Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Asuhan Keperawatan Pada Bayi Yang Mengalami Ruam Popok


Dengan Pemberian Olive Oil Untuk Mencegah Terjadinya Iritasi
Serta Menjaga Kelembapan Kulit Bayi Di Daerah Gebang

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan mata kuliah KTI pada Program Studi D III Keperawatan
Mataram Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
Tahun Akademik 2019/2020

OLEH :

A.A REKHA DENA SRI DEVI

NIM. P07120118001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

1
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN MATARAM
2020

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh A. A Rekha Dena Sri Devi NIM.
P07120118001 dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Yang
Mengalami Ruam Popok Dengan Pemberian Olive Oil Untuk Mencegah
Terjadinya Iritasi Serta Menjaga Kelembapan Kulit Bayi Di Daerah
Gebang telah diperiksa dan mendapatkan persetujuan untuk diujikan di
depan tim penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan
Keperawatan Program Studi D.III Keperawatan Mataram Tahun Akademik
2019/2020.

Mataram, 12 Desember 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ridawati Sulaeman ,S,Kep.,Ns.,MM Jubair, Skm., M., Kes


NIP.197004271993032003 NIP.196312311985011001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Bayi
Yang Mengalami Ruam Popok Dengan Pemberian Olive Oil Untuk
Mencegah Terjadinya Iritasi Serta Menjaga Kelembapan Kulit Bayi Di
Daerah Gebang dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes. Selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Mataram
2. Ibu Ridawati Sulaeman, S.Kep., Ns., MM. selaku pembimbing I yang telah
memberikan saran dan bimbingannya serta motivasi demi kesempurnaan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini..
3. Ibu Rusmini,S.Kep. Ns.,MM.selaku Ketua Jurusan Keperawatan di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Mataram.
4. Bapak H. Moh. Arip, S.Kp.,M.Kes.Selaku Ketua Program Studi D.III
Keperawatan Mataram di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.
5. Bapak Jubair Skm., M.,Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
saran dan bimbingannya serta motivasi demi kesempurnaan Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Dosen-dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada
penulis.
7. Kedua orang tua tersayang terima kasih atas kasih sayang, do’a, dukungan
dan pengorbanannya, sehingga penulis bisa tetap semangat dan terus maju
dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua teman-teman seperjuangan D.III Keperawatan Mataram angkatan
2019/2020, terima kasih atas support dan dukungan dalam penyusunan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

3
Penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.
Demikian, semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat dan
menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
BAB 1..................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
A. Latar Belakang.......................................................................................................6
B. Rumusan Masalah..................................................................................................8
C. Tujuan....................................................................................................................9
D. Manfaat Studi Kasus..............................................................................................9
BAB II................................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................10
A. KONSEP BALITA..................................................................................................11
B. KONSEP RUAM POPOK PADA BALITA...........................................................13
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BAYI...........................................................23
BAB III...............................................................................................................................33
METODE STUDI KASUS.....................................................................................................33
A. Rancangan Studi Kasus........................................................................................33
B. Subyek Studi Kasus..............................................................................................33
C. Fokus Studi Kasus................................................................................................33
D. Definisi Oprasional..............................................................................................33
E. Instrumen Studi Kasus..........................................................................................33
F. Pengumpulan Data...............................................................................................34
G. Waktu...................................................................................................................34
H. Penyajian Data.....................................................................................................34
I. Etika Studi Kasus.................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................37
LAMPIRAN.................................................................................................................39

5
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah yang sering dijumpai pada bayi baru lahir salah satunya
adalah bayi rewel, bayi kolik, gumoh, cradle cap (kerak kepala),
mongolian spot (bercak kebiruan), Miliaria, Diaper rash, oral trush, diare.
Diaper rush atau ruam popok (penyakit kulit popok) adalah ruam merah
terang disebabkan oleh iritasi merah terang disebabkan oleh iritasi dari
kulit terkena urin atau kotoran yang berlangsung lama di bagian mana saja
di bawah popok anak. Ruam popok bisa juga disebabkan oleh infeksi
jamur candida, biasanya menyebabkan ruam merah terang pada lipatan
kulit dan bercak kecil merah. Ruam popok sering disebabkan oleh bakteri
(Muslihatun, 2018)..
Di Amerika Serikat terdapat sekitar satu juta kunjungan bayi dan
anak dengan ruam popok yang berobat jalan setiap tahun. Penelitian di
Inggris menemukan, 25% dari 12.000 bayi berusia 4 minggu mengalami
ruam popok. Insiden ruam popok di Indonesia mencapai 7-35%, yang
menimpa bayi laki-laki dan perempuan berusia dibawah tiga tahun. Staf
Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas dan Desentralisasi,
dr Krisnajaya, MS me mperkirakan jumlah anak balita (bawah lima tahun)
Indonesia mencapai 10 persen dari populasi penduduk. Jika jumlah
penduduknya 220-240 juta jiwa, maka setidaknya ada 22 juta balita di
Indonesia, dan 1 /3 dari jumlah bayi di Indonesia mengalami ruam popok
(Dinkes, 2019). ). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019, iritasi kulit (ruam popok)
cukup tinggi yaitu sebesar 25% dari 1.000.000 kunjungan bayi yang
berobat jalan.
di Indonesia sendiri telah mencapai 7-35%, yang menimpa bayi laki-
laki dan perempuan berusia kurang dari tiga tahun dari angka kelahiran

6
4.746.438 dari jumlah perempuan 2.322.652 dan jumlah laki-laki
2.423.786 (Kementerian Kesehatan RI, 2018). prevalensi iritasi kulit
(ruam popok) pada bayi cukup tinggi 25% dari 6.840.507.000 bayi yang
lahir di dunia kebanyakan menderita iritasi kulit (ruam popok) akibat
penggunaan popok.
Dalam perawatan kebersihan bayi dan balita, hingga saat ini
memakaikan popok pada bayi dan balita merupakan cara yang paling
praktis, efektif, dan hygienis untuk menampung urin (BAK) dan faces
(BAB) agar tidak menyebar pada saat buang air kecil maupun buang air
besar. Namun sesungguhnya, kulit bayi dan balita tidak siap untuk
mengatasi keadaan yang dapat timbul akibat kontak lama dengan urine dan
faces yang disebabkan oleh pemakaian popok.
Popok dan bayi adalah dua hal yang tak bisa dilepaskan. Popok bisa
membuat bayi tenang tapi bisa juga justru jadi sumber kerewelan bayi.
Dan semua itu bergantung pada seberapa jeli orangtua mendeteksi
kehadiran ruam popok. Diantara sejumlah gangguan kulit pada bayi, ruam
popok adalah yang paling sering terjadi pada bayi baru lahir. Bila kulit di
sekitar bokong bayi meradang, berwarna kemerahan. Itu tandanya bayi
terkena ruam popok. Biasanya, ruam kulit ini membuat bayi merasa gatal.
Disebut ruam popok (diaper rash) Karena gangguan kulit ini timbul di
daerah yang tertutup popok, yaitu sekitar alat kelamin, bokong, serta
pangkal paha bagian dalam ( Hidayat, 2017, dalam Ramba, 2018).
Hal ini juga didukung oleh kelembaban yang tinggi di daerah tropis,
higiene bayi dan anak yang masih bergantung pada orangtuanya, higiene
lingkungan yang kurang baik, imunitas seluler yang belum sempurna.
Infeksi kulit di negara yang sudah maju sudah jarang didapatkan,
sebaliknya dinegara berkembang dan belum maju dapat dikatakan infeksi
kulit masih sering dijumpai. Penyebab ruam popok bersifat multifaktor
faktor fisis, kimiawi, enzimatik dan biologik (kuman dalam urine dan
faces). Peningkatan kelembaban kulit mempermudah kerusakan kulit
akibat gesekan kulit dengan popok, Pemakaian popok yang lama tidak
segara mengganti popok setelah bayi atau anak BAK atau BAB (Lokanata,

7
2018). Kontak yang lama dan berulang dengan bahan iritan, terutama urine
dan faces, bahan kimia pencuci popok seperti sabun, detergen, pemutih,
pelembut pakaian, dan bahan kimia yang dipakai oleh pabrik pembuat
popok disposable juga dapat menyebabkan ruam popok (Wong, 1993,
dalam Nursalam, 2018).
Pengobatan dan pencegahan ruam popok dapat dilakukan dengan
terapi farmakologi seperti pemberian salap seng oksida (zinc oxide) dan
salap kortikosteroid (Lakonata, 2018). Sedangkan terapi non farmakologi,
Salah satu dari bahan olahan alami yang dapat dipertimbangkan sebagi
terapi topikal alternatif yang dapat digunakan untuk perawatan kulit pada
bayi yang mengalami ruam popok yaitu: meggunakan minyak zaitun
karena minyak zaitun akan menjaga kelembaban kulit. Minyak zaitun
bersifat dingin dan lembab dan dipergunakan untuk meremajakan Vol 1,
No 2, Oktober 2019 ISSN 2580-2194 Jurnal Ners Universitas Pahlawan
Tuanku Tambusai Page 13 kulit. Minyak zaitun mengandung banyak
senyawa aktif seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, squalene dan
vitamin E. Semua senyawa ini bermanfaat untuk kulit, memperbaiki sel-
sel kulit yang rusak sebagai antioksidan penetral radikal bebas mengurangi
bekas kemerahan pada kulit dan dapat melindungi kulit dari iritasi.
Minyak zaitun dapat dijadikan body lotion untuk menjaga kelembaban
kulit (Apriyanti, 2018).
Minyak zaitun memiliki zat yaitu linoleic acid yang mampu menjaga
air menguap, sehingga zat ini amat baik untuk digunakan sebagai
pelembab kulit. Menurut Leslie Baumann, M.D, penulis the skin type
solution, mengkunsumsi buah dan minyak zaitun bisa memberikan kulit
sehat, begitu juga dioleskan (Fathoni, 2018).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan tindakan prosedural keperawatan dengan mengambil judul
“Asuhan Keperawatan Pada Bayi Yang Mengalami Ruam Popok Dengan
Pemberian olive oil Untuk Mencegah Terjadinya Iritasi Serta Menjaga
Kelembapan Kulit Bayi

8
B. Rumusan Masalah
Apakah asuhan keperawatan dengan Pemberian olive oil dapat
mengatasi ruam popok pada bayi ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan dengan Pemberian olive oil
dapat mengatasi ruam popok pada bayi
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melaksanakan pengkajian pada bayi yang mengalami
ruam popok di daerah gebang
b) .Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada bayi yang
mengalami ruam popok
c) Mampu menyusun rencana keperawatan pada bayi yang
mengalami ruam popok
d) Mampu melaksanakan tindakan Pemeberian olive oil pada bayi
yang mengalami ruam popok
e) Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada
bayi yang mengalami ruam popok
D. Manfaat Studi Kasus
1. Ibu :
Meningkatkan pengetahuan ibu dalam mengatasi ruam popok
pada bayi melalui pemberian olive oil
2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan :
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang
Keperawatan anak dalam mengatasi masalah ruam popok pada
bayi
3. Penulis :
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan pemberian
olive oil untuk mengatasi ruam popok pada bayi
4. Bagi peneliti lain :

9
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data acuan
pada penelitian selanjutnya.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP BALITA
1. Definisi Balita
Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia
1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu
tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih
dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia prasekolah
(Proverawati, 2014). Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi adalah
masalah kurang gizi. Anak yang kurang gizi daya tahan tubuhnya rendah
sehingga mudah terkena penyakit infeksi (Depkes RI, 2018).
2. Tumbuh dan kembang balita
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah hal yang paling
penting Mengetahui dan memahami tumbuh kembang anak tidak hanya
melihat dari satu aspek saja, pemberian nutrisi atau gizi pada anak,
tetapi lebih dari itu tumbuh kembang anak juga harus dilihat dari
berbagai aspek, seperti faktor keturunan, kejiwaan, aturan dalam keluarga
dan proses pembelajaran termasuk didalamnya pendidikan keluarga dan
agama. Dalam hal ini perhatian orang tua lebih difokuskan pada
pertumbuhan secara fisik dan Stimulasi psikososial di sini sangat
berperan dalam pembentukan perkembangan anak.
Stimulasi psikososial merupakan perkembangan anak yang ditinjau dari
aspek psikososial, bahwa pada masa ini anak dalam perkembangannya
dipengaruhi oleh lingkungan sosial (Hidayat, 2018) Kebutuhan stimulasi
(asah) ini sangat membantu dalam proses pembelajaran dan pencapaian
dalam pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

11
Stimulasi ini dapat berupa latihan atau bermain. Pembentukan kecerdasan
ini harus ada interaksi dengan lingkungan sejak dini (Hidayat, 2018),
Kecerdasan terbentuk dari interaksi antara faktor internal dengan
lingkungan. Faktor lingkungan termasuk di dalamnya lingkungan dalam
keluargan dan luar keluarga (Candriyani, 2018).
3. Gizi seimbang pada balita
Gizi seimbang adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh
melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif, sehat optimal, tidak
terganggu penyakit, dan tubuh tetap sehat (Ira Mafira, 2018). Pemenuhan
kebutuhan gizi merupakan indikator penting dalam proses tumbuh
kembang balita. Anak di bawah 5 tahun (balita) merupakan kelompok
yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat
gizi yang maksimal setiap kilogram berat badannya.
Permasalahan gizi balita adalah kurangnya pemenuhan gizi seimbang yang
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi yang harus
dipenuhi balita pada masa pertumbuhan (Sibagariang, 2018). Jika masalah
gizi pada balita tidak mampu teratasi maka akan menyebabkan berat badan
kurang, mudah terserang penyakit, badan letih, penyakit defisiensi gizi,
malas, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
psikomotor dan mental (Widodo, Rahayu, 2018).
Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk tidak memenuhi
kebutuhan gizi pada anak, sedangkan apabila kita cermati pemenuhan
gizi pada anak tidak mahal, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan
harga obat yang harus dibeli ketika berobat di Rumah Sakit . Lingkungan
yang kurang baik juga dapat mempengaruhi gizi pada anak, sebagai
contohnya “seringnya anak jajan sembarangan di tepi jalan”. Faktor
yang paling terlihat pada lingkungan adalah kurangnya pengetahuan ibu
mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu
biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa
tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau
tidak, dan tidak mengimbangi dengan makanan sehat yang mengandung
banyak gizi (Eva Ellya, 2018).

12
Pemenuhan gizi pada balita pada dasarnya masih jauh dari indikator yang
diharapkan. Perhatian orangtua yang seharusnya bertanggung jawab penuh
dalam memenuhi kebutuhan gizi pada anakanaknya belum sepenuhnya
diwujudkan. Dua alasan pokok yang secara rasional sulit untuk diterima,
anggapan mereka menyiapkan makanan khusus pada anak diusia balita
hanya sampai usia 1 tahun, selebihnya mengikuti makanan orang dewasa
mereka menganggap tidak perlu secara khusus disiapkan makanannya.
Hal tersebut akibat dari ketidaktahuan orangtua dalam memenuhi gizi
seimbang pada balita (Marimbi, 2018).

B. KONSEP RUAM POPOK PADA BALITA


1. Pengertian Diaper Dermatitis
Menurut Sholeh (2015) diaper dermatitis ruam popok adalah
infeksi kulit karena terkena paparan urine dan feses yang terus menerus
ditambah dengan gesekan popok yang bersifat disposable (diapers).
Sedangkan menurut ( Andi 2018) ruam popok adalah iritasi atau
peradangan pada bokong bayi yang ditandai dengan warna kemerahan dan
gatal yang umum terjadi bila bayi mengalami diare. Jadi dapat
disimpulkan diaper dermatitis (ruam popok) adalah iritasi atau peradangan
kulit bayi yang terjadi pada daerah yang tertutup popok yang disebabkan
oleh gesekan popok yang bersifat disposable (diapers), paparan urin dan
feses ditandai dengan kemerahan dan rasa gatal.
2. Jenis-jenis iritasi pada kulit bayi
Pada bayi struktur kulitnya tipis dan ikatan antar selnya lebih
lemah dan halus. Kulit bayi memiliki pigmen yang sedikit, dan tidak bisa
mengatur tempertur seperti anak-anak, atau orang dewasa sehingga kulit
rawan terkena mikrobakteria. Menurut (Utama, 2018) jenis penyakit kulit
yang biasanya terjadi pada bayi adalah:

a. Intertrigo
Merupakan suatu peradangan pada lipatan tubuh. Biasanya terjadi
pada bagian paha dalam, ketiak, dan bagian bawah perut. Kulit
tampak merah dan gatal, yang disebabkan oleh berlebihnya lipatan

13
pada anggota badan bayi yang jarang mendapatkan udara.

b. Biang Keringat
Biasanya terjadi pada leher, wajah, punggung, dan bokong bayi.
Ditandai dengan kulit kemerahan disertai gatal dengan gelembung-
gelembung kecil berair. Penyebabnya adalah udara panas, cuaca
lembab, pakaian bayi yang lembab, dan aktivitas bayi yang tinggi.
c. Seborrhea
Suatu peradangan kulit bagian atas, yang menimbulkan sisik pada
kulit kepala, wajah, kadang juga terlihat pada telinga, leher, pipi, dan
dada.
d. Eksim
Peradangan yang menyebabkan pembentukan lepuh, atau
gelembung kecil (vesikel) pada kulit yang dapat pecah dan
mengeluarkan cairan. Penyebabnya adalah karena iritasi sabun
detergen.
e. Dermatitis Kontak
Inflamasi pada kulit yang tejadi karena terpapar oleh bahan iritan yang
menyebakan reaksi alergi.
f. Candidal Diapers Dermatitis
Ruam popok yag disebabkan oleh infeksi jamur candida albicans,
yang dapat memicu terjadinya kolonisasi jamur kandida.
g. Bakterial Diapers Dermatitis
Ruam popok yang disebabkan oleh infeksi kuman (bakteri),
terutama Staphylococcus,Streptococcus,dan Enterobakteriaceae.
h. Granuloma Gluteal Infantum
Ruam popok yang disebabkan oleh terlalu lama terkontak bahan
iritan dan infeksi mikroorganisme yang tidak diobati.
3. Penyebab Diaper Dermatitis
Diaper dermatitis atau yang disebut juga dengan ruam popok
merupakan salah satu masalah kulit anak penyakit ini disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti faktor fisik, kimiawi, enzimatik, dan biologic

14
(kuman dalam urine dan feses), dan juga disebabkan oleh pemakaian
popok yang tidak benar diantaranya :

a. Penggunaan popok yang terlalu lama


Penggunaan popok bayi terlalu lama dapat beresiko terjadinya ruam
popok, apabila ditambah dengan pemilihan popok yang salah, maka
dapat mempercepat terjadinya ruam. Jenis popok bayi ada dua macam,
yaitu :
1) Popok disposable (sekali pakai,atau sering disebut dengan pampers
bayi). Bahan yang digunakan pada popok jenis ini bukan bahan
tenunan, tetapi bahan yang dilapisi dengan lembaran yang tahan air
dan lapisan dengan bahan penyerap, berbentuk popok kertas atau
plastik.
2) Popok yang digunakan secara berulang ( popok yang terbuat dari
katun). Ruam popok banyak ditemukan pada bayi yang memakai
popok disposable dari pada popok yang terbuat dari katun. Karena
kontak terjadi kontak secara terus-menerus antara kulit dan popok
disposable, urin dan feses, bakteri dan jamur lebih mudah
berkembang biak pada bahan plastik, atau kertas dari pada bahan
katun.
b. Tidak segera mengganti popok setelah bayi, atau balita buang air
besar, bila feses dan urin bercampur dapat membentuk amonia.
Amonia ini dapat meningkatkan keasaman (pH) kulit. Sehingga
aktivitas enzim yang terkandung dalam feses akan meningkat dan
dapat mengakibatkan iritasi pada kulit (Maryunani, 2018
4. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Diaper Dermatitis Pada Anak
Diare
Pada anak penderita diare mengalami gangguan pencernaan berupa
perubahan bentuk kosistensi tinja dengan frekuensi lebih dari lima kali
sehari. Salah satu penyebab diare antara lain disebabkan oleh infeksi virus,
kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli,

15
golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, dan stapylococus
aureus, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie) dan
infeksi parasit diantaranya, cacing (ascaris, trihuris, oxyuris,
strongxloides), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia,
trichomonas homunis), jamur (candida albicous).
Perianal higiene berfungsi untuk mencegah terjadinya diaper
dermatitis atau ruam popok, jika tidak segera diatasi dan dilakukan
perianal higiene maka daerah ruam popok akan sering terkontak dengan
feses, dimana feses memiliki sifat iritan terhadap kulit dengan adanya
enzim-enzim pencernaan berupa protease dan lipase serta enzim-enzim
lainya yang dihasilkan oleh bakteri dalam saluran cerna. Iritasi atau
peradangan yang disebabkan oleh enzim-enzim tersebut dapat meningkat
ketika fungsi barier kulit rusak dan terjadi peningkatan pH kulit. Enzim-
enzim tersebut bekerja mengurai susunan kulit berupa protein dan lemak
menjadi bersifat iritan, apabila terjadi gangguan fungsi perlindungan kulit
dan pH yang tinggi dapat meningkatkan efek kerja enzim-enzim tersebut.
Disaat kulit telah terganggu fungsinya dan mulai degradasi, maka
mikroorganisme dapat masuk dan mengiritasi kulit (Balentine J, 2018).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala diaper dermatitis atau ruam popok yang timbul
diantaranya kemerahan pada daerah penggunaan popok, lecet, atau luka
ringan pada kulit, berkilap, kadang mirip luka bakar, timbul bintik-bintik
merah, kadang membasah dan bengkak pada daerah yang paling lama
berkontak dengan dengan popok seperti, paha, pantat, bokong. Secara
klinis dapat terlihat sebagai berikut :
a. Gejala yang ditimbulkan pada diapers rush karena kontak dengan
iritan yaitu kemerahan yang meluas, berkilat, kadang mirip luka bakar,
tibul bintik-bintik merah, lecet atau luka bersisik, kadang basah, dan
bengkak pada daerah yang paling lama terkontak dengan popok,
seperti pada paha bagian dalam dan lipatan paha.
b. Gejala yang ditimubulkan akibat gesekan yang terus menerus pada
popok yaitu, bercak kemerahan berbentuk garis batas popok pada

16
paha dan perut.
c. Gejala yang ditimbulkan pada diapers rush karena jamur candida
albicans yaitu bercak atau bintik kemerahan berwarna merah terang,
basah dengan lecet-lecet pada selaput lendir anus dan kulit sekitar
anus, dan terdapat lesi (Maryunani, 2018).

6. Klasifikasi Diaper Dermatitis


Klasifikasi derajat ruam popok menurut (Marty O, 2018) sebagai berikut :

a) Derajat Sedikit ruam popok.


1) Terjadi kemerahan samar-samar di daerah popok
2) Terdapat papula dengan jumlah sedikit.
3) Kulit sedikit mengalami kekeringan.
b). Derajat ringan ruam popok
1) Terjadi kemerahan yang kecil pada daerah popok
2) Tersebar benjolan (papula)
3) Kulit mengalami kekeringan skala sedang.
c). Derajat sedang ruam popok
1) Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah popok yang lebih
besar.
2) Terjadi kemerahan pada daerah popok dengan luas yang kecil.
3) Terjadi kemerahan yang intens didaerah yang sangat kecil.
4) Kulit mengalami kekeringan dengan skala sedang.
d). Derajat Berat Ruam Popok
1) Terjadi kemerahan pada daerah yang lebih besar.
2) Terjadi kemerahan yang intens di daerah yang sangat kecil.
3) Terjadi benjolan (papula) dan beberapa benjolan (0-5) terdapat
cairan di dalamnya (pustules).
4) Kulit mengalami sedikit pengelupasan.
5) Mungkin terjadi pembengkakan (edema).
e). Derajat Sangat Berat Ruam Popok

17
1) Terjadi kemerahan yang intens di daerah yang lebih besar.
2) Terjadi pengelupasan kulit yang parah.
3) Terjadi pembengkakan (edema) yang parah.
4) Beberapa daerah popok mengalami kehilangan lapisan kulit dan
terjadi perdarahan.
5) Banyak terjadi benjolan (papula) dan tiap benjolan terdapat cairan
(pustula)

18
7. Pencegahan dan Pengobatan Diaper Dermatitis
Pengobatan atau pencegahan yang dapat diberikan untuk
mengurangi diaper dermatitis atau yang disebut ruam popok pada anak,
diantaranya dengan cara farmakologi misalnya pemberian salep seng
oksida (zinc oxide) (Handy, 2014). Sedangkan menurut Indivara (2015),
cara mengatasi ruam popok sebagai berikut:
a. Ganti popok bayi sesering mungkin, baik itu popok kain atau diapers,
b. Begitu popok sudah basah segera ganti.
c. Bersihkan daerah popok secara lembut dengan air hangat,
keringkan dengan handuk lembut, angin-anginkan sebentar. Jika
sudah terjadi ruam popok oleskan krim bayi yang kerna dengan ruam
popok.
d. Pilih popok bayi yang berbahan lembut dan berdaya serap tinggi.
e. Biarkan sekali-kali si bayi tidak memakai popok.
f. Ganti merk popok si kecil, mungkin dia alergi dengan jenis popok
tertentu.
g. Oleskan minyak zaitun pada area ruam popok untuk menjaga
kelembaban kulit. Dengan sifat minyak zaitun sebagai antiseptik
oil dapat mengurangi kemerahan pada ruam popok dan dapat
mencegah air berkontak langsung dengan kulit yang terjadi ruam
popok (Jelita, 2015).
h. Bisa menggunakan baby oil yang bertujuan untuk melembabkan
kulit, mencegah amonia menempel pada kulit daerah perianal, dan
mempermudah pengangkatan mekonium (Hartini, 2015)
8. Tindakan Pemberian Perianal Higiene Baby Oil Dengan Minyak
Kelapa

1. Pengertian Perianal Higiene


Perianal higiene adalah perawatan pada daerah yang tertutup
oleh popok, meliputi genetalia, sekitar anus , lipatan paha, serta
pantat bayi yang berfungsi untuk menjaga kulit agar terhindar dari

19
masalah kulit seperti, ruam popok (Manulang, 2015). Perawatan
perianal dapat dilakukan dengan mengganti popok, membersihkan
dengan menggunakan air dan sabun khusus, mengusahakan kulit
daerah perianal tetap kering, dan melonggarkan popok (Mueser,
2015).
2. Indikasi Perianal Higiene
Adapun indikasi untuk dilakukan perianal higiene menurut
(Perry,dkk. 2015) yaitu:
a. Pasien yang mengalami luka pada daerah perianal.
b. Pasien tirah baring lama.
c. Sebelum pengambilan spesimen urin.
d. Setelah BAK dan BAB
3. Prosedur Perawatan Perianal Higiene
Adapun prosedur perawatan perianal higiene menurut (Perry, dkk.
2015) adalah sebagai berikut. Adapun peralatan yang diperlukan
yaitu:
a. Baskom
b. Kapas
c. Waslap
d. Handuk
e. Sarung tangan
f. Perlak pengalas
g. Tissu
h. Air hangat
Langkah-langkah untuk melakukan perianal higiene sebagai
berikut :
a. Cuci tangan.
b. Pasang pengalas pada bagian bawah darah perianal.
c. Menggunakan sarung tangan.
d. Bila ada feses pada daerah perianal bersihkan menggunakan
kapas yang sudah dibasahi dengan air, dan cuci dengan sekali
usap dengan menggunakan waslap.

20
e. Gunakan kapas dengan air hangat untuk membersihkan daerah
perianal bayi dengan lembut.
f. Mengusap dari arah depan kebelakang saat membersihkan,
untuk menjauhkan dari daerah kemaluan dan infeksi. Ulangi
berulang kali sampai bagian parianal terbersihkan semua.
g. Gunakan waslap dan mengerinkan bagian diantara lipatan-
lipatan secara seksama.
h. Jika terdapat kemerahan berikan krim atau salep, dan biarkan
terbuka beberapa saat.
i. Jika terdapat kemerahan banyak dan parah, sebisa mungkin
biarkan bayi tanpa popok.
j. Membereskan alat dan cuci tangan.
4. Perianal Higiene dengan baby oil
Baby oil digunakan untuk mengangkat kotoran-kotoran yang
mengering atau mengeras. Misalnya dibagian lipatan-lipatan paha
bayi, pantat dan genitalia si bayi. Salah satu upaya dalam mengatasi
diaper dermatitis anak diare yaitu dengan membersihkan sebaik
mungkin di daerah perianal dengan air yang bersih kemudian
dikeringkan bahkan ke setiap lipatan paha, perianial hingga pantat
bayi setelah itu sebelum di pakaikan popok dapat dioleskan dengan
baby oil.
Tujuan diberikannya baby oil dimaksudkan agar mencegah
amonia menempel dikulit si bayi dan mempermudah mengangkat
mekonium, kandungan minyak yang terdapat pada baby oil
mempermudah proses pengangkatan kotoran- kotoran di tubuh bayi.
Baby oil memiliki kandungan, seperti mineral oil. Minyak jens ini di
dapat dari pertoleum yang sangat aman untuk kulit. Pretolleum
bekerja melapisi kulit sehigga kadar air di dalam kulit tidak cepat
menguap (Qatrunnadia, 2016).
5. Perianal Hiegiene dengan Minyak Kelapa
Minyak kelapa sendiri merupakan pelembab alami karena
mencegah kerusakan jaringan dan memberikan perlindungan terhadap

21
kulit, bahkan minyak kelapa (Cocos nucefira L) dapat memeperbaiki
kulit yang rusak atau sakit. Kandunga dari minyak kelapa sendiri
anatara lain asam lemak rantai sedang (MCT) yang terkandung dalam
minyak kelapa bersifat antimikrobial karena dapat menghambat
pertumbuhan berbagai jasad renik berupa bakteri, ragi, jamur dan
virus. Sifat-sifat anti mikroba dari minyak kelapa sendiri berasal dari
komposisi MCT yang dikandungnya karena ketika diubah menjadi
asam lemak bebas seperti yang terkandung dalam sebum, MCT akan
menunjukkan sifat sebagai anti mikroba. Hal inilah yang
menyebabkan minyak kelapa efektif dan aman digunakan pada kulit
dengan cara meningkatkan hidrasi kulit dan mempercepat
penyembuhan pada kulit. Menurut penelitian (Chasanah,2013) bahwa
perawatan perawatan perianal dengan baby oil dapat menurunkan
kejadian diaper dermatitis, karena baby oil dapat memiliki efek
perawatan yang baik. Kandungan didalam baby oil terdapat porposi
asam lemak tak jenuh yang tinggi dan didalam mengandung bahan-
bahan diantaranya gliserin, tocapherylacetate (vitamin E) dan zink
oxid. Pencegahan diaper dermatitis denagan cara membersihkan
sebaik mungkin daerah yang tertutup oleh popok setelah bayi kencing
atau buang air besar degan baby oil.Dari penelitian (Kusumaningrum,
2015) pengujian minyak kelapa terhadap penyembuhan ruam popok
pada bayi menunjukan skor penerununan setelah diberikan olesan
minyak kelapa. untuk pemakaian minyak kelapa sendiri bisa dengan
dioleskan pada daerah perianal yaitu pada bagian pantat, lipatan paha,
dan anus. Minyak kelapa (Cocos Nucefira L) diberikan dengan
frekuensi dua kali sehari setelah mandi yaitu pada pagi dan sore hari
dan berturut-turut. Dikarenakan memberikan minyak kelapa (Cocos
Nucefira L) setelah mandi akan membuat menjadi segar karena
minyak kelapa cepat membangun hambatan mikrobakterial sehingga
meningkatkan mempertahankan toleransi jaringan.
6. Perianal Hiegene Dengan Minyak Zaitun
Menurut Setyanti (2012) tentang manfaat minyak zaitun (Olive

22
Oil) mengatakan bahwa minyak zaitun (Olive Oil) mengandung
emolien yang bermanfaat untuk menjaga kondisi kulit yang rusak
seperti psoriaris dan eksim. Dalam ilmu kedokteran, Hippocrates,
mengatakan bahwa Zaitun memiliki nilai terapi yang tinggi bagi
kesehatan. Pernyataan tersebut kembali diteguhkan oleh salah Satu
ahli biokimia pangan dan gizi Universitas Negeri, Jakarta,
Alsuhendra mengatakan bahwa minyak Zaitun banyak digunakan
dalam bidang kesehatan karena kandungan asam lemak tak
jenuhnya yang tinggi, khususnya asam lemak tak jenuh dengan
ikatan rangkap tunggal yang di dalamnya terdapat asam oleat
(Omega9) dan juga asam linoleat (Omega6) dengan kadar 65-85%
(Magdalena,2012)
Minyak zaitun mengandung lemak baik seperti yang terdapat
pada alpukat, yang melembabkan dan mengenyalkan kulit dengan
kombinasi vitamin E. demikian menurut situs The Daily
Green.Minyak zaitun mampu meredakan iritasi, kemerahan ,rasa
kering, atau gangguan lain pada kulit akibat faktor lingkungan. Kita
bisa mengaplikasikan minyak zaitun ke kulit dengan kapas,atau
tuangkan saja 2-3 tetes ke dalam moisturizer untuk meningkatkan
efektivitasnya (Utami, 2012)

23
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BAYI

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus


Karya tulis ilmiah yang digunakan adalah studi kasus: prosedur tindakan
keperawatan. Studi kasus berorientasikan pada asuhan keperawatan
denganpendekatan yang dilaksanakan secara komperehensif dimana bentuk
pelaporannya lebih memaparkan secara mendalam salah satu tindakan fokus
sesuai masalah (prosedur tindakan tertentu) dari rencana tindakan
keperawatan
B. Subyek Studi Kasus
Subyek pada penelitian ini adalah pasien balita yang mengalami masalah
kulit yaitu ruam popok
C. Fokus Studi Kasus
Penerapan kemampuan ibu dalam pemberian olive oil pada balita dalam
mengatasi ruam popok
D. Definisi Oprasional
1. Menurut Setyanti (2016) tentang manfaat minyak zaitun (Olive Oil)
mengatakan bahwa minyak zaitun (Olive Oil)mengandung emolien yang
bermanfaat untuk menjaga kondisi kulit yang rusak seperti psoriaris dan
eksim. Dalam ilmu kedokteran,Hippocrates, mengatakan bahwa Zaitun
memiliki nilai terapi yang tinggi bagi kesehatan.
2. Menurut Sholeh (2015) diaper dermatitis ruam popok adalah infeksi
kulit karena terkena paparan urine dan feses yang terus menerus
ditambah dengan gesekan popok yang bersifat disposable (diapers).
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu:
1. Format pengkajian asuhan keperawatan pada bayi
2. Standar operasional prosedur perawatan perianal higiene
3. Leaflet ruam popok

36
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu
penelitian[ CITATION Nur11 \l 1057 ] . Dalam studi kasus ini menggunakan
metode pengumpulan data dalam penelitian deskriptif, yaitu :
1. Wawancara
Wawancara (Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga). Sumber data dari
klien, keluarga, perawat lainnya. Metode ini memberikan hasil secara
langsung dan dapat dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui secara
mendalam serta jumlah responden yang sedikit. Instrumen yang digunakan
dapat berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau checklist.
Pada penelitian ini wawancara dilakukan pada keluarga pasien balita
yang mengalami masalah kulit yaitu ruam popok.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang
harus dikumpulkan dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk melihat
dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti
memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini, dilakukan observasi secara langsung. peneliti
melakukan pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada pasien balita
yang mengalami masalah kulit yaitu ruam popok
G. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2020
H. Penyajian Data
Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif yang
dipilih untuk studi kasus. Data disajikan secara terstruktur atau narasi dan
dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang
merupakan data pendukungnya.

37
Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dari hasil wawancara dan
observasi tentang pasien defisit perawatan diri, kemudian disajikan dalam
bentuk narasi.
I. Etika Studi Kasus
Pada bagian ini dicantumkan etika yang mendasari studi kasus, yang
terdiri dari:
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan,
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.
Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent
tersebut antara lain; partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan,
jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial
yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah
dihubungi, dan lain-lain.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikampulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.

38
4. Azas Manfaat (Beneficience)
Beneficience adalah prinsip untuk memberi manfaat bagi orang
lain, bukan untuk membahayakan orang lain, melainkan bertanggung
jawab dalam memberikan perawatan serta berkewajiban untuk
melindungi.

39
DAFTAR PUSTAKA

Muslihatun, (2018) International Journal of Paediatrics and Child Health Vol.


1 (4). Comparison Between Topical Application Of Honey, Bees Wax And Olive
Oil Propolis Extract And Nystatin For Treatment of Diaper Dermatitis in Infants
, 39-42.

Dinkes, (2019). Jurnal Universitas Islam Lamongan. Hubungan Pemakaian


Diaper Dengan Kejadian Ruam Popok Pada Bayi Usia 6-12 Bulan , 34-41.

Hidayat, (2015), dan Ramba, (2016). Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku
Tambusai. Pengaruh Pemberian Minyak Zaitun (Olive Oil) Terhadap Ruam
Popok Pada Bayi Di RSUD Bangkinang Tahun 2016 , 10-19.

Apriyanti, (2016). Jurnal Akademi Kebidanan Griya Husada. Pengaruh


pemberian Minyak Zaitun (Olive Oil) Terhadap Ruam Popok (Diaper Rash) Di
Desa Tebaloan-Gresik , 32-37.

Andi , (2018). Journal of International Medical Research. Diaper Dermatitis: a


Survey of Risk of Risk Factors for Children Aged 1-24 Months in China , 1752-
1760.

Balentine J, (2018). SKRIPSI. Pengaruh Pelatihan Perawatan Perianal


Terhadap Kejadian Ruam Popok Pada Bayi Yang Memakai Popok Sekali Pakai
Di Desa Suco Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember .

Hartini, (2015). Journal of Nursing. The Effect Of Protective Genital Care


Protocol On Preventing Diaper Dermatit Development In 0 - 18 Month Old
Children Using Antibiotics , 154-161.

Menurut Setyanti (2012). Pediatric Dermatology. Diaper Dermatitis: Etiology,


Manifestations, Prevention, and Management , 1-7.

40
Qatrunnadia, (2016). Panduan Cerdas Perawatan Bayi. Jakarta: Pustaka
Bunda.

Chasanah, (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol. 2.


Jakarta: EGC

Utami, R. (2013). Minyak zaitun untuk kulit sensitif. Yogyakarta: Rineka Cipta.

41
LAMPIRAN

1. Format asuhan keperawatan bayi

42

43
44
45
46
47
48
49

50
51
52
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERAWATAN PERIANAL
UNTUK MENGATASI RUAM POPOK PADA BAYI
a. Pengertian
 Membantu perawatan pada area genitalia, area
sekitar anus, lipatan paha serta pantat bayi.
b. Tujuan
 Menjaga kebersihan pada bayi, memberikan rasa
nyaman pada bayi, dan mencegah terjadinya
diaper dermatitis pada bayi.
c. Kebijakan
 Bayi umur 1-12 bulan.
d. Peralatan
 Handuk
 Sabun Bayi
 Washlap
 Kapas DTT
 Baskom
 Air
 Bengkok
 Popok kain bersih atau popok sekali pakai
 Baju bersih
 Extra virgin olive oil (EVOO)
e. Prosedur Pelaksanaan
A . Tahap Pra interaksi
 Mengecek kembali kelengkapan alat dan
 bahan
 Hand hygiene (Hand Wash/ Hand Scrub)
B . Tahap Orientasi
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 pada ibu/keluarga.
 Menanyakan kesiapan ibu dan bayi.

53
C. Tahap Kerja
1. Menjelaskan kepada ibu pengertian perawatan perianal pada bayi adalah
perawatan daerah yang tertutup oleh popok atau daerah kemaluan dan
sekitarnya yaitu dengan membersihkan area genitalia, area sekitar anus,
lipatan paha serta pantat bayi.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang tujuan perawatan perianal pada bayi antara
lain: menjaga kebersihan, memberikan rasa nyaman pada bayi, dan
mencegah terjadinya diaper dermatitis pada bayi.
3. Mengajari ibu cuci tangan.
4. Menggunakan sarung tangan.
5. Memastikan bayi dalam posisi nyaman (terbaring).
6. Membuka popok bayi dengan hati-hati.
7. Membersihkan dengan kapas DTT pada bagian kulit dan perianal bayi
setelah BAB dengan cara mengusap dari depan ke belakang untuk
membersihkan kotoran agar mencegah infeksi.
8. Membersihkan menggunakan washlap dengan air dan sabun.
9. Mengeringkan dengan handuk atau kain yang lembut dengan cara menepuk-
nepuknya.
10. Mengangin-anginkan area genetalia sebentar supaya benar-benar kering dan
mengoleskan Extra virgin olive oil (EVOO).
11. Memakaikan popok kain atau popok sekali pakai. Apabila menggunakan
popok sekali pakai :
a. Kendorkan perekat popok supaya tidak tampak membekas di dekat pangkal
paha bayi, ada beberapa bayi yang sensitif terhadap jenis merek popok
tertentu.
b. Pada bayi laki-laki, saat akan menutup popok, posisikan penis ke arah
bawah. Jika tali pusat bayi belum lepas, pastikan bagian atas popok tidak
mengenai tali pusat.
12. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan bedak bayi atau talk karena
dapat menyebabkan pori-pori tertutup oleh bedak.
13. Menjelaskan pada ibu cara perawatan perianal yang benar yaitu :

54
a. Menganjurkan ibu untuk segera mengganti popok bayi jika bayi
setelah BAK dan BAB.
b. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok sekali pakai setelah 3-
4 jam pemakaian.
c. Memelihara kebersihan pakaian dan alatalat untuk bayi.
14. Memberitahu ibu apabila pada bayi mengalami tanda dan gejala ruam
popok seperti kemerahan ringan dikulit pada daerah genetelia bayi disertai
dengan lecet atau luka ringan pada kulit, berkilat, kadang mirip luka bakar,
timbul bintik-bintik merah dan kadang bengkak pada daerah yang paling lama
berkontak dengan popok seperti paha maka menganjurkan ibu untuk segera
datang ke tenaga kesehatan.
15. Melakukan evaluasi
16. Mencuci tangan

55
56

Anda mungkin juga menyukai