rilak, skala nyeri berkurang 1-3, ttv
dalam batas normal. Pada evaluasi saat 8 jam pertama perawatan pasien
mengatakan nyeri dibagian abdomen disebalah kanan bawah masalah teratasin,
hentikan intervensi, berdasarkan kriteria hasil nyeri hilang, skala 0-3, Pasien tanpa
rileks, mampu beristirahat atau tidur selama 7-9 jam dalam sehari. Dengan
demikian masalah ini dapat teratasin sepenuhnya hingga tidak merasa nyeri
dibagian abdomen di sebelah kanan bawah.
2. Diagnosa II
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia. Hasil pengkajian sesuai dengan teori ditemukan data pasien bahwa

33
pasien mengatakan adanya mual dan muntah. Dalam penyusunan perencanaan dan
pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kondisi pasien dan
sarana serta prasarana yang terjadi pada pasien. Setelah diberikan intervensi
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan cairan dan elekrolit dalam keadaan seimbang
kriteria turgor kulit baik, cairan yang keluar dan masuk seimbang, Bb stabil. Pada
evaluasi saat 8 jam pertama perawatan pasien mengatakan adanya mual dan
muntah, pasien tampak lemas, masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi,
menganjurkan pasien minum sedikit demi sedikit air hangat, pasien mengatakan
masih merasakan mual dan muntah, rencana tindakan keperawatan dilanjutkan.
Dengan demikian masalah ini dapat teratasin sepenuhnya hingga tidak merasakan
mual dan munta.

3. Diagnosa III
Kurang pengetahuan tentang prosedur persiapan dan sesudah operasi.
Hasil pengkajian sesuai dengan teori ditemukan data pasien bahwa pasien
mengatakan kurang pengetahuan. Dalam penyusunan perencanaan dan
pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kondisi pasien dan
sarana serta prasarana yang terjadi. Setelah diberikan intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan klien memahami tentang prosedur persiapan dan
sesudah operasi kriteria klien kooperatif dengan tindakan persiapan operasi
maupun sesudah operasi, klien mendemonstarikan latihan yang diberikan. Pada
evaluasi saat 8 jam pertama perawatan mengatakan kurang pengetahua, pasien
tampak bingung, masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi , memberikan
informasi tentang prosedur, pasien kurang memahamin tentang persiapan
prosedur dan sesudah operasi, rencana tindakan keperawatan dilanjutkan. Dengan
demikian masalah ini dapat teratasin sepenuhnya sehingga pasien mengetahui
tentang prosedur persiapan dan sesudah operasi.

4. Diagnosa IV
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan. Hasil
pengkajian sesuai dengan teori ditemukan data pasien bahwa pasien mengatakan
kulit masih kering. Dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan tindakan

34
disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kondisi pasien dan sarana serta prasarana
yang terjadi. Setelah diberikan itervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan integritas kulit baik berdasarkan kriteri luka insisi sembuh tanpa ada
tanda infeksi, leukosit normal. Pada evaluasi saat jam 8 pertama perawatan pasien
mengatakan kulit masih kering, tugor kulit jelek, masalah belum teraasi ,
lanjutkan intervensi, anjurkan pasien untuk banyak minum air, pasien tidak peduli
akan perawatan diri, rencana tindakan keperawatan dilanjutkan. Dengan demikian
masalah ini dapat teratasin sepenuhnya sehingga pasien mengetahui tentang
prosedur persiapan dan sesudah operasi.

35
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Apendiks adalah umbai kecil mempunyai jari yang menempel pada sekum
tepat di bawah katib ileosekal. Karena penggosongan isi aendiks kedalam kolon
tidak efektif dan ukuran lumennya kecil, apendiks mudah tersumbat dan rentan
terinfeksi (apendiksitis). Apendiks yang tersumbat akan meradang dan edema dan
pada akhirnya dipenuhi nanah (pus). Apendiksitis adalah penyebab utama
inflamasi akut kuadran kanan bawah abdomen dan penyebab tersering
pembedahan abdomen darurat. Meskipun dapat dialami oleh semua kelompok
usia, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun.
Apendiksitis adalah merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang
paling umum ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen
yang akut (acu absomen). Apendiktomy adalah pengangkatan apendiks
terinflamasi dapat dilakukan pada pasien dengan menggunakan pendekatan
endoskopi, namun adanya pendekatan multi posisi retroperitoneal dari apendiks
atau robek perlu dilakukan prosedur pembukaan. Apendictomy adalah
pengangkatan apendiks vermiformis.
Apendiktis terbagi menjadi dua yaitu sebagai beikut :
1. Apendiksitis akut
2. Apendiksitis kronik

36
DAFTAR PUSTAKA

Burner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, ahli bahasa :
I.made Keryasa, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanne C., 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta:
EGC
Pieter, 2005. Usus Halus, Apendiks. Kolon, dan Anorektum Dalam : Buku ajar
Ilmu Bedah . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sjamushidayat, R. Dan De Jong W. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2,
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Wijaya, A. S dan Putri, Y.M. 2013. KMB 1, Keperawatan Dewasa Teori dan
Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

37

Anda mungkin juga menyukai