Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH BAYI PREMATUR DAN BBLR

Pemenuhan tugas KEPERAWATAN ANAK I


Dosen Pembimbing : Didit Damayanti.,M.,kep

Disusun oleh:
Agustina Purwitasari (201801001)
Aisah cahyaningsih (201801002)
Aiysah nur Fitriani (201801003)
Alisa Nur Sabrina (201801004)
Yurike Erwinda Prestika Ayu (201801105)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami haturkan sholawat dan salam
kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita ke zaman yang terang
benderang.

Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN ANAK I prodi
S-1 Keperawatan tingkat II Stikes Karya Husada Kediri, makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber dan berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, penulis dengan tangan terbuka menerima kritik maupun saran yang
sifatnya membangun dari berbagai pihak demi menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami
berharap makalah “MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I” ini dapat menjadi bahan informasi dan
penunjang bagi kita semua.

Pare, 30 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4

1. 1 Latar Belakang……………………………………………………………………….4

1. 2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………5

1. 3 Tujuan………………………………………………………………………………..5

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………………7

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………….24

BAB 4 PENUTUP………………………………………………………………………….30

3. 1 Kesimpulan…………………………………………………………………………30

3. 2 Saran………………………………………………………………………………..30

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..31


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yang
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi
berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya perawatan tinggi.
Di Negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat
lahir rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama yaitu 20%. Secara stastik menunjukkan 90%
kejadian BBLR didapatkan di Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibandingkan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (WHO,2007). BBLR termasuk
faktor utama dalam peningkatan mortalitas, modibitas dan disabilitas neonates, bayi dan anak
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (UNICEF,
2007).
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9% - 30%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut survey deografi dan
kesehatan, angka BBLR sekitar 7,5% di Provinsi Jawa Timur, BBLR masih menjadi penyebab
kematian neonatal tertinggi pada 2009 sebesar 36,23% dan 2010 sebesar 34,72%. Di RSUD
RSUD Dr. Harjono Ponorogo kematian neonatal akibat BBLR masih tinggi. Pada tahun 2008 dari
97 kasus kelahiran BBLR terjadi kasus kematian BBLR sebesar 47 kasus (48,45%) dan pada
tahun 2009 dari 124 kasus kelahiran BBLR terjadi kasus kematian sebesar 48 kasus (38,71%).
Pada tahun 2010 tercatat kejadian BBLR sebesar 265 kasus, dan sampai bulan Mei 2011 tercatat
87 kasus dan rata-rata tiap bulan 18 kasus. Pada tahun 2013 tercatat kejadian BBLR sebesar 365
kasus, rata-rata perbulan 30 bayi. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas BBLR adalah
asfiksia, sindrom gangguan nafas, infeksi, gangguan nutrisi serta komplikasi penyakit lain
(Rekam Medik RSUD Dr. Harjono Ponorogo,2013).
Masalah utama yang dihadapi bayi dengan BBLR adalah ketidakmampuan untuk beradaptasi
dengan suhu di sekitarnya, sehingga sering menimbulkan kematian pada bayi itu. Alat tubuh bayi
premature belum berfungsi secara matur, perawatan intensif dapat membantu bayi mengatasi
hambtana atau kesulitan dalam upaya penyesuaian diri dengan kehidupan.
Bagi sebagian besar orang tua seringkali merasa belum siap menghadapi kelahiran BBLR
pada bayi mereka. Sehingga mereka perlu diberikan pengarahan serta pendidikan pendidikan
manakala merawat bayinya dengan lahir BBLR. Keluarga terutama ibu, memiliki peran enting
dalam merawat dan mengasuh bayinya dnegan baik. Seharusnya ibu harus percaya diri dan berani
merawat bayinya sendiri karena disitulah akan terjadi kontak untuk menciptakan bonding antara
ibu dan bayi. Bila ibu tidak mampu merawat bayinya dengan baik maka akan berdampak pada
angka kejadian infeksi, malnutrisi, dan kematian pada BBLR. Penatalaksanaan bayi BBLR perlu
didukung dengan pengetahuan yang baik, dari pengetahuan ini akan menunjang terhadap
pemberian penatalaksanaan yang berkualitas dan aman bagi bayi BBLR. Dalam hal ini,
penatalaksanaan yang dapat dilakukan ibu meliputi mempertahankan suhu tubuh dan kehangatan,
memberikan ASI pada bayi, menghindarkan bayi dengan orang yang terkena infeksi.
Pengetahuan ibu tentang perawatan BBLR sangat mempengaruhi ibu dalam merawat bayinya
yang lahir dengan BBLR. Jika ibu memiliki pengetahuan yang baik atau cukup tentang perawatan
bayi BBLR maka ibu akan merawat bayinya dengan tepat sehingga kondisi bayi akan semakin
membaik, berat badannya semakin meningkat dan bayi tidak mudah terserang penyakit, tetapi jika
pengetahuan ibu tentang perawatan bayi BBLR kurang dikhawatirkan ibu tidak dapat merawat
bayinya dengan benar, sehingga bisa terjadi kondisi bayi memburuk dan bayi mudah terserang
penyakit. Data di atas diketahui bahwa kejadian bayi dengan BBLR masih cukup tinggi sehingga
butuh penanganan lebih lanjut yang lebih baik, baik di rumah sakit maupun jika sudah dibawa
pulang ke rumah.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk karya tulis
ilmiah serta memberikan rincian asuhan kepawatan kepada bayi dengan BBLR sehingga perawat
bisa meminimalisir angka morbiditas dan mortalitas bayi BBLR.
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana definisi bayi premature dan BBLR?
b) Bagaimana faktor predisposisi dan precipitasi bayi premature dan BBLR?
c) Bagaimana manifestasi klinis bayi premature dab BBLR?
d) Bagaimana klasifikasi bayi premature dan BBLR?
e) Bagaimana patofisiologi dan WOC bayi premature dan BBLR?
f) Bagaimana komplikasi yang terjadi pada klien bayi premature dan BBLR?
g) Bagaimana pemeriksaan penunjang pada klien bayi premature dan BBLR?
h) Bagaimana penatalaksanaan yang harus diberikan pada kien dengan bayi premature dan
BBLR?
i) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien bayi premature dan BBLR?

1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada Bayi Prematur dan BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu Bayi Prematur dan BBLR.
2. Untuk mengetahui factor predisposisi dan presipitasi Bayi Premature dan BBLR.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Bayi Prematur dan BBLR.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari Bayi Prematur dan BBLR.
5. Untuk mengetahui Patofisiologi dan WOC pada Bayi Prematur dan BBLR.
6. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan dari Bayi Prematur dan BBLR.
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan untuk Bayi Prematur dan
BBLR.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang diberikan untuk Bayi Prematur dan BBLR.
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Bayi Prematur dan BBLR.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Persalinan prematur merupakan komplikasi dalam kehamilan yang berbahaya karena
mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal. Menurut data dunia, kelahiran
prematur mencapai 75-80% dari seluruh bayi yang meninggal pada usia kurang dari 28 hari. Data dari
WHO (2002) menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan terhadap kematian bayi yang dikenal
dengan fenomena 2/3. Pertama, fenomena 2/3 kematian bayi pada usia 0-1 tahun terjadi pada masa
neonatal (bayi berumur 0-28 hari). Kedua, 2/3 kematian bayi pada masa neonatal dan terjadi pada hari
pertama.(kurniasih,2009).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor resiko persalinan prematur, dimana
ditemukan banyak faktor resiko diantaranya faktor usia ibu yang ekstrem yaitu <20 tahun dan >35 tahun
sebanyak 64%, di USA terdapat 40% persalinan prematur disebabkan oleh status marital, KPD sebanyak 34%,
interval persalinan sebanyak 30%, kehamilan multiple sebanyak 60%, persalinan prematur sebelumnya
sebanyak 22% dan faktor idiopatik yang belum diketahui jumlah pastinya (Krisnadi, 2009).
Bayi BBLR adalah neonates dengan berat badan kurang dari 2500 garam pada saat lahir. Bayi
dengan berat badan lahir ada dua kelompok yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu (pretem) yang disebut berat badan badan rendah premature dan bayi yang lahir dengan
usia kehamilan besar 37 minggu yang disebut pertumbuhan janin terhmabt (IUGR).
1.2 Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Maryuni dan Eka (2013:316-319) penyebab BBLR dengan prematur murni
dan dismatur berbeda, berikut perbedaan antara keduaanya:
1. Prematur murni
a. Faktoribu:
1) Riwayat kelahiran premature sebelumnya
2) Gizi saat hamil kurang
3) Umur kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun
4) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
5) Penyakit menahun ibu
 Hipertensi
 Gangguan pembuluh darah
6) Perdarahan antepartum, kelainan uterus,  hidramnion
7) Faktor pekerjaan yang terlalu berat

b. Faktor kehamilan:
1) Hamildengan hidramnion
2) Hamil ganda
3) Perdarahan antepartum
4) Preeklamsia
5) Eklamsi
6) Ketubanpecahdini

c. Faktorjanin:
1) Cacatbawaan
2) Infeksidalamrahim
3) Kehamilanganda
4) Anomalikongenital

d. Faktorkebiasaan:
1) Pekerjaan yang terlaluberat
2) Perokok

8
2. Dismature/BBLR

a. Faktoribu:
1) Hipertensi
2) Penyakit ginjal kronik
3) Perokok
4) Penderita hipertensi
5) Penderita diabetes militus yang berat
6) Toksemia
7) Hipoksia ibu
8) Gizi buruk
9) Pemakai narkoba dan peminum alkohol

b. Faktor uteri danplasenta:


1) Kelainan pembuluh darah
2) Insersi tali pusat yang tidak normal
3) Uterus bicornis
4) Infark plasenta
5) Sebagian plasenta lepas

c. Faktor janin:
1) Gemeli
2) Kelainan kromosom
3) Cacat bawaan
4) Infeksi dalam kandungan (toxoplasmosis, rubella, herpez, sifilis, sitomegalo
virus).

1.3 Manifestasi Klinis

1. Mengalami kontraksi berkali kali


Terjadi konteraksi berkali kali saat usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kontraksi ini berupa tarikan yang diperut di sertai nyeri dan keluhan tersebut tidak
9
hilang meski kamu sudah mengubah posisi. Dalam 1 jam, kontraksi bisa terjadi
sebanyak 5 kali atau lebih.
2. Mengalami kram saat menstruasi
Kram perut yang dirasakan dapat hilang timbul atau terjadi secara konstan.
3. Produksicairan vagina meningkat
Beberapa ibu hamil bahkan juga menemukan adanya darah yang keluar dari
vagina saat mengalami tanda melahirkan premature.
4. Keluarancairandari vagina

Kondisi ini bisa mengindikasi bahwa air ketuban telah pecah.


5. Sakitpadapunggungbawah
Rasa sakit bisa hilang timbul atau menetap dan disertai dengan tekanan di panggul.
Tekanan ini terasa seperti dorongan bayi yang mau keluar.

1.4 Klasifikasi Bayi Prematur dan BBLR


Klasifikasi terdapat beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR dan Prematuritas
(Proverawati dan Ismawati, 2010) :
1) Menurut harapan hidupnya
a. BeratBayi Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
b. Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
c. Berat Bayi Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.

2) Menurut masa gestasinya


a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut
neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).

2.4.1 Ciri-ciri BBLR dan Prematur

10
1. Prematuritas Murni
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, PB 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis dan transparan, tampakmengkilat dan licin.
d. Kepala lebih besar dari badan.
e. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
f. Lemak subcutan kurang.
g. Ubun-ubun dan sutura lebar.
h. Rambut tipis, halus.
i. Tulang rawan dan daun telinga immature.
j. Putting susu belum terbentuk dengan baik.
k. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltic usus dapat terlihat
l. Genetalia belum sempurna, labia, minora belum tertutup oleh labia mayora (pada
perempuan).
m. Bayi masih posisi fetal.
n. Pergerakan kurang dan lemah.
o. Otot masih hipotonik.
p. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnoe.
q. Reflek tonic neck lemah.
r. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.

2. Dismatur
Pre term : sama dengan bayi premature murni
Post term :
a. Kulit pucat/bernod, meconium kering keriput, tipis.
b. Vernix caseosa tipis/ taka da.
c. Jaringan lemak dibawah kulit tipis.
d. Bayi tampak gesit, aktif dan kuat.
e. Tali Pusat berwarna kuning kehijauan.

11
2.4.2 Faktor Risiko
1. Usia Ibu
Persalinan prematur meningkat pada usia<20 tahun dan >35 tahun.
Berdasarkan penelitian di Purwokerto tahun 2009 angka persalinan prematur pada
usia <20 tahun sebesar 30% sedangkan pada persalinan usia reproduksi (20-35 tahun)
angka kejadian prematur sebesar 10%, hal ini menunjukan ibu usia muda
meningkatkan kejadian prematur sebesar 38,8 kali lebih besar.
Kehamilan usia muda lebih memungkinkan mengalami penyulit pada masa
kehamilan dan persalinan yaitu karena wanita muda sering memiliki pengetahuan
yang terbatas tentang kehamilan atau kurangnya informasi dalam mengakses sistem
pelayanan kesehatan. Pada usia ini juga belum cukup dicapainya kematangan fisik,
mental dan fungsi organ reproduksi dari calon ibu. Golongan primigravida muda
dimasukkan dalam golongan risiko tinggi, karena angka kesakitan dan angka
kematian ibu dan bayi pada kehamilan remaja 2-4x lebih tinggi dibandingkan dengan
usia reproduksi.
Persalinan prematur di usia >35 tahun sebesar 16,9% di Semarang tahun 2008.
Pada usia ibu yang tua telah terjadi penurunan fungsi organ reproduksi, penurunan
fungsi ini akan mempengaruhi kesehatan baik ibu maupun janin yang dikandungnya
sehingga ibu dan bayi yang dikandungnya memiliki banyak hal yang dapat
mempersulit dan memperbesar risiko kehamilan.

2. Penyakit Dalam Kehamilan


a. Preeklampsia/Eklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia 20 minggu
kehamilan dan disertai dengan proteinuria, sedangkan eklampsia adalah
preeklampsia yang disertai dengan kejang dan atau koma.18 Preeklampsia
meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta, persalinan prematur,
Intrauterine Growth Retardation (IUGR), dan hipoksia akut. Preeklampsia
menyumbang sekitar 15% dari semua kelahiran prematur.
Preeklampsia/eklamspia didasari oleh beberapa teori, namun teori yang
saat ini paling banyak digunakan adalah teori iskemia plasenta, radikal bebas
dan disfungsi endotel.Berdasarkan teori ini terjadi kegagalan “remodeling
arteri spiralis” sehingga menyebabkan plasenta mengalami iskemia dan terjadi
disfungsi endotel.Spasme pembuluh darah arteriola yang menuju organ
12
penting dalam tubuh dapat menyebabkan mengecilnya aliran darah yang
menuju retroplasenta sehingga mengakibatkan gangguan pertukaran CO2, O2
dan nutrisi pada janin.Hal ini menyebabkan terjadinya vasospasme dan
hipovolemia sehingga janin menjadi hipoksia dan malnutrisi. Hipoksia
menyebabkan plasenta mengtransfer kortisol dengan kadar yang tinggi ke
dalam sirkulasi janin. Konsentrasi kortisol yang tinggi akan mensintesis
prostaglandin yaitu protasiklin (PGE-2) yang menyebabkan timbulnya
kontraksi, perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban, sehingga bayi
sering terlahir prematur.
b. Penyakit Kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskular adalah sekelompok gangguan pada jantung
dan pembuluh darah. Penyakit jantung/kardiovaskular terjadi pada 0,5 - 3 %
kehamilan, yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil
di dunia.
Masa kehamilan, persalinan maupun pasca persalinan berhubungan
dengan perubahan fisiologis yang membutuhkan penyesuaian dalam sistem
kardiovaskular.Fisiologi hemodinamik mencapai puncak pada akhir trimester
kedua, pada masa ini perubahan hemodinamik dapat menyebabkan timbulnya
manifestasi klinik pada jantung yang telah sakit sebelumnya. Perubahan
hormonal yaitu aktivasi estrogen oleh sistem renin-aldosteron menyebabkan
retensi air dan natrium yang akan meningkatkan volume darah ± 40%. Hal ini
menyebabkan peningkatan volume darah sebesar 1200-1600 ml lebih banyak
dibanding dalam keadaan tidak hamil.
Selama masa kehamilan curah jantung akan mengalami peningkatan
30-50%. Perubahan curah jantung ini disebabkan karena peningkatan preload
akibat bertambahnya volume darah, penurunan afterload akibat menurunya
resistesi vaskular sitemik, dan peningkatan denyut jantung ibu saat istirahat
10-20 kali/menit.Peningkatan curah jantung dipengaruhi juga oleh isi
sekuncup jantung yang meningkat 20-30% selama kehamilan.Pada penyakit
jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut jantung dan volume
sekuncup jantung dapat menguras cadangan kekuatan jantung. Payah jantung
akan menyebabkan stres maternal sehingga terjadi pengaktifan aksis HPA
yang akan memproduksi kortisol dan prostaglandin, kemudian mencetuskan
terjadinya persalinan prematur.
13
New York Heart Association (NYHA) kelas III dan IV dengan aktivitas
fisiknya sangat terbatas, tidak dianjurkan untuk hamil.Jika kehamilan masih
awal sebaiknya diterminasi, dan jika kehamilan telah lanjut sebaiknya
kehamilan diteruskan dengan persalinan pervaginam dan kala II dipercepat
serta kehamilan berikutnya dilarang.
c. Anemia
Anemia adalah suatu kelainan darah yang terjadi ketika tubuh
menghasilkan terlalu sedikit sel darah merah (SDM), penghancuran SDM
berlebihan, atau kehilangan banyak SDM. Angka kejadian anemia pada
kehamilan berkisar 24,1% di Amerika dan 48,2% di Asia Tenggara pada tahun
1993-2005.
Selama kehamilan, tubuh ibu mengalami mengalami banyak perubahan
salah satunya adalah hubungan antara suplai darah dengan respon tubuh.
Seperti yang telah dijelaskan pada subbab penyakit kardivaskular, total jumlah
plasma pada wanita hamil dan jumlah SDM meningkat dari kebutuhan awal,
namun peningkatan volume plasma lebih besar dibandingkan peningkatan
massa SDM dan menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin, sehingga
mempengaruhi kadar O2 yang masuk ke dalam jaringan. Keadaan ini dapat
menyebabkan hipoksia jaringan yang kemudian akan memproduksi kortisol
dan prostaglandin, yang mencetuskan terjadinya persalinan prematur pada ibu
dengan anemia.
d. Hipotiroid
Penyakit tiroid adalah suatu kelainan yang menyerang glandula tiroid.
Secara global, hipotiroid yang terjadi pada kehamilan sebesar 0,2% kasus dan
hipotiroid sub klinis 2,3% kasus.
Saat awal gestasi, janin bergantung sepenuhnya pada hormon tiroid ibu
yang melewati plasenta karena fungsi tiroid janin belum berfungsi sebelum
12-14 minggu kehamilan. Pada kehamilan 12 minggu pertama kadarhormon
chorionic gonadotropin (HCG) akan mencapai puncaknya dan kadar tiroksin
bebas akan meningkat, sehingga menekan kadar tirotropin. Namun, kadar
hormon tiroid yang rendah pada hipotiroid kehamilan akan memacu aksis
HPA untuk memacu produksi TRH untuk memenuhi kebutuhan hormon tiroid
ibu dan janin. Pengaktifan aksis HPA ini yang dapat memacu pelepasan

14
kortisol kedalam darah sehingga memproduksi prostaglandin yang dapat
memacu terjadinya persalinan prematur.
3. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup. Paritas dapat
diklasifikasikan berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan yaitu:
1) Nulipara, adalah seorang wanita yang belum pernah menyelesaikan
kehamilan melewati gestasi 20 minggu.
2). Primipara, yaitu seorang wanita yang pernah satu kali melahirkan
bayi yang lahir hidup atau meninggal dengan perkiraan lama gestasi 20
minggu atau lebih.

3) Multipara, adalah seorang wanita yang pernah menyelesaikan dua


atau lebih kehamilan hingga 20 minggu atau lebih.

Jumlah paritas merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya


kelahiran prematur karena jumlah paritas dapat mempengaruhi keadaan
kesehatan ibu dalam kehamilan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Jerman tahun 2004 didapatkan data bahwa pada wanita primipara angka
kejadian kelahiran prematur lebih besar yaitu 9,5%, sedangkan angka kejadian
pada multipara adalah sebesar 7,5%. Hal ini di karenakan oleh kenyataan
bahwa wanita multipara akan mencari pengetahuan yang lebih untuk
menghindari risiko yang akan terjadi pada kehamilan berikutnya berdasarkan
pengalaman dari proses persalinan sebelumnya, sehingga dapat mengurangi
risiko persalinan berikutnya.

4. Riwayat Partus Prematurus


Riwayat persalinan prematur sebelumnya merupakan penanda risiko
paling kuat dan paling penting. Berdasarkan data Health Technology
Assessment Indonesia tahun 2010 bahwa insiden terjadinya persalinan
prematur selanjutnya setelah 1x persalinan premature meningkat hingga
14,3% dan setelah 2x persalinan prematur meningkat hingga 28%. Wanita
yang mengalami persalinan prematur memiliki risiko untuk mengalaminya
kembali pada kehamilan selanjutnya.

15
5. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya kulit ketuban sebelum persalinan,
sedangkan pecahnya kulit ketuban pada usia kehamilan <37 minggu disebut
ketuban pecah dini kehamilan prematur.18 Ketuban pecah dini kehamilan
prematur terjadi pada 1% -3% dari seluruh kehamilan dan bertanggung jawab
untuk sepertiga dari semua kelahiran premature.
Ketuban pecah selama persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang, keseimbangan antara sintesis dan
degradasi ekstraseluler matriks, perubahan struktur, jumlah sel, dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah.Degradasi
kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.Mendekati waktu persalinan,
keseimbangan antar MMP dan Tissue Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP-1)
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran
janin.
Pecahnya selaput ketuban yang berfungsi melindungi atau menjadi
pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim pecah dan mengeluarkan air
ketuban menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim yang memudahkan terjadinya infeksi asenden. Semakin lama
periode laten maka semakin besar kemungkinan infeksi dalam rahim,
persalinan prematur dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan
kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim.

6. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 24
minggu hingga sebelum kelahiran bayi.Perdarahan antepartum menyebabkan
seperlima bayi lahir dengan prematur dan juga menyebabkan bayi yang
dilahirkan mengalami cerebral palsy.Penyebab paling sering dari perdarahan
antepartum adalah plasenta previa dan solusio plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum. Terjadinya implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat
disebabkan karena:
1) Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.
16
2) Lapisan endometrium tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi janin

3) Vili khorialis pada chorion leaveyang persisten.


Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
plasenta maternal dari tempat implantasinya sebelum waktunya.Perdarahan tidak
dapat berhenti dikarenakan uterus yang sedang mengandung tidak mampu
berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus.

7. Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih
intrauteri.Kehamilan ganda dianggap mempunyai risiko tinggi karena dapat
menyebabkan komplikasi lebih tinggi untuk mengalami hiperemesis
gravidarum, hipertensi dalam kehamilan, kehamilan dengan hidramnion,
persalinan dengan prematuritas, pertumbuhan janin terhambat.
Fisiologi dari kehamilan ganda yaitu dua ovum yang dibuahi pada saat
hampir besamaan atau berasal dari satu ovum yang mengalami pemecahan
disaat dini. Persalinan prematur pada kehamilan ganda dapat terjadi
dikarenakan terjadinya overdistensi, maka retraksi akibat ketegangan otot
uterus makin dini sehingga dimulailah proses Braxton Hicks, kontraksi makin
sering dan menjadi HIS persalinan.

1.5 WOC/Patofisiologi
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4 golongan
yaitu :
1) Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan

2) Inflamasi/infeksi

3) Perdarahan plasenta

4) Peregangan yang berlebihan pada uterus

17
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada primipara
muda yang mempunyai predisposisi genetik.Adanya stres fisik maupun psikologi
menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu
dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur.Aksis HPA ini menyebabkan
timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres
pada ibu maupun janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon
Corticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic
Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP),
interleukin-, cyclooksigenase-,dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen
plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal. Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-
amnionitis, yaitu infeksi bakteri yang menyebar ke uterus dan cairan amnion.Keadaan ini
merupakan penyebab potensial terjadinya persalinan prematur. Infeksi intraamnion akan
terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8,
dan TNF-α ). Sitokin akan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang aksis
HPA janin dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini bertanggung
jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan endotelin) yang akan menimbulkan
kontraksi. Sitokin juga berperan dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang
mengakibatkan perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban.Mekanisme ketiga
yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan plasenta dengan ditemukannya
peningkatan hemosistein yang akan mengakibatkan kontraksi miometrium. Perdarahan
pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa
(protombinase). Protombinase akan mengubah protrombin menjadi trombin dan pada
beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium.Mekanisme
keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa disebabkan oleh kehamilan
kembar, polyhydramnion atau distensi berlebih yang disebabkan oleh kelainan uterus
atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin,
dan COX.

18
Faktor Ibu : Faktor Kehamilan : Faktor Janin :
-Umur <20 th -Kehamilan ganda -Cacat bawaan
-Paritas -Kelainan Kromosom -Infeksi pada Rahim
-Toxemia Gravidarum -Perdarahan Antepartus -KPD
-Trauma Fisik -Penyakit dalam Kehamilan

PREMATUR/BBLR

Pusat pengaturan Fungsi/ pengaturan Fungsi pencernaan belum Penurunan


suhu badan belum pernafasan belum sempurna system imun
sempurna sempurna

Penyerapan Rentan terjadi


Terjadi penguapan Surfaktan paru-paru makanan lemah infeksi
yg sempurna oleh masih kurang
luas badan yg besar

Resiko
Aktivitas otot
Komplain Paru Infeksi
Kehilangan panas pencernaan menurun
menurun

Ventilasi menurun Merangsang produk Mual muntah


Hipotermi
Hcl

Sesak
Regurgitasi isi Anoreksia
lambung
Perubahan status
Pola nafas tidak
kesehatan
efektif
Defisit
Resiko Aspirasi Nutrisi
Kurang informasi

Defisit Pengetahuan 19
2.5 Komplikasi
 Kompliksilangsung yang dapatterjadipadabayiberatlahirrendahantara lain:
a) Hipotermia
b) Hipoglikemia
c) Gangguancairandanelektrolit
d) Hipobilirubinemia
e) Sindromagawatnafas
f) Paten duktusarteriosus
g) Infeksi
h) Perdarahanintraventrikuler
i) Apnea of prematurity
j) Anemia
 Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain:
a. Gangguan perkembangan
b. Gangguan pertumbuhan
c. Gangguan penglihatan
d. Penyakit paru kronis
e. Kenaikan angka kesakitandansering masuk rumah sakit
f. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a) Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi
itu prematuritas atau maturitas.
b) Teskocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada ibu
yang melahirkan bayi dengan berat kurang .
c) Darahrutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
d) Foto dada ataupun baby gram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai umur 8
jam atau dapat atau diperkirakan akan terja di sindrom gawatnafas.

20
2.7 Penatalaksanaan Medis
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan
dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian
oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan reduksi dan zat besi.
a) Pengaturan suhu bayi prematur dan BBLR
Bayi prematur dan BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada
di lingkungan yang dingin. kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit dan Kekurangan lemak coklat. untuk mencegah
hipotermia perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal.Adapun juga pada kasus BBLR yaitu dengan menggunakan inkubator yang
dilengkapi dengan alat temperature sensor dan suhu inkubator tersebut dikontrol
oleh alat yang bernama servomechanism dengan cara ini suhu kulit bayi dan patut
dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat
bermanfaat untuk bayi yang lahir rendah bayi dalam inkubator hanya dipakaikan
popok. hal ini mungkin untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan
tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit
yang diderita dapat dikenal sendini-dininya tindakan serta pengobatan dapat
dilakukan secara secepatnya.
b) Pemberian asi pada bayi premature dan BBLR
Bayi prematur dan BBLR Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk
membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbilirubin. Asi merupakan
pilihan pertama dapat diberikan melalui kateter atau sonde sempurna terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah bayi berat lahir rendah secara relatif
memerlukan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi yang peterm. Untuk
bayi prematur dengan berat lahir di 1500-1800 gram (32-34 minggu) refleksi
sebelum baik tetapi refleks menelan sudah ada diberikan ASI perah dengan sendok
atau cangkir 10 sampai 12 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250-1500
gram (30-31 minggu) refleks hisap dan menelan belum ada perlu diberikan ASI
perah melalui pipa orogastrik 12 kali sehari.
c) Mencegah Infeksi
Untuk bayi prematur dapat dilakukan pencegahan infeksi :
21
 Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang
tidak terkena infeksi
 mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
membersihkan tempat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (lama
seorang bayi memakai tempat tidur selama satu minggu untuk kemudian
dibersihkan dengan cairan antiseptik)
 membersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu setiap bayi memiliki
peralatan sendiri
 setiap petugas di Bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah
disediakan
 petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
 kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik-baiknya
 para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca.

Untuk BBLR : Karena mempunyai sistem imunologi yang kurang berkembang,


pada BBLR mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi,
untuk mencegah infeksi perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, menggunakan gaun atau jasa
guna melepaskan semua aksesoris dan tidak boleh masuk ke kamar bayi dalam
keadaan infeksi dan sakit kulit.
d) Lain – lain :
Untuk bayi prematur dapat dilakukan :
 Minum Cukup selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi
mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. selama sebelum bisa
menghisap dengan benar minum susu dilakukan dengan menggunakan
pipet.
 Memberikan sentuhan Ibu sangat disarankan untuk memberikan sentuhan
pada bayinya bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan Ibu menurut
penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada
jika si bayi jarang disentuh.
 Membantu beradaptasi Bila memang tidak ada komunikasi keperawatan di
RS bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya.
setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah
boleh dibawa pulang. Namun ada juga sejumlah RS yang menggunakan
22
patokan berat badan misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya
mencapai 2 kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus
dengan kondisi kesehatan bayi secara umum (DidinKaem, 2007).
Untuk BBLR :
 Untuk Penanganan pada bayi BBLR maka semakin besar perawatan yang
diperlukan karena kemungkinan terjadi serangan lebih serangan sianosis
lebih besar. semua perawatan bayi harus dilakukan di inkubator.
 Inkubator
bayi dengan berat badan lahir rendah di rawat di dalam inkubator. prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. sebelum
memasukkan bayi ke dalam inkubator, inkubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 derajat Celcius untuk bayi dengan berat
1,7 kg dan 32,2 derajat Celcius untuk bayi yang lebih kecil. bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat
bayi dapat bergerak tanpa dibatasi oleh pakaian, observasi terhadap
pernapasan lebih mudah.
 Pemberian oksigen
Ekspansi yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi BBLR, akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang di berikan sekitar
30-31% dengan menggunakan headbox konsentrasi O2 yang tinggi dalam
massa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi
yang dapat menimbulkan kebutaan.

23
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
Bayi M lahir secara premature usia 4 hari dengan BB: 2000 gr, PB : 46 cm. Bayi
lemah, tidak aktif, reflek menghisap lemah , terkadang muntah. Dari pemeriksaan didapatkan
hasil TTV TD: 90/60 mmHg, Suhu : 36 ℃, RR : 38x/menit, HR: 140x/menit tubuh warna
kuning, kulit teraba dingin, muka pucat, tali pusat tampak masih basah, dan belum
mendapatimunisasi.
a. Data fokus

DS DO
-  Bayi lemah dan tidak aktif
 Reflek menghisap bayi masih
lemah
 Muntah
 TD: 90/60 mmHg
 Suhu : 36 ℃
 RR : 38x/menit
 HR: 140x/menit
 Tubuh berwarna kuning
 Kulit teraba dingin
 Muka pucat
 Tali pusat tampak masih basah
 Belum mendapat imunisasi

b. Analisis data

No. Pengkajian Etiologi Problem


1. Ds : - Pusat pengturan suhu Hipotermia
Do : badan belum
 Bayi lemah dan sempurna
tidak aktif,
 TD: 90/60 mmHg Terjadi penguapan
 Suhu : 36 ℃ yang sempurna oleh
karena luas bdan yang

24
 RR : 38x/menit besar
 HR: 140x/menit
 Kulit teraba dingin Kehilangan panas

 Muka pucat dalam tubuh

Hipotermia
2. Ds : Faktor pencernaan Defisit nutrisi
Do : belum sempurna
 BB: 2000 gr
 Muntah Penyerapan makana

 reflek menghisap lemah


lemah

Aktivitas otot pada


makanan menurun

Merangsang produksi
HCl meningkat

Mual muntah

Anoreksia

Defisit nutrisi
3. Ds ; - Sistem imun menurun Resiko infeksi
Do :
 Tubuh berwarna
kuning Rentan terhadap
 Tali pusat tampak infeksi
masih basah

25
 Belum mendapat
imunisasi
 Usia 4 hari lahir Resiko infeksi
secara prematur
dengan berat bayi
lahir rendah

c. Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermia
2. Defisit Nutrisi
3. Resiko Infeksi
d. Intervensi

Tgl No. Noc Nic


17 I Setelah dilakukan tindakan 1. Tempatkan bayi dibawah
agustu keperawatan selama 2x24 jam, pemanasan / inkubator
s 2018 hipotermia tidak terjadi dengan 2. Pertahankan suhu ruang
kriteria hasil: perawatan
 mempertahankan suhu 3. Observasi suhu rectal /
lingkungan tetap normal. axila setiap 2 jam bila
 bayi tidak kedinginan perlu.
4. Hindarkan bayi dari
udara terbuka atau tempat
yang dingin.
17 II Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pola makan
agustu keperawatan selama 2x24 jam, bayi dan kebutuhan
s 2018 pola pemberian makan bayi nutrisi
efektif dengan kriteria hasil: 2. Diskusikan dengan
 bayi menerima nutrisi orang tua mengenai
dengan adekuat pemberian ASI
 Reflek menghisap bayi 3. Berikan intervensi
terus meningkat sehingga spesifik untuk
dapat diberikan peroral meningkatkan
pemberian makan
peroral yang efektif

26
4. Tingkatkan pemberian
makanan per oral dan
penurunan pemberian
makanan internal
sejalan dengan makin
efektifnya bayi makan
atau minum melalui
mulut
17 III Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan lingkungan
agustu keperawatan selama 3 kali 24 jam yang melindungi klien
s 2018 infeksi dapat dicegah dengan dari infeksi seperti:
kriteria hasil:  cuci tangan sebelum
 tidak ada tanda-tanda menyentuh klien
infeksi  ikuti protap isolasi
 luka pada tali pusat pada bayi lakukan atau
mengering terapkan teknik steril
saat melakukan
tindakan pada bayi
2. Observasi perubahan
suhu tubuh serta tanda
gejala klinis yang
timbul
3. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
4. Monitor tanda-tanda
infeksi dan pantau
serta rawat tali pusar
bayi secara benar.

e. Implementasi dan Evaluasi

Tgl No. Implementasi Evaluasi TTD


Dx
27
Intervens I 1. Menempatkan bayi S :-
i : 17 dibawah pemanasan / O : Klien Hangat,
agustus inkubator Suhu Klien 36,5℃
2018 2. Mempertahankan A : Masalah Teratasi
Evaluasi : suhu ruang perawatan Sebagian
23 3. Mengobservasi suhu P : Lanjutkan
agustus rectal / axila setiap 2 Intervensi
2018 jam bila perlu.
4. Menghindarkan bayi
dari udara terbuka
atau tempat yang
dingin.
Intervens II 1. Mengobservasi pola S : -
i : 17 makan bayi dan O : ASI diberikan per
agustus kebutuhan nutrisi oral, reflek menghisap
2018 2. Mendiskusikan mulai kuat
Evaluasi : dengan orang tua A : Masalah Teratasi
23 mengenai pemberian Sebagian
agustus ASI P :Lanjutkan
2018 3. Memberikan Intervensi
intervensi spesifik
untuk meningkatkan
pemberian makan
peroral yang efektif
4. Meningkatkan
pemberian makanan
per oral dan
penurunan pemberian
makanan internal
sejalan dengan makin
efektifnya bayi makan
atau minum melalui
mulut
Intervens III 1. Memberikan S:-

28
i : 17 lingkungan yang O : tubuh klien terlihat
agustus melindungi klien dari kuning, suhu 36.5℃,
2018 infeksi seperti: HR = 144x/menit, RR
Evaluasi :  Mencuci tangan = 40xmenit, leukkosit
23 sebelum menyentuh = 6600/mm³.
agustus klien A : Masalah teratasi
2018  Mengikuti protap sebagian
isolasi pada bayi P :Lanjutkan
lakukan atau terapkan Intervensi
teknik steril saat
melakukan tindakan
pada bayi
2. Mengobservasi
perubahan suhu
tubuh serta tanda
gejala klinis yang
timbul
3. Memonitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
4. Memonitor tanda-
tanda infeksi dan
pantau serta rawat
tali pusar bayi secara
benar.

BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pretem adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (20-37
minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram (Manuaba,1999). Masalah utama dari

29
persalinan premature adalah perawatan bayinya, semakin muda usia kehamilanya semakin
besar morbiditas dan mortalitasnya.
Bayi BBLR adalah neonates dengan berat badan kurang dari 2500 garam pada saat
lahir.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami masalah
tentang gangguan atau kelainan serta asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan bayi
premtur dan BBLR seperti bayi kekurangan berat badan dan lahir kurang dari 37 minggu.

Daftar Pustaka
Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasardan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.
Nurrahman, Ali. 2013. Asuhan keperawatan Bayi Prematur dan BBLR (Berat Bayi Lahir
Rendah). Bandung: Putra Media
30
Pantiani, 1,2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).Yogyakarta:Nuha Medika
ZR,Arief dan Weni. 2009. Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika
Asmadi, (2008). Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017: 66-70

31

Anda mungkin juga menyukai