Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

MAKALAH KONTRASEPSI (SPERMISIDA)


Tugas Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas

KELAS 4A

DOSEN PENGAMPU : Siti Kholifah, Ns. S.Kep.

DISUSUN OLEH
Nurul A lifa (1811011009)
Nanda Sachi Prasaja Triwijaya (1811011021)
Kristina Hesti Pratiwi (1811011035)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmad-Nya kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini. Bahwasannya makalah ini kami buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Maternitas.

Dalam makalah ini kami membahas tentang kontrasepsi yang merupakan upaya
pencegahan kehamilan yang bersifat sementara atau menetap serta cara penggunaan
kontrasepsi tersebut sehingga kita semua bisa mengambil manfaat dari isi makalah ini.

Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Siti Kholifah, Ns. S.Kep.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia dan pihak-pihak  yang  membantu
atas  penyusunan  makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

                                                                                               Jember, 11 Maret 2020

                                                                                                             ( Penulis )


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah .............................................................................................................2
D. Manfaat ..........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................4

A. Sejarah Spermisida ........................................................................................................4


B. Kebijakan/landasan hukum spermisida .........................................................................4
C. Pengertian Spermisida ...................................................................................................7
D. Tujuan Spermisida .........................................................................................................8
E. Jenis Spermisida ............................................................................................................8
F. Syarat Spermisida ..........................................................................................................8
G. Sasaran Spermisida .......................................................................................................8
H. Cara Kerja Spermisida ...................................................................................................9
I. Waktu Pemberian Spermisida .......................................................................................9
J. Faktor-fakt dalam Pemilihan Spermisida ....................................................................13
K. Keuntungan/kelebihan spermisida ..............................................................................13
L. Kerugian/kelemahan Spermisida .................................................................................14
M. Kontraindikasi spermisida ...........................................................................................15
N. Komplikasi spermisida ................................................................................................15

BAB III PENUTUP .................................................................................................................16

A. Kesimpulan ..................................................................................................................16
B. Saran ............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................17

JURNAL INTERNASIONAL TENTANG KONTRASEPSI ...............................................18


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kontrasepsi atau yang biasa disebut dengan Keluarga Berencana merupakan salah
satu program pemerintah dalam mengatasi permasalahan jumlah penduduk Indonesia
yang semakin meningkat. Beberapa metode kontrasepsi digunakan untuk membatasi
jumlah kelahiran, diantaranya metode kontrasepsi sederhana dengan menggunakan alat
yang akan kami bahas yang lebih mengulas mengenai metode kontrasepsi sederhana
menggunakan alat dengan spermicida.

Penggunaan obat-obat spermisida untuk tujuan kontrasepsi yang sudah dikenal


sejak zaman dahulu.Berbagai bahan telah digunakan dalam berbagai bentuk untuk di
masukkan ke dalam vagina.Spermicida merupakan bahan kimia (biasanya Non Oksinol-
9) yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Obat spermisida yang
dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen yaitu zat kimiawi yang mampu
mematikan spermatozoon dan vehikulum yang nonaktif dan yang diperlukan untuk
membuat tablet atau krim atau jelli. Cara kontrasepsi dengan obat spermisida umumnya
digunakan bersama-sama dengan cara lain.

Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan


wanita di negara-negara maju. Para wanita menggunakannya untuk mencegah
kehamilan. Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat,
diketahui dari data website resmi pemerintah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010
jumlah pasangan menikah usia subur sebanyak 218.125 pasangan.
Kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak
pada peningkatan angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak
diatur akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga,
sehingga akan bertolak belakang dengan program pemerintah yaitu mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata laksana untuk mengatasi
permasalahan tersebut sangat diperlukan, termasuk dalam penggunaan kontrasepsi
hormonal baik berupa estrogen saja maupun kombinasi estrogen dan progesteron
(Hartanto, 2004).
1
Akhir-akhir ini banyak wanita menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi
estrogen dan progesteron karena pemberian estrogen saja dapat meningkatkan resiko
terjadinya hyperplasia bahkan karsinoma endometrium, sedangkan progesterone
digunakan sebagai tambahan untuk mengurangi resiko tersebut (Siswosudarmo,
2001). Seperti halnya obat-obat hormonal sintetik yang lain, kombinasi hormon ini
juga mempunyai beberapa efek samping salah satunya peningkatan tekanan
darah yang secara tidak langsung menurunkan kualitas hidup wanita akseptor KB
hormonal. Oleh karena itu perlu dikaji tentang pengaruh hormon estrogen dan
progesteron terhadap peningkatan tekanan darah wanita akseptor KB hormonal di
Puskesmas Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Sejarah spermisida ?
2. Bagaimana kebijakan/landasan hukum ?
3. Apa yang dimaksud dengan spermisisda ?
4. Apa tujuan spermisida ?
5. Apa saja jenis spermisida ?
6. Apa saja syarat spermisida ?
7. Kepada siapa sasaran spermisida di tunjukkan ?
8. Bagaimana cara kerja spermisida ?
9. Kapan waktu pemberian spermisida ?
10. Apa saja faktor-faktor dalam pemilihan spermisida ?
11. Apa saja keuntungan/kelebihan spermisida ?
12. Apa saja kerugian/kelemahan spermisida ?
13. Bagaimana kontraindikasinya ?
14. Kapan komplikasi terjadi ?
15.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Maternitas, serta menambah pengetahuan
dan wawasan bagi penulis dan pembaca tentang penggunaan alat kontasepsi
terutama Spermisida.

2
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui Apa Sejarah Spermisida
2. Untuk mengetahui Kebijakan/Landasan Hukum
3. Untuk mengetaui pengertian Spermisida
4. Untuk mengetahui Jenis-jenis Spermisida
5. Untuk mengetahui Syarat Spermisida
6. Untuk mengetahui Sasaran Spermisida
7. Untuk mengetahui Sasaran Spermisida
8. Untuk mengetahui Cara kerja Spermisida
9. Untuk mengetahui Waktu Pemberian
10. Untuk mengetahui Faktor-faktor dalam pemilihan Spermisida
11. Untuk mengetahui Keruguian/kelemahan Spermisida
12. Untuk mengetahui kontraindikasib Spermisida
13. Untuk mengetahui Komplikasi dalam Spermisida

D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah agar penulis dan pembaca dapat mengetahui
metode kontrasepsi yang akan digunakan serta sebagai referensi bagi mawasiswa
untuk menambah pengetahuannya tentang KB terutama mengenai kontrasepsi
diantaranya spermisida

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kontrasepsi Spermisida


Catatan tertulis pertama tentang penggunaan Spernisida ditemukan dalam
Kahun Papyrus , sebuah dokumen Mesir yang berasal dari tahun 1850 SM. Ini
menggambarkan Pessary kotoran buaya dan adonan fermentasi. Diyakini bahwa Ph
kotoran yang rendah mungkin memiliki efek Spermisida.
Formulasi lebih lanjut ditemukan dalam Papirus Ebers dari sekitar 1500 SM.
Ini merekomendasikan pencampuran biji wol, akasia, kurma dan madu, dan
menempatkan campuran di vagina. Ini mungkin memiliki beberapa keefektifan,
sebagai penghalang fisik karena konsistensi yang kental dan lengket, dan juga karena
asam laktat (spermisida yang di kenal) yang terbentuk dari akasia.
Tulisan-tulisan oleh Soranus, seorang dokter yunani abad ke-2, mengandung
formulasi untuk sejumlah ramuan asam yang diklaim sebagai spermisida. Instruksinya
adalah merendam wol di salah satu campuran, lalu letakkan di dekat serviks,
Spermisida telah ada sejak lama. Orang mesir kuno biasa menggunakannya
untuk mengatur ukuran keluarga dan kehamilan. Obat spermisida termasuk bahan-
bahan seperti getah akasia, susu asam, kotoran buaya dan mineral natron dicampur
dengan serat tanaman dan madu dan dibentuk menjadi pessarium. Saponin triterpen
dari Acacia auriculiformis ditemukan memiliki efek imobilisasi sperma secara in
vitro. Turunan Akasia ini berhasil mencegah masuknya sperma ke dalam lender
serviks, mengganggu membran plasma spermatozoa dan menghancurkan tutup
akrosom. Saat ini di pahami bahwa semakin asam vagina, kematian sperma
meningkat karena lingkungan hidup yang tidak bersahabat.

B. Kebijakan/Landasan Hukum
Dalam islam : Ada dua hal yang pertama kali harus dapat di ketahui
perbedaannya denganjelas: yakni menunda kehamilan dan membatasi
kehamilan.Menunda kehamilan berarti mencegah kehamilan sementara,
untukmemberikan jarak pada kelahiran yang sebelumnya. Sedangkan
membatasikehamilan atau membatasi kelahiran, berarti mencegah kehamilan untuk
selama-lamanyasetelah mendapatkan jumlah anak yang diinginkan.
4
Pada permasalahan yang kedua, yakni membatasi kehamilan ataumembatasi
kelahiran, dengan jalan mensterilkan rahim, dan pengangkatan rahim,dengan tanpa
sebuah alasan yang dapat dibenarkan oleh syariat, maka haltersebut telah jelas
keharamannya. Kecuali pada keadaan dimana seorang wanitaterkena kanker ganas
atau yang semacamnya pada rahimnya, dan ditakutkanakan membahayakan
keselamatannya, maka Insya Allah hal ini tidak mengapa.
Sedangkan pada permasalahan yang pertama, yakni mencegah
kehamilanuntuk menunda dan memberi jarak pada kelahiran yang sebelumnya,
berikutulasannya:
Pertama, anak akan kekurangan suplai ASI. Ketika seorang ibu hamilkembali
dan ada anak yang masih berada dalam masa penyusuannya, makaproduksi ASI yang
dihasilkannya akan berkurang. Menurut dokter, sekurang-kurang 6 bulan jika anda
ingin hamil kembali setelah Anda melahirkan. Danjangan lupakan, bahwa anak-anak
memiliki hak untuk mendapatkan ASI terbaikdan pendidikan terbaik di usia dininya.
Kedua, kondisi ibu belum pulih benar. Setelah hamil selama lebih dari 9bulan,
kemudian melahirkan, maka seorang ibu membutuhkan waktu untukmembuat
tubuhnya kembali fit. Apalagi jika masih ada bayi yang membutuhkanperhatian ekstra
seorang ibu. Inilah perjuangan seorang ibu, namun haruspastikan juga anda tetap
menjaga kesehatan anda dan keluarga anda.
Ketiga, janin yang dikandung memiliki resiko lebih besar dan lebih
tinggiuntuk lahir prematur, bayi meninggal, dan bayi cacat lahir. Karena itu,
tunggulahsampai setahun dua tahun untuk kembali hamil.
Untuk menjaga jarak kehamilan, ada wanita yang secara alami tidak
hamilkembali selama berbulan-bulan pasca melahirkan. Keadaan alami ini bisa
karenafaktor menyusui, KB kalender, atau ‘azl. ‘Azl adalah mengeluarkan sperma
laki-laki di luar vagina wanita dengan tujuan untuk mencegah kehamilan. Dari Jabir
RA berkata: Kami melakukan ‘azl pada masa nabi SAW dimana Al-Qur’an masih
terusditurunkan, dan hal tersebut diketahui oleh nabi saw tetapi beliau
tidakmelarangnya. (HR. Al-Bukhari (no. 5209) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1440)
kitaban-Nikaah).

5
Syaikh Abu Muhammad bin Shalih bin Hasbullah dalam bukunya,mengatakan
bahwa termasuk ‘azl adalah alat atau segala macam sarana yangdigunakan oleh
wanita untuk mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Baikitu berupa pil atau yang
lainnya. Hukumnya boleh, dengan catatan, pencegahanini hanya berlaku sementara
(tidak selamanya), dan tidak karena takut miskinatau takut rizkinya menjadi sempit.
Jika penggunaan kontrasepsi ini dengan alasan karena takut miskin, takuttidak
dapat membiayai kehidupan anak-anak, dsb, maka ini hukumnya haramsecara mutlak.
Karena telah termasuk di dalamnya berprasangka buruk kepadaAllah.

Terjemahannya:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.Kamilah
yang akan memberikan rizki kepada mereka dan jugakepadamu”(QS. Al-Israa’: 31).
Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi dalamberkarier
atau supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu,sebagaimana yang
dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang, maka hal itutidak boleh hukumnya.
Hadis nabi yang artinya berbunyi:“Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang
lagi subur, karena (padahari kiamat nanti) aku membanggakan banyaknya jumlah
kalian di hadapanumat-umat yang lain.”(HR. Abu Dawud no. 2050)
Sebelum munculnya alat kontrasepsi di masa Rasulullah saw telah terjadisuatu
tindakan menghindari kehamilan dengan cara alami yang dilakukan parasahabat dan
biasa disebut ‘azl sebagaimana disebutkan dalam hadis, Rasulullah SAW
bersabda:Dari Jabir berkata: ”Kami melakukan ’azl di masa Rasulullah SAW, dan
Rasulmendengarnya tetapi tidak melarangnya” (HR muslim).Sesuai dengan hadis ini
maka tindakan menghindari kehamilan hukumnyaboleh sesuai dengan analogi hukum
‘azl. Tindakan seperti itu misalnyamenggunakan sistem kalender sehingga tidak
terjadi pembuahan saatberhubungan suami-istri, menggunakan kondom dan lain-lain.
Menggunakanalat-alat kontrasepsi lain jika menurut medis tidak membahayakan, baik
fisikmaupun kejiwaan maka dibolehkan.
Adapun menggunakan alat-alat kontrasepsi atau sarana lain
yangmengakibatkan alat-alat reproduksi tidak berfungsi dan mengakibatkan
tidakdapat menghasilkan keturunan, baik pada pria maupun wanita, dengan
persetujuan ataupun tidak, dengan motivasi agama atau lainnya, makahukumnya

6
haram, dan para ulama sepakat mengharamkannya. Contoh yangdiharamkan adalah
fasektomi (pemutusan saluran sperma) dan tubektomi(pemutusan saluran telur).Allah
SWT berfirman:
Terjemahan:Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-
benar akanmengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah
ditentukan(untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan
akanmembangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh
mereka(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu

mereka benar-benarmemotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan


Allah), lalubenar-benar mereka merubahnya".
Anjuran Rasulullah SAW untuk memperbanyak keturunan tidak berarti
agarkeluarga muslim mendapatkan anak setiap tahun. Karena kalau kita
konsekuenterhadap pengajaran Islam maka minimal seorang muslim mendapatkan
anaksetiap tiga tahun, karena setiap bayi yang melahirkan ada hak untuk menyusuidua
tahun. Dan begitu juga seorang ibu punya hak untuk istirahat.Jika dipahami secara
baik, maka Islam mengajarkan perencanaan yangmatang dalam mengelola keluarga
dan mengaturnya dengan baik. Dalam konteksinilah KB dibolehkan. Sedangkan
upaya pembatasan keturunan secara masaldalam skala sebuah umat, maka hal tersebut
diharamkan, diharamkan untukmempromosikannya, apalagi memaksanya dan
diharamkan menerimanya.

C. Pengertian Spermisida
Spermasida merupakan alat kontrasepsi yang di masukkan ke dalam vagina
dengan tujuan yaitu untuk membunuh sebagian besar Spermatozoa sebelum dapat
masuk melalui mulut rahim sehingga tidak cukup jumlah dan kemampuan untuk dapat
melakukan pertemuan (konsepsi) dengan sel telur (ovum) .
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya nonoksinol-9) yang di gunakan
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa),
tablet vaginal, supositoria, atau dissolvable film dan krim .
Spermisida membunuh sperma dan menghentikan pergerakannya sebelum
sperma bisa berenang masuk ke dalam rahim. Supaya efektif, ia harus ditempatkan
jauh di dalam vagina, dekat leher rahim. Spermisida bentuk krim, gel, dan foam
7
biasanya disemprotkan ke dalam vagina menggunakan aplikator khusus. Jenis lainnya
adalah vaginal contraceptive film (VCF) yang berupa lembaran tips yang harus
ditempelkan di belakang vagina, dan vagina supositori yang dimasukkan langsung ke
dalam vagina.
D. Tujuan Spermisida
Spermisida bertujuan untuk membunuh sebagian besar spermatozoa sehingga
tidak dapat melakukan pertemuan antara konsepsi dengan sel telur ovum, Spermisida
juga mempunyai tujuan melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang
digunakan menjelang hubungan seksual. Setelah pemasangan sekitar 5 sampai 10
menit, hubungan seksual dilakukan agar spermisida dapat berfungsi.

E. Jenis Spermisida

Jenis-jenis Spermisida :

1. Aerosol (Busa)
2. Tablet Vagina, Suppositoria/Dissolvable film
3. Krim
F. Syarat Spermisida
Tidak disarankan untuk hanya menggunakan Spermisida tanpa disertai alat
Kontrasepsi, meski cara ini masih lebih baik di banding tidak menggunakan Metode
apapun . untuk tingkat perlindungan yang lebih tinggi, gunakan Spermisida bersama
dengan Kondom atau Lactational Amenorrhea method (LAM). Juga di anjurkan
memiliki Persediaan Spermisida sebagai metode pendukung jika sewaktu-waktu lupa
meminum pil Kb .
G. Sasaran Spermisida
Adapun yang terjadi sasaran gerakan KB adalah pasangan usia subur (PUS)
yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama dimana istrinya berusia 15-45 tahun
yang harus di motivasi terus menerus non PUS yaitu anak sekolah, orang yang belum
menikah, pasangan diatas 45 tahun, tokoh masyarakat, institusional yaitu sebagai
organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah dan swasta .

8
H. Cara kerja Spermisida
Spermisida membunuh sperma dan menghentikan pergerakannya sebelum
sperma bisa berenang masuk ke dalam rahim. Supaya efektif, ia harus ditempatkan
jauh di dalam vagina, dekat leher rahim. Spermisida bentuk krim, gel, dan foam
biasanya disemprotkan ke dalam vagina menggunakan aplikator khusus. Jenis lainnya
adalahvaginal contraceptive film (VCF) yang berupa lembaran tips yang harus
ditempelkan di belakang vagina, dan vagina supositori yang dimasukkan langsung ke
dalam vagina.
Spermisida harus dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan intim.
Masing-masing produk biasanya akan memberi instruksi pada labelnya mengenai
kapan waktu yang tepat untuk memakainya. Ada beberapa produk yang membolehkan
Anda langsung berhubungan seks segera setelah memakainya, namun sebagian besar
baru mulai bekerja setidaknya 15 menit setelah dipakaikan, sehingga Anda harus
menunggu sebentar sebelum memulai penetrasi.

I. Waktu Pemberian
a. Petunjuk Umum
1 Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar
sebelum melakukan hubungan seksual.

2 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa
atau krim) dan insersi spermisida.
3 Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum
melakukan hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak
memerlukan waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
4 Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke
dalam aplikator).
5 Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi
senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang
kali.

9
6 Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup
secara keseluruhan.

Di bawah ini merupakan cara pemakaian


alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan bentuknya:

1. Aerosol (busa)
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan
kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan
tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati
serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik
aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat
masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun
dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk
pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari
satu jam sebelum melakukan hubungan seksual.
Semua jenis spermisida hanya efektif selama satu jam setelah
dimasukkan. Jika Anda sudah memasukkannya ke dalam vagina namun
ternyata hubungan seks Anda baru terjadi satu jam setelahnya, Anda perlu
memakainya kembali sebelum memulai. Wanita juga dianjurkan untuk tidak
bersih-bersih dengan sabun pencuci vagina (douche) selama 6 jam setelah
berhubungan seks memakai spermisida.

10
2. Krim dan jeli
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan
atau mengoles di atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan
dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat juga digunakan
bersama kondom. Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum
melakukanhubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan
aplikator ke dalam vaginamendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong
sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina.
Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.

Cara memasukkan  spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter.

3. Kontrasepsi Vagina Film / tissue


Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis
yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan
11
kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan
dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan
cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu
penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film
larut dan bekerja efektif.

4. Suppositoria
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat larut
dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka
kemasan. Lepaskan tablet vaginaatau suppositoria dari kemasan. Sambil
berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalamvagina. Tunggu 10-15 menit
sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tabletvagina atau
suppositoria.

12
Cara memasukkan spermisida bentuk suppositoria.

J. Faktor-faktor dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Spermisida


1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau
metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual.
4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.

K. Keuntungan Menggunakan Spermisida


Hadirnya spermisida sebagai alternatif alat kontrasepsi bukannya tanpa alasan.
Ada sejumlah keunggulan dari produk kontrasepsi spermisida ini, yaitu:
1. Bersifat Jangka Pendek

Banyak pasangan yang dilanda kekhawatiran manakala menggunakan


metode kontrasepsi yang sifatnya jangka panjang, seperti vasektomi, suntik KB,
atau spiral. Pasalnya, penggunaan alat-alat tersebut memiliki efek samping yang
cukup mengganggu, misalnya:

 Kenaikan berat badan


 Rasa mual
 Penurunan gairah seks
 Sakit kepala

13
 Perdarahan
 Memar pada testis

Hal demikian tidak terjadi jika Anda menggunakan spermisida, mengingat alat
kontrasepsi ini sifatnya jangka pendek karena hanya bekerja saat dipakai.

2. Perawatan Mudah

Menggunakan alat kontrasepsi seperti spiral, Anda perlu untuk melakukan


kontrol ke dokter guna memastikan alat tersebut berfungsi baik, atau jika
memerlukan pergantian. Cukup merepotkan, bukan? Belum lagi biaya yang harus
dikeluarkan untuk setiap pemeriksaan.

Sedangkan spermisida, Anda bisa memasangnya secara mandiri, pun dengan


perawatannya. Asalkan, letakkan spermisida ini di tempat yang bersih dan hindari
dari jangkauan anak-anak.

3. Lebih Murah

Sama seperti kondom, spermisida adalah solusi birth control yang efektif,


namun tanpa perlu merogoh kocek dalam-dalam. Spermisida pun bisa Anda
dapatkan di apotek-apotek terdekat. Mengingat alat kontrasepsi spermisida ini
dijual bebas, perhatikan baik-baik cara pakainya.

L. Kerugian atau Kelemahan Spermisida


Akan tetapi, bukan berarti spermisida bersih dari yang namanya kekurangan.
Faktanya, alat kontrasepsi ini memiliki sejumlah kelemahan yang harus Anda
perhatikan, yaitu:

1. Harus Digunakan Bersama Alat Kontrasepsi Lain

Seperti yang sudah disebutkan di atas, pengguna spermisida disarankan untuk


tetap mengenakan alat kontraspesi lain—seperti kondom—guna memaksimalkan
efektivitas spermisida. Pasalnya, penggunaan spermisida tanpa ditunjang dengan alat
kontrasepsi sepreti kondom masih memungkinkan wanita untuk hamil.

14
Sekitar 28 dari 100 wanita yang menggunakan spermisida untuk pertama kali
tanpa pasangannya mengenakan kondom, dilaporkan tetap hamil.

2. Risiko Infeksi

Keleman spermisida lainnya yang perlu Anda waspadai adalah, bahwa alat ini
tidak serta merta mencegah Anda dari terkena infeksi akibat hubungan seks (PMS),
termasuk infeksi yang berujung pada penyakit HIV/AIDS.

Tak hanya itu, risiko iritasi vagina juga semakin meningkat seiring pemakaian
spermisida yang terlalu sering.

M. Kontraindikasi
Kontraindikasi spermisida meliputi :
 Klien yang berisiko tinggi terhadap HIV
 Klien yang positif HIV
 Klien dengan AIDS
N. Komplikasi
Spermisida sendiri (tanpa metode kontrasepsi yang lain) digunakan sebagai
pelengkap dari metode pelindung lainnya. Tidak ada bukti spermisida termasuk
nonoksinol-9 dapat melindungi penggunanya dari IMS dan HIV/AIDS. Bahkan
sebaliknya, ad bukti penggunaan spermisida yang sering (2 kali sehari atau lebih)
meningkatkan risiko terinfeksi IMS atau HIV/AIDS, mungkin karena iritasi vagina
dan mukosa serviks. Karena alasan ini spermisida tidak direkomendasikan sebagai
pelindung penularan IMS atau HIV/AIDS

15
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Spermisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan
spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seksul.Setelah pemasangan sekitar 5
sampai 10 menit, hubungan seksual dapat dilakukan agar spermisida dapat berfungsi.
Metode spermisida telah dikenal pada zaman yunani kuno.Metode spermisida
tetap dikembangkan oleh berbagai pabrik farmasi seperti krim, suppositoria dan jelli.

B. Saran
Sebagai petugas kesehatan harus mampu memberikan konseling dan motivasi kepada
akseptor agar dapat menggunakan kontrasepsi dengan meminimalkan keluhan dan efek
samping serta meningkatkan minat dan manfaat penggunaannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bobak M. Irene dkk. 2005.Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC


RM RN Farrer Helen.2001.Perawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Reeder J. Sharon dkk.2005.Keperawatan Maternitas.jakarta:EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. : Salemba Medika
Depkes. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. http://www.depkes.go.id. Diakses Tanggal 24
Oktober 2015.
https://id.scribd.com/document/370346299/MATERN
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/11543/8621
https://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/download/15693/10458
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/download/29/28
http://idr.uin-antasari.ac.id/6825/3/JURNAL%20hal%2057-65.pdf

17
JURNAL SPERMISIDA

Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 sebesar 237
juta jiwa dengan laju pertambahan penduduk sekitar 1,1 % (Badan Pusat Statistik, 2011).
Laju pertambahan penduduk yang tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat kehidupan dan
kesejahteraan penduduk. Upaya penanggulangan masalah kependudukan di Indonesia yang
dilakukan pemerintah yaitu dengan mencanangkan program Keluarga Berencana (KB).
Program pemerintah ini mengakibatkan pengembangan bahan kontrasepsi, baik bagi pria
maupun wanita.Metode kontrasepsi yang aman, efektif, dan lebih ekonomis banyak
dikembangkan saat ini untuk
menekan peningkatan jumlah penduduk (Rusmiati, 2007).

Salah satu metode kontrasepsi yang dapat digunakan baik pada pria maupun wanita
adalah penggunaan spermisida.Spermisida merupakan suatu bahan yang memiliki
kemampuan menghambat motilitas dan membunuh spermatozoa, sehingga tidak dapat
melakukan fertilisasi.Kriteria spermisida yang ideal adalah memiliki kemampuan untuk
menghentikan motilitas spermatozoa secara total, tidak menyebabkan iritasi pada mukosa
vagina, tidak memiliki efeksamping pada perkembangan fetus, dan aman untuk penggunaan
jangka panjang (Shah et al., 2008).Sebagai bahan kontrasepsi, spermisida dapat digunakan
sendiri ataupun dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain seperti kondom, diafragma,
cervicalcaps, atau spons. Spermisida yang tersedia di pasaran antara lain dalam bentuk ;
aerosol, krim, jeli, vaginalcontraceptive film, dan suppositoria (Syaifudin, 2008). Agen
spermisida yang potensial adalah nonoxynol-9.Senyawa nonoxynol-9 bekerja dengan cara
merusak membran akrosom dan membran plasma spermatozoa sehingga menyebabkan
immobilisasi spermatozoa (Donaldson, 2007). Akan tetapi produk tersebut dapat
menyebabkan inflamasi dan lesi epitelvagina, keadaan ini dapat mempermudah
masuknyavirus atau mikroba ke dalam pembuluh darah.Pemakaian secara berulang dapat
meningkatkan resiko infeksi HIV (Raymond et al., 2004).Sehingga perlu dilakukan penelitian
untuk mencari bahan spermisida yang aman.
Beberapa tanaman di Indonesia ada yangmemiliki khasiat spermisida.Bahan aktif
yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan sebagai spermisida adalah
saponin triterpenoi (Davidson, 2004).Saponin merupakan surfaktan alami yang memiliki
aktivitas biologis menurunkan fungsi spermatozoa dalam fertilisasi.Senyawa ini terdiri atas
polisiklik aglikon yang terangkai pada satu atau lebih sisi rantai gula.Membran plasma
spermatozoa tersusun atas bilayer lipid yang mengandung fosfolipid, protein transmembran,
dan protein periferal.Senyawa saponin tersusun atas molekul yang bersifat hidrofobik dan
hidrofilik, sehingga senyawa ini mudah berinteraksi dengan protein dan fosfolipid pada
membrane spermatozoa.Hal ini menyebabkan perubahan pada permukaan membran
spermatozoa (Shah et al., 2008).Kerusakan pada membran plasma spermatozoa menyebabkan
disintegrasi membran, penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa. Membran sel yang
rusak tidak dapat melakukan transport molekul secara selektif, sehingga metabolisme sel
terganggu dan spermatozoa tidak dapat melakukan fertilisasi (Dubey et al., 2010).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perludilakukan penelitian efektivitas fraksi


n-butanol buah lerak (Sapindus rarak DC) terhadap kualitas spermatozoa manusia secara in
vitro, sehingga dapat dikembangkan sebagai bahan spermisida alami yang efektif.

METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian iniadalah semen manusia hasil ejakulat dari
donor. Donoradalah pria dalam usia produktif (25-40 tahun), sudahmenikah dan sudah
mempunyai keturunan. Sampel yang digunakan sebanyak 6 ejakulat.Buah lerak (Sapindus
rarak DC) yang diperoleh dari pasar tradisional Larangan, Sidoarjo, untuk memastikan
jenisnya dilakukan identifikasi tanaman terlebih dahulu di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, Jawa Timur.Bahan
kimia yang digunakan untuk ekstraksi saponin meliputi metanol 90%, dietil eter, n-butanol,
dan akuades. Larutan fisiologis (NaCl 0,9%) untuk pelarut ekstrak. Bahan kimia yang
digunakan untuk uji pendahuluan saponin meliputi asam asetat anhidrat dan asam sulfat
pekat.Untuk pemerikasaan pH semen digunakan pH meter.Sodium citrat dyhidrat dan
fruktosa untuk uji integritas membran spermatozoa.Pewarna eosin-negrosin untuk uji
viabilitas spermatozoa.
Alat yang digunakan dalam penelitian inimeliputi : timbangan analitik (Ohaus
adventurer), oven, kertas saring, rotary evaporator vaccum, penangas air untuk ekstraksi
lerak dan uji pendahuluan saponin. pHmeter untuk mengukur pH spermatozoa, mikropipet
(Eppendorf) dan tip pipet (yellow tipe), gelas objek cekung, mikroskop cahaya (Nikon),
stopwatch, digicounter, hemositometer untuk pengamatan jumlah, motilitas, viabilitas dan
integritas membrane spermatozoa.
Persiapan sampel dan pembuatan fraksi n-butanol buah lerak
Buah lerak diambil perikarpiumnya.Perikarpium kemudian diiris tipis-tipis dan
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60ºC sampai diperoleh berat konstan.Selanjutnya
dihaluskan dengan blender hingga diperoleh serbuk kering lerak.Serbuk kering ini kemudian
ditimbang.Serbuk kering lerak diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut
methanol 90% dalam erlenmeyer dan dikocok setiap 2 jam sekali selama 24 jam.Kemudian
disaring sehingga menghasilkan filtrat dan residu.Residu dimaserasi lagi dan perlakuan
perendaman diulang sebanyak 3 kali.Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan
rotaryevaporator vaccum. Ekstrak pekat disuspensi dalam akuades, dicuci dengan dietil eter
1:1, dikocok dan dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan air diambil dan diekstraksi
dengan n-butanol 1:1.Lapisan n-butanol diambil dan dipekatkan dengan rotaryevaporator
vaccum.Fraksi n-butanol yang mengandung saponin ditimbang (Jaya, 2010; Kristianingsih,
2005). Fraksi n-butanol dibuat dengan konsentrasi 200, 400, dan 600 μg/ml menggunakan
pelarut NaCl 0,9%.

Uji kandungan saponin triterpenoid secarakualitatif


Uji kandungan saponin triterpenoid secarakualitatif dilakukan dengan metode uji
warna Liebermann-Burchard (LB).Apabila pada campuran timbul warna kecoklatan atau
violet pada perbatasan dua pelarut menunjukkan adanya triterpen, sedangkan warna hijau
kebiruan menunjukkan adanya steroid (Jaya, 2010; Kristianingsih, 2005).

Pengambilan semen
Sampel semen manusia diperoleh denganmetode masturbasi setelah 3-4 hari seksual
abstinensi.Ejakulat ditampung dalam gelas beker dan ditutup dengan aluminium foil.Semen
didiamkan dalam suhu kamar selama 30 menit hingga mencair sebelum dilakukan
pemeriksaan (Pal et al., 2009).

Pemeriksaan awal semen


Semen hasil penampungan diperiksa secara makroskopis dan
mikroskopis.Pemeriksaan makroskopis meliputi volume, bau, warna dan pH
semen.Pemeriksaan mikroskopis yaitu menghitung jumlah spermatozoa.
Perlakuan penelitian
Pengamatan motilitas spermatozoa dilakukan dengan meneteskan 10 μl semen ke atas
gelas objek cekung ditambah 10 μl fraksi n-butanol dengan berbagai konsentrasi,
dihomogenkan.Suspensi didiamkan selama 1 menit.Pemeriksaan dilakukan di bawah
mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Menurut WHOb (2010).
Pengamatan viabilitas spermatozoa dilakukan dengan meneteskan 10 μl semen dan 10
μl fraksi n-butanol dengan berbagai konsentrasi ke atas gelas objek, dihomogenkan,
didiamkan selama 1.Meneteskan 1 tetes Eosin 1%-Nigrosin 10% ke atas suspensi,
dihomogenkan kemudian dibuat preparat ulas setipis mungkin, dilewatkan sebentar di atas
apibunsen. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali
(Hardijanto et al., 2008).
Pemeriksaan integritas membran spermatozoadilakukan menggunakan uji HOS
(Hypo OsmoticSwelling).Sebanyak 100 μl semen ditambah 100 μl fraksi n-butanol dengan
berbagai konsentrasi, didiamkan selama 1menit.Kemudian ditambah 1 ml larutan HOS,
dicampur pelan-pelan dengan menggunakan pipet.Campuran tersebut selanjutnya diinkubasi
selama 30 menit pada suhu ruang.Setelah diinkubasi diambil 10 μl dari campuran ini dan
diteteskan pada gelas objek, dan diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400
kali.

Analisis data
Data yang diperoleh diuji distribusinya denganuji Kolmogorov-Smirnov dan
dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi. Jika data berdistribusi normal dan variansi tidak
homogen dilanjutkan dengan uji Brown-Forsythe untuk mengetahui pengaruh pemberian
perlakuan pada α=0,05. Dilanjutkan dengan uji Games-Howell untuk mengetahui beda antar
kelompok perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Hasil pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis spermatozoa disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.Hasil pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis
semen manusia sebelum perlakuan
Jumlah sel
Ulangan Volume (ml) Bau Warna pH spermatozoa
(106/ml)
1 1,5 Khas Putih keruh 7,8 41,6
2 2,0 Khas Putih keruh 7,9 29,8
3 2,2 Khas Putih keruh 8,0 47,6
4 2,5 Khas Putih keruh 7,9 41,0
5 3,0 Khas Putih keruh 7,8 39,4
6 3,2 khas Putih keruh 7,8 38,0

Dari data Tabel 1, hasil pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis semen sebelum
perlakuan menunjukkan bahwa sampel semen yang digunakan telah memenuhi kriteria
normal sehingga dapat digunakan untuk diberi perlakuan. Menurut WHO b (2010), kriteria
semen manusia normal antara lain; volume semen hasil ejakulat berkisar 1,5 – 6 ml; bau
semen khas, berwarna putih keruh, pH semen berkisar 7,1 - 8, dan jumlah spermatozoa
>20x106.

Gambar 1.Rerata persentase motilitas spermatozoapada berbagai kelompok perlakuan.


K: kontrol, semen + NaCl 0,9%; P1: semen + fraksi - butanol buah lerak 200μg/ml; P2:
semen +fraksi n-butanol buah lerak 400μg/ml; P3: semen+fraksi n-butanol buah lerak
600μg/ml. Huruf yang berbeda di atas diagram menunjukkan beda signifikan dari hasil
uji Games- Howell pada α=0,05.
Dari data pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang hanya
diberi NaCl0,9% selama 1 menit rerata persentase motilitas spermatozoa yang bergerak
progresif sebesar 84,35%, menunjukkan spermatozoa dalam keadaan normal. Pada kelompok
perlakuan P1 dan P2 pemberian fraksi n-butanol buah lerak 200μg/ml dan 400μg/ml selama 1
menit, rerata persentase motilitas spermatozoa sebesar 17,23% dan 4,5%. Pada kelompok
perlakuan P3, pemberian fraksi n-butanol buah lerak 600μg/ml selama 1 menit, menyebabkan
seluruh spermatozoa menjadi immotil,rerata persentase motilitas 0%.

Gambar 2.Rerata persentase viabilitas spermatozoa pada berbagai kelompok


perlakuan. K: kontrol, semen + NaCl 0,9%; P1: semen + fraksi n- butanol buah lerak
200μg/ml; P2: semen +fraksi n-butanol buah lerak 400μg/ml; P3: semen+fraksi n-
butanol buah lerak 600μg/ml. Huruf yang berbeda di atas diagram menunjukkan beda
signifikan dari hasil uji Games-Howell pada α=0,05.

Dari data pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang hanya
diberi NaCl 0,9% selama 1 menit rerata persentase viabilitas spermatozoa sebesar 85,58%,
menunjukkan spermatozoa dalam keadaan normal. Pada kelompok perlakuan P1 dan P2
pemberian fraksi n-butanol buah lerak 200μg/ml dan 400μg/ml selama 1 menit, rerata
persentase viabilitas spermatozoa sebesar 14,35% dan 4,8%. Pada kelompok perlakuan P3,
pemberian fraksi n-butanol buah lerak 600μg/ml selama 1 menit, tidak dijumpai spermatozoa
yang hidup ,rerata persentase viabilitas 0%. Hasil pada gambar 3 menunjukkan foto
mikroskopis spermatozoa setelah perlakuan dan diberi pewarnaan eosin-
nigrosin.Spermatozoa yang hidup nampak tidak berwarna dan spermatozoa yang mati
berwarna merah atau merah muda di bagian kepalanya.
Gambar 3.Foto mikroskopis spermatozoa hasil pemeriksaan viabilitas, menggunakan
pewarnaan eosinnigrosin yang diamati menggunakan mikroskop cahaya perbesaran
400x. A: kelompok kontrol, semen + NaCl 0,9%, B : kelompok perlakuan, semen +
fraksi nbutanol buah lerak 600 μg/ml. Spermatozoa yang hidup tampak tidak berwarna
ditunjukkan dengan tanda panah hitam, sedangkan spermatozoa yang mati tampak
berwarna merah atau merah muda ditunjukkan dengan tanda panah merah.
Gambar 4.Rerata persentase integritas membran spermatozoa pada berbagai kelompok
perlakuan. K: kontrol, semen + NaCl 0,9%; P1: semen + fraksi n- butanol buah lerak
200μg/ml; P2 : semen + fraksi n-butanol buah lerak 400μg/ml; P3: semen+fraksi n-
butanol buah lerak 600μg/ml. Huruf yang berbeda di atas diagram menunjukkan beda
signifikan dari hasil uji Games-Howell pada α=0,05.

Dari data pada Gambar 4 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang hanya
diberi NaCl0,9% selama 1 menit rerata persentase integritas membran spermatozoa sebesar
75,70%, menunjukkan kondisi integritas membran spermatozoa rata-rata dalam keadaan baik.
Pada kelompok perlakuan P1 dan P2 pemberian fraksi n-butanol buah lerak 200μg/ml dan
400μg/ml selama 1 menit, rerata persentase integritas membran spermatozoa menurun hingga
hanya 14,35% dan 4,8% saja, spermatozoa yang ekornya melengkung setelah diinkubasi
dalam larutan hipoosmotik. Pada kelompok perlakuan P3, pemberian fraksi n-butanol buah
lerak 600 μg/ml selama 1 menit, tidak dijumpai spermatozoa yang ekornya melengkung,
rerata persentase integritas membran 0%. Hasil pada gambar 5 menunjukkan foto
mikroskopis spermatozoa setelah perlakuan dan uji HOS.Spermatozoa yang masih memiliki
integritas membran yang baik nampak menggelembung pada bagian ekor, sedangkan
spermatozoa yang integritas membrannya telah rusak, bagian ekornya nampak lurus.
Gambar 5.Foto mikroskopis spermatozoa hasil uji HOS yang diamati menggunakan
mikroskop cahaya perbesaran 400x. A: kelompok kontrol, semen + NaCl
0,9%,menunjukkan respon spermatozoa terhadap larutan HOS dengan ciri-ciri ekor
yang melengkung ditunjukkan dengan tanda panah hitam. B : kelompok perlakuan,
semen + fraksi n-butanol buah lerak 600 μg/ml menunjukkan spermatozoa tidak
merespon larutan HOS dengan ciri-ciri ekor lurus yang ditunjukkan dengan panah
merah.

Pembahasan
Lerak (Sapindus rarak DC) diketahui mengandung saponin yang tinggi, terutama pada
bagian perikarpiumnya.Gugus aglikon saponin bersifat non polar dan gugus gula bersifat
polar, sehingga untuk ekstraksi saponin dapat digunakan pelarut n-butanol yang bersifat semi
polar (Kristanti, 2008).Hasil ekstraksi hingga fraksi n-butanol diperoleh ekstrak pekat
sebanyak 20% dari berat kering perikarpium lerak.Uji kualitatif kandungan saponin pada
fraksi n-butanol buah lerak menggunakan pereaksi Liebermann- Burchard (LB) menunjukkan
terbentuk warna coklat, sehingga diasumsikan bahwa saponin yang terkandung pada fraksi n-
butanol buah lerak merupakan saponin triterpenoid.Saponin triterpenoid merupakan saponin
yang bagian aglikonnya berupa triterpenoid (C30).Menurut Davidson (2004), senyawa
saponin triterpenoid merupakan surfaktan alami yang mempunyai aktifitas biologis
menurunkan fungsi spermatozoa untuk fertilisasi. Penurunan fungsi spermatozoa dapat
diketahui dengan mengamati kualitas mikroskopis spermatozoa yang meliputi motilitas,
viabilitas, dan integritas membrane spermatozoa.
Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis semen sebelum perlakuan dilakukan
untuk memastikan bahwa sampel semen yang digunakan telah memenuhi kriteria normal
sehingga dapat digunakan untuk diberi perlakuan. Menurut WHO b (2010) kriteria semen
manusia yang normal antara lain : volume semen hasil ejakulat berkisar 1,5 - 6 ml; bau semen
khas, berwarna
putih keruh, pH semen berkisar 7,1 - 8, dan jumlah spermatozoa >20x10 6. Semen yang
digunakan untuk diberi perlakuan pada penelitian ini telah memenuhi kriteria normal.
Pemberian perlakuan fraksi n-butanol buah lerak pada konsentrasi 200, 400 dan 600
μg/ml dapatmenurunkan motilitas spermatozoa manusia. Menurut Shah et al., (2008), suatu
bahan spermisida yang ideal harus memiliki kemampuan menghentikan motilitas
spermatozoa secara total dengan segera. Pada kelompok kontrol rerata persentase motilitas
spermatozoa kategori A+B sebesar 84,3%, hal ini menunjukkan bahwa sampel spermatozoa
yang digunakan untuk perlakuan telah memenuhi kriteria motilitas normal menurut WHO.
Menurut WHOb(2010), spermatozoa dikatakan normal apabila motilitas kategori A ≥ 25%
dan B ≥ 25% atau A+B ≥ 50% dalam 60 menit setelah koleksi. Pada kelompok perlakuan,
setelah diberi fraksi n-butanol selama 1 menit nampak terjadi penurunan persentase motilitas
spermatozoa.Pemberian fraksi n-butanol buah lerak yang dapat menghentikan motilitas
spermatozoa secara total terdapat pada konsentrasi 600 μg/ml. Penurunan motilitas
spermatozoa terjadi karena saponintriterpenoid yang terdapat pada fraksi n-butanol buah
lerak dapat menyebabkan kerusakan pada membrane spermatozoa.
Mekanisme penurunan motilitas spermatozoadiduga karena senyawa saponin
triterpenoid yang
terdiri atas gugus gula yang bersifat polar dan bagian aglikon yang bersifat non-polar dapat
bekerja sebagaisurfaktan yang melarutkan komponen penyusun membran spermatozoa.
Membran spermatozoa tersusun atas protein, lipid dan karbohidrat.Karbohidrat dan protein
yang bersifat polar, dan lipid yang bersifat nonpolar dapat berikatan dengan gugus gula dan
aglikon saponin triterpenoid. Menurut Susilawati (2000), fungsi membran adalah pelindung
sel, apabila terjadi kerusakan membran secara struktural maka dapat berakibat rusaknya
organel-organel di dalam sel, seperti mitokondria. Fungsi mitokondria merupakan tempat
respirasi sel yang menghasilkan adenosine triphosphate (ATP) yang diperlukan untuk
motilitas spermatozoa. Kerusakan mitokondria berakibat pada menurunnya produksi ATP
yang secara langsung dapat
menurunkan motilitas spermatozoa.
Pemberian perlakuan fraksi n-butanol buah lerak pada konsentrasi 200, 400 dan 600
μg/ml dapat
menurunkanviabilitas spermatozoa manusia. Pemberian fraksi n-butanol pada konsentrasi
600μg/ml selama 1 menit dapat menurunkan viabilitas spermatozoa secara total.Uji viabilitas
spermatozoa dilakukan untuk mengetahui spermatozoa yang hidup dan yang mati
menggunakan pewarnaan eosin 1% dan nigrosin 10%. Menurut Hardijanto et al., (2008), sel
spermatozoa hidup mempunyai lapisan bilayer lipid pada membran sel yang dapat
melindungi masuknya zat warna ke dalam sel, sehingga sel spermatozoa yang hidup tidak
terwarnai oleh eosin-nigrosin. Sel spermatozoa yang mati, mengalami kerusakan pada
membran sel sehingga dapat menyerap zat warna.Pewarna eosin-nigrosin digunakan untuk
membedakan sel spermatozoa yang mati berwarna merah atau merah muda dengan sel
spermatozoa yang hidup tidak berwarna.
Pemberian perlakuan fraksi n-butanol buah lerak pada konsentrasi 200, 400 dan 600
μg/ml jugadapat menurunkan integritas membran spermatozoa manusia. Pemberian fraksi n-
butanol buah lerak pada konsentrasi 600 μg/ml selama 1 menit sangat efektif dalam
menurunkan integritas membran spermatozoa hingga seluruh spermatozoa tidak menanggapi
larutan
hipoosmotik, terbukti dari ekor spermatozoa yang tidakmelengkung. Menurut De Jonge dan
Barrat (2006), integritas membran spermatozoa adalah keutuhan membran spermatozoa atau
suatu keadaan yang menunjukkan fungsi fisiologis membran tetap terjada sebagai kontrol
terhadap sistem transpor.Menurut Hayati (2007); WHOa (1999) dan Zeyneloglu et al., (2000),
integritas membran sel berpengaruh terhadap aktivitas dan fungsi spermatozoa.Integritas
membrane sel yang normal mempunyai membran sel utuh. Uji integritas membran
spermatozoa dapat dilakukan dengan uji hypo osmotic swelling (HOS), yaitu dengan cara
menginkubasi spermatozoa ke media hipoosmotik dengan perbedaan 280 mOsmol. Kondisi
hipoosmotik menyebabkan terjadinya transport cairan ekstraselulermelewati membran
menuju ke dalam sitoplasma spermatozoa. Membran spermatozoa yang rusak tidak dapat
menyesuaikan tekanan osmosis sehingga tidak terjadi penggembungan pada bagian
ekor.Penggembunggan di bagian ekor terjadi karena pada bagian ini tidak dilindungi oleh
matrik yang kompak seperti akrosom di daerah kepala spermatozoa.Faktor yang
menyebabkan penurunan integritas membrane spermatozoa diduga adalah karena senyawa
saponin triterpenoid yang bersifat sebagai surfaktan dapat melarutkan komponen penyusun
membran seperti lipid, protein dan karbohidrat secara langsung sehingga susunan membran
sel menjadi tidak utuh.
Dari data penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi n-butanol buah lerak konsentrasi
600 μg/ml efektif untuk dikembangkan sebagai bahan spermisida karena dapat menyebabkan
spermatozoa immotil dalam waktu 1 menit, serta menurunkan viabilitas dan integritas
membran spermatozoa secara total. Menurut Lambert et al., (2008), senyawa surfaktan
organic mempunyai berat molekul yang lebih besar disbanding Nonoxynol-9. Saponin
triterpenoid yang terkandung dalam fraksi n-butanol buah lerak merupakan surfaktan organik,
yang mengindikasikan kemungkinan diabsorbsi oleh epitel vagina lebih kecil, sehingga tidak
menyebabkan iritasi pada vagina.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2011. http://www.bps.go.id.Tanggal akses 20 Maret 2011.
Bakti, F. U. 2010. Efek Analgetik Ekstrak Lerak (Sapindus rarak) pada Gigi-gigi Kelinci
Jantan (Penelitian in vivo).Skripsi.Universitas Sumatera Utara. Medan.
Davidson, M. W. 2004. Mollecular Expression.www.micro.magnet.fsu.edu/phytochemichals/
pages/saponin.html.Tanggal akses 24 Maret 2010.
De Geyter, Ellen, Ellen Lambert, Danny Geelen dan Guy Smagghe. 2007. Novel Advance
with Plant Saponin as Natural Insecticides to Control Pest Insect, Pest Technology.
2:96-105
De Jonge, Christopher J. dan Christopher L. R. Barrat. 2006. The Sperm Cell, Production,
Maturation, Fertilization, Regeneration. Cambridge University Press. New York. 5-
10.
Donalson, 2007. Nonoxynol-9.,http://www.en. wikipedia.org/wiki/Nonoxynol-9.htm.
Tanggal akses 20 Maret 2011.
Dubey, R., Kushagara Dubey, C. Sridar dan K.N. Jayaveera, 2010. Sperm Immobilization
Activity of Aquaeus, Methanolic and Saponin Extract of Bark of Ziziphus Mauritiana,
Pelagia Research Library. 3:151-156.
Hayati, A. 2007, Kajian Kualitas dan Protein Membran Spermatozoa Tikus (Rattus
norvegycus) Akibat Pemaparan 2-Methoxyethanol, Disertasi, Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Hardijanto, S. Susilowati, T. Hernawati, T. Sardjito,dan T.W. Suprayogi. 2008. Diktat
IlmuInseminasi Buatan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Jaya, A. M.2010. Isolasi dan Uji Efektivitas Antibakteri Senyawa Saponin dari Akar Putri
Malu (Mimosa pudica), Skripsi. Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Kristanti, A.N., Nanik S.A., Mulyadi T. dan Bambang K. 2008.Buku Ajar
Fitokimia.Airlangga University Press. Surabaya.
Kristianingsih, 2005.Isolasi dan Identifikasi Senyawa Triterpenoid dari Akar Tanaman
Kedongdong Laut (Polyscias fruticosa), Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
Lambert, PC., Peters C dan Centurion SA. 2004, Mutagenicity of Vaginal Spermicide
Containing Nonoxynol-9 in a Bacterial Assay, Journal of Reproductive
Medicine.49:817-824.
Pal, Durba., Pratib Chakraborty, H.N. Ray, B.C. Pal, Debashis Mitra dan Syed N. Kabir,
2009, Acaciaside-B-enriched Fraction of Acacia auriculiformis is a Prospective
Spermicide with no Mutagenic Property, Society for Reproduction and Fertility.
9:453-459.
Raymond, E.G., Chen P.L., dan Louto J., 2004, Contraceptive Effectiveness and Safety of
Five Nonoxynol-9 Spermicide, Obsteric and Gynecology. 10:430-439.
Rusmiati, 2007, Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap
Spermatozoa Mencit, Jurnal Biosciantiae. 42: 63-70.
Shah, H C., Pratima Tatke dan Kamalinder K. Singh, 2008, Spermicidal Agent, Drug
Discovery. 4:200-210.
Susilawati, T., 2000, Teknologi Preservsi dan Kriopreservasi Spermatozoa dan Ova, Tesis,
Program Pasca Sarjana Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang
Syaifudin, BA., 2008, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka.
Jakarta.
WHOa, 1999, WHO monograph on selected medicinal plant, volume 1, WHO graphic.
Hongkong.213-221.
WHOb, 2010, WHO Laboratory manual for the examination and processing of human semen,
5th ed, WHO Press. Switzerland.
Zeyneloglu, H.B. V. Baltaci. S.Ege, A. Haberal, dan S. Batioglu, 2000, Detection of the
Chromosomal Abnormalities by Flourescens In Situ Hybridization in Immotile Viable
Spermatozoa Detemined By Hipoosmotic Swelling Test, Human Reproduction.
15:853-856.

Anda mungkin juga menyukai