Anda di halaman 1dari 27

STASE KEPERAWATAN GADAR & KRITIS

RESUME KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PASIEN AN. FM DENGAN


MASALAH ASMA BRONKIAL DI IGDNT RSUP
PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

CT: Ns. Hendro Bidjni, M. Kes.

MAJESTY ABIGAIL KOWURENG


20014104032

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKIAL

A. Definisi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan
oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast, eosinofil, dan
limfosit-T terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea,
wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan
terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).
Asma bronkial adalah penyakit kronis pada saluran udara, mekanisme yang
mendasari utamanya adalah inflamasi bronkial, hiper-responsivitas dan
perbaikan dinding bronkial. Perubahan struktural pada saluran bronkial
menyebabkan peningkatan hiperesponsif bronkial dan asma bronkial yang
semakin parah (Palgan & Bartuzi, 2015).
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible
dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik
secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic
Society).
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. Tanda dan Gejala


Pada penderita yang sedang biasanya bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah:
- sesak nafas
- mengi (whezing)
- batuk
- pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada.
Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin banyak,
antara lain:
- silent chest
- sianosis
- gangguan kesadaran
- hyperinflasi dada
- tachicardi dan pernafasan cepat dangkal
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
Kristal eosinopil.
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat
mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
2. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada
paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
3. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
4. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block).
- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
5. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
6. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting
untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
E. Penatalaksanaan Medis
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisiotherapy
- Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
- Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam
2 golongan:
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk
tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan:
MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk
halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma
Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec,
brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya
dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,
tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian :
Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan
asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh
darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya
penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati
bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria
yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria
ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat
minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat
anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian
satu bulan.
- Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan
obat ini adalah dapat diberika secara oral.
F. Pathway
G. Pengkajian
Pengkajian Primer:
a. Airway
Pada pasien dengan status asma dapat ditemukan adanya penumpukan
sputum/sekret pada jalan napas yang menyebabkan penyumbatan pada jalan
napas sehingga hal ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak
dikarenakan kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh.
b. Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea,
takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan ronkhi,
hiperresonan pada perkusi. Frekuensi napas dapat ditemukan lebih
25x/menit.
c. Circulation
Adanya peningkatan denyut nadi. Yang kita dapatkan pada pengkajian
sirkulasi ini adalah adanya hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique,
perubahan tingkat kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm.
d. Disability
Dapat ditemukan adanya penurunan kesadaran atau masih dapat berespon
hanya dapat mengeluarkan kalimat yang terbata-bata dan tidak mampu
menyelesaikan satu kalimat akibat usaha napas yang dilakukan sehingga
dapat menimbulakan kelelahan.
Pengkajian Sekunder:
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
a. Riwayat kesehatan yang lalu:
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor
lingkungan.
- Kaji riwayat pekerjaan pasien.
b. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
- Tidur dalam posisi duduk tinggi.
c. Pernapasan
- Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan.
- Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
- Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi.
- Adanya batuk berulang.
d. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah.
- Adanya peningkatan frekuensi jantung.
- Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
- Kemerahan atau berkeringat.
e. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
f. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
- Penurunan berat badan karena anoreksia.
g. Hubungan sosal
- Keterbatasan mobilitas fisik.
- Susah bicara atau bicara terbata-bata.
- Adanya ketergantungan pada orang lain.

H. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul dalam kasus asma adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Intoleransi aktivitas
c. Nyeri akut
d. Pola nafas tidak efektif
e. Gangguan pertukaran gas
f. Defisit nutrisi
G. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
1 Bersihan jalan nafas SLKI : bersihan jalan SIKI: Bersihan jalan
tidak efektif jalan nafas tidak efektif nafas tidak efektif
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan benda asing Label : Bersihan jalan Label: Manajemen
dalam jalan nafas nafas jalan nafas
ditandai dengan setelah dilakukan Observasi:
sputum yang intervensi selama 1) Monitor pola nafas
berlebihan. ..x..24jam, diharapkan (frekuensi,
bersihan jalan nafas kedalaman, usaha
meningkat dengan nafas)
kriteria hasil: 2) Monitor bunyi
- batuk efektif nafas tambahan
meningkat (mis. Gurgling,
- produksi sputum mengi wheezing,
menurun ronkhi kering)
- mengi, wheezing 3) Monitor sputum
menurun (jumlah warna
- meconium meurun aroma)
- Dispneaa meurun Terapeutik:
- ortopnea menurun 1) Pertahankan
- sulit bicara menurun kepatenan jalan
nafas dengan head
tilt chin lift
(jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5) Lakukan
penghisapan lender
kurang dari 15
detik
6) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep mcgill
8) Berikan oksigen
bila perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan
2000ml perhari,
jika tidak
kontraindikasi
2) Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Intoleransi aktivitas (SLKI) : Intoleransi SIKI: Intoleransi
berhubungan aktivitas aktivitas
dengan kelemahan Luaran Utama Intervensi Utama
ditandai dengan Label : toleransi Label: Terapi aktivitas
mengeluh lelah. aktivitas Observasi:
setelah dilakukan 1) Observasi
intervensi selama identifikasi
..x..24jam, diharapkan deficit tingkat
toleransi aktivitas aktivitas
meningkat meningkat 2) Indentifikasi
dengan kriteria hasil: aktivitas dalam
- Frekuensi nadi aktivitas tertentu
meningkat 3) Identifikasi
- Saturasi oksigen sumber daya
meningkat untuk aktivitas
- Kemudahan dalam yang diinginkan
melakukan aktivitas Terapeutik
sehari-hari 1) Fasilitasi
meningkat memilih
- Keluhan lelah aktivitas dan
menurun tetapkan tujuan
- Dyspnea saat aktivitas yang
melakukan aktivitas konsisten sesuai
menurun kemampuan
- Dyspnea setelah fisik, psikologis,
aktivitas menurun dan social
- Perasaan lemah 2) Kordinasikan
menurun pemilihan
- Warna kulit aktivitas sesuai
membaik usia
- Tekanan darah 3) Fasilitasi pasien
membaik dan keluarga
- Frekuensi napas dalam
membaik menyesuaikan
lingkungan
untuk
mengakomodasi
aktivitas yang
dipilih
4) Fasilitai aktivitas
fisik rutin (mis.
Ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri
5) Fasilitasi
aktivitas motoric
untuk
merelaksasi otot
6) Libatkan
keluarga dalam
aktivitas jika
perlu
7) Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas sehari-
hari
Edukasi:
1) Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari jika
perlu
2) Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
Kolaborasi:
1) Kolaborasi
dengan terapis
ukupasi dalam
mrencanakan
dan memonitor
program
aktivitas
Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
3. Nyeri akut (SLKI) : Nyeri Akut SIKI: Nyeri Akut
berhubungan dengan Luaran Utama Intervensi Utama
agen pencedera Label : Tingkat Nyeri Label: Manajemen
fisiologis ditandai setelah dilakukan Nyeri
dengan mengeluh intervensi selama Observasi:
nyeri. ..x..24jam, diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
pola napas membaik karakteristik, durasi,

dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas,

- Keluhan nyeri intensitas nyeri.

menurun 2. Identifikasi skala nyeri

- Meringis menurun 3. Identifikasi respon

- Sikap protektif nyeri non verbal

menurun 4. Identifikasi factor yang

- Kesulitan tidur memperberat dan

menurun memperingan nyeri

- Frekuensi nadi 5. Identifikasi

membaik pengetahuan dan


keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek saming
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresure, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4. Pola nafas tidak (SLKI) : Pola nafas SIKI: Polanafas tidak


efektif tidak efektif efektif
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan hambatan Label : Pola napas Label: Manajemen
upaya napas yang setelah dilakukan jalan nafas
ditandai dengan intervensi selama ..x..24 Observasi:
penggunaan otot jam, diharapkan pola 1) Monitor pola nafas
bantu pernapasan. napas membaik dengan (frekuensi,
kriteria hasil: kedalaman, usaha
- Ventilasi semenit nafas)
meningakat 2) Monitor bunyi
- Kapasitas vital nafas tambahan
meningkat (mis. Gurgling,
- Dispnea menurun mengi wheezing,
- Penggunakan otot ronkhi kering)
bantu nafas 3) Monitor sputum
menurun (jumlah warna
- Pemanjangan fase aroma)
ekspirasi menurun Terapeutik:
- Pernapasan cuping 1) Pertahankan
hidung menurun kepatenan jalan
nafas dengan head
tilt chin lift
( jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5) Lakukan
penghisapan lender
kurang dari 15
detik
6) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep mcgill
8) Berikan oksigen
bila perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan
2000ml perhari,
jika tidak
kontraindikasi
2) Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

5. Gangguan (SLKI) : Gangguan SIKI: Gangguan


pertukaran gas pertukaran gas pertukaran gas
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan ketidak Label : pertukaran gas Label: pemantauan
seimbangan setelah dilakukan respirasi
ventilasi-perfusi intervensi selama ..x..24 Observasi:
jam, diharapkan 1) Monitor
pertukaran gas frekuensi irama
meningkat dengan kedalaman dan
kriteria hasil: upaya nafas
- Dyspnea 2) Monitor pola
menurun nafas (seperti
- Bunyi nafas bradipnea,
tambahan takipnea,
menurun hiperventilasi,
- Nafas cuping kussmaul,
hidung menurun cheyne-stokes,
- Tingkat biot, ataksik.
kesadaran 3) Monitor
meningkat kemampuan
- Gelisah menurun batuk efektif
- Pola nafas 4) Monitor adanya
membaik produksi sputum
5) Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
6) Monitor saturasi
oksigen
7) Monitor nilai
AGD
8) Auskultasi bunyi
napas
Terapeutik:
1) Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2) Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi:
1) Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2) Informasikan
hasil pemantauan
jika perlu
6. Defisit nutrisi (SLKI) : deficit nutrisi SIKI: Deficit nutrisi
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan ketidak Label : status nutrisi Label: Manajemen
mampuan menelan setelah dilakukan nutrisi
makanan intervensi selama ..x..24 Observasi:
jam, diharapkan status 1) Identifikasi status
nutrisi membaik dengan nutrisi
kriteria hasil: 2) Identifikasi alergi
- porsi makanan yang dan intoleransi
dihabiskan makanan
meningkat 3) Identifikasi
- Kekuatan otot makanan yang
menelan meningkat disukai
- Kekuatan otot 4) Monitor asupan
pengunyah makanan
meningkat 5) Identifikasi
- Verbalisasi kebutuhan kalori
keinginan untuk dan jenis nutrient
meningkatkan 6) Monitor berat
nutrisi meningkat badan
- Frekuensi makan 7) Monitor hasil
membaik pemeriksaan
- Nafsu makan laboratorium
membaik Terapeutik:
1) Lakukan oral
hygiene sebelum
makan jika perlu
2) Vasilitasi
menentukan
pedoman diet
(misalnya
piramida
makanan)
3) Berikan
makanan tinggi
serat mencegah
konstipasi
4) Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
5) Berikan
suplemen
makanan jika
perlu
Edukasi:
1) Anjurkan posisi
duduk jika
mampu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1) Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(mis peredam
nyeri, antiemetic
jika perlu)
2) Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E., 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke-3. Jakarta : EGC

Herdman T Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi


& Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta Pengobatannya.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurarif Amin H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi jilid 1. Yogyakarta: MediAction

Rendy & Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedan dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Wijaya Andra S & Putri Yessie P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh ASKEP. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai