Di Susun Oleh :
MARSEL WONOK, S.Kep. 20014104025
A. Pengertian
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan
perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan
tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran (Whalex dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak
hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang
mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan.
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah,
besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur
berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan
lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang unik
dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi, dimana
imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang
di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut
seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi
kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
Diantara sekian banyaknya imunisasi yang diperlukan anak, satu diantaranya
adalah imunisasi BCG.
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
Identitas Anak dan/atau Orang Tua
a. Nama
b. Alamat
c. Telepon
d. Tempat dan tanggal lahir
e. Ras/kelompok entries
f. Jenis kelamin
g. Agama
h. Tanggal wawancara
i. Informan
Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani
dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan
memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap
kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki
jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan
apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun
orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat
dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu,
atau tidak diberikan sama sekali.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika
saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu
menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat
dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini,
selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah
anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.
Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang
berarti dalam pemberian imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap
imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi
dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang
sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara
langsung pada anak ataupun keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
Tinjauaan Sistem (TS)
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah
kesehatan pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan diimunisasi,
namun tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat
kesehatan anak karena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada
informasi yang diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kondisi
kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya dan juga keluarga,
sehingga alangkah baik jika sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan
pemeriksaan fisik untuk peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem
meliputi:
a. Menyeluruh/umum
b. Integument
c. Kepala
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Leher
j. Dada
k. Respirasi
l. Kardiovaskuler
m. Gastrointestinal
n. Genitourinaria
o. Ginekologik
p. Muskuluskeletal
q. Neurologik
r. Endokrin
Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki
kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap
penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat
memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain,
serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.
Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada
riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya
menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi
berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi,
menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang
mungkin mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat
memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam
menghadapi imunisasi.
Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai
anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana
keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi
jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal
ini akan sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi
sebagai langkah penting yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya.
Untuk beberapa keluarga yang belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat
dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman
terhadap imunisasi.
Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi
anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan
imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi
anak. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan
pemeriksaan klinis.
2. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data
yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses
imunisasi dan juga pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam
melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal
penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar
pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip
yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan
warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang
menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak
menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama,
tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga memudahkan
pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak
menakutkan anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga
akan mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak
mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri
kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan.
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di
pangkuaan orang tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang
anak yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui
nasehat petugas.
Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga
memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan
kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip ini, berikutnya adalah
melakukan pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang perlu dikaji adalah
a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil,
seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain,
serta apakah ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak
ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan
mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara
normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan
terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran
dengan tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka gangguan
tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan
sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk
memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan
lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan
pada anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas
tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak semua
ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari
masing-masing ukuran antropometri:
a) Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah
sebagai berikut:
1) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera
(distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan dapat
berupa dacin atau timbangan injak.
2) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal tersebut
dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang berusia 1-2 tahun,
dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan dacin. Untuk anak yang
berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan
posisi berdiri.
Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:
1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu,
cukup pakaian dalam saja.
2) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin,
masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak
tanpa dipegangi.
3) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas tubuh
bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
4) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat
badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang.
Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi
berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.
BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu
5) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan
6) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang
berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang, atau buruk. Untuk
menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva
KMS, apakah berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning,
atau merah.
b) Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan menjadi
untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih. Pengukuran tinggi
badan pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah sebagai berikut :
1) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita pengukur
(meteran).
2) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai
menempel pada meja (posisi ekstensi).
3) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak
lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis
atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur
jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.
Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih adalah
sebagai berikut :
1) Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat,
sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam satu
garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
2) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan
dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala
yang tertera.
c) Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi dan
terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di atas kurva
normal, berarti ukuran kepala besar (macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala
di bawah kurva normal, berarti ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar
kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara pengukuran
lingkar kepala :
a. Siapkan pita pengukur (meteran)
b. Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supraorbita
bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior kemudian tentukan
hasilnya
c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
d) Lingkar Lengan Atas (lila)
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya perlu
diketahui :
1) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan
bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan siku. Pemilihan lengan
kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dari
pada lengan kanan, sehingga ukurannya lebih stabil.
2) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan pita
pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
3) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita
pengukur.
4) Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status anak.
e) Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan.
Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada tulang
Xifoidius (incisura subternalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan
posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi
berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :
1) Siapkan pita pengukur
2) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
3) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.
d. Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun
petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan
anak dapat diketahui secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari
rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda
vital dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan
perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.
Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.
e. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah dibahas
sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan perkembangan
anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal, meragukan, atau
memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka
dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh Kembang oleh
Soetjiningsih (1996).
f. Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data
penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan
terutama apabila anak berada di klinik.
Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan normal
Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal apabila
grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada kalender balita
(KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti
lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara, pertumbuhan anak dikatakan
ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah
BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan kemampuan/kepandaian
anak sesuai dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh
Kembang Balita, skor yang diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10.
Apabila menggunakan kalender balita (KMS), maka kemampuan anak sesuai usia
yang terdapat pada gambar. Sementara apabila menggunakan tes DDST, anak
dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian juga untuk
pemeriksaan lainnya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan anak
berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur hijau, khususnya pada
jalur merah. Ukuran antropometri lain yang mengikuti biasanya adalah lingkar
lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan anak mengalami
penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan
usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender balita
(KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
situasi yang terjadi di lingkungan
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru
3. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
4. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan
tumbuh kembangnya.
5. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang
anak
6. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan untuk meningkatkan
status imunisasi
C. PERENCANAAN
1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
situasi yang terjadi di lingkungan
a. Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok
usia
Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang pada anak
b. Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam tempat
tidur anak.
Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam tumbang
c. Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa takut.
Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan
d. KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
Rasional: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang peran sebagai orangtua baru.
a. Jelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang baik
sesuai umur anak, cara menggendong, cara memberikan ASI yang baik dan
bagaimana menyendawakan bayi.
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perawatanan anak
b. Jelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai role model
anaknya.
Rasional: memberi pemahaman orang tua supaya bias memberi contoh yang baik
bagi anaknya
c. Jelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang harus dilewati
anak sesuai dengan umurnya
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
3. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
a. Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
Rasional: mengurangi risiko cedera pada saat anak beraktivitas
b. Lindungi kaki anak dengan sandal/ sepatu
Rasional: mengurangi risiko cedera pada kaki anak
c. Beri makanan yang aman untuk usia anak
Rasional: mencegah risiko keracunan makanan
d. Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
Rasional: mengurangi risiko cedera yang diakibatkan oleh air mandi yang terlalu
panas
4. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh
kembangnya.
a. Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
b. Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan tumbang
yang dilewati anak dengan masa pertumbuhandan perkembangan
Rasional: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh kembang anaknya
c. Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak
Rasional: meningkatatkan pemahaman tentang perawatan anaknya
5. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
a. Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini sesuai
umur
Rasional: agar ibu paham tentang tumbang anaknya
b. Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan
Rasional: mengurangi kecemasan ibu
c. Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan tetap
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
Rasional: agar kesehatan anak tetap terjaga
6. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d
a. Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan oleh
anaknya
Rasional: meningkatkan pemahaman tentang imunisasi yang harus didapatkan
oleh anak
b. Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan kepada
anaknya selain imunisasi yang harusnya didapatkan
Rasional: memberikan pemahaman tentang imunisasi tambahan
c. Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk mencegah
penyakit yang bisa diderita oleh anaknya
Rasional: mencegah penyakit yang mungkin diderita anak.
D. PELAKSANAAN
Tindakan keperawatan yang diberikan disesuaikan dengan rencana
keperawatan.
E. EVALUASI
A. Dx 1 : Orang tua mengetahui tugas pekembangan anak yang sesuai dengan
kelompok usia.
B. Dx 2 : Orang tua mengerti bagaimana cara merawat anaknya
C. Dx 3 :Anak bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya diidentifikasi dan
lingkungan rumah. Keluarga akan menekankan dan mendemonstrasikan kegiatan
yang aman di rumah.
D. Dx 4 : Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses tumbang pada
anaknya dan informasi yang diberikan.
E. Dx 5 :Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan
perkembangan anak
F. Dx 6 : ibu dapat memberikan imunisasi tambahan yang bisa didapat oleh
anaknya selain imunisasi yang harus didapat oleh anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta:
EGC
Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.
Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Muscari, Mary.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
KAMPUS UNSRAT KOTAK POS No. 333 MANADO 95115
SULAWESI UTARA
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK SEHAT
E. Riwayat Persalinan
1. Kehamilan :
Ibu mengatakan kehamilan ini merupakan kehamilan pertama
kali yang dialami ibu, ibu memeriksakan kehamilan setiap
beberapa bulan sekali pada dokter di klinik dekat rumah. Saat
hamil ibu tidak mengalami masalah yang berlebihan, ibu hanya
merasakan muntah dan mual yang biasa. Ibu juga mengatakan
tidak mengalami masalah pada saat masa menginginkan sesuatu
pada saat hamil/ngidam.
2. Persalinan :
Ibu mengatakan persalinan dilakukan di Rumah Sakit Cantia
Tompasobaru, ibu mengatakan melahirkan secara
Normal/pervaginam, ibu juga mengatakan pada saat persalinan
tidak mengalami masalah.
3. Post Natal :
Berat badan bayi saat lahir 3.5 Kg dengan panjang 48 cm
B. PELAKSANAAN DDST II
Da Etiolog Masal
ta i ah
Subjektif: - Kesiapan Peningkatan
Ibu anak A.K mengatakan Nutrisi
rutin melakukan
pemeriksaan di posyandu,
dan didapati pertumbuhan
anak A.K selama sesuai
dengan usia
Objektif:
Anak R.W memiliki
status pertumbuhan
yang normal. Status
gizi anak A.K dapat
terpenuhi dengan baik
sesuai dengan
kebutuhan.
Hasil pengkajian
DDST 2 didapati
normal sesuai dengan
tahapan perkembangan
usia.
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
VI. PERENCANAAN