PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian
rupa perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Biasanya perkembangan anak diikuti pertumbuhan sehingga lebih optimal dan
tergantung pada potensi biologik seseorang. Potensi tersebut merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan,
psikologi, sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda
yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan
sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi
antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi
sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian tumbuh kembang anak?
2. Apa saja kebutuhan dasar pada anak?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?
4. Apa saja ciri-ciri tumbuh kembang anak?
5. Bagaimana tahap tumbuh kembang anak berdasarkan Milestone?
6. Bagaimana deteksi dini pada tumbuh kembang anak?
7. Bagaimana pengukuran Vineland
1
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian tumbuh kembang anak
2. Untuk mengetahui kebutuhan dasar pada anak
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
4. Untuk mengetahui ciri-ciri tumbuh kembang anak
5. Untuk mengetahui tahap tumbuh kembang anak menurut Milestone
6. Untuk mengetahui pengukuran tumbuh kembang dengan vineland
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
selanggeng mungkin akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan
dengan kontak fisik (kulit / mata) dan psikis sedini mungkin. Kasih saying dari
orang tua akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar
(basic trust).
3. Kebutuhan anak akan stimuli mental ( Asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan
mental psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.
4
b. Faktor Postnatal
Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan terhadap penyakit, perawatan
kesehatan, penyakit kronis, dan hormone.
Faktor Lingkungan Fisik
Cuaca, musim, sanitasi,keadaan rumah.
Faktor Lingkungan Sosial
Stimulasi, motivasi belajar, stress, kelompok sebaya, hukuman yang
wajar, cinta dan kasih sayang.
Faktor Lingkungan Keluarga dan Adat Istiadat
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat dan norma-norma.
5
dan munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti rambut pubis dan aksila,
tumbuhnya buah dada pada wanita dll.
6
f. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat perkembanganpun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-
lain.
7
2-3 tahun :
belajar melompat, memanjat, dan melompat dengan satu kaki
mengayuh sepeda roda tiga
3-4 tahun:
berjalan dengan jari-jari kaki
4-5 tahun:
melompat dan menari
b. Milstone motorik halus
Lahir- 3 bulan:
mengikuti obyek dengan matanya
menahan barang yang dipegangnya
3-6 bulan:
menyentuhkan tangan satu ke tangan lainnya
belajar meraih benda dalam dan di luar jangkauannya
menaruh benda di mulut
6-9 bulan:
memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
bergembira dengan melempar benda-benda
9- 12 bulan:
ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda ke mulut
12-18 bulan:
menyusun 2-3 balok/kubus
18-24 bulan:
menyusun 6 kubus
menunjuk mata dan hidung
belajar makan sendiri
menggambar garis dikertas atau pasir
2-3 tahun:
menggambar lingkaran
membuat jembatan dengan 3 balok
3-4 tahun:
belajar berpakaian dan membuka pakaiannya sendiri
menggambar orang hanya kepala dan badan
8
4-5 tahun:
menggambar orang terdiri dari kepala,badan, dan lengan
mampu menggambar segiempat dan segitiga
9- 12 bulan:
menirukan suara
dapat mengulang bunyi yang didengarnya
belajar menyatakan satu atau dua kata
12-18 bulan:
mengatakan 5-10 kata
18-24 bulan:
menyusun dua kata mebentuk kalimat
menguasai sekitar 50-200 kata
2-3 tahun:
mampu menyusun kalimat lengkap
menggunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditujukan kepadanya
3-4 tahun:
mampu berbicara dengan baik
mampu menyebut namanya,jenis kelamin, dan umur
banyak bertanya
4-5 tahun:
pandai bicara
mampu menyebut hari-hari dalam seminggu
berminat/ tertarik pada kata baru dan artinya
9
mampu menghitung jari
memprotes bila dilarang apa yang diinginkan
mendengar dan mengulang hal penting dan cerita
d. Milestone sosial
3-4 bulan:
mampu menatap mata
tersenyum bila diajak bicara/senyum
tertawa dan menjerit gembira bila diajak bermain
6-9 bulan:
mulai berpartisipasi dalam tepuk tangan
9-12 bulan:
berpartisipasi dalam permainan
18-24 bulan:
memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan mereka
2-3 tahun:
bermain bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain
diluar keluarganya
4-5 tahun:
bermain bersama anak lain dan dapat mengikuti aturan permainan
e. Milestone Emosi
Lahir-3bulan:
bereaksi terhadap suara atau bunyi
3-6 bulan:
tersenyum melihat gambar atau mainan lucu
tertawa dan menjerit gembira bila diajak bermain
6-9 bulan:
mengenal anggota keluarga dan takut terhadap orang asing
9-12 bulan:
memperlihatkan minat yang besar terhadap sekitarnya
12-18 bulan:
memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing
10
18-24 bulan:
memperlihatkan minat yang besar terhadap apa yang dikerjakan orang
dewasa
3-4 tahun :
menunjukkan rasa sayang terhadap saudaranya
F. Pengukuran VSMS
Vineland Social Maturity Scale terdiri dari 117 item yang terbagi dalam
delapan indikator.Mengukur kematangan sosial idividu dari usia 0 -25 tahun lebih.
Dalam tes ini terdapat poin-poin yang dapat mengungkap tentang indikator
kematangan sosial yang dimiliki oleh anak seperti keterampilan dalam menolong diri
sendiri (self-help), kemampuan ketika makan (selfeating), kemampuan berpakaian
(self-dressing), mengarahkan pada diri sendiri (self-direction), gerak (locomotion),
pekerjaan (occupation), sosialisasi (socialization), dan komunikasi (communicatin).
Ada berbagai istilah tentang kematangan sosial yang seringkali orang
menyebut dengan istilah kemasakan atau kedewasaaan sosial. Kartono dan Gulo
(2003) mendefinisikan kematangan sosial sebagai derajat dimana individu mencapai
kemerdekaan dirinya dari pengaturan orang tuanya dan orang dewasa lainnya. Artinya
kematangan sosial merupakan suatu tingkatan kemandirian pada diri seseorang untuk
mengatur dirinya sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain. Kematangan sosial
merupakan pencapaian suatu keadaan, sehingga individu yang dikatakan matang
secara sosial adalah yang telah mencapai tingkatan kemandirian tersebut.
APA Dictionary of Psychology (2007) mengemukakan bahwa kematangan
sosial adalah level tingkah laku yang didasarkan pada standar sosial yang normatif
untuk individu pada usia tertentu. Menurut pengertian ini, kematangan sosial
merupakan level perilaku didasarkan pada standar sosial dan normatif yang berlaku,
serta berjenjang mengikuti usia individu. Dapat dikatakan bahwa kematangan sosial
bersifat relatif, bergantung pada norma dan standar sosial yang berlaku di lingkungan
tersebut, serta tingkatan usia individu.
Dombeck (2007) menyebutkan bahwa kematangan sosial adalah sesuatu yang
membuat seseorang mampu berfungsi sebagai orang dewasa yang sehat. Kegan
(Dombeck, 2007) memaparkan bahwa kematangan sosial mengalami progresifitas
sepanjang rentang hidup. Menurut pengertian-pengertian tersebut, kematangan sosial
11
dapat dipandang sebagai suatu proses yang dialami oleh seseorang hingga mencapai
keberfungsian sebagai orang dewasa.
Dari berbagai pengertian tentang kematangan sosial, penelitian ini mengambil
dasar pengertian kematangan sosial yang dikemukakan oleh Doll (1953) yang
memandang kematangan sosial sebagai suatu evolusi perkembangan perilaku yang
tampak pada ekspresi pengalaman dan hasil belajar yang terintegrasi, mengikuti tahap
yang berurutan yaitu kemandirian personal, kerjasama interpersonal, serta tanggung
jawab kelompok.
Doll (Firin, Martani, dan Purnamaningsih, 1994) mendefinisikan kematangan
sosial sebagai kinerja yang menunjukkan perkembangan kemampuan dalam
memelihara diri sendiri dan kemampuan berpartisipasi dalam aktifitas-aktifitas yang
mendukung tercapainya kemandirian sebagai orang dewasa kelak. Dapat dikatakan
bahwa kematangan sosial seseorang tampak dalam perilakunya. Perilaku tersebut
menunjukkan kemampuan individu dalam rangka mengurus dirinya sendiri dan
partisipasinya dalam aktifitas-aktifitas yang mengarah pada kemandirian sebagaimana
layaknya orang dewasa.
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kematangan sosial
merupakan level perilaku, kebiasaan, atau ketrampilan yang dapat dilihat pada
individu, bersifat relatif sesuai tingkatan usia, kelompok, standar sosial dan norma
yang berlaku di lingkungan individu tersebut, serta terus mengalami perkembangan
yang mengarah pada tercapainya kemandirian, lepas dari ketergantungan pada orang
lain.
Prinsip-prinsip Perkembangan Kematangan Sosial
Doll (1953) mengemukakan bahwa perkembangan kematangan sosial mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Beberapa perilaku yang kompleks dapat diamati, khususnya yang signifikan dengan
aspek pertumbuhan dan perkembangan, yang berdampak pada peningkatan
identifikasi individu dengan lingkungan sosialnya. Dengan demikian perkembangan
kematangan sosial tercermin dari perilaku-perilaku yang tampak pada individu.
b. Perilaku sosial meluas atau menyempit mengikuti kemajuan dan kemunduran
perkembangan fisik dan mental. Kematangan sosial bergerak dari keadaan tidak
berdaya, menuju kondisi ketergantungan, menjadi individu yang berguna dan
mampu menolong, serta kembali lagi menjadi individu yang tergantung.
12
Menurut Kegan (Dombeck, 2007), perkembangan kematangan sosial mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Kematangan sosial berkembang secara bertahap dan berurutan seperti
perkembangan kognitif, dari pemahaman sederhana tentang lingkungan sosial
hingga semakin kompleks.
b. Perhatian sederhana atau subjektif pada kondisi lingkungan sosial dan emosi pada
dasarnya tidak akurat dan tidak cocok dengan kenyataan yang kompleks tentang
lingkungan sosial. Meskipun demikian hal tersebut merepresentasikan yang terbaik
dapat dilakukan individu pada setiap saat.
c. Perhatian yang semakin kompleks pada lingkungan sosial berkembang pada
kenyataan bahwa individu menjadi mampu untuk mengapresiasi hal-hal secara
abstrak ketika mengapresiasi bentuk secara konkrit. Pada mulanya individu terpaku
pada perpektif subjektif, melihat hanya dari sudut pandang pribadi, dan tidak
mampu memahami dari perspektif lain. Lambat laun kemampuan ini berkembang
menjadi mampu memandang dari berbagai perspektif. Kondisi mampu memandang
dari berbagai perspektif disebut relatifitas objektif.
d. Tahap baru perkembangan terjadi saat individu mampu untuk melihat diri sendiri
dalam peningkatan perspektif sosial yang lebih besar dan luas.
e. Selama proses perkembangan kematangan sosial ini berlangsung, subjektifitas akan
semakin menurun seiring dengan peningkatan kematangan, dan dengan demikian
individu akan semakin mampu untuk mengapresiasi kompleksitas dari lingkungan
sosial di sepanjang rentang kehidupannya.
f. Secara teoritis, perkembangan kematangan ini berakhir ketika individu mampu
memahami segala sesuatu secara objektif dan tak ada lagi subjektifitas yang
tertinggal. Pada tataran praksis, perkembangan mencapai puncak ketika individu
mencapai level kematangan sosial yang dicapai oleh sebagian besar orang pada usia
sebayanya.
Dimensi Kematangan Sosial
Kematangan sosial menurut Doll (1953), memiliki tiga dimensi utama yaitu :
a. Dari tergantung menjadi mandiri
Individu lahir dalam kondisi ketergantungan total. Meskipun bayi dapat
menggenggam dan menghisap, namun ia harus dibantu untuk mendapatkan objek.
Semakin lama, perlahan-lahan bayi mengembangkan kemandirian personal atau -
13
self-help (bantu diri). Performansi yang ditampakkan meningkat dalam angka,
variasi, dan kompleksitas, mengikuti ukuran normalitas yang konstan.
b. Dari tidak bertanggung jawab menjadi bertanggungjawab
Seiring bertambahnya usia, beberapa perilaku normalnya mengalami perkembangan
yang semakin kompleks. Individu mulai mencari dominasi atas lingkungannya
dengan mengambil otoritas dan tanggung jawab atas perilakunya.
c. Dari tidak berkompetensi menjadi berkompeten
Derajat kompetensi disini dilihat sebagai sintesis ekspresi dari progresifitas
kemandirian dan tanggung jawab yang signifikan dengan kematangan sosial.
Kompetensi sosial bukan hanya fase kreatif atau produktif dari perilaku. Lebih dari
itu, kompetensi sosial merupakan komprehensi dari kerjasama sosial, pergaulan
sosial, mobilitas sosial, pengaturan diri dalam lingkungan sosial, serta bantu diri
dalam lingkungan sosial.
• Self-help general (SG) , eating, and dressing oneself yaitu kemampuan untuk
menolong dirinya sendiri, menyeimbangkan kepala, tengkurap, menjangkau benda-
benda dekat, duduk, berdiri
• Self-help eating (SHE): mampu untuk makan sendiri
• Self-help dressing (SHD): mampu untuk berpakaian sendiri
• Self-direction (SD) : mampu untuk memimpin dirinya sendiri, mengatur keuangannya
sendiri dan memikul tanggung jawab sendiri
• Occupation (O): mampu melakukan pekerjaan untuk dirinya, menggunting,
menggunakan pensil, memindahkan benda-benda
• Communication (C) : mampu melakukan komunikasi seperti berbicara, tertawa, dan
membaca
• Locomotion (L) : mampu melakukan gerakan motorik misalnya anak mampu
bergerak ke manapun yang ia inginkan
• Socialization (S) : mampu bersosialisasi misalnya berteman, terlibat dalam permainan
dan berkompetensi.
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Sosial
Kematangan sosial bukanlah suatu keadaan yang statis. Kematangan berkembang
secara teratur dan bertahap mengikuti perkembangan fisik dan mental individu. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan sosial, diantaranya adalah :
14
a. Bawaan/genetis
Menurut Santrock (2002) cetak biru genetik menghasilkan kebersamaan
(communalities) dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Manusia tumbuh
dan berkembang dengan cara yang beraturan mengikuti aturan-aturan yang sama.
Cetak biru genetik pada setiap manusia mengikuti pola umum yang sama, namun
ada keunikan antara satu dengan yang lain. Kapasitas mental seseorang sudah
ditentukan dari cetak biru genetik ini. Kapasitas mental yang berbeda pada setiap
orang membuat perbedaan pula dalam perkembangan kematangan sosial.
b. Lingkungan
Santrock (2002) mengemukakan bahwa pengalaman pada setiap individu membawa
keseluruhan dari lingkungan biologis individu, seperti gizi, perawatan kesehatan,
obat-obatan, kecelakaan fisik, dan sebagainya, ke lingkungan sosial seperti
keluarga, teman sebaya, sekolah, masyarakat, media, dan kebudayaan. Artinya,
lingkungan fisik dan sosial saling berinteraksi memberikan pengalaman yang
berbeda pada setiap individu, dan mempengaruhi proses kematangan sosialnya.
c. Pengasuhan
Menurut Santrock (2002) pengasuhan mengacu pada pengalaman lingkungan.
Lingkungan ekstrim dapat menekan perkembangan, meskipun pola perkembangan
akan cenderung mengikuti pola dasar yang sudah ada. Orang-orang yang
memandulkan atau memusuhi secara psikologis dapat menekan perkembangan.
Sebaliknya orang-orang yang dapat memberi kenyamanan psikologis
memungkinkan perkembangan terjadi secara normal. Bentuk pengasuhan yang
berbeda-beda menghasilkan perkembangan kematangan sosial yang berbeda pula.
Baumrind (Santrock, 2002) mengemukakan ada tiga tipe pengasuhan yaitu otoriter,
otoritatif, dan laissez-faire (permisif). Permisif sendiri ada dua, yaitu permissive-
indifferent dan permissive indulgent. Adapun penjelasan dari gaya-gaya pengasuhan
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Otoriter
Gaya pengasuhan yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah dan
menghormati pekerjaan dan usaha, tidak memberi peluang sama sekali untuk
bermusyawarah. Gaya pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi
anak.
15
2) Otoritatif
Gaya pengasuhan yang mendorong anak agar mandiri, namun tetap
menerapkan batas-batas dan pengendalian. Musyawarah diterapkan, orang tua
memperlihatkan kehangatan dan kasih sayang pada anak. Gaya pengasuhan ini
diasosiasikan dengan kompetensi sosial.
3) Permissive Indifferent
Maccoby dan Martin (Santrock, 2002) mengemukakan bahwa pada gaya
pengasuhan ini, orang tua sama sekali tidak terlibat dalam kehidupan anak.
Gaya pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak,
khususnya kurangnya pengendalian diri.
4) Permissive Indulgent
Orang tua terlibat dalam kehidupan anak tetapi sedikit menerapkan batas atau
pengendalian terhadap kehidupan anak. Gaya ini diasosiasikan dengan
inkompetensi sosial anak, yaitu kurangnya pengendalian diri.
d. Jenis kelamin
Menurut perspektif biologis, laki-laki dan perempuan dalam perkembangannya
memiliki kelas hormon jenis kelamin yang berbeda. Kromosom XY pada embrio
laki-laki memicu keluarnya hormon androgen, sedangkan kromosom XX pada
perempuan memicu keluarnya hormon estrogen. Produksi hormon ini meningkat
terutama pada saat remaja sehingga mempengaruhi perbedaan perkembangan fisik
dan perilaku, yang kemudian berpengaruh pula pada perkembangan kematangan
sosial. Carrel (Khan, 1995) mengungkapkan bahwa perbedaan yang terjadi antara
laki-laki dan perempuan disebabkan oleh struktur jaringan-jaringan dan oleh
penyebaran seluruh organisme dengan zat-zat kimia tertentu yang dikeluarkan
indung telur. Cratty dan Williams (Firin, Martani, dan Purnamaningsih, 1994)
mendapati bahwa pada anak-anak laki-laki dan wanita terdapat perbedaan dalam hal
pola perkembangan atau kecepatan perkembangan kemasakan sosialnya.
e. Kognisi
Firin, Martani, dan Purnamaningsih (1994) mendapati ada hubungan yang khas
antara inteligensi dengan kematangan sosial. Secara singkat, hubungan tersebut
dijelaskan melalui teori belajar sosial dari Bandura (Firin, Martani, dan
Purnamaningsih, 1994) yaitu bahwa proses modelling diperoleh dengan cara
mengamati (observational learning). Pada anak-anak, belajar melalui amatan sangat
16
dipengaruhi oleh seberapa besar penyerapan informasi oleh anak. Dengan demikian,
faktor kognisi berperan besar dalam keberhasilannya.
f. Status Sosial Ekonomi
Doll (1953) mengemukakan bahwa individu dengan status sosial ekonomi yang
tinggi memperoleh kesempatan yang lebih baik dalam hal pengembangan
kompetensi sosial. Studi yang dilakukan oleh Calusen (Doll, 1953), menemukan
bahwa pada masyarakat kelas marjinal, inkompetensi sosial tampak menonjol dalam
hal komunikasi, pengaturan diri, dan okupasi.
g. Usia Kronologis dan Periode Perkembangan
Menurut Doll (1953) salah satu prinsip kematangan sosial adalah perilaku sosial
meluas atau menyempit mengikuti kemajuan dan kemunduran perkembangan fisik
dan mental. Kematangan sosial bergerak dari keadaan tidak berdaya, menuju
kondisi ketergantungan, menjadi individu yang berguna dan mampu menolong,
serta kembali lagi menjadi individu yang tergantung.
17
I. Sistem Penilaian
Untuk menentukan sistem penilaian VSMS digunakan sistem penilaian seperti
kaidah di bawah ini:
a. Bila testee dapat dan sering melakukan seperti yang tertulis dalam form
VSMS maka
mendapatkan nilai + (plus) = 1
b. Bila testee dapat dan jarang melakukan apa yang seperti tertulis dalam form
VSMS maka diberikan nilai +/- (plus minus) = ½
c. Bila testee tidak dapat dan atau belum dapat melakukan seperti yang tertulis
dalam form VSMS, maka mendapat nilai – (minus)/ 0
d. Pelaksanaan penilaian dilakukan terus-menerus dari periode awal penilaian
sampai dengan satu periode yang hasil penilaiannya menunjukkan nilai -
(negatif) / 0, secara keseluruhan
e. Tes diberhentikan ketika mendapat celling, nilai minus (-) 5 kali
berturutturut
f. Skor dasar (Basal): nilai plus (+) yang terakhir diatas nilai minus (-) yang
pertama, bukan didasarkan atas patokan umur
g. Skor tambahan (Additional Score) : jumlah nilai plus (+) yang terdapat/
tercecer dibawah basal
h. Skor total (total score) = skor dasar (Basal) + skor tambahan (Additional
Score
i. Social Age (SA) lihat tabel (jumlah skor total)
j. Social Quotient (SQ) x 100% SQ : Social Quation (nilai kematangan sosial)
SA : Social Age (nilai kematangan sosial/ keterampilan hidup yang
dimiliki anak ketika tes) CA : Cronological Age (usia kronologis adalah
usia sesungguhnya saat dilakukan tes)
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel peneliti melakukan langkah penilaian
pada tes VSMS yakni:
1. Peneliti mencari atau menentukan terlebih dahulu
Chronological age (CA) dengan cara tanggal pengetesan dikurangi dengan
tanggal lahir subyek
2. Kemudian mencari sosial age dengan cara menentukan basal bagi
subyek hingga subyek mengalami celling
18
3. Menghitung skor subyek dengan cara memberi nilai +1 bagi hal-hal yang
pasti dapat dikerjakan subyek, nilai ½ bagi hal yang tidak dapat dikerjakan
subyek, dan nilai 0 pada hal yang tidak dapat dikerjakan sama sekali
4. Nilai total merupakan penjumlahan dari skor sebelum basal dengan
skor tambahan.
5. Dari total nilai tersebut kemudian dicocokkan dengan tabel untuk
mengetahui sosial age subyek. Klasifikasi kategori SA (social Age) bisa
dilihat pada table di bawah ini (boleh tidak digunakan) 65
6. Dalam penilaian juga di bantu psikolog yakni Bapak Fathul Lubabin
Nuqul, M.Si dan Ibu Dini Latifatun N,M.Si,Psi dalam melakukan professional
judgment
7. Skor sosial age kemudian dimasukkan pada rumus untuk mengetahui sosia
question dengan rumus .
19
NO. Indikator Prediktor Skor Dasar Skor Tambahan
(+1)
(-1) 1/2
1. Self-help Mandi sendiri tanpa V
general dibantu
2. Self Direction Jajan, belanja yamg V
ringan
3. Occupation -menggunakan alat-
alat/perkakas yang
sederhana
-Mampu
mengerjakanpekerjaan V
rumah
-Mengerjakan
pekerjaan sambilan
yang sederhana
4. communication -Membaca atas
kemampuan dirinya
sendiri
-Menulis surat singkat
-Menelpon V
-Mengirim atau
menulis di kartu post
(misalnya:menjawab
iklan TV)
5. Locomotion Berkeliling kota V
6. Socialization -Punya teman
-Terlibat dalam
kegiatan organisasi V
(pendidikan,
keagamaan dan
lingkungan social)
Skor Total:
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pertumbuhan (Growth) merupakan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel organ maupun individu (Kuantitatif). Pertumbuhan ditandai
dengan adanya perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan
timbulnya ciri-ciri baru. Sedangkan perkembangan merupakan bertambahnya
kemampuan (Skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur, sebagai hasil dari proses pematangan (Kualitatif). Perkembangan ditandai
dengan adanya: perkembangan melibatkan perubahan, perkembangan awal menentukan
pertumbuhan selanjutnya, perkembangan mempunyai pola yang tetap, perkembangan
memiliki tahap yang berurutan, perkembangan mempunyai kacepatan yang berbeda,
perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan
menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu : kebutuhan fisik-biomedis (Asuh), kebutuhan emosi /
kasih sayang (Asih),dan kebutuhan anak akan stimuli mental ( Asah). Kemudian
tumbuh kembang anak secara garis besar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: Faktor
genetic dan faktor lingkungan.Menurut milestone, tahapan tumbuh kembang anak
meliputi: Milestone motorik kasar, Milstone motorik halus, Milestone bahasa atau
kognitif, Milestone social, Milestone Emosi.
B. SARAN
Penting untuk diketahui tahap – tahap pada pertumbuhan dan perkembangan secara
normal agar dapat mendeteksi dan mencegah ketidaknormalan yang terjadi pada tahap
tahap tersebut.
21
DAFTAR PUSTAKA
22