Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA

USIA >45 TAHUN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOROPIA KABUPATEN
KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikandi


Program Studi D-IV Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kendari

OLEH

HARTINI
P00312018064

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV
2019

1
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA >45


TAHUN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SOROPIA KABUPATEN KONAWE
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2019

Disusun Oleh

HARTINI
P00312018064

Telah disetujui untuk dipertahankan dalam ujian skripsi di hadapan Tim


Penguji Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan.

Kendari, Agustus 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Nurnasari P. SKM.M.Kes Farming, S.Si.T,M.Keb


NIP. 195703101977102001 NIP. 198211212005012003

Mengetahui

Ketua Jurusan Kebidanan


Poltekkes Kemenkes Kendari

Sultina Sarita,SKM,M.Kes
NIP. 196806021992032003

2
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA > 45


TAHUN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SOROPIA KABUPATEN KONAWE
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2019

Diajukan Oleh :

HARTINI
P00312018064

Skripsi ini telah diperiksa dan di sahkan oleh Tim Penguji Politeknik
Kesehatan Kementerian Kendari Jurusan Kebidanan dilaksanakan pada
tanggal Agustus 2019.

TIM PENGUJI

1. Askrening,SKM.M.Kes …………………………….

2. Hj. Syahrianti, S.Si.T,M.Kes …………………………….

3. Feryani, S.Si.T,M.PH …………………………….

4. Hj. Nurnasari,SKM.M.Kes …………………………….

5. Farming, SST.M.Keb …………………………….

Mengetahui
Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari

Sultina Sarita,SKM,M.Kes
NIP. 196806021992032003

3
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI

1. Nama : Hartini

2. Nim : P00312018064

3. Tempat/tanggal lahir : Atowatu, 17 Agustus 1992

4. Jenis kelamin : Perempuan

5. Suku/Kebangsaan : Tolaki/Indonesia

6. Alamat : Desa Telaga Biru, Kec. Soropia, Kab. Konawe

B. PENDIDIKAN

1. SD : SD Negeri 1 Toronipa 1998 - 2004

2. SMP : SMP Negeri 1 Soropia 2004 - 2007

3. SMA : SMA Negeri 01 Rumbia 2007 - 2010

4. Diploma III : Poltekkes Kemenkes Kendari 2010 - 2013

5. Pendidikan D-IV Kebidanan : Poltekkes Kemenkes Kendari Sejak tahun

2018 sampai sekarang.

4
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Hartini

Nim : P00312018064

Program Studi : DIV Kebidanan Alih Jenjang

Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Wanita >45

Tahun Dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja

Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2019

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila

dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, maka

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, Agustus 2019

Yang Membuat Pernyataan

Hartini

NIM.P00312018064

5
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah dan limpahan rahmat

serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D IV

kebidanan di poltekkes kendari dengan judul : “ Hubungan Pengetahuan

Dengan Perilaku Wanita >45 Tahun Dalam Menghadapi Menopause di

Wilayah Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2019”.

Serta tak lupa pula penulis banyak terima kasih kepada ibu Hj.

Nurnasari P. SKM.M.Kes selaku pembibimbing I dan ibu Farming,

S.Si.T,M.Keb selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta

arahan dalam proses penyusunan Skripsi ini.

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kendari

2. Ibu Sultina Sarita SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

3. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku penguji 1, Ibu Hj. Syahrianti,

S.Si.T,M.Kes selaku penguji 2, Ibu Feryani, S.Si.T,M.PH selaku

penguji 3.

4. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Politeknik Kesehatan Kendari yang

telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti

pendidikan.

6
5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan yang telah bersediah

mengeluarkan surat izin Peneletian.

6. Kepala Puskesmas Soropia yang telah bersediah menerima peneliti

untuk melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskermas Soropia.

7. Teristimewah untuk suami dan kedua orang tua yang tiada henti-

hentinya memberikan doa dan dukungan moril maupun materil pada

penulis selama penulisan penelitian.

8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu terima kasih banyak untuk kebaikan

kalian selama ini. Teman-teman Alih Jenjang D-IV Kebidanan

Khususnya Kelas B yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu

persatu.

Penulis juga menyadari bahwa banyak keterbatasan dalam

penyusunan skripsi ini. oleh karena itu kritik, saran dan pendapat yang

sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak untuk

kesempurnaan skripsi ini.

Kendari, Agustus 2019

Penulis

7
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Hartini
Nim : P00312018064
Program Studi : DIV Kebidanan
Jenis Karya : Skripsi
Dengan ini menyetujui untuk memberikan izin kepada pihak Poltekkes
Kemenkes Kendari Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non- Exclusif
Royalty-Free Right) atas skripsi ysng berjudul :
Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Wanita >45 Tahun Dalam
Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Soropia
Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2019.
Beserta perangkat yang ada jika di perlukan. Poltekkes Kemenkes Kendari
berhak menyimpan, mengalih media atau formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan dan menampilkan atau
mempublikasikan di internet atau kepentingan lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Kendari , Agustus 2019

Hartini

NIM.P00312018064

8
ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Wanita Usia >45 Tahun Dalam


Menghadapi Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Soropia
Kabupaten Konawe provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2019

Hartini1 Hj. Nurnasari.P2 Farming2

Latar Belakang.. Ibu yang berpengetahuan kurang cenderung memiliki


perilaku yang kurang baik dalam menghadapi masa menopause. Kesiapan
seorang wanita menghadapi masa menopause akan sangat membantu
dalam menjalani masa menopause dengan lebih baik
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional study. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita yang berusia >45
tahun yang telah mengalami premenopause. Jumlah sampel yaitu 73 orang.
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling
Hasil : berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi
Squere didapatkan hasil dari dari 73 responden, 32 orang yang memiliki
pengetahuan baik diantaranya 31 responden (42,37%) memiliki perilaku baik
dalam menghadapi monopause sedangkan yang mimiliki perilaku kurang
baik sebanyak 1 responden (1,37%) terdapat hubungan pengetahuan dengan
perilaku wanita usia >45 tahun dalam menghadapi menopause (nilai p =
0,000 < 0,05 )
Kesimpulan: Terdapat hubungan pengetahuan dengan perilaku wanita usia
>45 tahun dalam menghadapi menopause di wilayah kerja puskesmas
Soropia Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2019

Kata kunci. Menopause, pengetahuan, perilaku

1. Mahasiswa
2. Dosen Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan

9
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................…...i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................…..ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................

DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN....................................

KATA PENGANTAR.............................................................................….iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................

ABSTRAK...................................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................…..v

DAFTAR GAMBAR...................................................................................vi

DAFTAR TABEL...................................................................................…vii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................…1
B. Rumusan Masalah......................................................................…..4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................…5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................…5
E. Keaslian Penelitian.......................................................................…6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka.............................................................................…8
1. pengetahuan............................................................................…8
2. perilaku......................................................................................14

10
3. Menopause............................................................................…21
B. Landasan Teori...........................................................................…35
C. Kerangka Teori...........................................................................…36
D. Skema Kerangka Konsep...........................................................…37
E. Hipotesis Penelitian....................................................................…37
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................…38
B. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................…39
C. Populasi dan Sampel..................................................................…39
D. Variabel Penelitian......................................................................…40
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif...................................…41
F. Instrument Penelitian......................................................................41
G. Jenis dan Sumber Data..............................................................…42
H. Alur Penelitian.............................................................................…42
I. Rencana Pengelolahan dan Analisis Data.................................…43
J. Etika Penelitian...........................................................................…45
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitia................................................47
B. Hasil Penelitian..............................................................................50
C. Pembahasan..................................................................................54
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................61
B. Saran.............................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Kerangka Teori....................................................................…36


Gambar 2: Kerangka Konsep................................................................…37
Gambar 3: Rancangan Penelitian.........................................................…38
Gambar 4: Alur Penelitian......................................................................…42

12
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah penduduk di wilawah kerja Puskesmas Soropia


Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe

Tabel 2. Jumlah tenaga kesehatan berdasarkan status kepegawaian


Puskesmas Soropia Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe
tahun 2019

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan Usia


Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang
Monopause
Tabel 6. Distribusi perilaku responden dalam menghadapi menopause

13
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pernyataan menjadi responden

Lampiran2. Kuesioner pengetahuan tentang menopause

Lampiran 3. Kuesioner perilaku dalam menghadapi menopause

Lampiran 4. Master tabel perhitungan skor kuesioner

Lampiran 5. Hasil uji statistic analisis univariat dan bivariate

Lampiran 6. Surat penelitian pengambilan data data awal di


Puskesmas Soropia

Lampiran 7. Surat izin penelitian dari badan penelitian dan


pengembangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 8. Surat tembusan telah melakukan penelitian di


puskesmas soropia.

14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menopause merupakan suatu masa transisi alamiah yang dialami

oleh setiap wanita saat bertambah umur, dimana perdarahan haid

berhenti sama sekali. Usia saat seorang akan memasuki menopause

disebut usia premenopause. Menopause adalah keadaan dimana seorang

perempuan tidak lagi mengalami menstruasi yang terjadi pada rentan usia

50-59 tahun (Winkjosastro,2012).

World Health Organization (WHO) memperkirakan usia harapan

hidup (UHH) orang Indonesia adalah 75 tahun. UHH wanita adalah 67

tahun dari pria 63 tahun. Pada tahun 2030, jumlah perempuan di seluruh

dunia yang memasuki masa menopause diperkirakan mencapai 1,2 miliar

orang. Meningkatnya UHH terutama pada perempuan, mendorong

kebijakan terhadap penduduk usia tua, bertambahnya jumlah penduduk

tua dapat dimaknai sebagai meningkatnya tingkat kesejahteraan,

meningkatnya kondisi kesehatan tetapi juga dapat dimaknai sebagai

beban karena kelompok usia tua ini sudah tidak produktif lagi. Sindrom

pre menopause dialami oleh banyak wanita hampir di seluruh dunia,

sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di

Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Dari beberapa data tampak

bahwa salah satu faktor dari perbedaan jumlah tersebut adalah karena

15
pola makan. Wanita Eropa dan Amerika mempunyai estrogen yang lebih

banyak dari pada Asia. Penurunan kadar estrogen tersebut sering

menimbulkan gejala yang sangat mengganggu aktivitas kehidupan para

wanita (Sasrawita,2017)

Diperkirakan ada 60 juta perempuan menopause di Indonesia

tahun 2025. Saat ini Indonesia baru mencapai 14 juta perempuan

menopause atau 7,4 % dari total populasi yang ada. Angka harapan hidup

perempuan melonjak dari 40 tahun pada tahun 2003 menjadi 67 tahun

pada tahun 2017. Perkiraan umur rata-rata usia menopause di Indonesia

adalah 48 tahun. Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan jumlah

perempuan yang mengalami menopause semakin banyak (Kemenkes

RI;2018).

Pengetahuan mengenai masa menopause diperlukan karena

merupakan salah satu komponen pembentuk perilaku. Ibu menopause

yang berpengetahuan baik dan cukup diharapkan memiliki perilaku yang

baik dalam menghadapi masa menopause. Ibu yang berpengetahuan

kurang cenderung memiliki perilaku yang kurang baik dalam menghadapi

masa menopause. Kesiapan seorang wanita menghadapi masa

menopause akan sangat membantu dalam menjalani masa menopause

dengan lebih baik (Kasdu, 2002).

Penelitian yang dilakukan Nur Isyana di Surabaya (2017)

menunjukkan dalam hubungan antara penurunan kadar estrogen dengan

16
perubahan mood yang terjadi pada masa perimenopause, dikatakan

bahwa ditemukan depresi sebanyak 37,9% pada perempuan

perimenopause yang mengalami penurunan kadar estrogen. Kadar

estrogen yang rendah memiliki risiko untuk menjadi depresi 3,7 kali lebih

besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami penurunan estrogen.

Wanita seperti ini tidak mendapat informasi yang benar tentang

menopause sehingga yang dibayangkan hanya efek negatif yang dialami

setelah memasuki masa menopause. Kestabilan emosi akan diperoleh

kembali setelah mendapat informasi yang benar tentang menopause dan

mampu beradaptasi dengan perubahn yang terjadi pada masa

menopause.

Badan Pusat Statistik pada tahun 2018, jumlah penduduk wanita di

Sulawesi Tenggara mencapai 183.502 jiwa dengan usia rata diatas 45

tahun. Sedangkan penduduk wanita di Konawe terdapat 9.793 jiwa

dengan jumlah penduduk wanita pada kelompok umur 45-59 tahun dan di

perkirakan telah memasuki usia menopause sebanyak 5.562 jiwa.

(BPS,2018).

Data register wilayah kerja Puskesmas Soropia Tahun 2018

terdapat 898 jiwa jumlah penduduk wanita pada kelompok umur >45

tahun dan di perkirakan telah memasuki masa pre menopause dan

menopause sebanyak 283 jiwa.

17
Survey awal di Puskesmas Soropia diketahui bahwa pengetahuan

dari 13 wanita tentang menopause masih sangat kurang terbukti dengan 7

dari mereka mengungkapkan bahwa menopause dianggap sebagai suatu

hal yang sangat menyakitkan. Padahal menopause merupakan proses

fisiologis yang harus dijalani oleh seorang wanita. Apabila pengetahuan

tentang menopause kurang maka bisa mempengaruhi kesiapan dan

perilaku seorang wanita dalam menghadapi menopause (Krisnadi, 2015).

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “hubungan pengetahuan tentang menopause

dengan perilaku wanita >45 tahun dalam menghadapi menopause di

wilayah kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2019 “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pengetahuan

tentang menopause dengan perilaku wanita >45 tahun dalam menghadapi

menopause di wilayah kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2019 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan pengetahuan tentang menopause dengan perilaku wanita

18
>45 tahun dalam menghadapi menopause di wilayah kerja Puskesmas

Soropia Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan wanita dalam menghadapi

menopause diwilayah kerja Puskesmas Soropia Kabupaten

Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2019.

b. Mengidentifikasi perilaku wanita dalam menghadapi menopause

diwilayah kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe Provinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2019

c. Menganalisis hubungan pengetahuan tentang menopause dengan

perilaku wanita >45 tahun dalam menghadapi menopause di

wilayah kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe Provinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2019

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

peneliti mengenai hubungan antara pengetahuan tentang menopause

dan perilaku wanita dalam menghadapi menopause.

2. Bagi instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

meningkatkan kegiatan pemberian pendidikan kesehatan kepada

wanita yang mengalami menopause.

19
3. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai masukan bagi Institusi Pendidikan

guna menambah materi tentang Menopause.

E. Keaslian Penelitian

1. Rohmayanti, (2017) dengan judul “hubungan pengetahuan, sikap dan

perilaku dalam menghadapi menopause”. pada penelitian Rohmayanti

metodete penelitian yang digunakan adalah observasional dengan

pendekatan rancangan cross secsional, dengan hasil penelitian

terdapat hubungan antara pengetahuan tentang menopause dengan

perilaku mempersiapkan menopause dengan p value 0.0002 dan

kekuatan korelasi sebesar 0.431. Terdapat hubungan antara sikap

terhadap menopause dengan perilaku mempersiapkan menopause

dengan p value 0.039 dan kekuatan korelasi sebesar -0.293 .

Perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

rohmayanti yaitu pada metode penelitian,populasi dan sampel.

Dimana penelitian saat ini menggunakan metode penelitian analitik,

dengan besar sampe sebanyak 73 responden.

2. Yantina Yusmika Zasri,(2012) dengan judul “Hubungan pengetahuan

dan sikap terhadap kecemasan menghadapi menopause pada ibu usia

45-50 tahun”. Pada penelitian Yantina Yusmika Zasri, ada hubungan

antara pengetahuan dengan kecemasan menghadapi menopause

dengan hasil p value 0,001 (p>0,05), serta terdapat hubungan antara

20
sikap dan kecemasan ibu dengan hasil p value 0,020 (p>0,05).

Perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian Yantina Yusmika Zasri

(2012) adalah pada variabel dependen, populasi, sampel dan metode

penelitian. Penelitian saat ini variabel dependennya adalah perilaku

dengan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional,

sedangkan pada penelitian Yantina Yusmika Zasri meneliti variabel

dependenya yaitu kecemasan dengan metode penelitian deskriptif

analitik.

3. Sasrawita, (2017) dengan judul “Hubungan pengetahuan, sikap

tentang menopause dengan kesiapan menghadapi

menopause”.perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini

yaitu pada variabel dependen dan metode penelitian. Penelitian yang

dilakukan Sasrawita (2017) meneliti variabel dependennya yaitu

kesiapan menghadapi menopause dan Jenis penelitian adalah analitik

kuantitatif dengan desain cross sectional, sedangkan penelitian yang

dilakukan saat ini variabel dependenya yaitu perilaku wanita dalam

menghadapi menopause dengan metode penelitian analitik melalui

pendekatan cross sectional.

21
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran,penciuman,rasa dan raba. Sebagian besar,

pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

( Notoatmodjo,2012 ).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yang disebut AIETA (Awareness,Interest, Evaluation, Trial,

Adaption) yaitu:

1) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

22
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di

sini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

(Notoatmodjo, 2012).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, (Notoatmodjo 2012) :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

23
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

24
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi–

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian–penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada

(Notoatmodjo,2012).

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2012).

d. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2012) :

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh

Notoatmojo (2012) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap

usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada

25
anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN

Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu

usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam

dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

b) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan

yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang

tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang sangatlah

mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa

yang diharapkan.

c) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang

(Azwar, 2014), mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman

sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap

negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan

sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman

pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan,

pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.

d) Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan

26
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif

dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi

(Azwar,2014).

2) Faktor Eksternal

a) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder,

keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi

dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini

akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan

sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

b) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu

hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut.Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi

tersebut apabila arah sikap tertentu.Pendekatan ini biasanya

digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap

27
suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya

digunakan melalui media masa.

c) Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pengetahuan kita.Apabila dalam suatu

wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan

sikap pribadi atau sikap seseorang.

2. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Perillaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu yang

bersangkutan. Tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan

sebagainya. Dengan demikian yang dimaksud  perilaku (manusia)

adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat

diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons

(Notoatmodjo, 2007).

b. Pembentukan Perilaku

28
Perilaku setiap orang adalah unik dan khas sifatnya. Oleh

karena itu tidak ada individu yang memiliki perilaku yang sama persis

ketika menghadapi situasi atau stimulus yang sama. Perilaku dalam

hal ini mirip sidik jari tidak ada yang sama. Namun meskipun tidak

ada perilaku yang sama pada setiap perilaku individu, itu tidaklah

berarti tidak ada batas-batas antara perilaku yang wajar dengan

perilaku tidak wajar. Keunikan perilaku yang sehat selalu dalam

batas-batas tersebut. Perilaku dikatakan sehat atau wajar bila perilaku

tersebut merupakan respons yang sesuai/adaptif serata membuat

individu menjadi lebih berkembang dan matang. Sedangkan perilaku

dianggap bergangguan atau tidak sehat bila perilaku tersebut sudah

tidak lagi sesuai atau adaptif dengan situasi yang sedang dihadapi

bahkan membuat individu menjadi semakin mengkerut dan

terhambat. Jadi sehat tidaknya suatu perilaku atau apakah suatu

perilaku bermasalah atau tidak tergantung dari apakah perilaku

tersebut merupakan respons yang tepat terhadap situasi tertentu atau

tidak dan apakah perilaku tersebut membawa individu menjadi

semakin dimampukan untuk mengaktualkan potensi atau tidak.

(Notoatmodjo, 2007:170).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku

dapat dibedakan menjadi dua.

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

29
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau

kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas

oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). Yang dengan

mudah dapat dilihat oleh orang lain.

c. Bentuk perubahan perilaku

Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama, karena

memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain.

1) Perubahan alamiah (Neonatal chage)

Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu

disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat

sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya

dan ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya yang akan

mengalami perubahan.

2) Perubahan Rencana (Plane Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang

direncanakan sendiri oleh subjek.

30
3) Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change)

Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program

pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi

adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau

perubahan tersebut dan sebagian lagi sangat lambat untuk

menerima perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang

mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda

(Notoatmodjo, 2007).

Sedangkan menurut Rogers dikutip (Notoatmodjo, 2007)

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan :

1) Kesadaran (Awarness), dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus atau objek terlebih dahulu.

2) Tertarik (Interest), yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

3) Penilaian (Evaluation) atau menimbang-nimbang baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

4) Mencoba (Trial), orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Mengadopsi (Adoption) subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus.

31
d. Tahapan perilaku

1) Persepsi (perseption)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang di ambil adalah merupakan praktik tingkatan

pertama.

2)  Respon Terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat

kedua.

3) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

e. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Dalam menghadapi Menopause

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia terdapat

tiga faktor utama, yaitu:

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

32
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan pemberian

Informasi (Notoatmodjo, 2007).

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam

pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau

kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri

individu, keluarga atau masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

Keyakinan seseorang didapat dari adanya variabel

intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan

dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk

cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami

faktor-faktor yang berhubungan dan menggunakan pengetahuan

tersebut untuk menyelesaikan masalahnya (Suprajitno, 2004).

b) Sosial ekonomi

Tingkat sosial Ekonomi adalah kedudukan atau posisi

seseorang dalam masyarakat, tingkat sosial ekonomi adalah

gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat

yang ditinjau dari segi sosial ekonomi. Tingkat sosial ekonomi

33
meliputi pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan yang merupakan

penyebab secara tidak langsung dari masalah kesehatan. Faktor

sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjdinya

penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan

bereaksi terhadap penyakitnya. Hal ini mempengaruhi keyakinan

kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat

ekonomi seseorang, biasanya ia akan lebih cepat tanggap

terhadap gejala penyakit yang dirasakan (Suprajitno, 2004).

c)Pemberian Informasi

Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah

bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam

pengmbilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi

(Kusrini, 2007).

2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih,

ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti : puskesmas, rumah sakit,

poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek

swasta, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

34
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para

petugas termasuk petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

3. Menopause

a. Pengertian

Menopause yaitu tahap atau masa yang ditandai dengan

berhentinya haid yang disebabkan tubuh sudah kehabisan sel telur dan

penurunan hormon estrogen. Menopause yaitu priode menstruasi

spontan yang terakhir pada seorang wanita dan merupakan diagnosis

yang ditegakkan secara retrosfektif setelah amenore selama 12 bulan.

Menopause merupakan perjalanan normal seorang wanita. Di mana

sesuai dengan pertambahan usia tentunya semua fungsi organ tubuh

juga mulai menunjukkan adanya perubahan-perubahan yang signifikan.

Salah satunya adalah menurunnya fungsi organ reproduksi yaitu

ovarium di mana pada usia sekitar 45 tahun ditandai dengan keluhan-

keluhan haid yang tidak teratur dan akhirnya di ikuti oleh berhentinya

siklus menstruasi. Menopause merupakan fase dalam kehidupan

seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya masa subur.

Menopause terjadi pada usia rata–rata 51 tahun seperti yang dijelaskan

pada buku–buku sejarah mengungkapkan bahwa rata –rata usia

tersebut tidak berubah setelah berabad–abad. Perubahan fisik, sosial,

35
dan emosi dalam hidup, serta perubahan psikologis pada diri wanita

membuat masa menopause menjadi salah satu goncangan dan analisis

diri terbesar bagi beberapa wanita. Menopause merupakan kejadian

yang sangat individual, dengan berbagai masalah akibat “usia paruh

baya” yang menyertainya sehingga bagaimana setiap wanita menerima

dan mengalami waktu perubahan fisik ini sangat bervariasi.

(Sibagariang. EE. 2010).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan

menopause sebagai berhentinya menstruasi secara permanen akibat

tidak bekerjanya folikel ovariumm pada usia 35 – 45 tahun karena

hormone estrogen pada wanita sudah mulai mengalami penurunan.

Menopause dapat menjadi kejadian yang dapat terjadi secara alami

atau perubahan hidup yang timbul akibat intevensi medis. Umumnya,

sebab menopause dapat dikategorikan sebagai berikut :

1) Menopause alami

Menopause alami adalah akhir dari tahun reproduksi wanita.

Ditandai dengan tidak hadirnya siklus menstruasi selama satu tahun

penuh. Hal ini dapat terjadi antara usia 40 dan 58 tahun, dengan rata-

rata usia kurang lebih 51 tahun.

2) Menopause prematur

Menopause premature adalah siklus menstruasi wanita berhenti

selama satu tahun penuh sebelum usia 40 tahun. Ini dapat terjadi

36
akibat berbagai alasan, termasuk akibat berbagai alasan termaksud

genetik, proses autoinum, intervensi medis, seperti kemoterapi. Wanita

yang menjalani menopause awal memiliki risiko kanker payudara dan

ovarium lebih kecil, tetapi memiliki risiko terkena osteoporosis lebih

besar.

3) Menopause beralasan atau medis


Menopause medis, kadang-kadang disebut menopause

berhalangan, disebabkan pada saat ada kerusakan parah (seperti

yang disebabkan oleh kemoterapi yang digunakan selama pengobatan

kanker) atau pengangkatan operatif pada ovarium (menopause akibat

bedah). Lebih dari 50 persen wanita pada kemoterapi dilemparkan ke

dalam keadaan menopause sementara, dan kadang-kadang menetap.

Wanita yang belum tua (lebih dari 45 tahun) cenderung lebih

mengalami menopause permanen akibat kemoterapi dari pada wanita

yang lebih muda (35 dan kurang). Setelah pengangkatan ovarium

(ooforektomi), awal menopause yang mendadak, dan wanita yang

cenderung mendapatkan gejala menopause yang cukup parah

(Tagliaferri,2010).

b. Tahap-Tahap dalam Menopause

Tahap dalam menopause adalah :

1) Fase Pramenopause

37
Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola

menstruasi, terjadi perubahan psikologis/ kejiwaan, terjadi

perubahan fisik. Hal ini biasanya berlangsung selama 4-5 tahun.

Terjadi pada usia antara 48-55 tahun. Premenopause atau masa

menjelang menopause adalah suatu keadaan dimana terjadi

keadaan perubahaan segala yang dirasakan oleh wanita, selama 4-

5 tahun sebelum memasuki usia menopause (Winkjosastro, 2012).

2) Fase Menopause
Terhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis

dan fisik makin menonjol. Berlangsung sekitar 3-4 tahun. Pada usia

antara 56-60 tahun. Diagnosis menopause dibuat setelah

terdapat amenorea sekurangkurangnya 1 tahun. Berhentinya haid

dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan

perdarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopause

dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan.

Ada kecenderungan dewasa ini untuk terjadinya menopause pada

umur yang lebih tua. Menopause juga ada hubungannya dengan

menarche. Makin dini menarche terjadi, makin lambat menopause

timbul; sebaliknya, makin lambat menarche teradi, makin cepat

menopause timbul (Winkjosastro, 2012).

3) Fase Pascamenopause

38
Terjadi pada usia di atas 60-65 tahun. Wanita beradaptasi

terhadap perubahan psikologis dan fisik. Keluhan semangkin

berkurang. Pasca menopause adalah masa 3-5 tahun setelah

menopause. Pasca menopause adalah masa dimana seorang

wanita sudah mencapai menopause. Pada tahapan ini seorang

wanita akan rentan terhadap osteoporosis dan penyakit jantung,

Selain itu, mereka berisiko lebih besar terserang penyakit alzheimer,

stroke, mata kering, kanker usus, dan lain-lain.

c. Faktor yang mempengaruhi menopause

Beberapa faktor yang mempengaruhi menopause menurut

Winkjosastro, 2012.

1) Usia haid pertama kali (menarche)

Semakin muda seorang mengalami haid pertamakalinya,

semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause.

2) Faktor psikis

Keadaan seorng wanita yang tidak menikah dan bekerja

diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita.

Mereka akan mengalami masa menopouse lebih muda,

dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja.

3) Jumlah Anak

Makin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua

atau lama mereka memasuki masa menopause.

39
4) Usia melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia

mulai memasuki usia menopause. Bahwa wanita yang masih

melahirkan diatas usia 40 tahun mengalami usia menopause yang

lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan

memperlambat sistem kerja organ reproduksi bahkan, akan

memperlambat proses penuaan tubuh.

5) Pemakaian kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi ini, khususnya alat kontrasepsi jenis

hormonal. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang

menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.

Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama

atau tua memasuki menopouse.

6) Merokok

Wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa

menopause.

7) Sosial ekonomi

Menopause dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi,

disamping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan

antara tinggi badan dan berat badan wanita yang bersangkutan

termasuk dalam pengaruh sosial ekonomi.

d. Perubahan yang Terjadi Pada Wanita Menopause

40
Setiap wanita menopause akan mengalami perubahan baik fisik dan

psikologis.

1) Perubahan Fisik

Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon

tubuh pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik

tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan

ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari

(Sibagariang, 2010) seperti :

a) Siklus haid yang tidak teratur/perdarahan

Beberapa keluhan siklus haid tanda paling umum adalah

fluksasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu,

tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering

disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti

volume perdarahan hal yang normal.

b) Gejolak rasa panas (Hot Fluses)

Hot Fluses adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan

tubuh bagian atas ( seperti leher dan dada). Kulit di daerah

tersebut terlihat kemerahan. Gejolak panas terjadi karena jaringan

yang sensitif atau yang bergantung pada estrogen akan

terpengaruh sewaktu kadar estrogen menurun. Pancaran panas

diperkirakan akibat dari pengaruh hormon pada bagian otak yang

bertanggung jawab untuk mengukur temperatur tubuh. Gejala

41
panas bisa terjadi beberapa detik atau menit, tetapi ada juga yang

berlangsung sampai satu jam (Baziad, 2013).

c) Jantung berdebar – debar

Dalam beberapa penelitian masa menopause di ikuti dengan

jantung berdebar – debar karena pada masa ini kadar estrogen

menurun sehingga peluang terkena serangan jantung sekitar 20

kali lebih sedikit dari pria. Peluang ini dapat berkurang jika

berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan mempertahankan

berat badan dalam jangkauan yang diinginkan, serta diet terkendali

(Baziad,2013).

d) Keringat Berlebihan di Malam Hari dan Sulit Tidur

Cara bekerja secara pasti tidak dapat di ketahui, tetapi

pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang

mengatur termostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya,

suhu udara yang semula dirasakan nyaman mendadak menjadi

terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan

keringat untuk mendinginkan diri. Gejala ini sering dirasakan pada

malam hari, sehingga yang bersangkutan menjadi sulit tidur

(Baziad, 2013).

e) Berkunang – Kunang

Di masa ini penglihatan mulai terganggu terutama pada

ketajaman mata di karenakan kabur dan berkunang-kunang. Hal ini

42
disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran

atau sebaliknya sehingga mempengaruhi (Hawari, 2011).

f) Gangguan Libido

Dengan semangkin meningkatnya usia, maka mangkin

sering dijumpai gangguan seksual pada wanita yang di akibatkan

kekurangan hormone estrogen sehingga aliran darah ke vagina

berkurang, dan sel-sel epitel vagina menjadi tipis dan mudah

cidera. akibatnya cairan vagina berkurang, umumnya wanita

mengeluh sakit saat senggama sehingga tidak mau lagi melakukan

hubungan seks (Baziad, 2013)

g) Perubahan Kulit

Kulit yang sehat sangat penting bagi wanita, kelainan sedikit

saja pada kulit menyebabkan dampak negatif bagi seorang wanita.

Kulit terdiri atas dua lapisan yaitu epidermis dan dermis. Dermis

memiliki banyak artiolen yang banyak membentuk tumpukan

kapiler didalam papil-papil dan sangat berperan dengan timbulnya

panas. Perubahan pada kulit yang disebabkan oleh kekurangan

estrogen dapat mempengaruhi kadar kalogen dan kadar air dalam

kulit yang menyebabkan kulit kehilangan elastisitasnya, atopik,

tipis, kering, dan berlipat-lipat dan bintik-bintik ber upa purpura

senilis (Baziad, 2013)

h) Nyeri Otot dan Sendi

43
Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi.

Pemeriksaan radiologik umumnya tidak ditemukan kelainan.

Sebagian wanita, nyeri sendi erat kaitannya dengan perubahan

hormonal yang terjadi yang mengakibatkan menurunnya aliran

darah dan sintesis kalogen sehingga dengan sendirinya tulang

rawan ikut rusak. Kejadian ini meningkat dengan meningkatnya

usia (Baziad,2013)

i) Berat Badan Bertambah

Perubahan kelenjar dapat membuat sebagian orang

mengalami pertambahan berat badan pada masa menopause,

namun penyebab yang lazim adalah asupan makanan dan

minuman jauh melebihi yang dibutuhkan.Wanita membakar kalori

lebih lambat dibandingkan pria, dan tenaga anda semangkin

menurun dengan bertambahnya usia.

2) Perubahan Psikologis

Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh

pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh

seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan

yang timbul dalam kehidupan sehari-hari seperti :

a) Depresi

Ini adalah kondisi gejala yang pasti dan sering dialami pada ibu

menopause yang dikarenakan perubahan – perubahan yang ada

44
pada diri setiap seorang wanita karena perubahan fisik dan psikologi

pada tubuh.

b) Kecemasan

Gangguan kecemasan dianggap sebagai bagian dari satu

mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk

hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam atau

membahayakan dirinya. Namun kecemasan ini umumnya bersifat

relatif artinya ada orang – orang yang cemas dan dapat tenang

kembali setelah mendapat dukungan dari orang orang di sekitarnya

namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas meskipun

orang disekitarnya memberikan dukungan.

c) Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat di bandingkan kecemasan.

Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang

sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Ini mungkin disebabkan

dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat

menyadari proses yang sedang berlangsung dalam dirinya.

Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku

orang-orang disekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut di

persiapkan sebagai proses penerimaan yang sedang terjadi dalam

dirinya.

d) Stres

45
Perubahan yang terjadi pada massa menopause dengan

menyebabkan stres pada wanita serta merupakan reaksi tubuh

terhadap kecemasan yang dihadapinya pada saat situasi yang

menakutkan atau tidak nyaman. Tidak ada orang yang bisa lepas

sama sekali dari rasa was-was dan cemas termasuk wanita

menopause. Ketegangan perasaan atau stres selalu berdebar dalam

lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga

dan bahkan menyusup ke dalam tidur. Kalau tidak di tanggulangi

stres dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja, dan

menurunkan kekebalan terhadap penyakit. Namun demikian stres

tidak hanya memberikan dampak negatif tetapi juga dampak positif

tergantung bagaimana individu memandang dan mengendalikannya

karena stres sangat individual sifatnya.

e. Cara Hidup Sehat pada Menopause

Cara–cara yang dilakukan untuk menjaga, mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan seseorang antara lain :

1) Terapi Sulih Hormon (TSH)

Merupakan pemberian terapi penggantian hormon untuk

menggantikan hormon yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi

secukupnya akibat kemunduran fungsi organ – organ endokrin

hormon. Yang mana digunakan untuk mendapatkan hormon yang

hilang saat menopause.

46
2) Mengatur Pola Makan yang Mengandung Fitoestrogen

Wanita pada masa menopause kehilangan hormone estrogen,

untuk menggantikannya perlu mengkonsumsi makanan yang

mengandung fitostrogen yang terkandung dalam banyak bahan

makanan seperti serealia, biji–bijian, buah–buahan, kacang-

kacangan, sayuran sehingga terpenuhi suplai dasar tubuh, sekaligus

memperkuat daya tahan tubuh dan mekanisme penyembuhan.

3) Olahraga Khusus untuk Wanita Menopause.

Berolahraga diperlukan asalkan disesuaikan dengan

kemampuan yang ada. Sekalipun banyak di buka pusat kesegaran

jasmani, untuk mempersingkat waktu dapat dilakukan senam di

rumah tanpa memerlukan ruangan yang luas. Untuk

mempertahankan kebugaran fisik harus mengikuti senam kesegaran

jasmani sebanyak dua kali seminggu hal itu sudah cukup. Adapun

kegiatan-kegiatan yang dapat mencegah pemunculan gejalagejala

menopause:

a) Olahraga (exercising) secara teratur.


Olahraga selain membantu mengurangi datangnya gejala

Menopause, dapat pula meningkatkan kekuatan tulang. Mulilah

olahraga seperti, jalan kaki, joggong, meditasi, dan yoga.

b) Berhenti merokok.

47
Merokok sebenarnya ikut mempercepat munculnya

Menopause dan memudahkan kita terkena esteoporosis.

c) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalsium.

Perempuan, terutama menjelang usia-usia Menopause,

sebaiknya mengkonsumsi kalsium sebanyak 1000-1500 gram

sehariannya. Sebagian besar dapat diperoleh dari makanan, seperti

yogurt, susu beberapa jenis sayuran seperti brokoli. Kalau jumlah

kalsium dalam makanan kurang mencukupi dapat meningkatkan

kesehatan tubuh.

d) Mengkonsumsi makanan yang mangandung vitamin

Vitamin yang terkandung dalam buah-buahan dan sayuran

dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

e) Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda dan alkohol.

Minuman ini banyak mengandung kafein yang dapat

memperlambat penyebaran kalsium.

f) Mengkonsumsi kedelai.

Kedelai mengandung fitostrogen atau estrogen yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan. Kedelai dapat kita konsumsi dari kecap

(Baziad,2013).

B. Landasan Teori

48
Pengetahuan adalah domain yang sangat penting dan mendasar

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Setiap orang berbeda-beda

dalam proses menginternalisasikan suatu informasi, sehingga tingkat

pengetahuannya berbeda-beda juga dan di kategorikan menjadi tingkat

pengetahuan tinggi,sedang dan rendah. Semakin tinggi tingkat kognitif

wanita tentang menopause, semakin komprehensif penilaian wanita

tentang hal tersebut. Hal ini dapat mengarahkan kearah perilaku yang

positif dalam berespon terhadap terjadinya keluhan-keluhan saat

menopause (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku dari sudut biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organsme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung. Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu

respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek

tersebut. Perilaku manusia adalah aktivitas manusia tu sendiri

(Sunaryo,2014).

Menopause adalah tahap atau masa yang ditandai dengan

berhentinya haid yang disebabkan tubuh sudah kehabisan sel telur dan

penurunan hormon estrogen . Akibat perubahan pada organ reproduksi

maupun hormone tubuh pada saat menopause mempengaruhi berbagai

keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan

ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari yaitu siklus

haid tidak teratur/perdarahan, gejolak rasa panas (hot fluses), jantung

49
berdebar-debar, keringat berlebihan di malam hari dan sulit tidur,

berkunang-kunang, gangguan libido, perubahan kulit, nyeri otot dan sendi

serta berat badan bertambah (Proverawati, 2010).

C. Kerangka Teori

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

1. Faktor internal
-Pendidikan
-Minat
-Pengalaman
-Usia
Perilaku wanita
Pengetahuan dalam menghadapi
menopause
2. Faktor eksternal
-Ekonomi
-Informasi
-Kebudayaan dan
lingkungan
Baik Kurang baik

Gambar 1 : Kerangka Teori


Dimodifikasi dari Rohmayanti (2017); Notoatmodjo (2012)

50
D. Skema Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, maka kerangka konsep penelitian

dapat digambarkan dalam bentuk sebagai berikut :

Pengetahuanan tentang Perilaku wanita dalam


menopause menghadapi menopause

Gambar 2: kerangka konsep

Keterangan :

Variabel bebas (independen) : Pengetahuan tentang menopause

Variabel terikat (dependen) : Perilaku wanita dalam menghadapi

menopause

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya

semenatara. Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari

masalah yang diajukan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah

ada hubungan antara pengetahuan tentang menopause dengan perilaku

51
wanita usia >45 tahun dalam mengahadapi menopause di wilayah kerja

Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2019.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analitik

melalui pendekatan cross sectional study. Dimana penelitian diadakan

dalam waktu yang bersamaan tetapi dengan subjek yang berbeda-beda

(Arikunto, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara pengetahuan tentang menopause dengan perilaku wanita dalam

menghadapi masa menopouse di Puskesmas Soropia,Kabupaten

Konawe,provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2019.

Adapun rancangan penelitian yang di gunakan adalah

Perilaku (baik)
Pengetahuan baik
Perilaku
(kurang baik)

Perilaku (baik)
wanita usia >45 Pengetahuan cukup
tahun Perilaku
(kurang baik)

52
Pengetahuan kurang Perilaku (baik)
)
Perilaku
(kurang baik)

Gambar 3 : Rancangan penelitian

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2019.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Soropia

Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah subyek besar yang mempunyai

karakteristik subyek yang ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan

penelitian (Siswanto, 2015). Populasi penelitian adalah semua wanita

usia >45 tahun yang belum menopause di wilayah kerja puskesmas

soropia tahun 2018 yang berjumlah 283 orang.

2. Sampel

Sampel adalah wanita yang berusia >45 tahun yang telah

mengalami premenopause. Besar sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus Slovin (Siswanto,2015) :

53
N
n= 2
1+ N (e)

keterangan :

N : Jumlah populasi n : Ukuran sampel

e : derajat ketentuan 90% (0,1)

maka besar sampel adalah :

283
n= 2
1+283 (0,1)

283
n=
3,83

n=73

Dengan demikian jumlah sampel sebanyak 73 responden.

Tekhnik pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling,

dengan memperhatikan kriteria insklusi dan eksklusi/

a) kriteria inklusi dalam penelitian ini

1) Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani lembar

persetujuan.

b) kriteria eksklusi dalam penelitian ini

1) Wanita yang tidak menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar

2) Wanita <45 tahun

D. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (dependent) yaitu perilaku wanita

54
2. Variabel bebas (Independent) yaitu pengetahuan wanita tentang

menopause

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan tentang menopause

Pengetahuan tentang menopause adalah kemampuan responden

untuk mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang

berkaitan dengan menopause. Skala ukur adalah guttman jawaban ya

diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0 (Hidayat, 2014).

Kriteria objektif :

a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban benar 76–100%

b. Pengetahuan cukup: jika skor jawaban benar 56-75%

c. Pengetahuan kurang : jika skor jawaban benar <56%

(Nursalam,2013)

2. Perilaku dalam Menghadapi Menopuse

Pengukuran perilaku berisi pernyataan-pernyataan terpilih yang

sesuai dengan perilaku pencegahan dan telah diuji reabilitas serta

validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku

responden. Kriteria pengukuran perilaku yakni :

a). Perilaku Baik jika nilai jawaban benar ≥ 7

b). Perilaku Kurang baik jika nilai jawaban benar <7

Subyek memberi respon dengan skala guttman jawaban ya

diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0 (Hidayat, 2014)

55
F. Instrument Penelitian

Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1). Kuisioner untuk ibu yang berisi data umum ibu.


2). Sedangkan alat ukur untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku

wanita dalam menghadapi masa menopause menggunakan kuesioner

yang berupa pertanyaan.

G. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan lembar kuesioner,

yang berisi daftar pertanyaan berstruktur

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari hasil pencatatan di buku register

Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

H. Alur Penelitian

Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut :

Populasi
Semua wanita usia >45 tahun di wilayah kerja puskesmas Soropia yang
berjumlah 283 orang

Sampel
Sampel berjumlah 73 orang

Analisis data

Pengumpulan data

56
Pembahasan

kesimpulan

Gambar 4:alur penelitian


I. Pengolahan dan Analisis Data

a. Editing’

Peneliti melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner

apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan

dan konsisten.

b. Coding

Pemberian kode yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Processing

Peneliti memasukan data dari kuesioner ke komputer agar

dapat dianalisis. Processing dilakukan pada analisa univariat dan

bivariat mengunakan komputer.

d. Cleaning
Peneliti melakukan pengecekan kembali data dari setiap

sumber data selesai di masukkan, untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidak lengkapan. Kemungkinan dilakukan

pembetulan atau koreksi.

57
e. Tabulating

Tabulating yaitu data yang dikelompokan kemudian disajikan

dalam bentuk tabel.

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk menggambarkan karakteristik data

dan variabel yang diteliti yang dipresentasikan dalam bentuk distribusi

frekuensi dan narasi.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah tekhnik analisa yang dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,

2010). Penelitian ini mengunakan uji chi square ( x ¿¿ 2)¿ dengan

tingkat kemaknaan p=0,05. Adapun penghitungan uji chi square

( x ¿¿ 2)¿ dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan

pengetahuan dengan perilaku dalam menghadapi menopuse, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

( 0− E )
x 2=Ʃ
E

Keterangan :
x 2 : Chi square E : Nilai-nilai frekuensi harapan

0 : Nilai-nilai yang diamati Ʃ : Total baris x total kolom

58
Gran total

Adapun kriteria penilaian yaitu sebagai berikut :

1) Jika nilai p <0,05 berarti ada hubungan antara variabel independent

dan variable dependent.

2) Jika nilai p >0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel

independent dan variable dependent.

J. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik.

Prinsip etik bertujuan untuk melindungi subjek penelitian. Responden baik

dilindungi hak-haknya. Peneliti menggunakan pertimbangan :

1. Right to self-determination

Responden mempunyai hak otonomi untuk berpartisipasi atau

tidak dalam penelitian. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti

yang berisi prosedur penelitian, manfaat dan resikonya, responden

diberikan kesempatan untuk memberikan persetujuan atau menolak

berpartisipasi dalam penelitian. Responden dapat mengundurkan diri

dari penelitian tanpa konsekuensi apapun.

2. Right to privacy and dignity

Peneliti melindungi privasi dan martabat responden. Selama

penelitian kerahasiaan dijaga.

3. Right to anonymity and confidentiality

59
Data penelitian yang berasal dari responden tidak disertai

dengan identitas responden tetapi cukup dengan kode responden.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian setiap responden hanya

diketahui oleh peneliti dan responden yang bersangkutan. Selama

pengolahan data, analisis dan publikasi dari hasil penelitian tidak

dicantumkan identitas responden.

4. Right to fair treatment

Semua responden mendapatkan intervensi yang sama pada

saat pengumpulan data penelitian.

5. Right to protection from discomfort and harm

Kenyamanan responden dan risiko perlakuan yang diberikan

selama penelitian tetap dipertimbangkan dalam penelitian ini.

Kenyamanan responden baik fisik, psikologis dan social yang di

pertahankan.

60
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi

a. Keadaan Geografis

Puskesmas Soropia merupakan salah satu puskesmas yang

berada dalam wilayah kabupaten Konawe tepatnya dikecamatan

Soropia Kabupaten Konawe dengan luas wilayah sebesar 10,251

Ha atau 0,88% dari luas dataran konawe dengan jumlah wilayah

administrasi pemerintah sebanyak 1 kelurahan yang terdiri dari

Kelurahan Toronipa, 14 desa definitif yaitu Desa Sorue Jaya, Desa

Tapulaga, Desa Leppe, Desa Bajo Indah, Desa Bokori, Desa

Mekar, Desa Bajoe, Desa Telaga Biru, Desa Atowatu, Desa

Sawapudo, Desa Soropia, Desa Waworaha, Desa Saponda Darat,

Dan Desa Saponda Laut.

61
Dengan batasan wilayah kerja sebagai berikut :

1. Bagian sebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda

2. Bagian sebelah Timur berbatasan dengan Perairan Teluk

Kendari

3. Bagian sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Kendari

(Kecamatan Kendari Barat)

4. Bagian sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan LL.Meeto

b. Keadaan Demografis

Tabel 1.
Jumlah penduduk di wilawah kerja Puskesmas Soropia
Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe
TAHUN JUMLAH JIWA JUMLAH KK
2016 8.075 2.221
2017 8.483 2.179
2018 7.759 2.395

c. Sarana dan Prasarana Kesehatan

sarana kesehatan yang terdapat di Wilayah kerja Puskesmas Soropia

Kabupaten Konawe tahun 2012 terdiri dari 1 Unit puskesmas Induk, 1

Unit Puskesmas pembantu, 7 Unit Poskesdes dan 17 Unit Posyandu.

d. Sumber Daya Manusia

Tabel 2.
jumlah tenaga kesehatan berdasarkan status kepegawaian
Puskesmas Soropia Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe tahun 2019

62
Status Kepegawaian
Jenis Tenaga  Jumlah
PNS PTT PHL
Sarjana Kesehatan
6 - 1 7
Masyarakat
Dokter Umum 1 - - 1
Dokter Gigi 1 - - 1
Apoteker 1 - - -
S1 Keperawatan 3 - 5 8
D4 Kebidanan 2 - - 2
D3 Farmasi 1 - - 1
D3 Keperawatan 3 - 6 9
D3 Kebidanan 10 - 11 21
D3 Gizi - - 2 2
D3 Komputer - - - -
SPK 1 - - 1
SMA - - 1 1
Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Soropia Tahun 2019
e. Pelayanan Kesehatan

Program pokok puskesmas yang sudah dijalankan di Puskesmas

Soropia adalah sebagai berikut :

1) Program KIA

2) Program KB

3) Program Perbaikan Gizi

4) Program Imunisasi

5) Program Kesehatan Lingkungan

6) Program Pengobatan

7) Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8) Program Usaha Kesehatan Sekolah

63
9) Program Kesehatan Gigi dan Mulut

10)Program Pemberantasan Penyakit Menular

2. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis setiap variabel untuk memperoleh

gambaran setiap variabel dalam bentuk distribusi frekuensi.

a. Karakteristik responden

Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat

pada didri responden yang membedakan antara responden yang

satu dan responden lainnya.

Tabel 3.
Distribusi responden berdasarkan Usia
Usia (Thn) N Persentase (%)
45-50 65 89,04
51-55 8 10,96
Total   73 100
Data Primer Maret 2019

Dari tabel 3. Didapatkan distribusi responden berdasarkan

umur yaitu sebagian besar berumur 45-50 tahun berjumlah 65 orang

(89,04%) sedangkan umur 51-55 tahun hanya berjumlah 8 orang

(10,96%).

Tabel 4.
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan N Persentase (%)
Pendidikan Dasar 19 26,0
Pendidikan menengah 42 57,5
pendidikan tinggi 12 16,4
Total 73 100

64
Data Primer Maret 2019

Dari tabel 4. Didapatkan karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan Dasar yaitu berjumlah 19 orang (26,0%,)

pendidikan menengah berjumlah 42 orang (57,5%) dan pendidikan

tinggi berjumlah 12 orang (16,4%).

Tabel 5.
Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden
Tentang Monopause
Pengetahuan N Persentase (%)
Kurang 14 19,2
Cukup 27 37,0
Baik 32 43,8
Total 73 100
Data Primer Maret 2019

Dari tabel 5. Didapatkan distribusi responden berdasarkan

tingkat pengetahuan responden tentang monopause sebagian besar

berpengetahun baik dengan jumlah 32 orang (43,8%),

berpengetahuan cukup berjumlah 27 orang (37,0 %) dan yang

berpengetahuan kurang berjumalah 14 orang (19,2%).

Tabel 6.
Distribusi perilaku responden dalam
menghadapi menopause
Perilaku N Persentase (%)
Kurang baik 21 28,8
Baik 52 71,2
Total 73 100
Data Primer Maret 2019

65
Dari tabel 6. Sebagian besar berperilaku baik dalam

menghadapi monopause dengan jumalah 52 orang dengan

persentase 71,2% dan berperilaku kurang baik berjumlah 21 orang

dengan persentase 28,8%.

3. Analisis Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan perilaku wanita usia > 45 tahun

dalam menghadapi monopause di wilayah kerja puskesmas

soropia kabupaten konawe provinsi sulawesi tenggara tahun 2019

Tabel 7.
Hubungan pengetahuan dengan perilaku
wanita usia > 45 tahun dalam
menghadapi monopause
Perilaku Dalam Menghadapi
Tingkat Monopause p-value
Pengetahuan Kurang baik Baik
N % n %
Baik 1 1,37 31 42,47 0,000
Cukup 7 9,59 20 27,40
Kurang 13 17,81 1 1,37
Sumber :data Primer maret 2019

Berdasarkan Tabel 7. Dari hasil tabulasi silang antara

pengetahuan dengan perilaku wanita usia >45 tahun dalam

menghadapi menopause dari 73 responden didapatkan hasil dari

32 orang yang memiliki pengetahuan baik diantranya 31

responden (42,37%) memiliki perilaku baik dalam menghadapi

monopause sedangkan yang mimiliki perilaku kurang baik

66
sebanyak 1 responden (1,37%). Untuk Responden dengan

pengetahuan cukup berjumlah 27 responden diataranya yang

memiliki perilaku baik sebanyak 20 responden (27,40%)

sedangkan yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 7

responden (9,59%). sementara itu Responden dengan

pengetahuan kurang berjumlah 14 orang, diantaranya yang

memiliki perilaku baik sebanyak 1 responden (1,37%) sedangkan

responden yang memiliki perilaku kurang baik sebanyak 13

responden (17,8%).

Hasil uji statistic Chi Squere didaptkan hasil p=0,000 <0,05

artinya H1 diterima dan Ho ditolak, artinya ada Analisis Hubungan

pengetahuan dengan perilaku wanita usia >45 tahun dalam

menghadapi menopause di wilayah kerja Puskesmas Soropia

Kabupaten Konawe Tahun 2019.

B. Pembahasan

1. Pengetahuan ibu tentang menopause

Notoadmojo (2013), Mendefinisikan Pengetahuan berupa ide

atau hasil dari sebuah aktivitas/Prilaku manusia yang telah terjadi

setelah penginderaan dari objek tertentu.

Pengetahuan seseorang juga akan di pengaruhi dari tingkat

pendidikan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan sebagian responden

berpendidikan menengah. Menurut Purnama, 2010, Sekolah

67
Menengah adalah sekolah yang menjadi masa persiapan baik bagi

seseorang sehingga mampu melakukan hubungan timbal-balik dengan

lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau

pendidikan tinggi. Menurut Maulina, 2012 dalam putri, 2017

menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh

dalam memberi respon terhadap sesuatu hal. Pendidikan seseorang

sangat mempengaruhi pengetahuannya karena semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.

Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah

tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah (Notoatmodjo, 2007).

Selain pendidikan faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

yaitu. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat menggambarkan

kematangan sesorang baik fisik, psikis maupun sosial, sehingga

membantu seseorang dalam pengetahuannya. Semakin bertambah

usia, semakin bertambah pula pengetahuan yang didapat. Hal tersebut

sesuai yang dikemukakan Notoadmodjo (2007) bahwa usia

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir, semakin matang pola pikir

seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik.

Menopause merupakan tahap dimana seorang wanita mengalami fase

akhir atau berhentinya ovulasi dan menstruasi. Oleh karena itu dimana

seorang wanita tidak mampu hamil kembali, hal ini biasanya dialami

68
pada wanita yang berusia antara 45-55 tahun keatas dan rata-rata

pada usia 50-51 tahun (Janiwarty dan Herri, 2013). Hasil penelitian

tersebut menunjukkan responden yang berusia 45-50 tahun paling

banyak sehingga mampu mempersiapkan diri ketika memasuki usia

menopause dan mampu menyerap informasi yang diberikan mengenai

perubahan pada wanita ketika memasuki usia menopause.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi responden

berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang monopause

sebagian besar berpengetahun baik dengan jumlah 32 orang dengan

persentase 43,8%, setelah itu berpengetahuan cukup berjumlah 27

orang dengan persentase 37,0 % dan yang berpengetahuan kurang

berjumalah 14 orang dengan persentase 19,2%.

Sehubungan dengan penelitian ini ibu menopause di Puskesmas

Soropia,Kabupaten Konawe sebagian besar memiliki pengetahuan

tinggi. Dengan tingginya pengetahuan yang dimiliki oleh wanita

menopause ini, maka mereka akan lebih bisa menerima tanda-tanda

perubahan yang akan terjadi pada masa masa menopause terutama

perubahan fisik dan emosional. Pengetahuan ibu menopause tentang

tanda-tanda menopause sebaiknya diketahui lebih dini sebelum ibu

mengalami masa menopause sehingga ibu bias menerima dan

beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

2. Perilaku Wanita Dalam Menghadapi Monopause

69
Menurut wikipedia, Sikap merupakan respons tertutup seseorang

terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan. Tindakan ini merujuk

pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang

merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah

dimiliki.

Perilaku yang baik dari wanita dalam menghadapi masa

menopause dapat dipengaruhi oleh factor internal, yaitu faktor

fisiologis dan psikologis dan factor eksternal, yaitu pengalaman,norma-

norma, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada

dalam masyarakat (Notoatmodjo,2012). Pengalaman pribadi dan

pengaruh sosial juga merupakan sumber terjadinya suatu perilaku.

Pengalaman merupakan guru yang terbaik, dapat Diartikan

pengalaman merupakan sumber perilaku atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran sikap/perilaku

yang akan dianut. Pengaruh social tidak lepas dari pengalaman pribadi

dan lingkungan sosial budaya dari wanita yang mempengaruhi

terbentuknya suatu perilaku terhadap suatu objek. Seseorang yang

berpengalaman akan bersikap lebih tepat terhadap apa yang

dialaminya. Pengalaman yang terjadi secara tibatiba atau mengejutkan

yang meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang.

Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang

70
dan terus- menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap kedalam

individu dan mempengaruhi terbentuknya perilaku. Dalam

pembentukan perilaku pengaruh orang lain sangat berperan. Misal

dalam kehidupan masyarakat yang umumnya hidup dipedesaan,

mereka akan mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh masyarakat.

Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pembentukan sikap dan perilaku. Dalam kehidupan dimasyarakat,

sikap masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang ada didaerahnya

Hal ini merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan wanita

sehingga perlu perhatian khusus bagi mereka supaya tidak memiliki

pemikiran yang negatif. Dengan semua itu juga akan mempengaruhi

mereka dalam bersikap dan berperilaku. Semakin tinggi pegetahuan

maka akan cenderung berperilaku baik (notoatmodjo,2012).

Dari hasil penelitian sebagian besar responden berperilaku baik

dalam menghadapi monopause dengan jumalah 52 orang dengan

persentase 71,2% dan berperilaku kurang baik berjumlah 21 orang

dengan persentase 28,8%. Dengan demikian perilaku wanita dalam

menghadapi menopause di Puskesmas Soropia kabupaten Konawe

dalam kategori baik.

3. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Wanita Usia > 45 Tahun

Dalam Menghadapi Monopause

71
Menopause merupakan hal yang alami bagi kaum wanita dan

hal ini tidak dapat dipungkiri ataupun dihindari. Menopause menjadi

persoalan karena pengaruh hormon esterogen dan progesterone yang

menurun. Penurunan drastis kadar kedua hormon ini akan diikuti

berbagai perubahan pada fisik dan psikis (Atikah, 2009 ; h.2).

Beberapa wanita menganggap masa tua itu sebagai momok yang

menakutkan, kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya

akan menjadi tidak sehat, tidak bugar dan tidak cantik lagi ketika

menopause itu datang. Wanita-wanita yang mengalami kecemasan

umumnya disebabkan karena kurangnya informasi yang benar

sehingga yang dibayangkan adalah efek negatif yang akan dialaminya

setelah memasuki masa menopause. Mereka menganggap bahwa

dengan berakhirnya masa reproduksi berarti berhentinya nafsu

seksual. Selain itu, mereka juga menyadari akan menjadi tua yang

berarti kecantikannya akan memudar dan fungsi organ-organ

tubuhnya akan menurun. Keadaan ini dikhawatirkan akan

mempengaruhi hubungan dengan suami maupun lingkungan

sosialnya. Kurang minat bekerja dan menekuni hobi. Wanita

menopause memilliki ketergantungan tinggi pada orang lain. Perilaku

gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir,

mengeluh, menangis. Perilaku tersebut tidak akan terjadi apabila

72
wanita menopause mempunyai pengetahuan yang cukup bahwa

periode menopause itu akan timbul gejala yang normal.

Pengetahuan juga merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya perilaku seseorang, karena apabila perilaku yang

didasari oleh pengetahuan yang cukup maka semakin baik dan siap

ibu dalam menghadapi menopause dibandingkan wanita yang memiliki

pengetahuan yang kurang. Pengetahuan seseorang biasanya

diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media masa, media

cetak, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media

poster, kerabat dekat dan sebagainya (Dewi M, 2010 ; h.11).

Pengetahuan seseorang mengenai suatu hal tentunya akan

mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut bersikap atau

berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Mayoritas responden

memiliki penegtahuan tentang monopause cukup dan perilaku dalam

mengahadapi monopause sudah baik. Faktor pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang atau dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh

sebagai motivasi awal bagi seseorang berperilaku. Hal ini sesuai

dengan pendapat Rogersitas dalam Katz dan Nare (2002), proses

adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum

orang mengadopsi perilaku baru di dalam dirinya, terjadi proses yang

73
berurutan yaitu: awareness (kesadaran), yakni orang tersebut

menyadari atau mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Interest,

yakni orang mulai tertarik pada stimulus. Evaluation, menimbang baik

atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Trial, orang telah mulai

mencoba perilaku baru. Adoption, subjek telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan

sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(long lasting).

Pengetahuan merupakan salah satu cara untuk mendorong

mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku baru. Pengetahuan

salah satunya didukung oleh pendidikan, pendidikan yang memadai

akan memudahkan seseorang memperoleh pemahaman yang lebih

baik tentang . Pemahaman yang baik tentang seluk beluk menopause

akan menunjang kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.

Tingkat pendidikan yang baik akan mempengaruhi seseorang dalam

pengembangan nalar dan analisa. Dengan daya nalar yang baik akan

memudahkan untuk meningkatkan pengetahuan, salah satu cara

yang baik dalam rangka memberikan informasi dan pesan kesehatan.

Pengetahuan tentang suatu objek juga dapat diperoleh dari

74
pengalaman guru, orang tua, teman, buku dan lain-lain (Rasyid et

al., 2014 dalam sasrawati, 2016)

Tingakt pengetahuan wanita monopause akan memepegaruhi

wanita dalam mengembangkan penalaran logika dan analisa

terhadap perubahan masa monopause yang akan dihadapinya

sehingga akan memudahkan wanita premonopause dalam

menerima informasi dan pesan kesehatan. Penegatahuan tentang

monopause merupakan faktor yang menentukan dalam upaya

menyesuaian dengan dengan perubahan yang wajar dalam siklus

kehidupan yang akan dialami setiap wanita dan tidak perlu

melakukan pengobatan atau harus menimbulkan ketidaksiapan

berlebihan dalam menghadapi dan menjalani monopause

(estiani,dkk, 2015)

Hasil uji statistic Chi Squere didaptkan hasil p=0,000 <0,05

artinya H1 diterima dan Ho ditolak yang artinya ada Hubungan

pengetahuan dengan perilaku wanita usia > 45 tahun dalam

menghadapi monopause di wilayah kerja Puskesmas Soropia

Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2019.

Monopause mempengaruhi peristiwa kehidupan jutaan wanita

monopause statistik global. Sehingga wanita harus mengetahui

tentang monopause itu agar jika terjadi pada dirinya maka wanita

tersebut bisa mengatasinya dengan baik tanpa menimbulkan

75
masalah yang berarti.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rohmayanti, 2017 dimana Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara pengetahuan tentang menopause dengan

perilaku mempersiapkan menopause dengan p value 0.0002 < 0,05

dan kekuatan korelasi sebesar 0.431. Hal ini terbukti bahwa

pengetahuan berhubungan secara bermakna dengan perilaku.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Kristiantiningtyas,dkk, 2013

Uji statistik dengan Kendall Tau didapatkan p value = 0,000 ≤ 0,05

sehingga ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

menopause dengan perilaku ibu dalam menghadapi masa

menopause. Angka korelasi Kendal Tau sebesar 0,330 menunjukkan

korelasi positif yang artinya semakin baik pengetahuan maka

perilaku dalam menghadapi menopause akan semakin baik pula.

Didukung dari penelitian Atik Ismiyati (KTI, 2010) yang berjudul

“Hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan

menghadapi menopause pada ibu premenopause di Perumahan

Sewon Asri Yogyakarta” didapatkan 28 orang (31,1%) memiliki

pengetahuan yang cukup juga memiliki kesiapan menghadapi

menopause pada ibu premenopause dengan baik, Hasil hitung

sebesar 0,540, sehingga nilai hitung > tabel (0,540 > 0,496).

76
Berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause

dengan kesiapan menghadapi menopause pada ibu premenopause.

Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan itu sangat penting

bagi wanita menopause agar dia lebih siap dan mengerti dalam

menghadapi menopause dan agar ibu tidak melakukan perilaku yang

salah saat menghadapi menopause, karena menopause sebenarnya

hal yang wajar yang dialami oleh wanita.

BAB V

77
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan pengetahuan dengan

perilaku wanita usia > 45 tahun dalam menghadapi monopause di

wilayah kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi

Tenggara Tahun 2019, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi responden

berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang monopause

sebagian besar berpengetahun baik dengan jumlah 32 orang dengan

persentase 43,8%, setelah itu berpengetahuan cukup berjumlah 27

orang dengan persentase 37,0 % dan yang berpengetahuan kurang

berjumalah 14 orang dengan persentase 19,2%.

2. Dari hasil penelitian sebagian besar responden berperilaku baik

dalam menghadapi monopause dengan jumalah 52 orang dengan

persentase 71,2% dan berperilaku kurang baik berjumlah 21 orang

dengan persentase 28,8%.

3. Hasil Hasil uji statistic Chi Squere didaptkan hasil p=0,000 <0,05

artinya H1 diterima dan Ho ditolak yang artinya ada Hubungan

pengetahuan dengan perilaku wanita usia > 45 tahun dalam

menghadapi monopause di wilayah kerja Puskesmas Soropia

Kabupaten Konawe Profinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2019

B. Saran

78
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka perlu adanya upanya

untuk meningkatkan pendidikan kesehatan yang lebih baik. Oleh

karena itu peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meningkatkan

pengetahuan sekaligus memberikan informasi tentang pendidikan

kesehatan tentang menopause dengan metode dan media yang

berbeda. Sehingga memberikan kemudahan kepada penlitian

selanjutnya dan memberikan hasil yang lebih baik.

2. Bagi istansi

Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu menopause

dengan cara memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan

mengenai menopause.

3. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi yang dapat

bermanfaat khususnya tentang pengetahuan mengenai menopause.

DAFTAR PUSTAKA

79
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta

Azwar, 2014. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Badan Pusat statistik. 2018. Jumlah Wanita Menopause. konawe:

Baziad, A. 2013. Menopause dan Andropause.Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka.

Estiani, dkk.2015. hubungan pendidikan dan kesehatan wanita


pramenopause terhadap sikap menghadapi monopause di desa sekar
jaya kabupaten ogan komering ulu.volume 2 no 2 juli 2015, ISSN NO
23555459
Hidayat,A.A.(2014) Metode penelitian keperawatan dan teknis analis
data.Jakarta : Salemba Medika.

Janiwarty, B., & Herri, Z. P. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu
Teori dan Terapannya. Yogyakarta: Andi Offset.
Kasdu,Dini .2012.Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause.
Jakarta: Puspa Swara.

Katz, & Nare. (2012). Reproductive Health Knowledge and Use of Services
Among Young Adults in Dakar, Senegal. Combridge University Press.
Printed in the United Kindom. Journal Biosocial Science.34: 215-231
Kemenkes RI. 2018. Departeman Kebijakan dan Strategi Nasional
Kesehatan Reproduksi di Indonesia.
http/www.departementkesehatan.co.id]. Diakses 2018.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Vol. 51).
https://doi.org/11.1037/0022-3514.51.6.1173

Krisnadi, S.R. 2015. Menopause. Pustaka Populer Obor. Jakarta.

Kristiantiningtyas. 2013 ; Hubungan tingkat pengetahuan menopause dengan


perilaku ibu dalam menghadapi masa menopause di Desa Randusari,
Kecamatan Rowosari, Kabupaten. Kendal Journal Endurance may
2013

80
Hawari, D. 2011. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUII.

Notoatmodjo, 2017. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S., 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nur Isyana 2017 ,Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada


wanita perimenopause. jurnal : Universitas Airlangga

Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Proverawati. 2010. Menopause dan Sindrom Premenopause. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Rohmayanti, 2017. Hubungan pengetahuan, Sikap Dan Perilaku dalam


menghadapi menopause.jurnal : Universitas Muhammadiyah
Magelang

Sasrawita. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap Tentang Menopause


Dengan Kesiapan Menghadapi Menopause Di Puskesmas Pekanbaru.
Journal Endurance 2(2) June 2017 (117-123)
Sibagariang, EE, dkk. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:Buku
Kesehatan

Siswanto (2015), Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan


Administratif Dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Sunaryo, Drs.M.Kes Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku


KedokteranEGC.2014

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. EGC

Tagliaferri dkk. 2010. The New Menopause Book. Jakarta: PT. Indek.

Winkjosastro, H.2012 Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono

81
Yantina Yusmika Zasri, 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Kecemasan menghadapi menopause pada ibu usia 45-50 tahun,
jurnal :Stikes U'Budiyah Banda Aceh

82
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


No. Responden :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
Setelah mendengar/membaca penjelasan tentang maksud dan tujuan
penelitian ini, maka saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden
dalam penelitian yang dilakukan peneliti dengan Judul “Hubungan
Pengetahuan Dengan Perilaku Wanita Usia >45 Tahun Dalam Menghadapi
Monopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2019”.
Saya mengerti bahwa ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang harus saya
jawab, dan sebagai responden saya akan menjawab pertanyaan kuesioner
dengan jujur.
Saya bersedia menjadi responden bukan karena adanya paksaan dari pihak
lain, namun karena keinginan sendiri dan tanpa biaya yang akan
ditanggungkan kepada saya sesuai dengan penjelasan yang sudah
dijelaskan oleh peneliti. Hasil yang diperoleh dari saya sebagai responden
dapat dipublikasikan sebagai hasil dari penelitian dan akan diseminarkan
pada ujian hasil dengan tidak akan mencantumkan nama, kecuali nomor
informan.
Kendari, ...............................2019

Responden

83
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA > 45


TAHUN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SOROPIA KABUPATEN KONAWE
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2019

NO. Responden :
Tanggal Pengisian :
A. Data Pengetahuan
Petunjuk pengisian kuesioner
Berilah tanda (√) pada setiap jawaban yang di anggap benar

No Pernyataan Benar Salah


1. Menopause merupakan tahapan dalam kehidupan
seorang wanita yang di tandai berhentinya masa
haid selama 12 bulan berturut-turut
2. Usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun
tetapi sudah dimulai sejak wanita berusia 40 tahun
3. Wanita yang mengalami menopause mempunyai
tiga pola haid, yaitu haid tetap, teratur dan tiba-tiba
berhenti haid menjadi jarang,haid menjadi tidak
teratu.
4. Ketidak teraturan haid meningkatkan kecemasa
bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang.
5. Menopause suatu masa kritis dalam hidup wanita
karena terjadi banyak perubahan pada tubuh.
6. Perubahan fisik dan psikologi merupakan
perubahan yang timbul pada masa menopause.
7. Perubahan fisik yang sering terjadi pada ibu
menopause yaitu berat badan meningkat
8. Perubahan psikologi yang sering terjadi pada wnita

84
menopause yaitu mudah tersinggung
9. Gejala penurunan kesehatan pada wanita
menopause di tandai dengan sakit kepala dan
jantung berdebar-debar
10. Gejala menopause paling sering di bicarakan dan
dialami adalah arus panas sensasi yang muncul
tiba-tiba yang kemudian dapat menjadi sangat
panas
11. Pengobatan pada wanita menopause merupakan
salah satu bagian pencegahan dari menopause.
12. Olah raga yang cukup, mengonsusmsi makanan
berserat merupakan bentuk dari pencegahan
menopause.
13. Cara hidup sehat pada wanita menopause yaitu
dengan mengatur istrahat yang cukup.
14. Rasa gelisah, mudah tersinggung ketegangan dan
kecemasan merupakan ciri umum menjelang
menopause
15. Yang merupakan dampak dari menopause adalah
gangguan depresi dan perubahan suasana hati
JUMLAH

B. Data Perilaku
Petunjuk pengisian kuesioner
Berilah tanda (√) pada setiap jawaban yang di anggap sesuai

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Bila ada keluhan yang berhubungan dengan
menopause, apakah ibu akan memeriksakannya

85
kedokter ?
2. Apakah ibu akan memeriksakannya ke paranormal /
orang pintar lainnya ?
3. Apakah akan ada perilaku pola makan ibu setelah
mengetahui bahwa gizi mempengaruhi menopause ?
4. Apakah pola makan ibu seimbang ?
5. Apakah olah raga teratur adalah cara ibu untuk
mencegah menopause dini ?
6. Apakah ibu akan minu susu (kalsium) untuk mencegah
osteoporosis ?
7. Apakah ibu cukup menerima cahaya matahari pagi ?
8. Apakah ibu akan menghindari faktor yang dapat
menghindari menopause dini ?
9. Bila ibu minum multivitamin/multimineral, teraturkah ibu
meminumnya ?
10 Jika ibu mengalami kesulitan dalam menghadapi
. menopause, apakah ibu akan ke dokter ?
JUMLAH

86

Anda mungkin juga menyukai